• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR kelurahan mangolo (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR kelurahan mangolo (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

ABSTRAK

Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi isu pokok dalam berbagai aktivitas manusia, salah satunya adalah kegiatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Namun bila pembangunan tersebut memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka dapat menyelamatkan lingkungan dan mengurangi dampak fatalitas bencana. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan penyelenggara infrastruktur jalan dan jembatan wajib menyelenggarakan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan sehingga tercipta infrastruktur jalan dan jembatan yang berkelanjutan. Namun dalam kenyataan di lapangan aspek lingkungan masih kurang diperhatikan, baik pihak proyek sebagai pemilik (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor).

Artikel ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari literatur ilmiah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan aspek-aspek lingkungan yang harus mendapatkan perhatian dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Dengan adanya penjelasan tersebut diharapkan pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholder) akan lebih peduli terhadap lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga pembangunan yang dilaksanakan selain akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat juga turut melestarikan lingkungan.

Secara umum kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan. Setiap tahapan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, dalam tahap perencanaan pembangunan jalan dan jembatan supaya rute (trase) jalan dan jembatan tidak melalui daerah konservasi serta dalam pelaksanaan dan pengoperasian serta pemeliharaannya haruslah seminimal mungkin gangguannya terhadap lingkungan, baik flora dan fauna maupun masyarakat sekitarnya.

Kata kunci :infrastruktur jalan dan jembatan, stakeholder, lingkungan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(2)

untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif terhadap lingkungan yang minimum.

Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah sebagai pemilik (owner) sekaligus pembuat kebijakan (policy maker), pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan, haruslah bersama-sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sehingga infrastruktur jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga produk infrastruktur yang dihasilkan ramah terhadap lingkungan.

Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang mengatur masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan, Dalam implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut telah dimasukkan dalam pasal syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor sebagai penyedia jasa wajib melaksanakan pasal – pasal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan?

 Bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan?

 Bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan di Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, artikel ini bertujuan untuk membahas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Pembahasan akan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan serta bagaimana pelaksanaannya di Indonesia.

1.4 Manfaat

(3)

jembatan dilaksanakan sehingga tidak merusak lingkungan, dan pada akhirnya dapat tercipta apa yang disebut dengan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan Lingkungan

Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan modernisasi. Namun dalam pelaksanaan khususnya pada pembangunan yang bersifat fisik seringkali para pihak yang terlibat mengabaikan masalah lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, masalah lingkungan tidak terlalu diperhatikan, baik pada saat perencanaan maupun pada saat pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil atau produk dari pembangunan itu sendiri, sementara dampaknya terhadap lingkungan masih diabaikan. Pada dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, sebagai contoh pembangunan jalan pada daerah yang tidak stabil dapat mengakibatkan kejadian tanah longsor yang efeknya bahkan lebih besar daripada penebangan hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan tersebut harus berwawasan lingkungan.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan alam (Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan, maka dalam setiap tahapan pembangunan harus memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan

(4)

Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari 8 (delapan) kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan,DPU,2006) yaitu : 1. Perencanaan umum

2. Pra studi kelayakan 3. Studi kelayakan 4. Perencanaan teknis 5. Pra konstruksi 6. Konstruksi 7. Pasca konstruksi

8. Evaluasi pasca konstruksi

Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU

Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan.

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sebagai contoh dengan pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan jalan dan jembatan setelah perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya pra studi kelayakan. Penerapan pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada gambar 2.1 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

(5)

Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan diawali dengan perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide pembangunan jalan atau jembatan baru maupun peningkatan jalan atau jembatan yang telah ada. Walaupun masih berupa perencanaan umum dan belum adanya kegiatan fisik, namun pihak pemrakarsa proyek sudah harus mengidentifikasi sedini mungkin dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya proyek atau pembangunan jalan dan jembatan terhadap lingkungan, melalui proses penyaringan lingkungan. Dengan adanya proses penyaringan tersebut akan didapat gambaran apakah suatu proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau cukup dengan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP (Standard Operation Procedure). Adapun kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang wajib AMDAL atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah.

Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL atau RKL dan RPL.

( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

NO. Jenis Proyek

Jalan tol dan jalan layang a. Pembangunan jalan tol

b. Pembangunan jalan laying atau subway

c. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan lahan untuk Damija

d. Peningkatan jalan tol tanpa pembebasan lahan untuk Damija

Jalan raya

a. Pembangunan/peningkatan jalan dengan pelebaran di luar Damija

(6)

a. Pembangunan jembatan di kota besar / metropolitan

b. Pembangunan jembatan di kota sedang / lebih kecil

- Panjang ≥ 60 m

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 **) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan :

Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwaKota besar : Jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwaKota sedang : Jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwaKota kecil : Jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwaKota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 – 20.000 jiwa

b. Tahap pra studi kelayakan

Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan yang meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen jalan atau jembatan, dan setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga kelayakan lingkungan melalui proses kajian awal lingkungan.

c. Tahap studi kelayakan

Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis, ekonomi, finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif trase jalan atau jembatan berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis kelayakan lingkungan dilakukan melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.

Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus dapat diterima oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan, pengoperasian maupun pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan,DPU,2005), misalnya : 1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi

2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan sekitarnya 3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi

4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta menyiapkan kerangka acuan kerja

5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi

Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan dalam bentuk dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan teknis (detail design), pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

d. Tahap perencanaan teknis

Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :

(7)

 Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail jalan, jembatan dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis yang digunakan pada tahap konstruksi

 Perhitungan biaya konstruksi

 Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi

Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah penjabaran RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi dalam pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencana teknis harus memahami dokumen RKL yang telah ditetapkan, karena itu tim konsultan perencana seyogyanya dilengkapi dengan tenaga ahli lingkungan. Dalam kegiatan

Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus mencakup biaya pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada tahap pasca konsruksi. Jika diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah dan pemukiman kembali termasuk semua dampak yang akan timbul, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen RKL.

e. Tahap pra konstruksi

Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa proyek atau instansi terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL untuk penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.

f. Tahap konstruksi

Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi pekerjaan tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan perlengkapannya. Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap konstruksi, untuk menangani semua dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan konstruksi, seperti erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan utilitas di areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2.2 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan Alternatif Pengelolaannya.

Kegiatan yang Menimbulkan Dampak

Prakiraan Dampak Yang Timbul

Alternatif Pengelolaan Lingkungan Persiapan Pekerjaan Konstruksi

1. Mobilisasi tenaga kerja a. Kecemburuan sosial

b. Peningkatan kesempatan kerja

a.1. Tenaga kerja lokal diprioritaskan

a.2. Sosialisasi pada penduduk lokal

(8)

2. Mobilisasi peralatan berat

3. Pembuatan jalan masuk

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

a. Di lokasi proyek

1. Pembersihan dan penyiapan lahan

2. Pekerjaan tanah (galian / timbunan)

3. Pekerjaan badan jalan / lapis perkerasan

a. Gangguan pada flora dan fauna b. Pencemaran udara

c. Pencemaran air permukaan

d. Gangguan pada utilitas

a. Pencemaran udara (debu)

b. Getaran (kerusakan bangunan

tenaga kerja yang diperlukan b.2. Pelatihan tenaga kerja

local

a.1. Perbaikan jalan yang rusak a.2. Membatasi tonase

a. Penyiraman jalan secara berkala

a. Penghijauan b. Penyiraman

c. Pembuatan tanggul atau drainase sementara untuk pengendalian air larian d. Pemindahan dan perbaikan

utilitas

a. Penyiraman secara berkala b. Pembuatan tanggul atau

drainase sementara untuk b.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a.1. Pengaturan lalu lintas a.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Pemberitahuan kepada masyarakat sekitar dan pengaturan jadwal kerja b. Penggunaan bor

(9)

6.Pekerjaan bangunan bawah dan bangunan atas jembatan atau jalan laying

7. Pembangunan bangunan pelengkap jalan

b. Di lokasi quarry dan jalur transportasi material

1. Pengambilan tanah dan material bangunan di quarry

dan borrow area di darat

2. Pengambilan material di

quarry sungai

3. Pengangkutan tanah dan bahan bangunan

c. Di lokasi base camp dan AMP

1.3 Pengoperasian base camp (barak pekerja, kantor,

stone*) crusher dan AMP**))

sekitar)

c. Gangguan lalu lintas

a. Gangguan lalu lintas

a. Peningkatan estetika lingkungan (dampak positif) c. Gangguan terhadap biota air d. Longsor tebing sungai

c.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a.1. Pengaturan lalu lintas a.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Penanaman pohon dan tanaman hias

a. Penyiraman berkala dan bak truk ditutup terpal

b. Perawatan kendaraan c. Pemeliharaan/perbaikan jalan d.1. Pengaturan lalu lintas d.2. Pemasangan rambu lalu lintas

a. Pemilihan lokasi quarry yang tepat

(10)

**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas

f. Tahap pasca konstruksi

Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian (pemanfaatan) jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan atau jembatan tersebut, diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran udara dan kebisingan serta pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

g. Tahap evaluasi pasca proyek

Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau pengoperasionalan ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan sampai dengan tercapainya umur rencana desain. Pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap sebelumnya agar dapat dijadikan masukan dalam kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan selanjutnya.

Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di atas harus dipantau pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan sebelum dan setelah pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu dengan pemantauan pengelolaan lingkungan dapat diketahui keberhasilan pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

2.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan Lingkungan di Indonesia

Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum telah banyak mengeluarkan keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah dijadikan bagian dari dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan dalam spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan baik pihak proyek maupun penyedia jasa (kontraktor).

(11)

dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru sehingga dapat menghemat penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam hal konstruksi penahan longsor badan jalan tengah dikembangkan penggunaan rumput vetifer, selain murah, kuat dan ramah lingkungan juga menambah nilai estetika.

BAB III. PENUTUP 3.1. Simpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :

1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu adanya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan.

2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan kontrak konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor) dalam pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.

3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang penguatan kapasitas institusional dan sumberdaya manusia

3.2. Ucapan terima kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syarwan ST.MT sebagai dosen pengampu mata kuliah komputer 1 yang telah membimbing dalam teknik penulisan ilmiah dan para kolega yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkenan membaca dan memberikan koreksi pada penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

____________ 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

____________ 2003. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003, tentang

Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

____________ 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011, tentang

Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.

____________ 2010. Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.

Sumarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung.

Manik, K.E.S, 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandar Lampung.

(12)

____________ 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 08/BM/05. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

____________ 2009, Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 010/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

____________ 2009. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 011/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

____________ 2005. Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan No. Pd T-19-2005-B. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Suratmo, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta

Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi III 2006. Jakarta. ____________ 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects. Transport

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus PembangunanInfrastruktur Jalan dan Jembatan.
Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib dilengkapidengan AMDAL atau RKL dan RPL.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan hukum yang dikemukakan tersebut di atas, terdapat permasalahan hukum normatif yaitu adanya kekosongan hukum, karena aturan yang mengatur

Rapat Pem!han Pengurus III Pemu"a Pan#as!a $e#amatan Pa"ang Bo!a%& sete!ah : MENIMBANG

Hal tersebut kemungkinan dikarenakan efek diuresis dari ekstrak meniran tidak terlihat akibat kondisi mencit yang mengalami hiperurisemia itu sendiri telah dapat

Rasil analisis mendapatkan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,004 dengan p = 0,969 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara Persepsi pasien terhadap Pelayanan

Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari 86 orang responden yang telah mengalami stroke dengan tidak menderita riwayat DM sebelumnya dan menderita DM sebelumnya di

tingkat kemampuan kelompok tani yang bersangkutan, Hubungan yang bersifat melembaga itu mencerminkan perilaku pelayanan KUD oleh kelompok tani, Dalam pada itu Satuan Pengendali Bi-

Pola pangan rumah tangga akan mempengaruhi status gizi balita karena setiap makanan yang dikonsumsi keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi balita. Pola pangan balita dapat

Seluruh Pimpinan dan staf PT Indo Semar Sakti yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian khususnya kepada Bapak Julius Wijaya yang telah