SESUDAH SUNSET POLICY PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN TIMUR
Peneliti :
Raya Panjaitan, SE., M.M
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
B. Bidang Ilmu : Ekonomi
C. Kategori Penelitian : Penelitian Untuk Mengembangkan Fungsi Kelembagaan Perguruan Tinggi.
2. Ketua Peneliti:
A. Nama Lengkap & Gelar: Raya Panjaitan,SE, M.M
B. Jenis Kelamin : Laki-laki
C. Golongan/Pangkat : IIIb / Penata Muda Tkt I
D. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
E. Jabatan Struktural : Dosen
F. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Administrasi Perpajakan
3. Lokasi Penelitian : KPP Medan Timur
4. Lama Penelitian : 5 Bulan (Oktober 2011 s/d February 2012)
5. Biaya Penelitian : Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah)
Tujuan penelitian adalah untuk menelaah tingakat kepatuhan wajib pajak dala melaporkan kewajiban perpajakannya dalam rangka program sunset policy. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tolak ukur untuk mengetahui tingkat kepatuhan adalah presentase pertumbuhan dalam wajib pajak terdaftar, SPT yang dilapokan dan penerimaan pajak meningkat maka kepatuhan wajib pajak baik. Sedangkan jika pertumbuhannya menurun maka kepatuhan mengalami penurunan.
i
karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa
dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun
analisis. Penelitian ini membahas tentang Perbandingan Penerimaan Pajak
Sebelum dan Sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan
Timur. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk
dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:
1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan – Pematang Siantar
2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan
3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan
Medan, 28 Februari 2012 Ketua Peneliti,
ii
2.5. Sistem Pemungutan Pajak ... 8
2.6. Pengertian dan Dasar Hukum Sunset Policy ... 8
2.7. Kerangka Konseptual ... 16
2.8. Hipotesis Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN……… ... 17
3.1. Metode Penelitian ... 17
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 18
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 18
3.4. Teknik Analisis data ... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur ... 21
iii
iv
Tabel 4.2. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2007 di
KPP Pratama Medan Timur ... 42
Tabel 4.3. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2008 di KPP Pratama Medan Timur ... 44
Tabel 4.4. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2009 di KPP Pratama Medan Timur ... 46
Tabel 4.5. Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2010 di KPP Pratama Medan Timur ... 47
Tabel 4.6. Paired Samples Statistics ... 49
Tabel 4.7. Paired Samples Correlations ... 49
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterahkan masyarakat.
Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara pemerintah dan
masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan sesuai dengan keinginan
masyarakat dan Bangsa Indonesia. Pajak merupakan sumber penerimaan negara / pemerintah
yang terbesar dibandingkan penerimaan dari sektor lainnya. Pajak diharapkan menjadi andalan
utama pemerintah untuk mendanai pembangunan dan pengeluaran negara lainya.
Kenyataan yang terjadi pada belakangan ini adalah, kurangnya minat para wajib pajak
dalam melakukan kewajibannya untuk melunasi pajaknya. Hal tersebut mungkin sebagai
implikasi ketidak beresan pelayanan kepada masyarakat. Hal yang lebih menyebalkan lagi bagi
masyarakat adalah penyelewen keuangan negara oleh oknum aparatur negara. Masyarakat sudah
semakin berang akibat ulah dari para oknun aparatur yang serakah.
Akibat dari hal tersebut masyarak enggan untuk membayar pajak, masyarakat berusaha
menghindar dari pajak. Hal ini tentu akan merugikan bagi negara. Negara harus segera
melakukan pembenahan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah harus kembali ke amanah
pancasila dan UUD 45 yang sesungguhnya sudah tugas negara lah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat melalui penyediaan lapangan pekerjaan, mencerdaskan kehidupan bangsa
baiknya, dan dengan transparan. Negara juga harus melakukan tindakan-tindakan yang preventif
untuk menghidari penyelewengan-penyelewengan keuangan oleh oknum aparatur negara yang
tentu sangat merugikan masyarakat. Negara juga harus berusaha mengembalikan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah melalui pembenahan pelayanan di segala bidang, dan negara
harus juga menyadarkan masyarakan akan hak dan kewajiban warga negara.
Direktorat Jenderal Pajak secara khusus juga harus melakukan pembenahan pelayanan
perpajakan kepada masyarakat. Peningkatan kemampuan aparat pajak harus segerah dibenahi,
agar mampu melakukan pendataan pajak dan memberikaan pelayanan dan kemudahan kepada
masyarakat, melalui pelayanan yang lebih baik. Salah satu bentuk kemudahan yang telah
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah penerapan Sunset Policy. Penerapan kebijakan
ini diharapkan dapat meringankan beban pajak yang akan ditanggung para wajib pajak,
disamping kebijakan-kebijakan lainnya.
Penerapan sanksi administrasi masih kurang mampu untuk membuat Wajib Pajak
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Oleh karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara yang utama, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang penghapusan sanksi administrasi agar
penerimaan negara dapat dimaksimalkan.
Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun
2008 sejak 1 Januari 2008 menjadi titik awal berlakunya pasal 37A yang Dikenal dengan Sunset
Policy. Direktorat Jenderal Pajak menindaklanjuti dengan menerbitkan surat nomor
melalui berbagai cara dan media sesuai situasi dan kondisi setempat.
Pada hakikatnya kebijakan Sunset Policy diberikan kepada Wajib Pajak yang telah terdaftar
dan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum terdaftar untuk memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). Bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar yang memelakukan menyampaikan
pembetulan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak sebelum 2007 yang mengakibatkan timbulnya
PPh yang masih harus dibayar maka kepadanya diberikan insentif pajak berupa penghapusan
sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik :
“Perbandingan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Sunset Policy Pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”.
1.2. Batasan Masalah
Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, berupa keterbatasan waktu dan
keterbatasan lainnya maka penulis membatasi penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih
spesifik yaitu hanya meneliti Perbandingan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam Studi ini adalah
sebagai berikut: “Apakah ada Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur?”
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah pokok yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam Studi ini adalah untuk menganalisis Perbandingan Penerimaan Pajak sebelum dan
sesudah Sunset Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur
1.5. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas dan tujuan yang telah
ditetapkan, maka manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah :
1. Bagi pengembangan teori dan ilmu pengetahuan, hasil studi ini diharapkan dapat
memperdalam ruang lingkup pembahasan dan pengembangan ilmu bidang perpajakan.
2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya pembenahan pelayanan pada masyarakat dan
2.1. Pengertian Pajak
Soemitro (2001:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontrasprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan
untuk pengeluaran umum.
Soeparman (1981:34) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup
biaya produksi barang-barang jasa kolektif dalam menapai kesejahteraan
umum.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pajak
adalah Iuran wajib masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung, dan apabila ada dari masyarakat tdak
melaksanakan kewajiban perpajakannya maka akan dikenakan sanksi.
2.2. Pengertian Pajak Penghasilan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali
dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(selanjutnya disebut Undang-undang PPh) Pasal 1 adalah Pajak Penghasilan
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak yang menerima dan/atau memperoleh
penghasilan, dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) disebut sebagai Wajib
Pajak. Wajib Pajak yang dikenai pajak atas penghasilan yang diterima dan/atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat juga dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai
atau berakhir dalam tahun pajak.
2.3. Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan menurut UU PPh Pasal 2 ayat (1) adalah sebagai
berikut :
a. Orang Pribadi (Perseorangan)
b. Warisan yang belum terbagi, sebagai satu kesatuan
c. Badan
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Selain itu, Subjek Pajak juga terbagi atas dua yakni Subjek Pajak Dalam
Negeri (SPDN) dan subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). Yang dikatakan sebagai
Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) adalah:
a. Orang Pribadi yang berada dan atau bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapanpuluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu
12 bulan, dan/atau orang pribadi yang dalam 1 tahun pajak berada di Indonesia
b. Badan yang didirikan dan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
c. Bentuk usaha Tetap (BUT) yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, oleh badan atau
perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, kantor cabang, kantor
perwakilan, agen, gedung pabrik dan atau bengkel, proyek konstruksi,
pertambangan dan atau penggalian sumber alam, perikanan, tenaga ahli,
pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai dan atau oleh orang lain,
orang pribadi dan atau badan yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak atas
nama badan dan atau perusahaan yang tidak didirikan dan/atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia dan perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan/atau
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi dan atau
menanggung resiko di Indonesia.
Sedangkan yang dimaksud dengan Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) adalah
Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia serta Orang Pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari (seratus delapanpuluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan atau tidak berkedudukan
di Indonesia, yang menjalankan usahanya yang dapat menerima dan/atau
2.4. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai 2 fungsi yakni:
a. Fungsi Budgetair/ Finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara sebagai sumber dana bagi pemerintah dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi Regulerd/ fungsi mengatur yaitu pajak yang digunakan alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang sosial maupun
ekonomi.
2.5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, sistem pemungutan pajak
terdiri atas:
a. Official Asessment System, yaitu sistem pemungutan yang memeberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
b. Self Asessment System, yaitu sistem pemungutan pajak dimana dalam hal ini
Wajib Pajak yang menghitung dan atau memperhitungkan, menyetor serta
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem pemungutan pajak,
Indonesia sendiri menerapkan sistem ini.
c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak, dimana besarnya jumlah
pihak ketiga adalah pemberi kerja dan/atau bendaharawan pemerintah, bukan
fiskus dan juga bukan Wajib Pajak.
2.6. Pengertian dan Dasar Hukum Sunset Policy
Rahayu (2009) : Sunset Policy adalah nama kebijakan dalam suatu
undang-undang yang bersifat khusus dan berlaku untuk jangka waktu yang
terbatas(hanya salama tahun 2008). Dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Sunset Policy dapat diartikan sebagai pemberian
fasilitas perpajakan dalam benruk penghapusan sanksi administrasi
perpajakan berupa bunga sebagaimana diatur dalam pasal 37A
Undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang- Undang-undang
nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Undang-undang KUP).
Sektor perpajakan merukan salah satu penopang penerimaan Negara karena
memberikan kontribusi yang paling besar dalam APBN Indonesia. Oleh karena itu
pendapatan itu dari sektor pajak harus dioptimalkan oleh pemerintah dari para wajib
pajak, karena pajak-pajak yang telah dibayarkan akan dikembalikan kepada
spritiual untuk pembangunan bangsa Indonesia sebagaimana telah tertuang dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu cara pemerintah untuk mengoptimalkan dari sector pajak adalah
dengan melaksanakan program Sunset Policy. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
Pasal 37A.
Pada mulanya Sunset Policy Pasal 37A Undang-undang No. 28 Tahun 2007
diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008
dengan tujuan untuk meningkatkan ketaatan wajib pajak membayar pajaknya sesuai
dengan system self assessment yang berlaku di Indonesia, akan tetapi berakhirnya
pada hari terakhir Sunset Policy pada tanggal 31 Desember 2008, pemerintah
mengeluarkan Perpu No. 5 Tahun 2008 untuk memperpanjang Sunset Policy sampai
dengan 28 Febuari 2009.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan
sanksi pajak penghasilan orang pribadi atau badan berupa bunga atas kekurangan
pembayaran pajak yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik yang belum memilki
NPWP maupun yang telah memiliki NPWP pada tanggal 1 Januari 2008.
Untuk memberikan kepastian hukum tentang Sunset Policy, pemerintah
mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 66/PMK.03/2008 tanggal 29 April 2008
Pajak yang dapat Diberikan Penghapusan Sanksi Administrasi Dalam Rangka
Penerapan Pasal 37A Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 (66/PMK.03/2008).
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 27/PJ/2008 tanggal 19 Juni 2008
Tentang Tata Cara Penyampaian, Pengadministrasian, serta Penghapusan
Sanksi Administrasi Sehubung dengan Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2007 dan sebelumnya, dan
sehubungan dengan Surat Pemberitahuan Tahun Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi atau Pajak Badan Untuk Tahun Pajak Sebelumnya Tahun
2007.
2.6.1. Konsep Dasar Undang-undang Perpajakan
Konsep dasar Undang-undang perpajakan yang mendasari Sunset
Policy adalaha sistem Selft Assessment. Dalam sistem selft assessment,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagaimana
konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, wajib pajak wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) berikut keterangan dan/atau
dokumen yang harus dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap dan
jelas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh fasilitas Sunset Policy
pembetulan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) tahun
pajak yang akan disampaikan.
2.6.2. Alasan Utama Adanya Sunset Policy
Undang-undang KUP memberikan kewenangan kepada Direktorat
Jenderal Pajak untuk menghimpun data perpajakan dan mewajibkan instansi
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lainnya untuk memberikan data
kepada Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan ini memungkinkan Direktorat
Jenderal Pajak mengetahui ketidakbenaran pemenuhan kewajiban
perpajakan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Untuk menghidarkan
masyarakat dari pengenaan sanksi perpajakan yang timbul apabila
masyarakat tidak melakasanakan kewajiban perpajakanya secara benar,
Direktorat Jenderal Pajak di tahun 2008 memberikan kesempatan kepada
masarakat untuk menyampaikan atau membetulkan SPT tahunan PPh untuk
tahun-tahun pajak yang lalu.
2.6.3. Tujuan Sunset Policy
Tujuan Sunset Policy adalah memberi kesempatan kepada seluruh
administrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran pajak atau bunga
atas pajak yang tidak atau kurang dibayar.
2.6.4. Jenis-Jenis Sunset Policy Pajak
Ada dua jenis Sunset Policy berdasarka ketentuan yaitu:
1. Sunset Policy untuk Wajib Pajak Baru
Penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak
atau kurang dibayar bagi wajib pajak orang pribadi secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak orang
pribadi untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya.
Fasilitas pembebasan sanksi ini khusus diberikan kepada wajib pajak
orang pribadi saja yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun 2008 berdassarkan ekstensifikasi
termasuk dalam kriteria mendaftarkan diri secara sukarela sehingga dapat
menggunakan fasilitas Sunset Policy.
Termasukdalam lingkup penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi meliputi Surat Pembeitahuan
yang terkait dalam pembayaran:
a. Pajak Penghasilan Pasal 29
c. Pajak Penghasilan Pasal 15.
Yang dibayar sendiri dan dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak
Penghasilan.
2. Sunset Policy untuk Wajib Pajak Lama
Yang dimaksud dengan wajib pajak lama adalah wajib pajak yang
sudah terdaftar sebagai wajib pajak sebelum 1 Januari 2008. Penghapusan
sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan
pembayaran pajak kepada wajip pajak lama baik orang pribadi maupun
badan, yang dalam tahun 2008 menyampaikan pembetulan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan sebelum tahun pajak 2007.
2.6.5. Keuntungan Memanfaatkan Sunset Policy
Wajib Pajak yang memanfaatkan Sunset Policy memperoleh
keuntungan antara lain :
1. Sanksi Pajak berupa bunga atas keterlambatan pembayaran pajak masa lalu yang
baru dibayar pada periode Sunset Policy dihapuskan dengan cara tidak ditagih
2. Data dan Informasi yang di ungkapkan Wajib Pajak dalam SPT atau pembetulan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan, kecuali ada ditemukan
data konkrit yang menyatakan bahwa SPT yang disampaikan tersebut tidak benar.
3. Apabila Wajib Pajak sedang diperiksa dan pemeriksa belum memnyampaikan
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak, pemeriksaan
tersebut dihentikan
4. Data dan/atau informasi yang tercntum dalam SPT atau pembetulan SPT tahunan
PPh terkait dengan pemanpaatan sunset policy tidak dapat digunakan sebagai
dasar untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas jenis pajak lainnya
Disamping itu, wajib pajak orang pribadi yang telah memiliki NPWP
memperoleh juga manfaat berupa :
1. Terhindar dari pemotongan pajak yang lebih tinggi dari tarif yang seharusnya
pada tahun 2009 dan selanjutnya, yakni untuk PPh Pasal 21 dipotong 20% lebih
tinggi dari tarif umum dan untuk pemotongan PPh pasal 22 atau pasal 23
dipotong 100% lbih tinggi dari tarif umum.
2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang akan berangkat ke luar negeri, mulai tahun
2.7. Kerangka Konseptual
Sunset Policy dapat membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam
mempermudah pelayanannya bagi masyarakat dan memberikan kepercayaan
kepada masyarakat (wajib pajak) dalam menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan dan melaporkan pajaknya sendiri.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan, tujuan, teori, dan kerangka
konseptual sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam Studi
ini adalah sebagai berikut :
1. H0 = Tidak Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset
Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
2. H1 = Ada Perbedaan Penerimaan Pajak sebelum dan sesudah Sunset
Policy pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam bab ini, akan diuraikan desain penelitian yang dipakai dalam menganalisis
perbandingan penerimaan pajak sebelum dan sesudah sunset policy pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, melalui laporan penerimaan pajak di KPP
Pratama Medan Timur selama 5 (lima) tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010.
Menganalis atau membahas suatu permasalahan penelitian, terlebih dahulu
dirumuskan suatu metode yang dapat digunakan sebagai alat dalam menganalis atau
membahas semua data-data penelitian.
Metode yang dimaksud adalah suatu desain penelitian yang mencakup bagaimana
mengumpulkan data, metode penelitian yang digunakan, metode analisis data dan lain
sebagainya.
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data atau
informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu untuk memecahkan persoalan
atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut J. Supranto (1998) penelitian
dapat dibagi berdasarkan alasan penelitian, tempat penelitian dan menurut metode
pengumpulan data penelitian. Penelitian berdasarkan alasan penelitian yaitu penelitian
dasar (basic research) dan penelitian terpakai (applied research). Penelitian dasar adalah
suatu penelitian yang mempunyai alasan intelektual (intellectual reason) bertujuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan penelitian terpakai adalah suatu penelitian
baik, efektif dan efisien.
Penelitian menurut tempat yaitu penelitian perpustakaan (library research),
penelitian laboratorium (laboratory research) dan penelitian lapangan (field research).
Penelitian perpustakaan adalah penelitian dimana dilakukan dengan jalan membaca
buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya didalam perpustakaan. Jadi pengumpulan data
atau informasi dilakukan diperpustakaan atau ditempat lainnya dimana tersimpan
buku-buku serta sumber-sumber data lainnya. Penelitian laboratorium adalah penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu didalam laboratorium yang biasanya
bersifat experimen dimana dimungkinkan untuk pengontrolan terhadap pengaruh dari
suatu faktor tertentu. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan jalan
mendatangi rumah tangga, perusahaan-perusahaan, sawah-sawah dan tempat-tempat lain.
Jadi usaha pengumpulan data dilakukan langsung dengan mendekati para responden baik
dengan melakukan wawancara maupun dengan jalan observasi.
Penelitian menurut metode pengumpulan datanya yaitu : Pertama, dengan sensus,
dimana seluruh elemen (responden) dari seluruh populasi diteliti satu persatu. Hasilnya
merupakan data sebenarnya yang disebut parameter. Kesimpulan yang ditarik berlaku
umum (untuk populasi) dan pasti. Kedua, dengan sampling, dimana hanya elemen sampel
(sebagian dari populasi yang diteliti) hasilnya merupakan data perkiraan (estimate) yang
mengandung kesalahan sampling (sampling error). Kesimpulan yang ditarik berlaku
umum (generalisasi) akan tetapi tidak pasti atau mengandung unsur ketidakpastian
(uncertainty). Ketiga, dengan menggunakan studi kasus (case study). Elemen satu (satu
perusahaan, satu pusat pertokoan atau lain-lain) tidak terkait dengan populasi tertentu.
Kesimpulan yang diambil tidak berlaku umum akan tetapi harga tertentu pada kasus yang
Supranto, 1998) yaitu : Pertama, dengan jalan mencatat seluruh elemen yang menjadi
objek penyelidikan. Kumpulan dari seluruh elemen tersebut dinamakan populasi
(universe). Kedua, dengan jalan mencatat sebagian kecil dari populasi atau mencatat
sampelnya saja. Ketiga, dengan jalan mengambil beberapa elemen dan sering tidak jelas
populasinya, kemudian masing-masing elemen diselidiki secara mendalam. Metoda ini
disebut studi kasus dan dengan metoda ini, kita tidak bisa memperkirakan nilai
sesungguhnya mengingat bahwa populasinya tidak jelas. Kesimpulan yang bisa ditarik
hanya terbatas pada elemen-elemen yang kita selidiki saja.
Didalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian perpustakaan yaitu
dengan mendalami buku-buku dan majalah yang ada diperpustakaan yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Buku-buku tersebut sebagai landasan teori didalam penelitian.
Dan penelitian ini juga merupakan penelitian studi kasus karena data atau informasi yang
diteliti dalam hal ini adalah data penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012.
3.3. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam studi ini mencakup :
a. Data Primer, yakni data yang bersumber langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Medan Timur, berupa penerimaan pajak sebelum dan sesudah kebijkan sunset policy
Pengambilan data dalam ini, disesuaikan dengan permasalahan yang sedang
diteliti dan didukung oleh buku-buku perpajakan sebagai landasan teori ditambah dengan
sumber-sumber lain yang relefan. Hal itu menjadi sumber pedoman didalam pengambilan
dan menganalisis data perusahaan.
3.4. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan
metode diskriptif dengan menggunakan alat uji software SPSS versi 17.0. Analisis
diskriptif ditujukan untuk melihat variasi dari variabel penerimaan pajak sebelum dan
sesudah sunset policy. Analisis diskriptif ini lebih mengarah pada uraian kualitatif.
Analisis yang paling pokok dengan menggunakan alat uji software SPSS versi 17.0 adalah
untuk menguji hipotesis komparatif dengan uji t untuk variabel yang berkaitan.
Kendatipun demikian bantuan dalam bentuk tabel dan grafik yang mengarah kepada
uraian kuantitatif juga dilakukan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang
dikumpulkan. Sedangkan analisis SPSS dilakukan untuk melihat perbandingan variabel
4.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ada pada masa penjajahan Belanda yang
pada saat itu bernama Belasting. Akan tetapi setelah kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, nama itu berubah menjadi Kantor Inspeksi
Keuangan. Setelah itu berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk
organisasinya atau berada dibawah naungan Direktorat Jendral Pajak Keuangan
Republik Indonesia.
Pada tahun 1978 di Sumatera Utara berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yakni:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Akan tetapi pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
dipecah menjadi dua, yakni Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor
Inspeksi Pajak Kisaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan kepada
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dan dengan semakin
cepatnya pertumbuhan ekonomi, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan
Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dalam hal
memenuhi kewajiban perpajakan si wajib pajak, maka berdasarkan pada
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK/.01/1989,
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti menjadi Kantor
Pelayanan Pajak sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Terhitung sejak tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi 6
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup
wilayah kerja meliputi:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Area
d. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup
wilayah kerja meliputi:
4. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, dengan ruang lingkup wilayah
kerja meliputi:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Prtama Medan Timur berdiri pada tahun
1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kantor wilayah Direktorat Jendral
Pajak, Kantor Pelayan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan,
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan
Pengamatan Potensi Perpajakan.
Sesuai dengan Surat Edaran (SE) No. 32/SE-19/PJ/2007 tentang persiapan
penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah
(Kanwil) Direktorat Jendral Pajak (DJP) dan pembentukan Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama diseluruh indonesia tahun 2007 sampai pada tahun 2008.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah jenis Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) sebagaimana yang terdapat pada peraturan menteri keuangan No.
132/PMK/2006. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama terbagi menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Induk dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mempunyai tugas dan bidang pelayanan
pengawasan administratif, pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah
wewenang. Sehubungan dengan rencana penerapan Sistem (modernisasi)
Administrasi Modern pada beberapa kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak
(DJP) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama serta Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) diseluruh Indonesia tahun 2007
sampai dengan tahun 2008, ada beberapa hal yang perlu disampaikan, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah jenis Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) sebagaimana terdapat pada peraturan Menteri Keuangan No.
132/PMK/2006. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dibagi menjadi dua
bagian, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Induk dan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pemecahan.
2. Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) adalah
unit vertikal sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No.
132/PMK/2006, yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
3. SIDJP adalah aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak yang
menggabungkan seluruh aplikasi perpajakan yang ada di Direktorat Jendral
Pajak seperti: SIP, SAPT, SISMIOB, SIPMOP.
4. Konversi Data adalah kegiatan yang meliputi back up data dan melengkapi
5. Migrasi Data adalah kegiatan yang menyesuaikan basis data yang ada ke
dalam struktur basis data Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak
(SIDJP).
4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur terletak pada
gedung Departemen Keuangan Negara I yang beralamat di jalan Diponegoro No.
30 A Medan, yang berada dalam areal yang sama dengan Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Kota. Keberadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur ini diharapkan akan memudahkan pengawasan dan pemberian
pelayanan kepada Wajib Pajak yang berkaitan dengan hak dengan kewajiban
perpajakannya.
4.1.2. Ruang Lingkup Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Adapun yang menjadi ruang lingkup wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, yaitu:
1. Kecamatan Medan Timur
2. Kecamatan Medan Area
3. Kecamatan Medan Tembung
4.1.3. Deskripsi Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur menyelenggarakan fungsi, yaitu:
1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Melakukan penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Wajib Pajak.
3. Melakukan pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
4. Melakukan penatausahaan piutang pajak penerimaan, penagihan, penatausaha
banding, dan peneyelesaian restitusi pajak.
5. Melakukan pemeriksaan pajak.
6. Melakukan penyelesaian permohonan, penyampaian dan permohonan
penghapusan sanksi administrasi pajak.
7. Melakukan penagihan pajak.
8. Melakukan penyuluhan konsultasi pajak.
4.1.4. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Sebagaimana diketahui bahwa setiap instansi tentu mempunyai struktur
organisasi, demikian juga halnya dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ini dipimpin
oleh seorang kepala kantor yang membawahi Sub Bagian Tata Usaha dan
beberapa seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan dalam daerah
wewenangnya berdasarkan teknis yang telah diterapkan oleh Direktorat Jendral
Pajak.
Adapun jenis struktur organisasi yang digunakan pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah Struktur Organisasi Linier dan staf
yang berada dibawah seoarang koordinasi Kepala Kantor Wilayah (Kanwil)
Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah
Pegawai Negeri Sipil yang berada dibawah naungan Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe,
yaitu tipe A dan tiupe B. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A merupakan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yang tergolong dalam skala besar dan biasanya berada di
ibukota propinsi, sedangkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B merupakan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah
kotamadya dan atau ibukota kabupaten. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas,
maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dapat digolongkan
kedalam Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe A karena wilayah kerjanya yang
berada dan atau berkedudukan di ibukota propinsi Sumatera Utara.
Namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya
surat keputusan tersebut maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tipe B tidak ada lagi
di Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen
Keuangan, maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dipimpin
oleh seorang kepala kantor, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi dan 1 kantor
penyuluhan ditambah kelompok tenaga funsional (yang berada diluar struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur) yang terdiri
dari:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
5. Seksi Pajak Penghasilan (PPh) Badan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan Keberatan
10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
Namun setelah adanya modrnisasi perpajakan (tahun 2006 – tahun 2008)
yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, maka Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama dibagi menjadi beberapa seksi, yakni:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
4.1.5. Tugas dan Prosedur Standard Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
1. Sub Bagian Umum (Subbag Umum)
Membantu menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan. Sub Bagian Umum mempunyai prosedur standard kerja sebagai
berikut:
a. Penerimaan Dokumen.
b. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk.
c. Pelaksanaan pelantikan, dan serah-terima jabatan serta pengambilan
sumpah Pegawai Negeri Sipil.
d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekasnisme langsung kepada
rekanan.
e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
f. Penyusunan tanggapan/ tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan
(SHP), Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Direktorat Jendral Pajak,
Departemen Kuangan dan atau Menteri Keuangan, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) maupun unit fungsional pemeriksaan lainnya.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengolahan data dan
penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyimpanan laporan kinerja dengan teknologi
yang ada sehingga dapat mempermudah pekerjaan seksi Pengolahan Data dan
Informasi.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai prosedur standard kerja
sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi perpajakan
serta perkembangan ekonomi.
b. Penatausahaan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) non
elektronik.
c. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk.
d. Pembuatan dan penyampaian surat penghitungan dokumen dan kirim
langsung ke Kantor Pelayanan Pajak yang dituju.
e. Pembentukan dan pemanfaatan bank data dan lain-lain.
3. Seksi Pelayanan
Membantu tugas kepala kantor dalkam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, penyusunan administrasi dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) dan
surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak serta
Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Penatausahaan dokumen-dokumen, dan laporan Wajib Pajak pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT).
b. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
yang lama dan yang baru.
c. Penyelesaian pengukuhan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
d. Pendaftaran dan pencabutaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian dan
atau pelaporan Surat Pembeitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh).
f. Penerbitan Surat Teguran terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakannya.
g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi tentang
informasi perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan
dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran serta
tunggakan pajak, usulan penghapusan pajak serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan. Seksi Penagihan mempunyai prosedur standard kerja
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pemrosesan dan penatausahaan dokumen-dokumen yang
b. Melakukan Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat
Tagihan Pajak (STP) beserta bukti pembayarannya.
c. Penyelesaian ususlan pemeriksaan dalam rangka penagihanp pajak.
d. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran
Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan
(SPMP) Serta Keputusan Pencabutan Sita.
e. Pembuatan usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak dan
lain-lain
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunana rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, pnerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 426/PMK.01/2007
dijelaskan tentang uraian jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, yakni:
Tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan anatara lain menyusun
daftar nominatif dan atau lembar pemeriksaan Wajib Pajak yang akan diperiksa,
membuat usulan pembatalan nominatif dan atu lembar penugasan pemeriksaan
Wajib Pajak diperiksa dan mengkaitkan serta menyalurkan Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat
Pemanggilan Pemeriksaan Pajak.
a. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) yang lebih bayar.
b. Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
c. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dalam nota penghitungan.
d. Pengamatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), pemeriksaan kantor,
pemeriksaan lapangan dan lain-lain.
6. Seksi Ekstensifikasi
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pndataan
subjek dan objek pajak, pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek
pajak dala, menunjang ekstensifikasi. Seksi Ekstensifikasi mempunyai prosedur
standard kerja sebagai berikut:
a. Pendaftaran objek pajak yang baru dengan terlebih dahulu melakukan
penelitian kantor maupun lapangan.
b. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.
c. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan monografi
fiskal.
d. Penyelkesaian permohonan penundaan pengembalian SPOP dan mutasi
sebagian atau seluruh subjek dan objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon I, II, III, IV)
Seksi Pengawasan dan Kosultasi (Waskon I, II, III, IV) mempunyai tugas
bimibingan dan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak,
melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,
usulan pembetulan ketetapan pajak, ususlan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
dan melakukan evaluasi hasil banding.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon I, II, III, IV) mempunyai
prosedur standard kerja sebagai berikut:
a. Penyelesaian permohonan pengunaan nilai buku dalam rangka
penggabungan usaha, pengambil-alihan usaha dan atau pemekaran usaha.
b. Penerbitan Surat Perintah Membayar kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat
Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB).
c. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan pajak.
d. Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
e. Penyelesaian permohonan Surat Ketetapan Bebas (SKB) pemotongan
Pajak Penghasilan (PPh) atau Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional ini terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
masing-masing yang melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsionalnya
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok
tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk langsung
oleh Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama yang bersangkutan sesuai dengan bidang keahliannya.
4.1.6. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur
a. Visi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur mempunyai Visi
yakni menjadi instansi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat
dengan integritas dan invidualisme yang tinggi.
b. Misi
Mengembangkan penerimaan pajak Negara berdasarkan
Undang-undang Perpajakan, mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui sistem administrasi
4.2. Pelaksanaan Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Pada KPP Pratama Medan Timur
Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Nomor 28 Tahun 2008 sejak 1 Januari 2008 menjadi titik awal berlakunya pasal
37A yang Dikenal dengan Sunset Policy. Direktorat Jenderal Pajak
menindaklanjuti dengan menerbitkan surat nomor S-38/PJ./2008 tanggal 14 Maret
2008 yang berisi intruksi kepada Kepala Kantor Wilayah DJP dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak untuk melaksanakan sejumlah kegiatan sosialisasi Sunset Policy
melalui berbagai cara dan media sesuai situasi dan kondisi setempat.
Kegiatan yang telah dilakukan pada KPP Medan Timur antara lain
pemasangan pemberitahuan papan pemungutan Tempat Pelayan Terpadu,
pemasangan spanduk di depan gedung KPP dan lokasi strategis, undangan
sosialisasi kepada wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang terdaftar,
pengiriman surat himbauan memanfaatkan Sunset Policy, penyebaran leaflet dan
sticker di sentra pertokoan dan daerah perumahan.
Masyarakat (wajib pajak orang pribadi dan badan) yang telah memiliki
NPWP dihimbaukan untuk menyampaikan Pembetulan SPT Tahunan PPh atas
tahun pajak 2006 dan sebelumnya dalam periode 1 Januari 2008 sampai dengan
28 Febuari 2009 untuk melaporkan penghasilan yang telah diperhitungkan dalam
pelaporan SPT Tahunan PPh yang telah disampaikan agar dapat memanfaatkan
fasilitas Sunset Policy. Sedangkan masyarakat (orang pribadi) yang belum
mendapatkan NPWP dalam periode 1 Januari 2008 sampai dengan 28 Febuari
2009 dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) untuk tahun pajak 2007 dan tahun-tahun pajak sebelumnya paling lambat
31 Maret 2009 agar bias memanfaatkan fasilitas Sunset Policy.
Menurut wajib pajak badan informasi pertama kali tentang Sunset Policy
mereka ketahui dari pengumuman di KPP Medan Timur. Hal tersebut berbeda
dengan wajib pajak orang pribadi yang mendapatkan informasi tentang Sunset
Policy dari berbagai sumber, yang pertama adalah iklan media elektronik
kemudian disusul dari informasi secara langsung ketika mereka akan melapor SPT
masa (PPh 21, 25 dan PPN) di KPP Medan Timur.
Ketika wajib pajak mencari informasi tentang Sunset Policy di KPP, antar
petugas pajak masih simpang siur dalam memberi penjelasan, sehingga wajib
pajak masi ragu-ragu untuk memanfaatkan Sunset Policy. Begitu juga informasi
yang beredar di luar kantor pajak termauk konsultan pajak juga banyak pendapat
tentang cara pengisian dan perhitungan pajak dalam SPT Sunset Policy. Silang
pendapat itu berlangsung dari awal sampai pertengahan tahun 2008. Hal tersebut
akhirnya membuat wajib pajak menunda minat keikutsertaannya, hingga akhirnya
menyebabkan menumpuk di akhir tahun 2008 dalam melaporkan Sunset Policy.
Intruksi Kegiatan sosialisasi Sunset Policy sebenarnya telah diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak tanggal 14 Maret 2008 melalui surat nomor
S-38/PJ./2008. Namun kegiatan sosialisasi di awal tahun tersebut masih banyak
perhitungan pajak terhutang terkait penambahan harta yang dilaporkan wajib
pajak.
Peraturan yang dapat mengakomodasi perbedaan pendapat antara petugas
pajak dengan wajib pajak baru terbit bulan Juni dan Juli 2008. Demi lebih
menyeragamkan kampanye Sunset Policy maka Dirjen Pajak menerbitkan Surat
Edaran Nomor SE-56/PJ./2008 tanggal 28 September 2008 tentang Kampanye
Sunset Policy.
Sosialisasi yang gencar di triwulan terakhir tahun 2008 tersebut mendapat
dampak melonjaknya wajib pajak yang berminat untuk memanfaatkan fasilitas
Suset Policy di akhir bulan Desember 2008, sehinga membuat kewalahan petugas
bank persepsi dan kantor pos yang menerima pembayaran pajak, termasuk juga
KPP tempat wajib pajak melaporkan SPT Tahunan PPh.
Puncaknya terjadi pada tanggal 30 Desember 2008, di KPP Pratama
Medan Timur terjadi banyak antrian wajib pajak baik yang menyetor ke Bank
Sumatera Utara yang terletak di lantai 2 (dua) maupun untuk melaporkan SPT
Tahunan PPh untuk diteliti oleh Account Representative (AR) kemudian
dilaporkan ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
Untuk menghindari wajib pajak menunggu lama penelitian SPT Tahunan
PPh oleh AR, maka kepala kantor KPP Pratama Medan Timur menugaska kepada
semua AR untuk melakukan penelitian SPT denagn dibantu Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi. Sedangkan untuk mengurangi antrian TPT maka
seluruh tugas pelaksana Seksi Pelayanan diminta untuk membuka semua loket
4.3. Hasil Penelitian
Tabel 4.1.
Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2006 di KPP Pratama Medan Timur
Jenis Pajak Jumnlah Netto
A. Pajak Penghasilan 165,536,802,344
1. PPh NON MIGAS 164,761,016,888
1.1 PPh Pasal 21 29,446,928,485
1.2 PPh Pasal 22 5,831,567,052
1.3 PPh Pasal 22 Impor 20,864,895,368
1.4 PPh Pasal 23 10,920,988,024
1.5 PPh Pasal 25/29 OP 36,705,909,218
1.6 PPh Pasal 25/29 Badan 15,479,456,331
1.7 PPh Pasal 26 10,703,065,970
1.8 PPh Final dan FLN 64,808,206,440
1.9 PPh Non Migas Lainnya 0
2. PPh MIGAS 775,785,456
2.1 PPh Minyak Bumi 764,235,692
2.2 PPh Gas Alam 3,793,514
2.3 PPh Lain Minyak Bumi 0
2.4 PPh Lainnya Gas Alam 7,756,250
B. PPN dan PPnBM 160,635,991,480
1. PPN Dalam Negeri 89,694,989,997
2. PPN Impor 71,060,187,577
3. PPnBM Dalam Negeri -420,463,044
4. PPN Impor 247,923,696
5. PPN/PPnBM Lainnya 53,353,254
C. PBB dan BPHTB 0
1. Pendapatan PBB 0
D. Pendapatan atas PL dan PIB 1,867,743,649
1. Bea/Benda Materai 1,859,341,550
2. PTLL 716,432
3. Bunga Penagihan PPh 6,128,524
4. Bunga Penag. PPN 1,557,143
5. BPP 0
6. PIB 0
JUMLAH (A+B+C+D) 328,040,537,473
Sumber: DJP, KPP Pratama Medan Timur
Tabel 4.2
Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2007 di KPP Pratama Medan Timur
Jenis Pajak Jumnlah Netto
A. Pajak Penghasilan 254,105,480,685
1. PPh NON MIGAS 253,825,757,742
1.1 PPh Pasal 21 57,768,580,125
1.2 PPh Pasal 22 11,127,348,239
1.3 PPh Pasal 22 Impor 38,090,274,721
1.4 PPh Pasal 23 14,429,415,349
1.5 PPh Pasal 25/29 OP 39,842,30,431
1.6 PPh Pasal 25/29 Badan 10,798,422,920
1.7 PPh Pasal 26 13,480,864,384
1.8 PPh Final dan FLN 68,288,430,573
1.9 PPh Non Migas Lainnya 120,000
2. PPh MIGAS 279,722,943
2.1 PPh Minyak Bumi 175,898,029
2.2 PPh Gas Alam 103,038,194
2.4 PPh Lainnya Gas Alam 4,760
B. PPN dan PPnBM 248,119,118,926
1. PPN Dalam Negeeri 125,548,158,558
2. PPN Impor 123,528,820,718
3. PPnBM Dalam Negeri -1,275,543,678
4. PPN Impor 247,660,427
5. PPN/PPnBM Lainnya 70,022,901
C. PBB dan BPHTB 0
1. Pendapatan PBB 0
2. Pendapatan BPHTB 0
D. Pendapatan atas PL dan PIB 2,462,706,892
1. Bea/Benda Materai 2,366,575,000
2. PTLL 6,147,000
3. Bunga Penagihan PPh 17,967,375
4. Bunga Penag. PPN 72,017,517
5. BPP 0
6. PIB 0
JUMLAH (A+B+C+D) 504,6987,306,503
Tabel 4.3
Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2008 Di KPP Pratama Medan Timur
Jenis Pajak Jumnlah Netto
A. Pajak Penghasilan 220,400,802,992
1. PPh NON MIGAS 220,288,995,224
1.1 PPh Pasal 21 31,993,404,731
1.2 PPh Pasal 22 11,091,241,731
1.3 PPh Pasal 22 Impor 79,040,697,670
1.4 PPh Pasal 23 7,752,868,046
1.5 PPh Pasal 25/29 OP 32,605,256,168
1.6 PPh Pasal 25/29 Badan 16,279,090,796
1.7 PPh Pasal 26 4,129,180,916
1.8 PPh Final dan FLN 37,396,180,916
1.9 PPh Non Migas Lainnya 1,005,831
2. PPh MIGAS 111,807,768
2.1 PPh Minyak Bumi 79,595,522
2.2 PPh Gas Alam 20,301,729
2.3 PPh Lain Minyak Bumi 1,103,589
2.4 PPh Lainnya Gas Alam 10,806,928
B. PPN dan PPnBM 386,757,668,823
1. PPN Dalam Negeeri 92,927,016,427
2. PPN Impor 293,104,170,904
3. PPnBM Dalam Negeri 127,733,940
4. PPN Impor 567,448,043
5. PPN/PPnBM Lainnya 31,299,509
C. PBB dan BPHTB 0
1. Pendapatan PBB 0
2. Pendapatan BPHTB 0
1. Bea/Benda Materai 859,822,000
2. PTLL 6,305,000
3. Bunga Penagihan PPh 5,467,547
4. Bunga Penag. PPN -32,933,147
5. BPP 0
6. PIB -24,551,514
JUMLAH (A+B+C+D) 607,972,581,701
Tabel 4.4
Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2009 di KPP Pratama Medan Timur
Jenis Pajak Jumnlah Netto
A. Pajak Penghasilan 141,176,303,931
1. PPh NON MIGAS 141,161,942,620
1.1 PPh Pasal 21 25,223,203,968
1.2 PPh Pasal 22 8,694,012,968
1.3 PPh Pasal 22 Impor 38,091,771,352
1.4 PPh Pasal 23 5,969,377,526
1.5 PPh Pasal 25/29 OP 16,676,522,810
1.6 PPh Pasal 25/29 Badan 25,367,765,396
1.7 PPh Pasal 26 464,757,396
1.8 PPh Final dan FLN 19,433,936,076
1.9 PPh Non Migas Lainnya 1,240,595,772
2. PPh MIGAS 14,361,311
2.1 PPh Minyak Bumi 9,894,736
2.2 PPh Gas Alam 4,266,575
2.3 PPh Lain Minyak Bumi 0
2.4 PPh Lainnya Gas Alam 200,000
B. PPN dan PPnBM 266,862,568,107
1. PPN Dalam Negeeri 115,767,818,072
2. PPN Impor 138,662,122,660
3. PPnBM Dalam Negeri 177,873,113
4. PPN Impor 427,961,639
5. PPN/PPnBM Lainnya 11,826,792,623
C. PBB dan BPHTB 0
1. Pendapatan PBB 0
D. Pendapatan atas PL dan PIB 280,900
Sumber: DJP, KPP Pratama Medan Timur
Tabel 4.5
Jumlah Penerimaan Pajak Tahun 2010 di KPP Pratama Medan Timur
Jenis Pajak Jumnlah Netto
A. Pajak Penghasilan 176,084,381,803
1. PPh NON MIGAS 176,081,545,266
1.1 PPh Pasal 21 57,140,676,229
1.2 PPh Pasal 22 9,302,484,283
1.3 PPh Pasal 22 Impor 56,171,165,363
1.4 PPh Pasal 23 4,388,519,363
1.5 PPh Pasal 25/29 OP 10,787,963,773
1.6 PPh Pasal 25/29 Badan 839,152,296
1.7 PPh Pasal 26 842,586,618
1.8 PPh Final dan FLN 36,608,655,921
1.9 PPh Non Migas Lainnya 340,909
2. PPh MIGAS 2,836,537
2.1 PPh Minyak Bumi 0
2.3 PPh Lain Minyak Bumi 0
2.4 PPh Lainnya Gas Alam 1,477,500
B. PPN dan PPnBM 319,637,762,556
1. PPN Dalam Negeeri 127,263,154,434
2. PPN Impor 191,880,428,211
3. PPnBM Dalam Negeri 113,618,056
4. PPN Impor 348,630,069
5. PPN/PPnBM Lainnya 31,931,786
C. PBB dan BPHTB 0
1. Pendapatan PBB 0
2. Pendapatan BPHTB 0
D. Pendapatan atas PL dan PIB 137,718,007
1. Bea/Benda Materai 0
2. PTLL 0
3. Bunga Penagihan PPh 8,291,304
4. Bunga Penag. PPN 129,426,703
5. BPP 0
6. PIB 0
JUMLAH (A+B+C+D) 495,859,862,366
4.4. Pembahasan
4.4.1. Uji Deskriftif Data Penelitian
Statistik data penelitian penerimaan pajak sebelum dan sesudah Sunset
Policy dapat kita lihat pada tabel 4.6. dibawah ini :
Tabel. 4.6
SP1 623,646,721,775 26 1.659E11 3.253E10
Sumber : Data Penelitian 2011 (Data diolah)
Dari tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan pajak
sebelum Sunset Policy adalah sebesar 418.586.774.630, sedangkan rata-rata
penerimaan sesudah sunset Policy adalah sebesar 623,646,721,775.
4.4.2. Uji Korelasi Data Penelitian
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa angka korelasi penerimaan pajak
sebelum dan sesudah sunset policy pada KPP Pratama Medan Timur adalah
sebesar 0.895.
4.4.3. Uji Hipotesis Data Penelitian
Pengujian hipotesis data penelitian dilakukan dengan Uji T dapat kita lihat
pada tabel 4.8. dibawah ini:
Sumber : Data Penelitian 2011 (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat nilai signifikan sebesar 0.095 lebih besar
dari alpha = 0.05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis
dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Penerapan Sunset Policy di di KPP Pratama Medan Timur sudah cukup baik
menurut persepsi dari wajib pajak orang pribadi.
2. Kepatuhan wajib pajak sebelum diberlakukannya Sunset Policy dalam
mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan membayar pajaknya sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya secara tepat waktu masih relatif rendah, hal ini terbukti
dengan “sedikitnya” jumlah wajib pajak. Yang terdaftar apabila dibandingkan
dengan jumlah penduduk/kepala keluarga yang ada dan masih banyak jumlah
Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penerimaan pajak sebelum dan sesudah kebijakan sunset policy pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.
4. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak setelah berakhirnya Sunset Policy antara lain:
a. Pembenahan Administrasi Pajak, administrasi pajak harus diupayakan disusun
secara efektif dan efisien, hal ini adalah untuk menjawab keluhan-keluhan
wajib pajak yang masih menganggap rumit sistem perpajakan yang berlaku.
b. Perbaiki Pelayanan, yaitu dengan cara peningkatan kualitas dan peningkatan
kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan
infrastruktur seperti perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penggunaan
sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
c. Penyuluhan secara sistematis dan berkesinambungan kepada wajib pajak,
supaya wajib pajak paham terhadap hak dan kewajiban perpajakannya,
sehingga kemudian muncul kepatuhan dalam diri wajib pajak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan agar:
1. Kebijakan Sunset Policy ternyata kurang berhasil meningkatkan kepatuhan wajib
pajak, mengacu pada hal tersebut disarankan agar dalam per Undang-undangan
kedepan memberikan kewenangan kepada pejabat setingkat menteri untuk dapat
membuat deskresi/kebijakan-kebijakn yang responsif terhadap tuntutan
perkembangan jaman,
2. Direktorat Jenderal Pajak disarankan untuk melakukan pengkajian kebijakan
penerapan Sunset Policy. Mungkin sosialisasi penerapan kebijakan sunset policy
yang tidak tepat sasaran yang menyebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan
3. Pelaksanaan Sunset Policy masih terdapat bermacam-macam hambatan,
diantaranya antrian yang terlalu panjang akibatnya banyak masyarakat yang ingin
mendaftarkan NPWP dalam rangka Sunset Policy dan susahnya mengakses
e-regrestation pada saat menjelang berakhirnya Sunset Policy, oleh karena itu
sebelum berakhirnya Sunset Policy, pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi
masalah tersebut dengan membuka loket pendaftaran NPWP sebanyak-banyaknya
Aini, H. Hamdan. 1991, Perpajakan, Buni Aksara, Jakarta.
Bohari. 1985, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Lesmana, Eko. 1992, Sistem Perpajakan di Indonesia, Bina Kampus, Jakarta.
Madiasmo. 2002, Perpajakan, Bumi Aksara, Jakarta
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK/01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Dirjen Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Sihaloho, Cyrus. 2002, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Suandy Erli. 2008, Hukum Pajak, Edisi Empat, Andi, Yokyakarta
Wirartha, Made. 2005, Metode Penelitian Sosial, Andi, Denpasar