• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perspekti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perspekti"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perspektif Syari’ah

Oleh: Ali Muhayatsyah 1

A. Pendahuluan

Dalam bidang ekonomi khususnya di lingkungan bisnis yang mengembangkan manajemen

secara teoritis dan praktis, manajemen strategik telah cukup lama dikenal dan

dikembangkan. Pengimplementasian manajemen strategik di lingkungan organisasi bidang

bisnis didasari oleh falsafah yang berisi nilai-nilai persaingan bebas antar organisasi bisnis

sejenis, melalui pendayagunaan semua sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang

bersifat strategik. Tujuan tersebut adalah mempertahankan dan mengembangkan eksistensi

masing-masing untuk jangka waktu panjang, melalui kemampuan meraih laba kompetitif

secara berkelanjutan.

Dalam perjalanan organisasi, mengetahui perkembangan organisasi selama kurun

waktu tertentu tidak terbaca hanya dengan melalui evaluasi kerja (output) saja. Kerja organisasi tidak semata-mata kerja mekanik. Oleh sebab itu pembaharuan organisasi

menjadi penting. Untuk menjawab kebutuhan tersebut kita perlu mengenal tahap-tahap

kehidupan organisasi dari waktu ke waktu. Bagaimana para pemimpin dan anggota

organisasi dapat menanggulangi tantangan yang dihadapinya pada masa sekarang dan di

masa yang akan datang? Bagaimana organisasinya harus merespon lingkungan yang

bergolak di mana organisasi sedang berjalan? Bagaimana para organizer dapat membangun

kekuatan organisasi dan mengambil keuntungan dari peluang sambil meminimalkan

kelemahan dan mengatasi ancaman terhadap organisasinya? Untuk menjawabnya para

organisatoris harus menjadi ahli strategi yang efektif jikalau organisasi mereka ingin

memenuhi misinya dan mencapai tujuannya di masa depan.

Lingkungan bisnis adalah salah satu kegiatan yang berupa perbisnisan yang di

lakukan seseorang dalam suatu usaha, di mana pada usaha tersebut kita di tuntut untuk

menjalankan atau mengelola suatu usaha tersebut dengan sebaik-baiknya. Setiap organisasi

baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial, yayasan, organisasi

kemasyarakatan, maupun organisasi keagamaan selalu mempunyai visi, misi, dan tujuan.

(2)

Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang

dimotori oleh pimpinannya membuat strategi dan taktik serta analisa lapangan yang

dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan meliputi langkah-langkah

kerja, jadwal serta penanggung jawab, di dalam organisasi sering disebut sebagai planning,

organizing, actuiting, controling.

Organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya harus dikelola secara

profesional. Pengelolaan organisasi yang profesional akan membentuk budaya organisasi

yang profesional, sebaliknya organisasi yang seadanya dan sekedar amatiran, tanpa

pemikiran yang mendalam, sistematis, serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya

organisasi yang seadanya dan efektifitas dari pencapaian tujuan organisasi yang kurang

baik.2

Dari sini kita perlu mencermati bahwa organisasi bisnis yang selama ini dijalankan

sudah cukup sesuai dengan harapan yang diinginkan, untuk itu organisasi bisnis

e utuhka alat ko u ikasi ya g dapat digu aka u tuk e gko u ikasika re a a -rencana strategis tersebut kepada semua anggota organisasi sebagaimana sesuai dengan

ajaran Islam.

B. Organisasi Bisnis

1. Pengertian Organisasi Bisnis

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi. Organisasi pada dasarnya

digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama

secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,

dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang

digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.3

Ada beberapa pengertian organisasi menurut para ahli dalam mendefinisikan

istilah organisasi sebagai berikut:

 Chester I. Bernard berpendapat organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.4

2 Al-Hijrah, Pe i pi Orga isasi Me urut Ka a ata Isla ,

http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=103, akses tanggal 7 April 2012.

3 Wikipedia, Orga isasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, akses tanggal 7 April 2012.

(3)

 James D. Mooney mengemukakan organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.5

 Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat

diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai

suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.6

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa organisasi adalah

sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu . Dari definisi yang sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan

tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri,

melainkan saling kait merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi

digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh

berbagai asas tertentu.7

Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik adalah suatu

organisasi bisnis akan melakukan aktifitas bisnis dalam bentuk memproduksi dan atau

mendistribusi barang dan/atau jasa, mencari profit dan mencoba memuaskan

keinginan konsumen atau bisa dikatakan berorientasi profit. Sedangkan organisasi publik berorienasi non-profit. Selain itu perbedaan lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan financial, stakeholders, dan outcome. Meskipun organisasi publik tidak bertujuan untuk mencari profit, organisasi ini terdiri dari unit-unit yang saling terkait yang mempunyai misi yang sama yaitu melayani masyarakat. Untuk itu organisasi

publik harus dapat menterjemahkan misinya kedalam strategi, tujuan, ukuran serta

target yang ingin dicapai. Kemudian dikomunikasikan kepada unit-unit yang ada untuk

dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai tujuan yang sama yaitu

pencapaian misi organisasi.8

5 Ibid., hlm. 23.

6Wikipedia, Orga isasi, ..., akses ta ggal 7 April .

7 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, hlm. 40.

(4)

2. Tujuan Organisasi Bisnis

Sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dulu harus menetapkan misi

atau maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar

yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan

mengindentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.9

Penetapan tujuan-tujuan strategik organisasi merupakan tahap paling kritis dalam

proses perencanaan strategik. Tujuan-tujuan strategik yang dipilih akan menentukan

kegiatan-kegiatan dan mengikat surber daya organisasi untuk jangka waktu yang

panjang. Karena alasan ini, tujuan-tujuan strategik sering ditetapkan oleh para manajer

puncak atau tingkatan atas, biasanya setelah mempertimbangkan sejumlah alternatif

tujuan.10

Peter Drucker mengindentifikasi secara terperinci 8 bidang pokok di mana

perusahaan/organisasi bisnis harus menetapkan tujuan, yaitu sebagai berikut:11

a) Posisi Pasar. Perusahaan harus menetapkan tujuan mengenai bagian pasar yang

aka dire ut . Bagia pasar ya g pali g aik dapat dite tuka elalui a alisa )

langganan dan produk atau jasa, 2) segmen pasar (kelompok yang membeli produk

atau jasa), dan 3) saluran distribusi.

b) Produktifitas. Produktifitas atau efisiensi adalah rasio antara masukan dengan

keluaran organisasi. Masukan seperti tenaga kerja, peralatan, dan keuangan yang

digunakan untuk memproduksi keluaran

c) Sumber daya fisik dan keuangan. Bagaimana sumber daya tersebut akan di

kembangkan dan digunakan? Tujuan harus ditetapkan dengan memperhatikan

mesin dan peralatan serta penyediaan bahan baku.

d) Profitabilitas. Tujuan laba penting untuk mencapai tujuan-tujuan lain, menyangkut

1) penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk inovasi, 2) kekuatan

keuangan untuk mengganti mesin dan peralatan dan 3) pengupahan yang

dibutuhkan untuk menarik personalia.

9 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm. 108.

10 Ibid., hlm. 109.

(5)

e) Inovasi. Ada kebutuhan terus menerus akan produk atau jasa baru dan inovatif.

Walaupun sesuatu yang baru selalu mengandung risiko, tetapi juga mempunyai

kemungkinan hasil yang tinggi.

f) Prestasi dan pengembangan manajer. Kelangsungan hidup banyak organisasi

tergantung pada kekuatan manajemen yang inovatif. Organisasi perlu menetapkan

tujuan sehubungan dengan kualitas pelaksanaan manajemen dan untuk menjamin

pengembangan para manajer di semua tingkatan.

g) Prestasi dan sikap karyawan. Karyawan operatif melaksanakan sebagian besar

pekerjaan normal dan rutin di setiap organisasi. Operasi-operasi banyak

perusahaan terganggu karena pemogokan karyawan, oleh karena itu, organisasi

perlu menetapkan tujuan menyangkut faktor-faktor karyawan seperti keluaran

karyawan, kualitas produk, dan tingkatan semangat kerja yang memberikan

kegunan bagi manajemen dalam pencapaian efektifitas.

h) Tanggung jawab sosial dan publik. Tujuan-tujuan ini ditetapkan perusahaan untuk

e a ga i oikot pu lik, kegiata -kegiatan hukum, kegiatan-kegiatan pemerintah, kelompok-kelompok berkepentingan, dan sebagainya.

Agar perumusan tujuan efektif, manajer perlu memperhatikan beberapa

ketentuan sebagai berikut:

a) Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang

bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan.

b) Manajer puncak sebagai perumus tujuan umum, hendaknya bertanggung jawab

untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan-tingkatan lebih rendah.

c) Tujuan harus realistik, diselaraskan dengan lingkungan internal dan ekternal, baik

sekarang maupun di waktu yang akan datang.

d) Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang para anggota organisasi.

e) Tujuan-tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah

dipahami dan diingat oleh para pelaksana.

f) Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum.

g) Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan yang telah ditetapkan, dan bila

(6)

C. Bentuk Organiasi Bisnis dalam Perspektif Syari’ah

Dalam Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari profit

(nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan

benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang

bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan

lainnya. Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak mulia) dalam

setiap aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan

persaudaraan yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional, dengan

tujuan perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam menjalankan sebuah perusahaan agar berjalan dengan lancar dan mencapai

visi, misi dan tujuan yang diinginkan maka perusahaan itu harus terorganisasi dengan baik,

dengan pengorganisasian semua aktivitas dapat berjalan dengan baik. Di dunia bisnis

organisasi itu disebut dengan organisasi bisnis di mana di dalam organisasi bisnis itu

terdapat spesialisasi kerja yang jelas berdasarkan keahlian dan kemampuan masing-masing

karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mudah dan tidak

membutuhkan jangka waktu yang lama. Sedangkan di dalam dunia bisnis Islam organisasi

bisnis itu disebut juga dengan syirkah (kerja sama).

Islam memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem yang tengah

erjala . Ia e iliki akar dala syari’at ya g e e tuk pa da ga dunia sekaligus sasaran-sasaran dan maqashid asy-syari’ah (strategi) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang dikehendaki Islam secara mendasar

bukanlah material. Mereka didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang falah

(kebahagiaan manusia) dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek ukhuwah

(persaudaraan), keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual

manusia.12

Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, dibutuhkan sebuah

bentuk kemitraan yang diartikan sebagai kerjasama pihak yang mempunyai modal dengan

pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Esensi kemitraan (syirkah)

(7)

jika ditinjau dari sudut pandang tujuan perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha

yang ada dapat dimanfaatkan pula oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian

untuk memupuk jiwa wirausaha, bersama-sama dengan pengusaha yang telah diakui

keberadaannya. Pada dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika

kaidah saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat

dipertahankan dan dijadikan komitmen dasar yang kuat diantara para pelaku kemitraan.13

Implementasi kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan

mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam persekutuan untuk

menghindari persaingan. Pola yang dijalankan dalam konsep kemitraan harus dilandasi

dengan prinsip-prinsip partisipatif (saling berperan aktif) dan kolaboratif (saling bekerjasama bergabung menjadi satu) yang melibatkan seluruh pihak yang bersangkutan

dalam kemitraan yang dijalankan. Disamping itu harus memiliki sistem manajemen yang

bagus.

Islam tidak menolak setiap kerjasama yang memungkinkan terbentuknya organisasi

bisnis yang menguntungkan. Sesungguhnya salah satu tujuan dasar Islam adalah

menggunakan semua sumber dan kekuatan negara dalam memproduksi kekayaan serta

untuk mengkoordinasikan persediaan tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan dalam

kepentingan masyarakat. Semua bentuk organisasi bisnis seperti perdagangan, perniagaan,

pendidikan, transportasi, pembangunan dan masih banyak lagi dibentuk kaum muslimin

untuk melangsungkan perekonomian saat itu. Semua ini dan ribuan lebih organisasi bisnis

dapat dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip yang sama untuk pembangunan ekonomi kita

dan untuk memenuhi tuntutan zaman modern pada saat ini.14

Kerjasama untuk saling memperoleh keuntungan, apabila sesuai dengan etika bisnis

dalam Islam, maka hal tersebut dibolehkan, bahkan dianjurkan. Namun masyarakat dewasa

ini menghadapi suatu masalah yang sangat dilematis. Meskipun berpartisipasi aktif dalam

dunia bisnis, namun dalam pikiran mereka juga ada semacam ketidakpastian apakah

praktek-praktek bisnis mereka benar menurut pandangan Islam. Masalah yang terjadi yaitu

bentuk-bentuk baru, institusi, metode atau teknik-teknik bisnis yang sebelumnya belum

pernah ada telah menyebabkan keraguan tersebut, sehingga dalam beberapa kasus, mereka

13 Ibid., hlm. 16-17.

(8)

tetap mengikuti sistem tersebut dengan perasaan bersalah karena mereka merasa tidak

menemukan jalan keluar.15

Semua bentuk organisasi bisnis yang didalamnya ada dua orang atau lebih

bekerjasama dalam hal dana, kewiraswastaan, ketrampilan, dan niat baik untuk

menjalankan suatu usaha, oleh para fuqaha dikategorikan dalam bentuk organsisasi

mudharabah, musyarakah ataupun syirkah. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada apakah semua partner dalam kerjasama itu memberikan kontribusi terhadap manajemen dan keuangan ataukah hanya salah satu diantaranya.16

Pada dasarnya bangunan bisnis Islam bisa dibandingkan dalam sejumlah aspeknya

dengan bisnis non-Islam. Berikut ini adalah beberapa rangkuman ikhtisar anatomi bisnis

Islami dengan bisnis yang tidak Islam (konvensional sekuler):17

a) Aqidah Islam menggunakan nilai-nilai transendental, sedangkan asas sekulerisme

menggunakan nilai-nilai material.

b) Dalam organisasi bisnis Islam berorientasi pada profit dan benefit (non materi), pertumbuhan, keberlangsungan, dan keberkahan. Sedangkan dalam bisnis biasa

berorientasi pada Profit, pertumbuhan, dan keberlangsungan.

c) Strategi induk dalam organisasi bisnis Islam terkait erat dengan misi penciptaan

manusia di dunia. Sedangkan visi dan misi organisasi sekular ditetapkan berdasarkan

pada kepentingan material belaka.

d) Dalam organisasi bisnis Islam harus ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses

dan keluaran, dengan mengedepankan produktivitas dalam koridor syari’ah.

Sementara pada bisnis sekular tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses

dan keluaran, atau lebih mengedepankan produktivitas dalam koridor manfaat dan

tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan.

Jika karakter bangunan bisnis Islam ini diringkas, maka pembedanya dengan bisnis

yang tidak Islam adalah pada aspek keberkahan. Berkah adalah ridha Allah atas amal bisnis,

15 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), hlm 1. Lihat dalam Mia ti Fat a Wijaya, “yirkah dala Huku Isla (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bentuk Kerjasama Antara Ti Ko sulta Ba gu a “MK Ga esha Ta a Boyolali de ga Pe eri tah), Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008), hlm. 5.

16 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam..., hlm. 231-232.

(9)

yaitu ketika bisnis dijalankan sesuai de ga syari’ah. Karenanya, aktivitas bisnis Islam tidak

dibatasi kuantitas kepemilikan hartanya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan

pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).

Lembaga-le aga ya g ki i telah e ggu aka pri sip syari’ah di I do esia dari

tahun ke tahun semakin beragam jenisnya. Diantara lembaga-lembaga tersebut antara lain

Perbankan “yari’ah, Asuransi “yari’ah, Baitul Maal Wattamwil (BMT), Pasar Modal “yari’ah

yang memiliki beberapa instrumen (Saham, Sukuk, Reksada a “yari’ah), Pegadaian “yari’ah, BPRS, Lembaga Zakat, Lembaga Wakaf, Yayasan, dan lain-lain. Sehingga nantinya organisasi

bisnis syari’ah tersebut menjadi sebuah tawaran atau pilihan sebagai contoh baru kepada

para manajer maupun masyarakat dalam menentukan sebuah tujuan organisasi dalam

upaya penguatan internal organisasi bisnis yang berbasis Islam.

D. Kesimpulan

Organisasi bisnis adalah sebuah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok

yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi bisnis berorientasi pada

profit (mencari keuntungan). Organisasi bisnis dalam Islam dikenal dengan syirkah atau kemitraan, esensi kemitraan adalah memberikan kesempatan usaha untuk dapat

dimanfaatkan oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian untuk memupuk

jiwa wirausaha, bersama-sama dengan pengusaha yang telah diakui keberadaannya. Pada

dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika kaidah saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat dipertahankan dan

dijadikan komitmen dasar yang kuat di antara para pelaku kemitraan.

Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari profit

(nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan

benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang

bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan

lainnya. Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak mulia) dalam

setiap aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan

persaudaraan yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional, dengan

(10)

Daftar Pustaka

Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedangang, Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.

Al-Hijrah, Pe i pi Orga isasi Me urut Ka a ata Isla ,

http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=103, akses tanggal 7 April 2012.

Chapra, Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani, 2000.

Handoko, Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2003.

I elda, I ple e tasi Bala e “ ore ard Pada Orga isasi Pu lik, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume.6, Nomor.2, Novermber 2004.

Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.

Widjajakusu a, Muha ad Kare et, A ato i Bis is Isla i,

http://www.detikbisnis.co.cc/2011/04/bisnis-islami.html, akses tanggal 19 Juni 2012.

Wijaya, Mia ti Fat a, “yirkah dala Huku Isla (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bentuk Kerjasama antara Tim Konsultan Bangunan SMK Ganesha Tama Boyolali dengan

Pe eri tah), Skripsi: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008).

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhir periode analisis, daya serap biji kakao oleh industri dengan skenario 1 lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual, dimana dengan skenario 1, sebanyak 55,10

Melihat pentingnya peran strategis dari FKM Unsrat dalam mencetak calon manajer di wilayah Sulawesi Utara, serta masih kurangnya perhatian yang diberikan terhadap

Adalah fakta, bahwa dari 30 lebih program studi yang ada di SMK dan jelas jumlah ini akan terus berkembang di masa depan sesuai dengan arah pengembangan

 Ekspansi ini diharapkan dapat mendukung target penjualan CSAP pada tahun 2018 yang diharapkan naik 14% menjadi Rp11 triliun dibandingkan dengan tahun lalu.. Penjualan dari

Pola “ngalap-nyaur” yang pada awalnya hanya berlaku untuk biaya perbekalan atau yang sering mereka sebut dengan “raman” dan alat-alat yang mendukung untuk berlayar seperti

Situasi dimana kesepian terjadi karena pertengkaran dengan teman sebaya, saudara kandung, dan orangtua. Konflik dipandang sebagai perubahan hubungan timbal balik

Defisit bioetanol dan ketersediaan bahan baku jerami padi yang cukup besar memungkinan didirikannya pabrik bioetanol di Indonesia untuk kedepannya untuk memenuhi

Ganguan hubung singkat antar fasa atau gangguan fasa tanah. Besarnya arus gangguan hubung singkat yang dapat terjadi di dalam sistem distribusi, sistem proteksi di