Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perspektif Syari’ah
Oleh: Ali Muhayatsyah 1
A. Pendahuluan
Dalam bidang ekonomi khususnya di lingkungan bisnis yang mengembangkan manajemen
secara teoritis dan praktis, manajemen strategik telah cukup lama dikenal dan
dikembangkan. Pengimplementasian manajemen strategik di lingkungan organisasi bidang
bisnis didasari oleh falsafah yang berisi nilai-nilai persaingan bebas antar organisasi bisnis
sejenis, melalui pendayagunaan semua sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang
bersifat strategik. Tujuan tersebut adalah mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
masing-masing untuk jangka waktu panjang, melalui kemampuan meraih laba kompetitif
secara berkelanjutan.
Dalam perjalanan organisasi, mengetahui perkembangan organisasi selama kurun
waktu tertentu tidak terbaca hanya dengan melalui evaluasi kerja (output) saja. Kerja organisasi tidak semata-mata kerja mekanik. Oleh sebab itu pembaharuan organisasi
menjadi penting. Untuk menjawab kebutuhan tersebut kita perlu mengenal tahap-tahap
kehidupan organisasi dari waktu ke waktu. Bagaimana para pemimpin dan anggota
organisasi dapat menanggulangi tantangan yang dihadapinya pada masa sekarang dan di
masa yang akan datang? Bagaimana organisasinya harus merespon lingkungan yang
bergolak di mana organisasi sedang berjalan? Bagaimana para organizer dapat membangun
kekuatan organisasi dan mengambil keuntungan dari peluang sambil meminimalkan
kelemahan dan mengatasi ancaman terhadap organisasinya? Untuk menjawabnya para
organisatoris harus menjadi ahli strategi yang efektif jikalau organisasi mereka ingin
memenuhi misinya dan mencapai tujuannya di masa depan.
Lingkungan bisnis adalah salah satu kegiatan yang berupa perbisnisan yang di
lakukan seseorang dalam suatu usaha, di mana pada usaha tersebut kita di tuntut untuk
menjalankan atau mengelola suatu usaha tersebut dengan sebaik-baiknya. Setiap organisasi
baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial, yayasan, organisasi
kemasyarakatan, maupun organisasi keagamaan selalu mempunyai visi, misi, dan tujuan.
Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang
dimotori oleh pimpinannya membuat strategi dan taktik serta analisa lapangan yang
dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan meliputi langkah-langkah
kerja, jadwal serta penanggung jawab, di dalam organisasi sering disebut sebagai planning,
organizing, actuiting, controling.
Organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya harus dikelola secara
profesional. Pengelolaan organisasi yang profesional akan membentuk budaya organisasi
yang profesional, sebaliknya organisasi yang seadanya dan sekedar amatiran, tanpa
pemikiran yang mendalam, sistematis, serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya
organisasi yang seadanya dan efektifitas dari pencapaian tujuan organisasi yang kurang
baik.2
Dari sini kita perlu mencermati bahwa organisasi bisnis yang selama ini dijalankan
sudah cukup sesuai dengan harapan yang diinginkan, untuk itu organisasi bisnis
e utuhka alat ko u ikasi ya g dapat digu aka u tuk e gko u ikasika re a a -rencana strategis tersebut kepada semua anggota organisasi sebagaimana sesuai dengan
ajaran Islam.
B. Organisasi Bisnis
1. Pengertian Organisasi Bisnis
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.3
Ada beberapa pengertian organisasi menurut para ahli dalam mendefinisikan
istilah organisasi sebagai berikut:
Chester I. Bernard berpendapat organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.4
2 Al-Hijrah, Pe i pi Orga isasi Me urut Ka a ata Isla ,
http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=103, akses tanggal 7 April 2012.
3 Wikipedia, Orga isasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, akses tanggal 7 April 2012.
James D. Mooney mengemukakan organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.5
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa organisasi adalah
sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu . Dari definisi yang sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan
tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri,
melainkan saling kait merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi
digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh
berbagai asas tertentu.7
Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik adalah suatu
organisasi bisnis akan melakukan aktifitas bisnis dalam bentuk memproduksi dan atau
mendistribusi barang dan/atau jasa, mencari profit dan mencoba memuaskan
keinginan konsumen atau bisa dikatakan berorientasi profit. Sedangkan organisasi publik berorienasi non-profit. Selain itu perbedaan lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan financial, stakeholders, dan outcome. Meskipun organisasi publik tidak bertujuan untuk mencari profit, organisasi ini terdiri dari unit-unit yang saling terkait yang mempunyai misi yang sama yaitu melayani masyarakat. Untuk itu organisasi
publik harus dapat menterjemahkan misinya kedalam strategi, tujuan, ukuran serta
target yang ingin dicapai. Kemudian dikomunikasikan kepada unit-unit yang ada untuk
dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai tujuan yang sama yaitu
pencapaian misi organisasi.8
5 Ibid., hlm. 23.
6Wikipedia, Orga isasi, ..., akses ta ggal 7 April .
7 Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, hlm. 40.
2. Tujuan Organisasi Bisnis
Sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dulu harus menetapkan misi
atau maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar
yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan
mengindentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.9
Penetapan tujuan-tujuan strategik organisasi merupakan tahap paling kritis dalam
proses perencanaan strategik. Tujuan-tujuan strategik yang dipilih akan menentukan
kegiatan-kegiatan dan mengikat surber daya organisasi untuk jangka waktu yang
panjang. Karena alasan ini, tujuan-tujuan strategik sering ditetapkan oleh para manajer
puncak atau tingkatan atas, biasanya setelah mempertimbangkan sejumlah alternatif
tujuan.10
Peter Drucker mengindentifikasi secara terperinci 8 bidang pokok di mana
perusahaan/organisasi bisnis harus menetapkan tujuan, yaitu sebagai berikut:11
a) Posisi Pasar. Perusahaan harus menetapkan tujuan mengenai bagian pasar yang
aka dire ut . Bagia pasar ya g pali g aik dapat dite tuka elalui a alisa )
langganan dan produk atau jasa, 2) segmen pasar (kelompok yang membeli produk
atau jasa), dan 3) saluran distribusi.
b) Produktifitas. Produktifitas atau efisiensi adalah rasio antara masukan dengan
keluaran organisasi. Masukan seperti tenaga kerja, peralatan, dan keuangan yang
digunakan untuk memproduksi keluaran
c) Sumber daya fisik dan keuangan. Bagaimana sumber daya tersebut akan di
kembangkan dan digunakan? Tujuan harus ditetapkan dengan memperhatikan
mesin dan peralatan serta penyediaan bahan baku.
d) Profitabilitas. Tujuan laba penting untuk mencapai tujuan-tujuan lain, menyangkut
1) penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk inovasi, 2) kekuatan
keuangan untuk mengganti mesin dan peralatan dan 3) pengupahan yang
dibutuhkan untuk menarik personalia.
9 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm. 108.
10 Ibid., hlm. 109.
e) Inovasi. Ada kebutuhan terus menerus akan produk atau jasa baru dan inovatif.
Walaupun sesuatu yang baru selalu mengandung risiko, tetapi juga mempunyai
kemungkinan hasil yang tinggi.
f) Prestasi dan pengembangan manajer. Kelangsungan hidup banyak organisasi
tergantung pada kekuatan manajemen yang inovatif. Organisasi perlu menetapkan
tujuan sehubungan dengan kualitas pelaksanaan manajemen dan untuk menjamin
pengembangan para manajer di semua tingkatan.
g) Prestasi dan sikap karyawan. Karyawan operatif melaksanakan sebagian besar
pekerjaan normal dan rutin di setiap organisasi. Operasi-operasi banyak
perusahaan terganggu karena pemogokan karyawan, oleh karena itu, organisasi
perlu menetapkan tujuan menyangkut faktor-faktor karyawan seperti keluaran
karyawan, kualitas produk, dan tingkatan semangat kerja yang memberikan
kegunan bagi manajemen dalam pencapaian efektifitas.
h) Tanggung jawab sosial dan publik. Tujuan-tujuan ini ditetapkan perusahaan untuk
e a ga i oikot pu lik, kegiata -kegiatan hukum, kegiatan-kegiatan pemerintah, kelompok-kelompok berkepentingan, dan sebagainya.
Agar perumusan tujuan efektif, manajer perlu memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a) Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan.
b) Manajer puncak sebagai perumus tujuan umum, hendaknya bertanggung jawab
untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan-tingkatan lebih rendah.
c) Tujuan harus realistik, diselaraskan dengan lingkungan internal dan ekternal, baik
sekarang maupun di waktu yang akan datang.
d) Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang para anggota organisasi.
e) Tujuan-tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah
dipahami dan diingat oleh para pelaksana.
f) Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum.
g) Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan yang telah ditetapkan, dan bila
C. Bentuk Organiasi Bisnis dalam Perspektif Syari’ah
Dalam Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari profit
(nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan
benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang
bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan
lainnya. Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak mulia) dalam
setiap aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan
persaudaraan yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional, dengan
tujuan perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam menjalankan sebuah perusahaan agar berjalan dengan lancar dan mencapai
visi, misi dan tujuan yang diinginkan maka perusahaan itu harus terorganisasi dengan baik,
dengan pengorganisasian semua aktivitas dapat berjalan dengan baik. Di dunia bisnis
organisasi itu disebut dengan organisasi bisnis di mana di dalam organisasi bisnis itu
terdapat spesialisasi kerja yang jelas berdasarkan keahlian dan kemampuan masing-masing
karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mudah dan tidak
membutuhkan jangka waktu yang lama. Sedangkan di dalam dunia bisnis Islam organisasi
bisnis itu disebut juga dengan syirkah (kerja sama).
Islam memiliki sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem yang tengah
erjala . Ia e iliki akar dala syari’at ya g e e tuk pa da ga dunia sekaligus sasaran-sasaran dan maqashid asy-syari’ah (strategi) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran yang dikehendaki Islam secara mendasar
bukanlah material. Mereka didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang falah
(kebahagiaan manusia) dan kehidupan yang baik yang sangat menekankan aspek ukhuwah
(persaudaraan), keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual
manusia.12
Untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, dibutuhkan sebuah
bentuk kemitraan yang diartikan sebagai kerjasama pihak yang mempunyai modal dengan
pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Esensi kemitraan (syirkah)
jika ditinjau dari sudut pandang tujuan perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha
yang ada dapat dimanfaatkan pula oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian
untuk memupuk jiwa wirausaha, bersama-sama dengan pengusaha yang telah diakui
keberadaannya. Pada dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika
kaidah saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat
dipertahankan dan dijadikan komitmen dasar yang kuat diantara para pelaku kemitraan.13
Implementasi kemitraan yang berhasil harus bertumpu kepada persaingan sehat dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan posisi dominan dalam persekutuan untuk
menghindari persaingan. Pola yang dijalankan dalam konsep kemitraan harus dilandasi
dengan prinsip-prinsip partisipatif (saling berperan aktif) dan kolaboratif (saling bekerjasama bergabung menjadi satu) yang melibatkan seluruh pihak yang bersangkutan
dalam kemitraan yang dijalankan. Disamping itu harus memiliki sistem manajemen yang
bagus.
Islam tidak menolak setiap kerjasama yang memungkinkan terbentuknya organisasi
bisnis yang menguntungkan. Sesungguhnya salah satu tujuan dasar Islam adalah
menggunakan semua sumber dan kekuatan negara dalam memproduksi kekayaan serta
untuk mengkoordinasikan persediaan tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan dalam
kepentingan masyarakat. Semua bentuk organisasi bisnis seperti perdagangan, perniagaan,
pendidikan, transportasi, pembangunan dan masih banyak lagi dibentuk kaum muslimin
untuk melangsungkan perekonomian saat itu. Semua ini dan ribuan lebih organisasi bisnis
dapat dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip yang sama untuk pembangunan ekonomi kita
dan untuk memenuhi tuntutan zaman modern pada saat ini.14
Kerjasama untuk saling memperoleh keuntungan, apabila sesuai dengan etika bisnis
dalam Islam, maka hal tersebut dibolehkan, bahkan dianjurkan. Namun masyarakat dewasa
ini menghadapi suatu masalah yang sangat dilematis. Meskipun berpartisipasi aktif dalam
dunia bisnis, namun dalam pikiran mereka juga ada semacam ketidakpastian apakah
praktek-praktek bisnis mereka benar menurut pandangan Islam. Masalah yang terjadi yaitu
bentuk-bentuk baru, institusi, metode atau teknik-teknik bisnis yang sebelumnya belum
pernah ada telah menyebabkan keraguan tersebut, sehingga dalam beberapa kasus, mereka
13 Ibid., hlm. 16-17.
tetap mengikuti sistem tersebut dengan perasaan bersalah karena mereka merasa tidak
menemukan jalan keluar.15
Semua bentuk organisasi bisnis yang didalamnya ada dua orang atau lebih
bekerjasama dalam hal dana, kewiraswastaan, ketrampilan, dan niat baik untuk
menjalankan suatu usaha, oleh para fuqaha dikategorikan dalam bentuk organsisasi
mudharabah, musyarakah ataupun syirkah. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada apakah semua partner dalam kerjasama itu memberikan kontribusi terhadap manajemen dan keuangan ataukah hanya salah satu diantaranya.16
Pada dasarnya bangunan bisnis Islam bisa dibandingkan dalam sejumlah aspeknya
dengan bisnis non-Islam. Berikut ini adalah beberapa rangkuman ikhtisar anatomi bisnis
Islami dengan bisnis yang tidak Islam (konvensional sekuler):17
a) Aqidah Islam menggunakan nilai-nilai transendental, sedangkan asas sekulerisme
menggunakan nilai-nilai material.
b) Dalam organisasi bisnis Islam berorientasi pada profit dan benefit (non materi), pertumbuhan, keberlangsungan, dan keberkahan. Sedangkan dalam bisnis biasa
berorientasi pada Profit, pertumbuhan, dan keberlangsungan.
c) Strategi induk dalam organisasi bisnis Islam terkait erat dengan misi penciptaan
manusia di dunia. Sedangkan visi dan misi organisasi sekular ditetapkan berdasarkan
pada kepentingan material belaka.
d) Dalam organisasi bisnis Islam harus ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses
dan keluaran, dengan mengedepankan produktivitas dalam koridor syari’ah.
Sementara pada bisnis sekular tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses
dan keluaran, atau lebih mengedepankan produktivitas dalam koridor manfaat dan
tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan.
Jika karakter bangunan bisnis Islam ini diringkas, maka pembedanya dengan bisnis
yang tidak Islam adalah pada aspek keberkahan. Berkah adalah ridha Allah atas amal bisnis,
15 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), hlm 1. Lihat dalam Mia ti Fat a Wijaya, “yirkah dala Huku Isla (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bentuk Kerjasama Antara Ti Ko sulta Ba gu a “MK Ga esha Ta a Boyolali de ga Pe eri tah), Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008), hlm. 5.
16 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam..., hlm. 231-232.
yaitu ketika bisnis dijalankan sesuai de ga syari’ah. Karenanya, aktivitas bisnis Islam tidak
dibatasi kuantitas kepemilikan hartanya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).
Lembaga-le aga ya g ki i telah e ggu aka pri sip syari’ah di I do esia dari
tahun ke tahun semakin beragam jenisnya. Diantara lembaga-lembaga tersebut antara lain
Perbankan “yari’ah, Asuransi “yari’ah, Baitul Maal Wattamwil (BMT), Pasar Modal “yari’ah
yang memiliki beberapa instrumen (Saham, Sukuk, Reksada a “yari’ah), Pegadaian “yari’ah, BPRS, Lembaga Zakat, Lembaga Wakaf, Yayasan, dan lain-lain. Sehingga nantinya organisasi
bisnis syari’ah tersebut menjadi sebuah tawaran atau pilihan sebagai contoh baru kepada
para manajer maupun masyarakat dalam menentukan sebuah tujuan organisasi dalam
upaya penguatan internal organisasi bisnis yang berbasis Islam.
D. Kesimpulan
Organisasi bisnis adalah sebuah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi bisnis berorientasi pada
profit (mencari keuntungan). Organisasi bisnis dalam Islam dikenal dengan syirkah atau kemitraan, esensi kemitraan adalah memberikan kesempatan usaha untuk dapat
dimanfaatkan oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian untuk memupuk
jiwa wirausaha, bersama-sama dengan pengusaha yang telah diakui keberadaannya. Pada
dasarnya kemitraan secara alamiah akan mencapai tujuannya jika kaidah saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dapat dipertahankan dan
dijadikan komitmen dasar yang kuat di antara para pelaku kemitraan.
Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari profit
(nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan
benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang
bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan
lainnya. Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak mulia) dalam
setiap aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan
persaudaraan yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional, dengan
Daftar Pustaka
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedangang, Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997.
Al-Hijrah, Pe i pi Orga isasi Me urut Ka a ata Isla ,
http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=103, akses tanggal 7 April 2012.
Chapra, Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani, 2000.
Handoko, Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2003.
I elda, I ple e tasi Bala e “ ore ard Pada Orga isasi Pu lik, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume.6, Nomor.2, Novermber 2004.
Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.
Widjajakusu a, Muha ad Kare et, A ato i Bis is Isla i,
http://www.detikbisnis.co.cc/2011/04/bisnis-islami.html, akses tanggal 19 Juni 2012.
Wijaya, Mia ti Fat a, “yirkah dala Huku Isla (Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bentuk Kerjasama antara Tim Konsultan Bangunan SMK Ganesha Tama Boyolali dengan
Pe eri tah), Skripsi: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008).