• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA MELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA MELA"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Mem

FA UN

an Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan emperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH: Hilmi Sri Amra

1200375/2012

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan adanya siswa tunagrahita ringan kelas V yang mengalami hambatan membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang hanya terpaku pada materi buku dan guru jarang sekali menggunakan media. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan [B dan I] di kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi. Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dalam bentuk kolaborasi dengan guru kelas. Subjek penelitian yaitu dua orang anak tunagrahitaringandan guru kelas V/C.

Penelitian dilakukan selama dua siklus. Siklus I yang dilaksanakan empat kali pertemuan dalam proses pembelajaran dimulai dengan mendengarkan penjelasan guru tentang penggunaan media pop-up book, menunjukkan huruf, membedakan huruf. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa diakhir siklus I dapat dilihat bahwa siswa B sebelum diberi tindakan mendapatkan nilai 21,05% dan setelah diberikan tindakan mendapatkan nilai 90%. Siswa I sebelum diberikan tindakan 5,26% dan setelah diberi tindakan mendapatkan nilai 69%.

(6)

ii

The background to this study is the difficulty faced by class five students with mild mental handicaps reading words containing the letters [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], and [u]. The reason for this was that the learning process was restricted to the text bookand the teacher rarely used other media. The object of this study was to increase the reading ability of class V students (B and I)who have mild mental handicaps at the special school Al-azhar Bukittinggi. Class action research was used in collaboration with the class teacher. The subjects of the study were the two children and the teacher of class V/C.

This research was done in two cycles. The first cycle consisted of four meetings. The lesson began with an explanation from the teacher using a pop-up book, pointing out the letters and telling the difference between the letters. Based on the scores obtained by the students after this cycle it was evident that student B improved their score from before the cycle of 21,05% to 90% at the end. Student I’s score improved from5,26% to 69%.

(7)

iii

SWT karena berkat rahmat limpahan nikmat berupa kesehatan, kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Meningkatkan

Kemampuan Membaca Kata Melalui Media Pop-up Book Bagi Anak Tunagrahita Ringan (PTK di Kelas V/C SLB Al-Azhar Bukittinggi)”.

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan Latar belakang penelitian ini adalah ketidak mampuan anak tunagrahita kelas V dalam membaca kata terkhusus pada kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r] dan [u] sehingga pada pembelajaran membaca siswa mengalami kesulitan. Penelitian ini bermaksud untuk membuktikan efektifkah media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan.

(8)

iv

Padang, Januari 2017

(9)

v

kita semua. Sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi S1 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1), pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. Penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, doa dan restu dari berbagai pihak. Kesempatan inilah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Marlina, S.Pd, M.Si dan bapak Drs. Ardisal, M.Pd selaku Ketua dan sekretaris Jurusan PLB FIP UNP yang telah memberikan izin pada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M. Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan kemudahan dan telah bersedia membimbing, mengarahkan, memberi motivasi, dan meluangkan waktu untuk penulis di tengah kesibukan bapak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Hj. Yarmis Hasan, M. Pd, selaku pembimbing II terimakasih atas segala bimbingan, waktu, kesempatan, pikiran, ide-ide, gagasan, dan dengan kesabaran yang ibu berikan dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(10)

vi skripsi ini.

6. Kepala sekolah SLB Al-azhar Bukittinggi yang telah memberikan bantuan, fasilitas dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. 7. Guru kelas dan kolaborator penulis selama penelitian yang telah memberikan

berbagai saran dan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, membimbing, mengarahkan dan memberikan dukungan dan semangat yang tiada hentinya baik moril maupun materil kepada penulis demi kelancaran dan kesempurnaan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga seluruh keluarga penulis selalu diberi limpahan rahmat, kesehatan, dan rezeki serta kebahagiaan oleh Allah SWT.

9. Sahabat-sahabat penulis yang telah bersedia mendengarkan dan mendampingi penulis dalam suka dan duka, teristimewa rekan-rekan seangkatan 2012 PLB FIP UNP, senior PLB FIP UNP dan junior PLB FIP UNP yang telah banyak memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung demi kesempurnaan skripsi ini.

(11)

vii

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah-lah penulis serahkan diri dan berdoa semoga kita selalu mendapat ganjaran disisinya. Amin.

(12)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah... 5

E. Pertanyaan Penelitian ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Anak Tunagrahita Ringan ... 8

1. Pengertian anak tunagrahita ringan ... 8

2. Karakteristik anak tunagrahita ringan ... 10

3. Masalah anak tunagrahita ringan dalam belajar membaca ... 12

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita ... 14

B. Hakikat Media Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita Ringan ... 15

1. Pengertian Media Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita Ringan... 15

(13)

ix

6. Manfaat media pop-up book ... 21

7. Langkah-langkah penggunaan pop-up book ... 22

8. Bentuk Media Pop-up book... 23

C. Hakikat Membaca bagi Anak Tunagrahita Ringan ... 26

1. Pengertian membaca bagi anak tunagrahita ringan ... 26

2. Membaca kata bagi anak tunagrahita ringan ... 28

3. Tujuan Membaca bagi anak tunagrahita ringan ... 28

D. Penelitian yang Relevan... 29

E. Kerangka Konseptual... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 32

B. Subjek, dan Setting Penelitian ... 33

1. Subjek penelitian... 33

2. Setting penelitian... 34

C. Alur Kerja Penelitian Tindakan Kelas ... 36

D. Definisi Operasional Variaberl ... 44

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik pengumpulan data ... 44

2. Alat pengumpulan data ... 45

(14)

x

2. Hasil Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita Ringan

Menggunakan Media Pop-up Book... 65

B. Pembahasan... 73

C. Keterbatasan Penelitian ... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(15)

xi

Gambar 3: Bola ... 24

Gambar 4: Dadu ... 24

Gambar 5: Gelas... 24

Gambar 6: Kambing ... 24

Gambar 7: Nasi ... 24

Gambar 8: pena ... 25

Gambar 9: Rumah ... 25

Gambar 10: Tas ... 25

Gambar 11: Udang ... 25

Gambar 12: Wortel... 25

Gambar 13: Mangga... 25

(16)

xii

(17)

xiii

Diagram 2: Hasil tes kemampuan membaca kata siswa I sebelum diberikan tindakan... 67 Diagram 3: Hasil tes kemampuan membaca kata siswa B setelah diberikan

tindakan I ... 68 Diagram 4: Hasil tes kemampuan membaca kata siswa I setelah diberikan

tindakan I ... 69 Diagram 5: Hasil tes kemampuan membaca kata siswa B setelah diberikan

tindakan II ... 70 Diagram 6: Hasil tes kemampuan membaca kata siswa I setelah diberikan

tindakan II ... 71 Diagram 7: Kenaikan hasil tes kemampuan membaca kata siswa B setelah

diberikan tindakan I dan II... 72 Diagram 8: Kenaikan hasil tes kemampuan membaca kata siswa I setelah

(18)

xiv

Lampiran 2: Instrumen Tes ...87

Lampiran 3: Tes Kemampuan Awal ...89

Lampisan 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I ...92

Lampiran 5: Hasil Kemamuan siswa Siklus I ...100

Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II ...105

Lampiran 7: Hasil Kemampuan Siklus II...112

Lampiran 8: Hasil observasi...115

Lampiran 9: Catatan Lapangan ...133

(19)

1

Program Pendidikan Luar Biasa untuk anak tunagrahita sama dengan jenis program yang diperuntukkan bagi jenjang-jenjang pendidikan luar biasa untuk anak-anak berkelainan lainnya. Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak tunagrahita juga harus disesuaikan dengan tingkat kecerdasannya.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar bagi anak tunagrahita dengan menggunakan metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan metode mengajar yang tepat tentu akan menjadikan proses belajar mengajar akan terasa hidup, artinya anak tunagrahita akan aktif dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru. Dengan adanya siswa yang aktif merespon pelajaran, berarti dalam proses belajar mengajar terjadi adanya interaksi timbal balik antara siswa dengan guru.

Pembinaan kemampuan membaca secara formal di laksanakan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan sesuai dengan perbedaan atas kelas rendah dan kelas tinggi. Pelajaran di kelas rendah biasanya disebut sebagai pelajaran materi membaca permulaan (MMP), sedangkan di kelas tinggi di sebut pelajaran membaca lanjut.

(20)

Untuk itu guru harus bisa memberikan alat peraga yang cocok atau sesuai untuk anak didik, agar anak didik mempunyai minat dalam belajar terutama dalam hal membaca permulaan.

Pelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa mengenal huruf dan merangkai huruf sehingga mereka dapat membaca dengan menggunakan kata tersebut. Kemampuan membaca permulaan merupakan kebutuhan dasar, karena sebagian informasi disajikan dalam bentuk tertulis dan hanya di peroleh melalui membaca.

Adapun tujuan utama dari membaca permulaan adalah agar anak dapat mengenal tulisan sebagai simbol dan lambang bahasa, sehingga anak-anak dapat menyuarakan tulisan tersebut. Namun untuk dapat membaca permulaan seorang dituntut agar mampu: (1) Membedakan huruf; (2) Mengucapkan tulisan yang sedang di baca dengan benar, menggerakan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang di baca; (3) Menyuarakan tulisan yang di baca dengan benar; (4) Mengenal arti tanda-tanda baca; (5) Mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang diucapakan, serta tanda baca.

Permasalahan yang berhubungan dengan rendahnya minat belajar membaca permulaan adalah :

(21)

berdemonstrasi dan sesekali meminta siswa yang sudah bisa membaca untuk membaca teks. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa indonesia masih rendah.

Agar pelaksanaan pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Luar Biasa (SLB) dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan dan tuntutan kurikulum yang mana menuntut siswa tunagrahuta ringan agar dapat memperoleh informasi melalui bacaan, diperlukan perencanaan yang matang, termasuk minat belajar dalam belajar membaca kata dengan menggunakan media pop-up book yang merupakan media buku yang memiliki unsur tiga dimensi serta memiliki visualisasi yang lebih menarik. Oleh karena itu, peneliti tertarik dan menyarankan guru kelas untuk menggunakan media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak

tunagrahita kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi.

(22)

Untuk mengetahui lebih lanjut, penulis meminta siswa untuk membaca kalimat yang tertulis di papan tulis secara bergantian. Pada awalnya anak ragu-ragu dan sebagian siswa ada yang hanya diam ketika di beri perintah untuk membaca namun, ketika penulis menyuruh untuk membaca satu persatu huruf untuk mengeja, anak mampu untuk menyebutkan huruf walaupun ada sebagian yang masih sulit membedakan huruf seperti yang disebutkan di atas namun, untuk menyusun huruf menjadi kata masih butuh bimbingan dari penulis. Anak juga cenderung sulit untuk membaca kata yang memiliki imbuhan [ng],kata yang penulis berikan yaitu kata “dengan”.

Penulis juga mewawancarai guru kelas. Dari hasil wawancara guru menuturkan bahwa anak didiknya yang berada di kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi belum bisa membaca namun mereka sudah hafal Abjad dan dapat menyebutkannya. Dari pengamatan penulis juga menemukan bahwa kurangnya motivasi belajar pada anak.

Berdasarkan permasalahan anak tersebut perlu dibuat alternatif atau pemecahan masalah agar anak dapat membaca. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca kata pada anak tunagrahita ringan yang berada di kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi dengan menggunakan media pop-up book.

B. Identifikasi Masalah

(23)

1. Guru kelas hanya menggunakan metode demonstrasi untuk mengajarkan membaca sehingga siswa hanya mendengarkan dan mengikuti kata yang diucapkan oleh guru tanpa melihat teks bacaan.

2. Media yang digunakan oleh guru kelas kurang memadai dan seadanya sehingga ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]

3. Selain itu, dikarenakan kurang memadainya media dalam pelajaran membaca ditemukan siswa kesulitan membedakan huruf yang memiliki kesamaan bentuk seperti [a] dengan [d], [g] dengan [p], [b] dengan [d], [n] dengan [m], [m] dengan [w], [t] dengan [r], [u] dengan [n].

C. Batasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada penggunaan media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan. Peneliti memilih media pop-up book karena siswa tunagrahita ringan biasanya akan lebih tertarik untuk belajar menggunakan media bergambar. Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah ini dalam penggunaan Media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u] bagi anak tunagrahita ringan kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi.

D. Rumusan Masalah

(24)

berikut : ”Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran membaca kata menggunakan media pop-up book dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca kata anak tunagrahita ringan kelas V/C di SLB Al-azhar Bukittinggi?”

E. Pertanyaan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang sudah ditetapkan di atas, maka pertanyaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penggunaan media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan kelas V di SLB Al-azhar Bukittinggi?

2. Apakah penggunaan media pop-up book dapat meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi?

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u] melalui pembelajaran yang menggunakan media pop-up book bagi Siswa Tunagrahita Ringan Kelas V SLB Al-azhar

Bukittinggi.

G. Manfaat Penelitian

(25)

1. Manfaat bagi siswa : dengan media pop-up book, siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca kata.

2. Manfaat bagi guru : dengan penelitian ini guru dapat mengetahui kemampuan membaca kata dengan media pop-up book.

(26)

8 1. Pengertian Anak tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan individu yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terlambat. Tunagrahita ringan juga sering di sebut dengan anak bergangguan intelektual. APA dalam Bruno & Joyce, 2012: 105 Mental Retardation (MR) is a generalized disorder appearing before 18 years particularly in

early years of school life of the individual and it characterized by

significantly impaired cognitive functioning and deficits in two or more

adaptive behaviours. APA menjelaskan bahwa Retardasi Mental (MR)

(27)

membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Umumnya, gangguan intelektual ringan pada seseorang belum bisa diidentifikasi sampai ia mencapai usia sekolah. Biasanya akan diketahui setelah mengikuti pelajaran disekolah biasa selama satu atau dua tahun karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuaian diri dengan teman-temannya.

Menurut Muhammad Efendi (2009:90) anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah:

“Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; (3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan”.

Menurut AAMD dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Ganda Sumekar (2009: 128) bahwa anak dengan gangguan intelektual ringan adalah:

“mereka yang termasuk kedalam gangguan intelektual ringan memiliki kecerdasan dan adaptasi sosial yang terlambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja”.

Selanjutnya menurut Muljono Abdurrachman dan sudjadi (1994:26) menyatakan bahwa:

(28)

jangka panjang dapat berdiri sendidri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau seluruh kehidupan orang dewasa”.

Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa anak tunagrahita ringan atau anak dengan gangguan intelektual ringan adalah anak yang memiliki tingkat kemampuan berfikir serta penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak bergangguan intelektual sedang serta masih bisa untuk dilatih dalam kemampuan dasar akademik.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Anak dengan gangguan intelektual ringan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik anak dengan gangguan intelektual ringan banyak yang menyerupai anak normal, terutama dari segi fisik. Bharati (2012: 1) mental retardation is a complex clinical condition with a heterogeneous etiology in which people have below intelligence that limits

their ability to function normally. This type of people may have problems

with communication, taking care of themselves, daily living social skills,

community interactions, directing themselves, health, safety and work.

Mental retardation has posed a great problem throughout the world due to

its highly complex social, medical, psychological and educational

components, apart from various unanticipated problems.

Secara umum karakteristik anak dengan gangguan intelektual ringan dapat diuraikan sebagai berikut:

(29)

Intelegensi dapat diartikan sebagai keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Anak dengan gangguan intelektual ringan memiliki intelegensi diatas anak dengan gangguan intelektual sedang yakni sekitar 50-70. Oleh karena itu,mereka masih mampu untuk mengikuti pendidikan dasar akademik.

b. Dari segi sosial

Dari segi iteraksi sosial, anak dengan gangguan intelektual ringan memiliki keterbatasan dalam membentuk interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Dalam pergaulanhya sehari-hari anak dengan gangguan intelektual ringan mudah dipengaruhi teman, mudah putus asa, mudah tersinggung, serta emosi meledak-ledak.

c. Dari segi akademik

Umumnya naka dengan gangguan intelektual ringan memiliki kinerja akademik yang kurang baik, mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Hal ini dikarenakan mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Namun melalui latihan yang berulang-ulang dengan mengguankan media nyata, kinerja akademik mereka masih bisa ditingkatkan.

d. Daya potensi sangat rendah

(30)

e. Kurang sanggup mengendalikan perasaan f. Dapat memahami beberapa istilah sederhana

g. Kepribadiannya sangat harmonis dan sukar menilai baik atau buruk. h. Kesulitan dalam mengikuti pendidikan di sekolah reguler.

i. Kemampuan mereka dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan penanganan yang baik.

Selanjutnya karakteristik tunagrahita menurut Ganda Sumekar (2009:142), adalah sebagai berikut:

“anak bergangguan intelektual ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang dalam perbendaharaan kata. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itupun hanya sebagian dari mereka”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dijelaskan bahwa yang dikategorikan sebagai anak tunagrahita ringan adalah mereka yang memiliki intelegensis antara 50-70, sukar berfikir abstrak, kurang perbendaharaan kata, keterbatasan dalam membentuk interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas, dikarenakan tingkat intelegensi yang rendah menyebabkan rendahnya prestasi belajar disekolah

3. Masalah Anak Tunagrahita Ringan Dalam Belajar Membaca

(31)

berbahasa lisan turut melengkapi latar belakang pengalaman-pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan-ketrampilan dalam belajar membaca. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, membedakan apa yang didengar secara tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar secara logis.

Ardhi Wijaya (2013:88) menyatkan bahwa pada umumnya anak tunagrahita ringan memilki masalah dalam menyuarakan bahasa, seperti “saya” menjadi “aya”. Sehingga menyebabkan kebanyakan anak

tunagrahita ringan mengalami masalah dalam belajar membaca.

Pada anak tunagrahita ringan hal tersebut tidak dapat terjadi dengan sempurna sebab terjadi kekurangan pembendaharaan kata yang mengakibatkan anak kurang mampu membaca. Hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki kemampuan dibawah anak pada umumnya dan mereka kesulitan untuk berfikir abstrak. Sehingga mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam membaca. Melihat masalah belajar membaca yang dialami oleh anak tunagrahita ringan, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran membaca pada anak tunagrahita ringan.

(32)

demi satudan dilakukan secara berulang-ulang. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam situasi yang konkrit, berikan kepadanya dorongan untuk melakukan apa yang sedang dipelajari, ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal, dan gunakan alat peraga dalam mengkonkritkan konsep. 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Tunagrahita

Siswa dengan gangguan intelektual mempunyai permasalahan yang majemuk dan komlpeks. Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menyesuaikan dengan spesifikasi kemampuan siswa. Menurut Ganda Sumekar (2012:149) prinsip khusus pembelajaran anak tunagrahita ringan antara lain sebagai berikut:

a. Prinsip kasih sayang

Setiap aktivitas pendidikan hendaknya dilakukan dengan dasar kasih sayang, karena itu kasih sayang merupakan prinsip dasar. Prinsip kaaih sayang ini diartikan sebagai pemberian perhatian secara tulus oleh pendidik kepada para siswanya.

b. Prinsip keperagaan

Peragaan adalah penggunaan alat peraga untuk membantu memudahkan penyerapan informasi dari satu komunikasi timbal balik. Siswa dengan gangguan intelektual karena keterbatasannya akan lebih mudah tertarik perhatiannya jika proses belajar mengajar dilakukan dengan berbagai jenis bentuk dan cara peragaan.

(33)

Usaha habilitasi adalah usaha agar siswa memiliki kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan. Usaha tersebut juga menyangkut bagaimana cara memupuk dan mengembangkan kemampuan yang ada pada mereka. Sedang yang dimaksud dengan rehabilitasi yaitu upaya bantuan medik, sosial dan keterampilan yang diberikan kepada peserta didik agar mampu mengikuti pendidikan.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut guru dapat menentukan alat bantu apa yang tepat dalam memupuk dan mengembangkan, serta mengaktualisasikan kembali kemampuan anak dengan gangguan intelektual, sehingga dapat tercapai tujuan yang telah direncanakan.

B. Hakikat Media Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian media pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan

Kata media berasal dari bahasa latin medium secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Azhar Arsyad (2006: 3)

(34)

Azhar arsyad (2006: 4) mengartikan media adalah alat yang menyampaikan atau menggambarkan pesan-pesan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu siswa. pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui alat indra mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan indranya menerima informasi. Sedangkan Nana sudjana (2001:2) menyatakan media pengajaran dapat mempertinggi hasil belajar yang di capai siswa.

Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan perantara dalam menyampaikan materi belajar dengan lebih menarik guna meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan. 2. Manfaat Media bagi Anak Tunagrahita Ringan

Dalam proses belajar mengajar media sangat bermanfaat sebagai perantara guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran kepada siswa.

Nana sudjana (2001 :2) mengemukakan manfaat media dalam proses belajar adalah:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;

(35)

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan dan lain-lain.

Penggunaan media pada saat proses pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses belajar. Disamping itu, media belajar juga bisa membangkitkan motivasi dan minat siswa khususnya anak tunagrahita ringan untuk belajar.

3. Jenis-jenis Media

Ada banyak jenis media yang bisa di pakai dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan materi belajar yang akan di sampaikan. Nana Sudjana (2001: 3) mengemukakan jenis-jenis media yang digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media grafis adalah media dua dimensi yang dapat menyalurkan pesan dari materi pembelajaran, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, dan lain-lain. Media grafis yang sangat sering disebut media dua dimensi seperti gambar, foto.

(36)

c. Media proyeksi adalah media yang dapat digunakan dengan bantuan proyektor seperti file, film trips, penggunaan OHP.

d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran seperti lingkungan sekitar bisa dijadikan sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Kriteria Pemilihan Media

Dalam memilih media pembelajaran hendaknya memperhatikan kriteria yang sesuai dengan situasi dan kondisi penggunanya. Nana Sudjana (2001:5) kriteria dalam memilih media sebagai berikut:

a. Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang akan dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan dalam pemilihan media adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajarn yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.

b. Ketepatgunaan

Jika materi yang akan di pelajari adalah bagian-bagian dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan pencapaian akademik.

c. Keadaan siswa

(37)

media visual dari siswa tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.

d. Ketersediaan

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia, media merupakan alat bantu mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru dalam pembelajaran.

e. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

f. Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utamanya memudahkan guru.

g. Tersedia waktu untuk menggunakannya h. Sesuai dengan taraf berfikir anak.

Dalam kriteria pemilihan di atas disebutkan bahwa hendaknya kehadiran media dapat mempermudah guru dalam mengajar. Bagi anak tunagrahita ringan media merupakan sarana penunjang dan dapat meningkatkan kemampuan membaca.

5. Pengertian Media Pop-up book

Pop-up book merupakan media yang sering digunakan dalam

(38)

Pop-up book adalah sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak

dan interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putarannya. Desain gravis indonesia menjelaskan Pop-up adalah sebuah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa menampilkan bentuk 3 dimensi atau timbul.

Sedangkan menurut Joko Muktiono dalam Nila Rahmawati dan Dewi Komalasari (2014: 4), pop-up book adalah sebuah buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta membentuk obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang menakjubkan.

Dzuanda, dalam Scolastika, Wardono, Elyn (2014: 532) explain that Pop Up Book is a book that has movable parts or has a 3-D elements.

Dzunanda menjelaskan pengertian pop-up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka.

(39)

6. Manfaat Media Pop-up book

Segala sesuatu pasti memiliki manfaat, begitupun media pop-up book. Menurut Dzuanda dalam Nila Rahmawati dan Dewi Komalasari (2014: 4) , Media pop-up book memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, yaitu:

a. Media pop-up book memiliki tampilan yang menarik sehingga membuat anak bersikap untuk lebih menjaga buku dan memperlakukannya dengan lebih baik.

b. Media pop-up book digunakan dengan cara bercerita ataupun permainan sehingga anak lebih tertarik dan akan lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up memiliki bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua untuk duduk bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita (mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak).

c. Media pop-up book berbentuk tiga dimensi sehingga dapat mengembangkan kreatifitas anak dalam berfikir.

d. Media pop-up book dapat merangsang imajinasi anak karena memiliki tampilan seperti asli benda yang digambarkan.

e. Menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda).

(40)

Sedangkan Menurut Bluemel dan Taylor (2012; 4) menyebutkan beberapa kegunaan media pop-up book, yaitu:

a. Media pop-up book sengaja dirancang menarik untuk mengembangkan kecintaan anak muda terhadap buku dan membaca.

b. Bagi peserta didik anak usia dini untuk menjembatani hubungan antara situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya.

c. Bagi siswa yang lebih tua atau siswa berbakat dan memiliki kemampuan dapat berguna untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.

d. Bagi yang enggan membaca, anak-anak dengan ketidakmampuan belajar bahasa inggris sebagai bahasa kedua (ESL), dapat membantu siswa untuk menangkap makna melalui perwakilan gambar yang menarik dan untuk memunculkan keinginan serta dorongan membaca secara mandiri dengan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut secara terampil.

7. Langkah-langkah Penggunaan Media Pop-up Book

(41)

Terakhir membaca berupa kata disertai gambar seperti “apel”, “bola”,

“dadu”.

Pop-up book ini penggunaanya dengan cara membuka setiap

halaman lalu siswa diminta untuk menunjukkan huruf, mengeja penggalan kata, beserta kata. Ketika siswa sudah mampu membaca setiap abjad dengan benar, lalu dimajukan ke level yang lebih tinggi yaitu mengeja penggalan kata. Ketika siswa sudah lancar dan tidak ada lagi kesalahan dalam mengeja, selanjutnaya dinaikkan lagi levelnya ke membaca kata dengan lancar dan benar.

8. Bentuk Media Pop-Up Book

(42)

Gambar. 2 Apel Gambar. 3 bola

Gambar. 4 Dadu Gambar. 5 Gelas

(43)

Gambar. 8 Pena Gambar. 9 Rumah

Gambar. 10 Tas Gambar. 11 Udang

(44)

C. Hakikat Membaca bagi Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian membaca bagi anak tunagrahita ringan

(45)

connections. The four phases are: pre-alphabetic phases, partial

alphabetic phases, full alphabetic phases, and consolidated alphabetic

phases. Menurut Ehri dalam Rachel dan Sarah 2013: 38 ada empat fase

dalam proses membaca yaitu: fase belum mengenal abjad, fase mengenal sebagian abjad, fase mengenal seluruh abjad, fase menggabungkan huruf menjadi kata.

Menurut Hendry Guntur Taringan (2005:17) jenis-jenis membacan dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

a. Membaca permulaan merupakan awal dalam pengenalan membaca dan merupakan dasar dalam melanjutkan kemampuan membaca lanjut. b. Membaca lanjut adalah proses pemahaman makna melalui berbagai

tingkat pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Membaca lanjut dapat dibagi dalam: membaca nyaring, membaca eksensi, membaca intensif, membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide, membaca telaah bahasa, dan membaca sastra.

(46)

2. Membaca kata bagi anak tunagrahita ringan

Abdul chaer (2006:86) menjelaskan bahwa kata merupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa sebab kata itulah yang merupakan perwujudan bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan mempunyai peran didalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang dimiliki tergantung dari jenis atau macam-macam kata itu, seperti penggunaannya di dalam kalimat.

Oleh sebab itu, anak tunagrahita ringan sangat membutuhkan kemampuan membaca kata untuk dapat memperoleh pesan dan memperkaya ilmu pengetahuan.

3. Tujuan Membaca bagi anak tunagrahita ringan

Membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang termasuk anak tunagrahita ringan. Tujuan utama membaca adalah mencari informasi mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Berdasarkan uraian tersebut maka Semi (dalam Farida Rahim, 2007:4) menjelaskan bahwa secara umum tujuan membaca diangkatan sekolah dasar adalah:

a. Mengembagkan kesiapan anak agar sanggup dan bersedia belajar membaca.

b. Meningkatkan minat dalam membaca.

c. Menambahkan minat/perbendaharaan kata-kata anak agar mampu mengikuti pelajaran.

d. Meningkatkan minat dalam membaca rekreasi walaupun terbatas dalam kesenangan memperhatikan gambar-gambar. e. Meningkatkan dorongan dan kemampuan dalam menanggapi

berbagai informasi yang ditemui dalam membaca.

(47)

Sedangkan menurut Henry Guntur Taringan (2005: 9) tujuan membaca adalah berkemungkinan untuk:

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh penulis.

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita. c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi

pada setiap bagian cerita, masalah yang terdapat dalam cerita, dan memecahkan masalah.

Menurut M. Subana (2009: 236) “tujuan utama membaca adalah

mendidik anak-anak dalam waktu singkat dan cara yang mudah agar anak mampu membaca”. Kepandaian membaca merupakan dasar bagi anak untuk memperluas ilmu pengetahuan dan mengembangkan pribadinya pada masa pengajaran membaca permulaan agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik.

Berpedoman kepada pendapat diatas, Dapat dijelaskan bahwa membaca bagi anak tunagrahita ringan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dasar agar dapat memperluas ilmu pengetahuan dan mengembangkan pribadinya .

D. Penelitian yang Relevan

(48)

kata. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media kartu suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan. Jenis penelitian tindakan kelas. Peneliti mengembangkan penelitian ini dalam konteks yang berbeda yaitu menggunakan media pop-up book dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir peneliti tentang pelaksanaan penelitian, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. Menurut Sugiyono (2006:76) “kerangka konseptual adalah bagaimana teori-teori berhubungan dengan beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai masalah yang menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel”.

(49)

Bagan 1. Kerangka Konseptual VARIABEL

Variabel terikat (kemampuan membaca kata)

Variabel bebas (Media Pop-up

Book)

Bermain sambil belajar Pengamatan

langsung

Merangsang keaktifan

siswa

Membaca suku kata Menebak

gambar

Membedakan huruf Menunjukkan huruf pada kata menyebutk

an huruf pada kata

(50)

32

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) karena berdasarkan latar belakang penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran menggunakan media pop-up book yang dilakukan oleh guru dan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa khususnya dalam mata pelajatran Bahasa Indonesia. Zainal aqib, dkk (2009:3) menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil bekerja siswa meningkat. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyebutkan “tujuan

utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan masalah nyata yang ada di kelas, yang tidak saja bertujuan memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban mengapa hal itu dapat dipecahkan melalui tindakan yang dilakukan. penelitian ini dikembangkan secara bersama-sama oleh peneliti dan dan guru kelas untuk menentukan kebijakan dan pembangunan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca kata.

Suharsimi Arikunto (2008:2) ada tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu:

(51)

2. Tindakan : menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas : dalam hal ini terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari pendapat diatas jelaslah bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa mendapat hasil belajar lebih baik.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktek dan proses dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahn yang ada pada latar belakang maka peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran menggunakan media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan kelas V SLB Al-azhar Bukittinggi.

B. Subjek, dan Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

(52)

permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SLB Al-azhar Bukittinggi khususnya untuk siswa tunagrahita ringan kelas V . Peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. siswa tunagrahiata ringan kelas V/C SLB Al-azhar Bukittinggi sebagai subjek penerima tindakan. Anak yang menjadi subjek penelitian adalah ( B, dan I). Dimana siswa B kemampuan awalnya telah mengenal huruf vokal dan konsonan walaupun masih ada yang tertukar, sudah bisa menyambungkan setiap huruf dalam penggalan kata seperti B dengan U dibaca bu, K dengan U dibaca ku namun untuk menggabungkan sehingga menjadi kata siswa B terkadang agak ragu. Siswa I memiliki kemampuan yang hampir sama yaitu sudah bisa membaca abjad dari A sampai dengan Z namun masih ada huruf yang asal dibaca jika ditunjukkan huruf satu persatu lalu membacanya dan ketika membaca kata siswa I hanya sekedar bisa menyebutkan huruf satu persatu.

b. Guru kelas V/C SLB Al-azhar Bukittinggi sebagai subjek pemberi tindakan yang akan berkolaborasi dengan peneliti. Guru kelas yang menjadi subjek peneliti berlatar belakang pendidikan Strata satu Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan kurang lebih sudah empat tahun menjadi tenaga pengajar di SLB Al-azhar Bukittinggi.

2. Setting Penelitian

(53)

penelitian di dalam ruangan kelas V/C SLB Al-azhar Bukittinggi. Kelas V/C memliki siswa lima orang siswa dan yang akan menjadi subjek penelitian peneliti hanya terfokus pada dua orang siswa yang mengalami kesulitan membaca.

Didalam kelas V/C terdapat satu papan tulis, empat meja dan kursi siswa serta satu meja dan kursi guru, dan satu buah lemari buku. Dinding kelas terdapat daftar piket, daftar pelajaran, tulisan ayat kursi, nama-nama nabi dan rosul, dan lain-lain.

C. Alur Kerja Penelitian Tindakan Kelas

(54)

Alur penelitian tindakan kelas

Bagan 2. Alur Kerja Penelitian Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus 1:

1. Perencanaan

Tahap ini berupa kegiatan menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan, adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyiapkan program pembelajaran (RPP). Perencananaa media pop-up book

Refleksi I

Rencana Tindakan

(55)

Program pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa, yang mana siswa tunagrahita ringan kelas V/C mengalami kesulitan dalam membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Peneliti merancang program pembelajaran bersama dengan guru kels yang mana pembelajaran direncanakan selama dua siklus. Siklus I dengan materi membaca, menunjukkan, dan membedakan huruf pada kata. Sedangkan pada siklus II materi yang diberikan lebih menekankan kepada membaca penggalan kata dan kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u].

rencana pelaksanaan pembelajaaran menggunakan pop-up

book memiliki beberapa komponen yaitu:

1. Menetapkan alokasi waktu yaitu 2x30 menit.

2. Menetapkan standar kompetensi yang sesuai yaitu memperoleh informasi melalui bacaan.

3. Menetapkan kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang akan diberikan yaitu membaca nama-nama benda dua suku kata.

(56)

menyebutkan nama-nama benda sesuai gambar, membaca penggalan kata (a-pel, da-du, bo-la, ge-las, pe-na, na-si, wor-tel, tas, ru-mah, u-dang, kam-bing, mang-ga), dan membaca kata (apel, dadu, bola, gelas, pena, nasi, wortel, tas, rumah, udang, kambing, mangga)

5. Merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator.

6. Menyiapkan materi yang akan diajarkan dan menyususn langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. b. Menyiapkan media pop-up book.

Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan sendiri dan dengan masukan dari guru kelas. Media pop-up book yang peneliti buat berbentuk buku dan didalamnya terdapat gambar dan kata (apel, dadu, bola, gelas, pena, nasi, wortel, tas, rumah, udang, kambing, mangga) yang nantinya akan dibaca oleh siswa. Media ini juga didukung dengan media kartu huruf. Peneliti sendiri memnyiapkan media menggunakan berbagai bahan yaitu laptop kertas karton, kertas HVS, printer dengan tinta warna, lem, dan gunting,

(57)

sebanyak huruf abjad kemudian ditempel sehingga membentuk sebuah buku. Setelah kering, print gambar yang akan digunakan untuk penelitian serta tulisan nama benda yang ada pada gambar, kemudian gunting dan tempel pada sebuah kertas karton yang telah disesuaikan dengan ukuran gambar. Setelah itu tempelkan pada buku yang telah disiapkan dengan berbentuk penampang. Terakhir tempelkan tulisan nama benda dibawah gambar.

Sehingga berbentuk seperti berikut:

Gambar 14: Bentuk media pop-up book

c. Menyiapkan pedoman observasi.

(58)

observasi ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan dimana observasi dilakukan dengan memperhatikan kegiatan guru dan siswa yang diisi dalam betuk deskripsi dengan kata-kata.

Pedoman observasi disusun menyesuaikan dengan langakh-langkah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari:

i. Kegiatan awal: membukan pelajaran dan memberi salam, mengkoordinasikan kelas, berdoa, absensi, apersepsi, motivasi sebelum belajar.

ii. Kegiatan inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi yaitu guru menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa mendengarkan dan merespon secara aktif penjelasan guru.

iii. Kegiatan akhir: memastikan pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan, menyimpulkan, penekanan materi, dan pemberian tugas, penutup d. Menyiapkan soal tes

Soal tes berguna untuk melihat kemampuan membaca kata pada anak tunagrahita ringan. Soal ter sediri disiapkan sesuai dengan materi yang telah direncanakan pada program pembelajaran. Peneliti mempersiapkan soal tes untuk setiap pertemuan baik itu tes tulis maupun tes lisan.

(59)

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dengan mengajarkan cara merangkai bunyi huruf menjadi suku kata dan cara menggabungkan suku kata melalui media pop-up book serta berkolaborasi dengan guru yang langkah-langkah penggunaan media

pop-up book adalah sebagai berikut:

a. Pada awal pelajaran peneliti menerangkan terlebih dahulu materi yang diajarkan tentang “nama-nama benda” yang mengandung

huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u] dengan memperlihatkan gambar yang ada pada pop-up book. selain itu peneliti juga bertanya jawab dengan siswa tentang nama benda yang sudah siswa ketahui selain nama benda yang sudah peneliti jelaskan.

b. Setelah menerangkan materi, peneliti meminta siswa untuk membentuk lingkaran. Media diletakkan ditengah, lalu peneliti menjelaskan cara penggunaan media. Setelah siswa paham tentang cara penggunaan media, peneliti meminta siswa untuk mengambil kartu huruf secara bergantian dan menyebutkan huruf yang

(60)

c. Setelah siswa menyebutkan, membedakan dan menunjukkan huruf, siswa diminta untuk menyebutkan setiap huruf yang tertulis pada kata.

d. Selanjutnya siswa merangkai huruf yang telah disebutkan sebelumnya menjadi suku kata.

e. Terakhir siswa membaca suku kata menjadi kata yang telah dirangkai menjadi kata.

f. Dikegiatan akhir guru menanyakan tentang pemahaman siswa dengan materi yang telah dipelajari, jika ada siswa yang masih ragu guru menjelaskan kembali secara sekilas. Kemudia guru dan siswa menyimpulkan tentang materi pelajaran bersama-sama. g. Sebelum mengakhiri pelajaran peneliti memberikan tes kepada

siswa dalam bentuk tulis dan lisan. 3. Observasi

Pada tahap ini lakukan pengamatan dan mencatat semua yang terjadi selama pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan berpedoman pada format observasi, kegiatan yang akan dilakukan adalah melihat dan mengamati peningkatan kemampuan membaca kata anak tunagrahita ringan melali media pop-up book.

(61)

doa dan siswa siap untuk belajar guru menjelaskan materi pelajaran dan cara menggunakan media lalu siswa mendengarkan dan diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang kurang jelas dari penjelasan guru. Pada kegiatan inti guru dan siswa duduk melingkar dengan media ditenga-tengah lalu siswa dan guru bermain kartu huruf sesuai dengan instruksi yang telah dijelaskan tentang cara penggunaan media

pop-up book. siswa secara bergantian mengambil kartu yang ada lalu menyebutkan huruf yang didapat kemudian mencari huruf tersebut pada pop-up book. Selanjutnya siswa menyebutkan gambar yang ada pada halaman yang dibuka kemudian siswa menunjukkan huruf, penggalan kata dan kata yang tertulis. Pada kegiatan akhir siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dan bersama- sama menyimpulkan materi pelajaran.

Berdasarkan penjelasan kegiatan diatas maka peneliti dan guru mengamati bagaimana kegiatan siswa dan guru pada setiap tahap dalam proses pembelajaran. Kemudian guru dan peneliti mendiskusikan tentang hal yang harus diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya.

4. Refleksi

(62)

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data hasil observasi berdasarkan tindakan yang telah dilakukan kemudian guru dan peneliti bersama-sama melakukan analisis dan merenungkan bagaimana keberhasilan atau kegagalan dalam menggunakan media pop-up book

untuk meningkatkan kemampuan membaca kata. D. Devinisi Operasional Variabel

Supaya tidak terjadi kesalahpahama, maka dalam penelitian ini ada hal pokok yang perlu dijelaskan.

1. Meningkatkan kemampuan membaca kata adalah siswa mampu merangkai huruf dan membaca kata yang telah disediakan dalam Pop-up Book yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. 2. Media pop-up book yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

media yang terbuat dari kertas tebal sebagai alas dan kertas tipis sebagai tulisan yang nantinya akan dibaca siswa disertai gambar yang berbentuk tiga dimensi.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data

Sesuai dengan data yang dikumpulkan dalam penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini hanya menggunakan teknik observasi dan tes. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara:

(63)

peneliti melihat kemampuan anak tunagrahita ringan kelas V/C dalam menanggapi penjelasan dan pemahaman siswa akan materi yang telah dijelaskan guru dalam materi membaca kata melalui media pop-up book yang digunakan oleh guru. observasi ini bukan hanya memperhatikan gerak dan kemampuan siswa, namun juga memperhatikan cara guru dalam mengajar untuk dapat meningkatkan kemampuan guru pada pertemuan selanjutnya.

b. Tes, tes yang dilakukan adalah tes pada saat melakukan tindakan, yaitu perbuatan untuk melihat kemampuan siswa dalam membaca kata. Dalam penelitian ini tes yang dilakukan adalah meminta siswa untuk menunjukkan huruf dalam kata, membedakan huruf, dan menunjukkan huruf dalam kata kemudian siswa membaca penggalan kata dan kata sesuai materi pada setiap pertemuan. Tes terkadang dilakukan dalam bentuk tulis seperti melingkari huruf yang sama dalam materi membedakan huruf. Dari hasil tes dan observasi ini peneliti mengolah data dalam bentuk kualitatif

2. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes langsung kepada siswa dan dicatat dengan menggunakan persentase. Menghitung hasil belajar siswa:

Nilai = �� � ℎ � � ℎ�

(64)

Berdasarkan hasil penelitian ini didapat hasil tes pada siklus I diperoleh hasil bahwa:

B = B: 38

42100% = 90,5% TB:4

42100% = 9,5%

I= B: 29

42100% = 69,05%

TB: : 13

42100% = 30,95%

Sedangkan siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

B= B: 24

24100% = 100%

TB: 0

24100% = 0%

I= B:14

24100% = 58,3%

TB:10

24100% = 41,7%

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti lakukan bersifat kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Nurul Zuriah (2003:120) menjelaskan bahwa teknik analisa terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi

(65)

catatan lapangan setiap kali pertemuan dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan hasil pembelajaran pada setiap pertemuan. Analisis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berulang-ulang, lalu dianalisis, semua data yang telah dikumpulkan tetap menggambarkan proses pelaksanaan membaca kata dan hasil yang telah dicapai oleh anak. Dengan menggunakan media pop-up book untuk meningkatkan kemampuan membaca kata khususnya membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u] pada anak tunagrahita ringan. Semua data yang telah disimpulkan dari beberapa pertemuan tetap menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai oleh anak. Dari hasil catatan lapangan yang telah disimpulkan, maka didapat hasil prestasi siswa dalam membaca kata meningkat dan proses pembelajaran semakin membaik dalam setiap pertemuan.

2. Penyajian data

Data yang diperoleh merupakan data kemampuan membaca kata bagi anak tunagrahita ringan kelas V/C melalui penggunaan media pop-up book yang dijabarkan dalam bentuk naratif sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. 3. Penarikan kesimpulan

(66)

ringan kelas V/C dalam membaca kata menggunakan media pop-up book

(67)

9

1. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Media Pop-up Book

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Al-azhar Bukittinggi. Penelitian dilakukan pada kelas V.C yang memiliki 4 orang siswa namun yang menjadi subjek penelitian peneliti hanya 2 orang siswa yang mana terdiri dari 1 orang siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan serta guru kelas V/C SLB Al-azhar Bukittinggi. Peneliti hanya berfokus pada dua orang siswa karena dua orang siswa lainnya sudah bisa membaca dan tidak masuk kedalam kategori anak tunagrahita ringan. Sedangkan dua siswa yang menjadi subjek penelitian ini merupakan anak tunagrahita ringan dan mengalami kesulitan membaca kata yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u].

(68)

tidak merasa terbebani dan bosan. Untuk itu peneliti membagi materi pada siklus I untuk mengenal huruf mulai dari menunjuk huruf dan membedakan huruf. Sedangkan pada siklus II peneliti memberikan materi tentang penggalan kata dan membaca kata benda.

Dalam proses pemebelajaran siklus 1 peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti berusaha agar siswa dapat memahami dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan hadirnya guru kolaborator didalam kelas diharapkan dapat membantu dalam memberi pendapat kepada peneliti dalam hal menyususn perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran, mengamati proses pelaksanaan pembelajaran baik itu dari segi peneliti yang memberikan mater, penggunaan media dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan melakukan refleksi bersama peneliti untuk menentukan langkah berikutnya.

(69)

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu:

Pelaksanaan siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan dan waktu yang digunakan 2x30 menit. Tindakan dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dan evaluasi setiap akhir pertemuan. Setiap pertemuan peneliti melakukan pengamatan terhadap pengaruh penggunaan media pop-up book dalam meningkatkan kemampuan membedakan dan membedakan huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u] kemudian dilakukan perenungan terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya perbaikan dari kekurangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran tentang membaca kata dan motivasi untuk belajar siswa.

(70)

yang cara menggunakannya dengan guru mengacak kartu lalu guru meminta siswa untuk mengambil kartu paling atas lalu siswa menunjukkan huruf apa yang tertulis pada kartu dan siswa mencari kata yang berawalan huruf tersebut kemudian menunjukkan huruf tersebut didalam kata yang ada didalam pop-up book secara bergantian. Diakhir pelajaran siswa di berikan latihan. Setelah

siswa menyelesaikan latihan peneliti menyimpulkan pelajaran dan melakukan evaluasi. Dari beberapa kegiatan yang telah diberikan, maka peneliti dan kolaborator mendapatkan hasil bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, siswa sudah dapat menunjukkan dan membedakan huruf [a] dengan [d], [g] dengan [p], [b] dengan [d], [n] dengan [m], [m], dengan [w], [t] dengan [r], [u] dengan [n], [q] dengan [p], [q] dengan [g].

Penggunaan media pop-up book sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca kata yang dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus I dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, dengan evaluasi di setiap akhir pertemuan. Pada pertemuan I dan II peneliti masuk kedalam kelas sekitar pukul 09.00 WIB dan pukul 11.00 WIB pada pertemuan III dan IV. Setiba di kelas, peneliti membersihkan kelas dan merapikan tempat duduk siswa. setelah ruang kelas bersih dan tersusun rapi barulah peneliti memulai pelajaran dengan membaca doa dan melakukan appersepsi.

(71)

[u]. Lalu pada pertemuan ketiga peneliti menjelaskan tentang perbedaan huruf [a] dengan [d], [g] dengan [p], [b] dengan [d], [n] dengan [m], [m], dengan [w], [t] dengan [r], [u] dengan [n], [q] dengan [p], [q] dengan [g], dan pada pertemuan keempat peneliti menjelaskan tentang nama-nama benda.

Setelah peneliti menjelaskan materi pelajaran, lalu peneliti meminta siswa menunjukkan setiap huruf yang peneliti tuliskan di papan tulis secara bersama dan bergantian. namun, pada saat materi membedakan huruf, peneliti meminta siswa untuk berpartisipasi menyebutkan perbedaan huruf yang yang peneliti tuliskan di papan tulis tapi sebelumnya peneliti menyebutkan terlebih dahulu perbedaanya.

setelah itu peneliti mengajak siswa untuk bermain dan membentuk lingkaran. Lalu, peneliti menerangkan cara bermainnya. Yaitu, pertama-tama peneliti akan mengocok kartu lalu siswa secara bergantian mengambil kartu yang ada di tangan peneliti, kemudian siswa memperlihatkan huruf yang mereka dapatkan dan memperlihatkannya kepada siswa lain. Lalu, peneliti meminta siswa yang mengambil huruf tersebut untuk mencari huruf yang didapat pada pop-up book yang peneliti sediakan. Lalu, peneliti meminta siswa bersama-sama menyebutkan gambar yang ada pada halaman tersebut. Kemudian siswa yang mengambil kartu, menunjuk huruf yang peneliti sebutkan. Begitu terus secara bergantian.

(72)

sudah lancar menunjukkan setiap huruf yang peneliti ajarkan. Sedangkan siswa I kesulitan menunjukkan huruf p karena memiliki kesamaan dengan huruf b dan d. Oleh karena itu pada setiap pertemuan peneliti mengajarkan siswa I untuk membedakan huruf p. Selain kesulitan menunjukkan huruf p siswa I juga sulit untuk membedakan huruf b,d,p,dan g karena terlihat mirip. Namun semenjak peneliti menjelaskan tentang perbedaan pada masing-masing huruf siswa I mulai berusaha berfikir sebelum menunjukkan huruf yang peneliti minta siswa I untuk menyebutkan.

Pada kegiatan akhir, peneliti menyimpulkan pelajaran dengan menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum mengerti. Kemudian peneliti menyimpulkan pelajaran dari awal pembelajaran samapi akhir pembelajarandengan mengadakan tanya jawab. Kemudian peneliti mengadakan evaluasi untuk mngetahui hasil kemampuan siswa terhadap materi yang peneliti berikan. Evaluasi yang dilakukan yaitu tes perbuatan tulis dan lisan.

(73)

Langkah-langkah yang peneliti berikan yaitu menunjukkan huruf lalu membedakan huruf [a] dengan [d], [g] dengan [p], [b] dengan [d], [n] dengan [m], [m], dengan [w], [t] dengan [r], [u] dengan [n], [q] dengan [p], [q] dengan [g]. Pertama-tama peneliti memberikan contoh cara membaca setiap huruf. Setelah materi tentang huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Peneliti dengan guru kolaborator melihat kondisi dalam pembelajaran dimana baik siswa B, dan I secara keseluruhan masih ada melakukan kesalahan dalam membaca dan membedakan huruf. Untuk itu kolaborator dan peneliti bersepakat untuk melanjutkan materi ke siklus II.

(74)

membaca walaupun masih ditemukan kesalahan siswa dalam membaca namun secara keseluruhan dilihat sudah ada peningkatan.

Kegiatan refleksi dilakukan dengan cara kolaborator atau pengamat mendiskusikan hasil observasi kepada peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran membaca menggunakan media pop-up book. peneliti dan kolaborator sepakat secara umum siklus I telah terjadi peningkatan walaupun belum sepenuhnya. Dimana, B dan I sudah dapat membaca dan membedakan huruf dengan benar dan dengan bantuan. Secara kesuluhan, siswa sudah dapat mencapai semua indikator pada siklus I denagn benar dan dengan bantuan. Dari hasil observasi, tes lisan dan tulis yang peneliti lakukan didapatkan kemampuan siswa pada siklus I yaitu siswa B bisa membaca dengan benar dan dengan bantuan sudah mencapai angka 97% , siswa I 78,5%. Sudah sempurna namun belum mencapai tujuan utama dari penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan membaca kata mulai dari mengenal huruf sampai dengan membaca kata.

Dari hasil diatas, maka peneliti dan kolaborator yakin siswa bisa diberikan materi yang lebih susah yaitu materi tentang penggalan kata dan membaca kata benda. Untuk itu peneliti dan kolaborator bersepakat untuk melanjutkan kesiklus II dengan materi tersebut.

Pelaksanaan siklus II

(75)

memberikan materi tentang penggalan kata dan membaca kata benda untuk mencapai ketuntasan dalam tugas membaca kata.

Hasil siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menunjukkan huruf dan membedakan huruf [a] dengan [d], [g] dengan [p], [b] dengan [d], [n] dengan [m], [m], dengan [w], [t] dengan [r], [u] dengan [n], [q] dengan [p], [q] dengan [g]. Sudah dapat mengucapkan huruf dengan benar dan dengan bantuan. Peneliti dan kolaborator kembali merencanakan sebuah tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan membuat siswa termotivasi dalam belajar. Perencanaan yang peneliti lakukan dalam menggunakan media pop-up book. kegiatanan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun

rancangan pelaksanaan pembelajaran tentang menunjukkan huruf, membaca penggalan kata, dan membaca kata benda dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca kata pada anak tunagrahita ringan kelas V.C. membuat rancangan pembelajaran, menentukan strategi, media dan pengelolaan kelas, membuat soal tes, membuat lembar kerja siswa, dan membuat format dan teknik penilaian. Kegiatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator pada planing siklus II yaitu peneliti bersama kolaborator merencanakan pembelajaran pada kegiatam membaca kata yang ada yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Dan menyelesaikan latihan. Secara terperinci dijabarkan sebagai berikut:

(76)

[a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Maka, pada siklus II peneliti dan kolaborator menyusun materi tentang membaca penggalan kata dan membaca kata benda yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u].

2. Memberikan materi dengan menggunakan metode yang bervariasi seprti ceramah, tanya jawab, penugasan, dan bermain.

3. Mengadakan evaluasi pada akhir pertemuan, evaluasi yang akan digunakan adalah tes perbuatan.

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sama dengan siklus I, namun pada siklus II ini diberi materi tambahan tentang penggalan kata dan membaca kata benda yang mengandung huruf [a], [d], [g], [p], [b], [d], [n], [m], [w], [t], [r], dan [u]. Tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dan evaluasi setiap kali akhir pertemuan. Setiap pertemuan peneliti melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya perbaikan dari kekurangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran tentang membaca kata dan motivasi siswa untuk belajar.

Gambar

Gambar. 1 Cover pop-up book
Gambar. 3 bola
Gambar. 9 Rumah
Gambar 14: Bentuk media pop-up book
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari plot data observasi tegangan terhadap waktu dan kadar baterai sel basah dengan cairan elektrolit berupa potassium hidroksida (KOH), diketahui bahwa variabel

Apabila dilihat dari sisi pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak akibat dilakukannya proses penagihan pajak, maka hasilnya pun

Metode pelaksanaan penelitian dengan cara : (a) menentukan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 4 titik pengamatan; (b)

Sinar jenis ini menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi banyak kehidupan makhluk hidup yang ada di muka bumi, namun demikian banyak pula peran positif yang

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan: (a) langkah pembelajaran dengan metode inkuiri pada pokok bahasan aturan perkalian

Temperamen tokoh Sandjojo cenderung ke arah temperamen sanguinis yang berupa keras kepala dengan tidak ingin pulang ke kampung halaman sebelum mendapatkan intan

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)

Menjadi sangat menarik mengkaji komunikasi politik dalam konteks peran yang dilakukan oleh para komunikator politik baik dalam hal mengkaji informasi yang dhadirkan