• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur kedah untu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur kedah untu"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS INDIVIDU

Kajian Studi Kasus :

Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur untuk

mendukung Pengembangan Wilayah Kabupaten

Bangkalan

MATA KULIAH :

Sistem Wilayah Lingkungan dan Hak Pertanahan DOSEN :

Dr. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Oleh :

Nama : ARWENDRA ANANTA PRAYA NRP : 03111750077017

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)

BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan 4

2.2 Tata Ruang Wilayah 13

2.3 Analisis Isu-Isu Startegis 16

BAB III PENUTUP 25

3.1 Kesimpulan 25

3.2 Saran 25

3.3 Ucapan Terima Kasih 25

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infrastruktur adalah katalisator pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya, sehingga dapat memacu produktifitas serta efisiensi, dan pada akhirnya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Gerak laju pembangunan sebuah kawasan atau daerah tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini sangat penting dan menjadi fondasi pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Lebih dari itu, pembangunan infrastruktur harus sejalan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah/daerah yang bersangkutan, serta memiliki keterkaitan antara wilayah satu dan wilayah lainnya (konetivitas) dan antara sektor yang satu dan sektor lainnya (terintergrasi).

Selama ini, praktik pembangunan setiap sektor lebih banyak berjalan sendiri-sendiri, sehingga pertumbuhan kawasan di sekitar infrastruktur tidak berjalan secara maksimal. Itulah makanya pemerintah, melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) berupaya meningkatkan keandalan infrastruktur seperti di wilayah timur dan perbatasan Republik Indonesia serta membangun pusat perekonomian dan permukiman baru.

Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari enam propinsi yang berada di Pulau Jawa. Propinsi Jawa Timur merupakan pusat bisnis penting di Indonesia. Ibukota propinsi Jawa Timur adalah Kota Surabaya. Pulau Madura merupakan salah satu wilayah yang secara geografis terpisah dengan Kota Surabaya. Hal ini menyebabkan Kabupaten Madura sering disebut Pulau Madura. Secara administratif Pulau Madura tergabung dalam 33 pemerintahan propinsi Jawa Timur. Oleh karenannya dibutuhkan infrastruktur yang mendukung kegiatan di kedua wilayah tersebut.

(4)

ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal. Pergerakan jalur transportasi yang terhambat membuat pembangunan Jembatan Suramadu dinilai penting sebagai pembuka awal. Dengan dibangunnya Jembatan Suramadu yang akan menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura melalui jalan darat diharapkan ketimpangan sosial dan ekonomi dapat direduksi. Arus transportasi yang cepat dan efektif akan membuat perkembangan pulau madura segera melejit bersaing dengan daerah – daerah lain di provinsi Jawa Timur.

Beroperasinya jembatan Suramadu membawa dampak bagi struktur tata ruang pembangunan Jawa Timur. Kini pulau Madura tidak lagi terpisah, namun sudah menjadi bagian strategis pembangunan Kota Surabaya Metropolitan. Oleh karena itu, konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo (Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008) yang menempatkan Kabupaten Bangkalan sebagai salah satu pusat kegiatannya. Semakin mudahnya akses dan transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan investasi pengusaha besar dan investor asing, karena investasi di Madura relatif sama bahkan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan kota Surabaya. Harga tanah di Madura masih relatif lebih murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo, maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan kebutuhan infrastruktur yang sesuai untuk pengembanganKabupaten Bangkalan ke depan.

Kabupaten Bangkalan merupakan pintu gerbang menuju Pulau Madura dan Wilayah Indonesia Timur mempunyai potensi pengembangan wilayah yang cukup prospektif dengan luas wilayah sebesar 1.260,14 km2 yang diperuntukkan untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, kawasan militer, dan lain - lain.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan

Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang secara geografis berada di Provinsi Jawa Timur bagian utara dan merupakan pintu gerbang menuju Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah 1.260,14 km², yang secara administratif Pemerintahan terbagi dalam : 18 (delapanbelas) Kecamatan, 8 (delapan) kelurahan, 273 (duaratus tujuhpuluh tiga) desa dan 1 (satu) Pulau Karang Jamuang. Selain itu dapat dikemukakan pula bahwa posisi Kabupaten Bangkalan ditinjau dari letak geografis, dimana secara eksistensial, berada di kawasan Pulau Madura dengan titik koordinat berada pada posisi 112°40’ 06” - 113° 08’ 04” FBujur Timur dan 6° 51’ 39” - 7° 11’ 39” Lintang Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Laut Jawa;

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Sampang; Sebelah Barat berbatasan dengan : Selat Madura;

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Selat Madura

(7)

Peta 1: Peta Kabupaten Bangkalan

Sumber Data: Pemerintah Kabupaten Bangkalan

2.1.1. Kondisi Fisik Alam 2.1.1.1. Topografi

A. Kemiringan Lahan

Kemampuan tanah di Kabupaten Bangkalan dilihat dari kemiringannya sebagian besar memiliki kemiringan 2-15° yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha. Dan kemiringan 0-2° sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Sedangkan tekstur tanah sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10% dan untuk kedalaman spektip tanah di Kabupaten Bangkalan memiliki kedalaman >90 cm yaitu seluas 64.130/64.131 Ha atau 51,35%.

B. Ketinggian Lahan

(8)

bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100m di atas permukaan air laut. Lokasi tertinggi terletak di Kecamatan Geger dengan ketinggian 100m diatas permukaan laut.

C. Geologi

Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi; Allufium seluas 24.400Ha atau sekitar 19,54%; Elistosin, Fasies, Sedimen seluas 35.594Ha sekitar 28,50%; Fliose, Fasies Batu Gamping seluas 47.294Ha atau sekitar 37,87%; dan Miosen, Fasies Sedimen seluas 17.600Ha atau 14,09%.

D. Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bangkalan meliputi Alufial Hidromurf; Alufial Kelabu Kekuningan; Assosiasi Hidromurf; Litosal; Regusal Coklat Kekuningan; Komplek Graund Gorset Kelabu dan Lits; Grumosal Kelabu; Kpl. Grumosal Kelabu Litosal; Kpl. Mediteran Coklat dan Litosal; Kpl. Mediteran Merah dan Litosal; Kpl. Mediteran, Grumosal, Regusal Litosal.

2.1.1.2 Hidrologi

Sebagai bagian dari siklus hidrologi, di Kabupaten Bangkalan terdapat sejumlah mata air, waduk, dan sungai. Pola aliran permukaan dapat dilihat dari pola aliran sungai yang ada di Kabupaten Bangkalan. Sungai-sungai utama dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangkalan bermuara di selat Madura dan Laut Jawa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bangkalan. Selain dipengaruhi oleh adanya sungai, kondisi hidrologi di Kabupaten Bangkalan juga dipengaruhi oleh beberapa sumber air. Sumber-sumber air yang ada di Kabupaten Bangkalan mempunyai kualitas air baku yang cukup baik untuk kebutuhan irigasi maupun air bersih.

2.1.1.3 Klimatologi

(9)

2.1.2 Administratif

Luas wilayah Kabupaten Bangkalan adalah 1.260,14 km², yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 18 kecamatan, 8 kelurahan dan 273 desa.

Tabel 1: Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

(10)

Nama Kecamatan

Jumlah Kelurahan/

Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total

(Ha) (%) thd total

Klampis 22 6.710 5,325 4.026 5%

Jumlah 281 126.014 100 75.609 100

Sumber Data: Bangkalan Dalam Angka 2012

(11)

Peta 2: Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bangkalan

(12)

2.1.3. Demografi

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bangkalan mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan sebanyak 1.308.414 jiwa.

B. Kepadatan Penduduk

(13)

Tabel 2 : Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 3 Tahun Terakhir

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK

Tingkat

Pertumbuhan

Kepadatan Penduduk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012

Kamal 45.942 56.743 64.422 12.401 16.167 19.144 0,184 0,184 0,184 1.110 1.371 1.623

Labang 33.322 46.908 18.087 7.503 11.951 8.805 -0,263 -0,263 -0,263 946 1.331 981

Kwanyar 41.751 62.512 43.208 9.977 15.334 15.599 0,017 0,017 0,017 873 1.308 1.330

Modung 43.928 64.816 63.805 10.748 15.641 18.850 0,205 0,205 0,205 558 823 991

Blega 52.058 78.545 34.867 11.661 18.163 14.864 -0,182 -0,182 -0,182 561 846 693

Konang 45.023 59.049 46.719 10.201 13.589 13.843 0,019 0,019 0,019 555 728 742

Galis 72.705 106.968 62.604 17.066 23.927 22.203 -0,072 -0,072 -0,072 603 887 823

Tanah Merah

56.798 100.504 49.966 12.494 23.172 21.734 -0,062 -0,062 -0,062 828 1.466 1.375

Tragah 26.599 41.859 45.323 5.462 10.065 13.138 0,305 0,305 0,305 672 1.058 1.381

(14)

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK

Tingkat

Pertumbuhan

Kepadatan Penduduk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012

Bangkalan 76.499 94.211 42.300 17.737 25.851 19.223 -0,256 -0,256 -0,256 2.184 2.690 2.000

Burneh 55.840 81.865 50.759 12.596 19.573 18.661 -0,047 -0,047 -0,047 845 1.239 1.181

Arosbaya 40.203 59.296 20.880 9.207 15.525 11.189 -0,279 -0,279 -0,279 947 1.397 1.006

Geger 62.755 100.182 57.318 14.965 25.835 24.690 -0,044 -0,044 -0,044 509 812 776

Kokop 64.531 79.818 81.811 15.723 18.425 20.746 0,126 0,126 0,126 513 635 715

Tanjung Bumi

48.668 66.320 31.829 12.153 19.480 15.754 -0,191 -0,191 -0,191 721 983 795

Sepulu 38.826 59.272 34.089 9.658 14.950 14.008 -0,063 -0,063 -0,063 530 809 758

Klampis 48.360 74.415 28.692 11.654 19.779 15.235 -0,230 -0,230 -0,230 721 1.109 854

(15)

2.1.4 Kondisi Perekonomian Kabupaten Bangkalan

Karakteristik perekonomian dapat dilihat dari tingkat perekonomian yang ditunjukkan dengan besarnya PDRB Kabupaten bangkalan.

Tabel 3: Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2013

No D e s k r i p s i

3.269.709,72 3.447.581,93 3.663.027,12 3.891.566,84 3.891.566,84

2 Pendapatan Perkapita

Sumber Data: BPS Kabupaten Bangkalan Tahun 2012

2.2. Tata Ruang Wilayah 2.2.1 Penataan Ruang

Pada tahun 2009 Kabupaten Bangkalan telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2029. Untuk penataan ruang ditetapkan visi “Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan Sebagai Pintu Gerbang Madura Menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa”.

(16)

delineasi kawasan perkotaan serta hirarki wilayah skala regional maka dapat diketahui bahwa wilayah desa/ kelurahan yang berada dalam hirarki Perkotaan PKL, PPK dan PPL merupakan kawasan perkotaan (Urban Area) .

A. Pusat Kegiatan Nasional ( PKN )

Yaitu merupakan wilayah yang menjadi pusat regional skala kabupaten dan menjadi kutub pertumbuhan utama pada seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan. Wilayah yang terkategori sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan Bangkalan ini adalah : kawasan perkotaan Bangkalan sebagai ibukota Kabupaten Bangkalan, kota ini berperan sebagai pusat regional, dengan wilayah pelayanan seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Perkotaan di Kaki Jembatan Suramadu yang meliputi kawasan perkotaan di Kecamatan Labang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh variabel kebijakan pembangunan yang menetapkan kawasan perkotaan ini akan menjadi wilayah pusat kegiatan skala regional untuk kegiatan industri dan perdagangan jasa skala regional.

B. Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )

Selain itu termasuk juga Kawasan Perkotaan Kecamatan Klampis sebagai kawasan yang akan berkembang menjadi pelabuhan peti kemas internasional. Kawasan ini akan memiliki pusat kegiatan transportasi laut skala regional, selain itu kawasan perkotaan yang terdapat pada wilayah Kecamatan Tanjung Bumi, Kecamatan Blega dan Kecamatan Tanah merah, kawasan perkotaan ini memiliki wilayah pelayanan lebih dari satu kecamatan dan berperan menjadi pusat kegiatan dan pelayanan hingga di luar wilayah Kecamatan-nya sendiri. Kawasan perkotaan ini direncanakan dapat berperan sebagai pusat-pusat pelayanan dengan skala pelayanan lebih dari satu kecamatan, serta kawasan perkotaan Socah dan desa Dakiring yang akan diperuntukan sebagai kawasan industri.

C. Pusat Pelayanan Kawasan ( PPK )

Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan yang berada di PPK ini terletak pada kawasan perkotaan pada masing-masing Kecamatan (diluar kawasan perkotaan diatas) di Kabupaten Bangkalan yang terletak di sepanjang jalan utama (arteri/kolektor dan lokal primer), keberadaan guna lahan kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dengan skala pelayanan Kecamatan.

(17)

umum dan sektoral yang telah ditetapkan. Dalam kerangka ini, untuk penyebarluasan kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan, maka ditetapkan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Sesuai dengan konsep dan strategi penataan ruang, maka sistem perwilayahan di Kabupaten Bangkalan dibagi menjadi 6 (enam) Sub Satuan Wilayah Pengembangan(SSWP). Masing-masing pusat SSWP akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

SSWP I yang meliputi Kecamatan Bangkalan, Socah dan Burneh. Dengan Kota Bangkalan sebagai pusatnya dengan fungsi Kegiatan :

 Perdagangan skala regional dan lokal  Pertanian

 Perkebunan  Peternakan

 Industri dan pergudangan

 Jasa transportasi angkutan darat

 Jasa pemerintahan umum skala regional

SSWP II yang meliputi Kecamatan Kamal, Labang, Tragah dan Kwanyar. Dengan IKK Labang ( Kawasan Kaki Jembatan Suramadu ) sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :

 Industri dan pergudangan skala regional  Perdagangan skala regional dan lokal  Pertanian

 Jasa Transportasi angkutan laut

 Industri dan pergudangan skala regional  Pariwisata

 Pertanian  Perikanan

SSWP IV yang meliputi Kecamatan Blega, Modung dan Konang. Dengan IKK Blega sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :

 Pertanian  Peternakan  Perkebunan  Industri kecil

 Perdagangan skala lokal

SSWP V yang meliputi Kecamatan Tanjung Bumi dan Kokop. Dengan IKK Tanjungbumi sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :

(18)

 Perikanan  Peternakan  Angkutan laut

 Industri kecil dan kerajinan rakyat  Pariwisata

SSWP VI yang meliputi Kecamatan Tanah Merah dan Galis. Dengan IKK Tanah Merah sebagai pusat pertumbuhan dengan fungsi Kegiatan :

 Pertanian  Perkebunan  Peternakan

 Transportasi darat

Peta 3: Rencana Pusat Layanan Kabupaten Bangkalan

Sumber Data: RTRW Kabupaten Bangkalan 2009 – 2029

2.3. Analisis Isu-Isu Strategis

(19)

dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) antara lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisa isu-isu stategis tersebut maka digunakan metode SWOT. Isu-isu strategis Pemerintah Kabupaten Bangkalan pada dasarnya adalah masalah/persoalan atau agenda yang perlu/harus atau dapat dilakukan atau dikerjakan oleh pemerintah daerah selang waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu tertentu harus dinilai dari kerangka urgensitas dan relevansi penanganannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Kabupaten Bangkalan. Dengan demikian isu-isu strategis Kabupaten Bangkalan sesuai dengan analisis tersebut adalah :

2.3.1 Industrialisasi Pasca Suramadu

Pasca dioperasionalisasikan Jembatan Suramadu, kabupaten Bangkalan mengalami kemajuan perekonomian yang menggembirakan. Kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangkalan berasal dari sektor tersier. Perkembangan sektor industri, properti dan perdagangan juga berkembang karena adanya proses urban sprawl yang terjadi meluas ke Bangkalan sebagai salah satu daerah penyangga Surabaya. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan mengurangi jumlah pengangguran dan penduduk miskin, karena aktivitas ekonomi memberikan multiplier effect bagi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga adanya peningkatan investasi dan relokasi industri berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya, Kabupaten Bangkalan memiliki banyak potensi pariwisata berupa pesona alam, adat istiadat, seni dan budaya dapat dikembangkan sebagai modal dasar pembangunan kepariwisataan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan nilai-nilai setempat. Ekowisata dan desa wisata lebih ditekankan/menjadi prioritas sebagai bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pasca suramadu antara lain :

a. Kesiapan sumber daya manusia; b. Daya saing produk lokal;

c. Lemahnya kelembagaan UMKM; d. Pengaruh negatif budaya asing .

(20)

kelembagaan UMKM serta menciptakan rasa kecintaan pada produk unggulan (lokal spesifik) dan meminimalisir pengaruh budaya asing. Disisi lain pengembangan industri dan perdagangan di Kabupaten Bangkalan difokuskan kepada orientasi yang mampumemberikan insentif bagi tumbuhnya simpul-simpul ekonomi berbasis keunggulan lokal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3.2. Penyiapan Infrastruktur Pendukung 2.3.2.1. Transportasi

Dengan beroperasinya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Madura dan Pulau Jawa telah membuka akses interkoneksi arus barang, jasa dan manusia. Namun keberadaan jembatan tersebut kurang didukung infrastruktur penunjang lainnya. Kondisi tersebut memunculkan kebutuhan infrastruktur baru dalam kerangka pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Perencanaan jaringan transportasi pada Kabupaten Bangkalan didominasi oleh transportasi darat dengan peningkatan jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis Kabupaten Bangkalan dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Tanjung Bulupandan Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan Pelabuhan di Kecamatan Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri. Rencana pengembangan jaringan jalan untuk pengembangan wilayah yaitu pengembangan lintas utara, lintas tengah dan lintas selatan yang menghubungkan Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten di Madura, disamping juga pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang merupakan rencana kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan. Salah satu pengembangan prasarana wilayah yang terkait

dengan rencana pengembangan transportasi adalah sarana dan prasarana terminal tipe A dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar provinsi yang direncanakan di Kawasan Suramadu.

2.3.2.2. Telekomunikasi

(21)

teknologi telekomunikasi dengan masih memanfaatkan teknologi kabel menjadi kendala karena memerlukan investasi yang besar. Tetapi hal ini akan menjadi tantangan bagi penyedia pelayanan jasa telekomunikasi baik perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta untuk meningkatkan dan mengembangkan teknologi telekomunikasi. Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat meliputi prasarana telekomunikasi dan informatika. Selain mengoptimalkan jaringan telepon kabel, prasarana telematika dalam pengembangannya juga perlu penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station). Hal ini sangat penting untuk menjangkau pelosok pedesaan. Dengan perkembangan teknologi komunikasi untuk meningkatkan kebutuhan dan pelayanan prasarana telematika, perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :

1) Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;

2) Pembangunan teknologi telematika pada kawasan pusat pertumbuhan;

3) Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk provider seluler dengan pengelolaan dan pemanfaatan bersama.

2.3.2.3. Sumber Daya Air

(22)

kenyataannya saat ini belum dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk mengantisipasi kekekurangan air di Kabupaten Bangkalan diupayakan dengan pengembangan air baku dengan rencana pengembangan sumber daya air berupa rencana pembangunan waduk blega, pemanfaatan sumber air baku alternatif, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing wilayah yang mempunyai potensi pengembangannya.

2.3.2.4. Sumber Daya Energi

Sebagai daerah yang berkembang pesat, pertumbuhan industry dan penduduk di Kabupaten Bangkalan yang cepat menuntut adanya ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup besar. Sementara itu energy minyak bumi dan gas alam yang tersedia jumlahnya semakin terbatas dan jenis energi tersebut sifatnya tidak dapat diperbaharui.

Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya energi perlu diupayakan pencarian energi alternatif secara terus menerus terkait dengan energi yang ramah lingkungan, seperti energi matahari, air, angin, dan biofuel serta biogas yang jumlahnya sangat melimpah di Kabupaten Bangkalan. Selain dari pada itu dibutuhkan pasokan energi yang cukup

besar melalui pembangunan pembangkit listrik baru. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi lisrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada daerah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah strategis Kabupaten Bangkalan dalam pengembangan wilayah dan meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan pelayanan diseluruh Kabupaten Bangkalan, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap Kepala Keluarga akan memperoleh layanan jaringan listrik sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.

Kebijakan RTRW Kabupaten Bangkalan Dapat Dilihat Pada Tabel.

Tabel 4 Kebijakan Tata Ruang Kebupaten Bangkalan

No Kebijakan Arah pengembangan

1 Sistem perkotaan

a. Orde perkotaan

 Kawasan perkotaan di kecamatan labang sebagai pusat regional dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan Bangkalan.

(23)

 Kutub pertumbuhan desa/kelurahan terdapat pada kawasan perkotaan masing – masing kecamatan termasuk dalam orde k2.

 Area hinterland dari orde k1 dan k2 termasuk dalam orde k3.

 Desa – desa berada di luar pengaruh secara langsung perkembangan wilayah kota di ibukota kecamatan (ikk) di kabupaten bangkalan dana memiliki akses berupa jalan lokal sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde k4.

b. Hirarkhi perkotaan  Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai kawasan perkotaan metropolitan bangkalan.

 Kecamatan Klampis sebagai kawasan pengembangan metropolitan Bangkalan.

 Ibukota Kecamatan lain di Kabupaten Bangkalan sebagai kawasan perkotaan kecil.

2 Transportasi

a. A. Transportasi darat Jaringan jalan

 Pengembangan Tol Suramadu – Bangkalan Utara.

 Pengembangan Jaringan Jalan Yang Menghubungkan Surabaya – Bangkalan – Sampang.

 Pengembangan Jaringan Jalan Interchange Burneh – Arosbaya – Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan

Klampis)

Terminal Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan interchange Burneh Dan Tragah.

Sistem kereta api Revitalisasi jalur Kamal – Pamekasan – Sampang.

B. Transportasi laut Arahan pengembangan Pelabuhan Petikemas Tanjung Modung Bulupandan Di Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan petikemas internasional.Arahan pengembangan Pelabuhan Telaga Biru Di Kecamatan Tanjung Bumi yang dikembangkan menjadi pelabuhan regional. Arahan pengembangan pelabuhan.Pengembangan pelabuhan sepulu sebagai pelabuhan lokal.

3 Infrastruktur – prasarana a. A. Telekomunikasi

Pengembangan prasarana telekomunikasi dengan penyediaan tower bts (base transceiver station) di pedesaan dan sisitem telekomunikasi kabel pada semua kawasan di Kabupaten Bangkalan.

B. Sumber daya air  Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah

 Pengembangan hutan sebesar 30 % dari luas das blega untuk perlindungan terhadap das blega.

C. Kelistrikan  Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di kabupaten bangkalan.

 Pengembangan dan mengoptimlkan pelayanan listrik di Kabupaten Bangkalan.

D.pengelolaan lingkungan Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanah Merah.

(24)

2.3.3. Kemiskinan, Kesenjangan, Pengangguran dan Kualitas Sumber Daya Manusia

Di Kabupaten Bangkalan, tantangan di bidang sosial adalah adanya kesenjangan sosial, dan kondisi sebagian masyarakat yang masih menghadapi tekanan kemiskinan, kurangnya kesempatan kerja dan pengangguran, serta kualitas SDM masyarakat yang belum siap bersaing di era global yang makin kompetitif. Kesenjangan sosial, dalam banyak hal akan melahirkan proses eksploitasi dan marginalisasi masyarakat miskin,

(25)

kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat miskin terhadap berbagai sumber permodalan dan peluang usaha tanpa dibebani dengan persyaratan yang menyulitkan. Sedangkan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk meningkatkan kesempatan masyarakat miskin melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertical melalui pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebutuhan untuk melakukan partisipasi politik secara aktif.

2.3.4. Penurunan Produktivitas Sektor Pertanian

Perkembangan industri yang terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Bangkalan dan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana kehidupan, menyebabkan lahan pertanian yang produktif semakin berkurang. Disisi lain permasalahan yang harus dihadapi petani adalah kenaikan biaya produksi dan perolehan margin keuntungan yang makin tipis, sehingga nilai tukar petani menjadi rendah. Hal ini menyebabkan gairah petani bercocok tanam mengalami kelesuhan dan pada akhirnya profesi petani semakin tidak menarik. Secara garis besar beberapa kelemahan di sektor pertanian antara lain terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industry, permukiman dan pusat perkantoran, rendahnya nilai tukar produk pertanian, lemahnya tata niaga pertanian dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian, mutu produk pertanian belum terstandarisasi dan kemasan produk yang tidak market friendly, kualitas bibit, benih dan teknologi pertanian yang masih rendah serta penerapan teknologi yang masih terbatas, kurang berkembangnya aspek kelembagaan yang mendukung pengembangan sektor pertanian, kurangnya sarana prasarana wilayah pendukung, pengembangan sistem agrobisnis dan ketersediaan pupuk organik dan kecenderungan pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan. Dalam rangka menangani permasalahan di atas perlu diupayakan program yang mengarah pada perbaikan struktur produksi pangan yang meliputi :

1) Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang mencukupi dengan kualitas baik;

2) Secara preventif dilakukan usaha untuk mewaspadai timbulnya kerawanan pangan dan gizi serta merumuskan langkah-langkah antisipasinya;

(26)

2.3.5. Dampak Lingkungan Pembangunan Strategis.

(27)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beberapa pembangunan infrastruktur strategis yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan wilayah Kabupaten Bangkalan antara lain : 1) Peningkatan jaringan jalan yang terinterkoneksi dengan kawasan strategis Kabupaten Bangkalan dengan rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Tanjung Bulupandan Kecamatan Klampis sebagai pelabuhan internasional dan Pelabuhan di Kecamatan Socah yang terintergrasi dengan kawasan industri; 2) pengembangan jaringan jalan untuk pengembangan wilayah yaitu pengembangan lintas utara, lintas tengah dan lintas selatan yang menghubungkan Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten di Madura; 3) pengembangan jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang merupakan rencana kawasan strategis nasional guna pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan; 4) pengembangan sarana dan prasarana terminal tipe A dengan fungsi sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar provinsi yang direncanakan di Kawasan Suramadu; 5) realisasi pembangunan pelabuhan peti kemas; 6) revitalisasi jalur kereta api lintas Madura Kamal – Pamekasan – Sampang; 7) pembangunan waduk blega; 8) pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan embung di masing-masing wilayah yang mempunyai potensi pengembangannya; 9) Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanah Merah.

3.2 Saran

Kajian studi kasus ini tentu masih jauh dari sempurna dan dimungkinkan masih dapat ditemukan hal-hal yang salah atau pun kurang tepat. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya masukan dan saran dari para pembaca. Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksanan dan verifikasi apabila data/informasi yang tercantum dalam kajian ini akan digunakan dalam kajian yang lebih lanjut.

3.3 Ucapan Terima Kasih

(28)
(29)

DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Effendi, R. Mulyo Hendarto. 2014. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Perekonomian Pulau Madura (Studi Kasus Kabupaten Bangkalan). Naskah Jurnal. Semarang : Universitas Diponegoro

Bappeda. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan.2012.Badan Perencanaan Pembangunan.Kabupaten Bangkalan

BPS Kabupaten Bangkalan, 2012. Kabupaten Bangkalan dalam Angka. BPS dan BAPPEDA Kabupaten Bangkalan.

BPS Kabupaten bangkalan, 2012. PDRB harga konstan Kabupaten Bangkalan tahun 2012. BPS Kabupaten Bangkalan.

Gambar

Tabel 1: Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
Tabel 2 : Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 3 Tahun Terakhir
Tabel 3: Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Bangkalan Tahun 2009 – 2013
Tabel 4 Kebijakan Tata Ruang Kebupaten Bangkalan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Clusterisasi data obat yang dilakukan dengan algoritma k-means didapatkan setelah melakukan iterasi ke-4 yaitu terdapat kelompok obat yang pemakaian sedikit

Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report,

Program Gelar Lapang Inovasi Pertanian (GLIP) Berbasis Padi ... Kerangka Berfikir ... Hipotesis Penelitian ... Pembatasan Masalah ... Definisi Operasional ... Pengukuran Variabel

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran

terutama untuk pembangkit tenaga listrik sudah selayaknya lebih mendapat perhati- an dan di prioritaskan apalagi dengan ada- nya kenaikan harga BBM yang cukup tinggi

perawat adalah 68,6 ± 7,8, yang menunjukkan tingkat sensitivitas moral moderat. Salah satu faktor yang mempengaruhi sensitivitas moral yaitu spiritualitas yang

Untuk mengetahui tingkat kecanduan gadget dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Smartphone Addiction dan untuk mengetahui kualitas tidur dalam penelitian ini menggunakan

Bab II adalah tinjauan pustaka, yang berkaitan dengan tinjauan tentang alat deteksi kebohongan, tanda emosi kebohongan di wajah, ekstraksi ciri wajah, pengenalan