• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBAGIAN KERJA DAN KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEMBAGIAN KERJA DAN KOMUNIKASI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi sudah di kenal oleh manusia sejak zaman dahulu, manusia hidup berkelompok mengatur kehidupan kelompoknya. Adanya organisasi terbentuk karena dipengaruhi aspek-aspek seperti penyatuan visi dan misi serta mempunyai tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi dari sekelompok orang tersebut terhadap lingkungan masyarakat. Suatu organisasi yang ideal seharusnya memiliki tujuan. Tujuan inilah yang kemudian menjadi dasar kegiatan dari organisasi. Tanpa adanya tujuan, organisasi akan mati karena tidak ada yang diperjuangkan. Tujuan dari sebuah organisasi harus dijelaskan dengan jelas agar kegiatan yang dilakukan berorientasi guna meraih tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya tujuan menjadi penyemangat kerja serta komitmen bagi para anggotanya.

Organisasi bukan hanya memiliki tujuan, juga memiliki berbagai manfaat organisasi yang banyak dalam kehidupan. Adanya manfaat organisasi tersebut dapat dirasakan oleh siapa saja yang mengikuti organisasi tersebut pada berbagai tingkatan. Salah satu manfaat organisasi nyata dari keikutsertaan dalam berganisasi adalah untuk membentuk mental individu yang berani dalam mengungkapkan pendapat di depan umum serta dapat terbiasa dalam melakukan kerja sama untuk memecahkan masalah. Manfaat organisasi tersebut sangat mendukung dalam dunia pekerjaan. Menurut Stephen P. Robbins “organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan” (2009: 5). Untuk mencapai tujuan yang ditentukan dalam organisasi, diperlukan proses menguraikan pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil yang berguna bagi tujuan organisasi dan dilaksanakan oleh individua tau kelompok, yang disebut pembagian kerja.

(2)

penagihan, dan promosi dapat dikelompokkan menjadi satu, yaitu bidang pemasaran. Kegiatan pembelian bahan, pengawasan proses produksi, dan pengemasan dapat dikelompokkan dalam bidang produksi (2007:40).

Pembagian kerja disebabkan karena seseorang mempunyai kemampuan terbatas untuk melakukan segala macam pekerjaan. Oleh karena itu pembagian kerja berarti bahwa kegiatan-kegiatan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan dan dikelompokkan agar lebih efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.

Dengan adanya pembagian kerja dapat menjadikan orang bertambah ketrampilannya dalam menangani tugas, karena tugasnya itu merupakan bidang tertentu saja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelenggaraan kerja terutama dalam memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efisien kerjanya. Sebaliknya jika pembagian kerja itu dilakukan dengan ceroboh, artinya tidak menyesuaikan kemampuan seseorang dengan bidang pekerjaannya, maka ia akan berpengaruh tidak baik bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam melakukan pekerjaannya.

Dengan demikian pembagian kerja perlu dilaksanakan secara seksama dengan penuh pertimbangan. Tanpa adanya pembagian kerja, mereka akan bekerja menurut kemauan sendiri-sendiri tanpa menghiraukan tujuan organisasi, oleh karena itu dalam organisasi adanya pembagian kerja yang baik dapat memberikan penjelasan bagi para pegawai untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya (Siswanto,1989). Hal ini berarti dalam pembagian kerja harus ada penyesuaian antara kemampuan dan jenis pekerjaan yang akan ditangani, disamping itu disertai oleh prosedur dan disiplin kerja yang mudah dipahami oleh para pekerja yang bersangkutan. Pembagian kerja harus ditunjang dengan komunikasi organisasi yang baik agar dapat menacapai tujuan yang telah di capai pula.

(3)

bahasa-bahasa tertentu sehingga orang yang menerima informasi memahami maksud dari informasi tersebut (Robbins, 1996).

Suatu organisai harus tahu bahwa tidak mudah untuk menciptakan komunikasi yang positif dalam organisasi, komunikasi yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif kepada pegawainya, namun sebaliknya bila komunikasi di dalan organisasi tidak baik maka kemungkinan akan mengakibatkan penghambatan kelangsungan kerja untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

(4)

Grafik 1.1

Data Penyebab kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo Tidak Optimal

Pekerjaan tidak sesuai sungkan dengan atasan/sejawat usia sudah tua gaji kurang fasilitas kurang

0 1 2 3 4 5 6

Penyebab kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo Tidak Optimal

Sumber: data hasil angket penelitian awal di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo

Sedangkan untuk melihat bagaimana kinerja pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo dapat terlihat juga dari data tael berikut ini:

Tabel 1.1

Data Penilaian Kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo

No Kategori Tahun

Nilai

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai

2014 2015 2016 2017

1 A 10 10 9 8,9 7 7,3 6 6,6

2 B 70 70 70 69,3 68 70,8 66 71,7

3 C 20 20 22 21,8 21 21,9 20 21,7

Total 100 100 101 100 96 100 92 100

(5)

Keterangan :

A = Sangat baik. B = Baik. C = Cukup.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPJS Kesehatan Cabang SukoharjoPresentase tahun 2014 dari kategori nilai A sebesar 10%, kategori nilai B sebesar 70%, kategori nilai C sebesar 20%, tahun 2015 dari kategori nilai A sebesar 8,9%, kategori nilai B sebesar 69,3%, kategori nilai C sebesar 21,8%, tahun 2016 dari kategori nilai A sebesar 7,3%, kategori nilai B sebesar 70,8%, kategori nilai C sebesar 21,9%, dan tahun 2017 dari kategori nilai A sebesar 6,6%, kategori nilai B sebesar 71,7%, kategori nilai C sebesar 21,7%, Dari data di atas menunjukan bahwa total presentase yang paling kecil adalah kategori nilai A pada tahun 2017 sebesar 6,6%. Sedangkan yang menjadi keinginan BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo total presentase kategori A adalah 15% tiap tahunnya.

Dengan adanya permasalahan di atas maka secara tidak langsung akan berakibat terhadap kinerja para pegawainya di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo. Dalam menghasilkan pegawai yang professional dan berkompeten maka dalam pembagian kerja dan komunikasi di dalam organisasi perlu mendapat pehatian dari perusahaan/kantor dan meruapakan salah satu pendorong tercapainya tujuan.. Berdasarkan uraian tersebut peneliti pertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Pembagian Kerja Dan Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembagian kerja belum dilakukan secara merata sesuai dengan kemampuan dan keahlian pegawai.

2. Kurangnya keterampilan yang dimiliki pegawai terhadap bidang pekerjaannya.

3. Kurangnya perhatian dari perusahaan terhadap pentingnnya komunikasi yang terjadi baik secara vertikal maupun horizontal dalam sebuah organisasi, yang berdampak pada tujuan perusahaan yang diperoleh tidak maksimal.

(6)

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan masalah-masalah di atas, agar tidak berkembang lebih jauh, maka maslah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi ebagai berikut:

1. Pengaruh pembagian kerja terhadap kinerja pegawai. 2. Pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai.

3. Kinerja pegawai yang di pengaruhi pembagian kerja dan komunikasi organisasi. D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?

3. Apakah terdapat pengaruh antara pembagian kerja dan komunikasi organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pembagian kerja dan komunikasi organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

(7)

2. Manfaat Praktis a. Pegawai

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan bahan masukan tentang pentingnya pembagian kerja dan komunikasi organisasi dalam kinerja pegawai pada BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

b. BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo

Diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan yang bersifat konstruktif dan membuat keputusan dan berkaitan dengan pembagian kerja dan komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai pada BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

c. Peneliti

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Kinerja Pegawai a. Pengertian Kinerja Pegawai

Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan turut memajukan organisasi sebagai suatu wadah peningkatan produktivitas kerja. Kedudukan strategis untuk meningkatkan produktivitas organisasi adalah pegawai, yaitu individu-individu yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.

Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja dengan standar kerja yang ditetapkan (Dessler, 1997). Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Menurut Siagian (2003) Kinerja adalah konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karya berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja merupakan perilaku manusia dalam suatu organisasi yang memenuhi standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Mangkunegara (2000) Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.

Berdasarkan uraian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam kurun waktu tertentu.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

(9)

1. Faktor Individu

a. Faktor kepribadian yaitu kepercayaan diri, dimana semakin tinggi kepercayaan diri pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, maka semakin tinggi kinerja pegawai tersebut. b. Faktor motivasi, ketika seorang pemimpin mendorong pegawainya untuk suatu tujuan

tertentu seperti pemberian insentif (Fred Luthans, 2006).

c. Faktor kemampuan (skill) yaitu kemampuan atau keahlian pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan standar kerja di perusahaan.

d. Faktor kepuasan kerja yaitu perasaan atau sikap pegawai terhadap pekerjaannya (Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008)

e. Faktor pengetahuan pekerjaan yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan kerja (Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno, 2008).

2. Faktor Organisasi

a. Faktor gaya kepemimpinan yaitu faktor yang mendorong pegawai untuk berkomitmen pada organisasinya agar mempunyai kemauan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi tersebut dan membuang keinginan untuk berpindah (Cuk Budihardjo, 2008). b. Faktor tim kerja yaitu kualitas dukungan yang di berikan oleh rekan kerja.

c. Fakor komunikasi organisasi yaitu suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain (Mifta Thoha, 2005).

d. Faktor teknologi dan fasilitas yaitu dimana perusahaan menggunakan teknologi sesuai kebutuhan kerja pegawai dan memfasilitasi kebutuhan kerja pegawai (Fred Luthans, 2006).

e. Faktor konteks organisasi yaitu dimana organisasi memberikan penghargaan kepada pegawai untuk mencoba memotivasi kinerja mereka dan mendorong loyalitas dan retensi (Fred Luthans, 2006).

Agar mampu menunjukan kinerja yang produktif maka seorang pegawai harus memiliki ciri individu yang produktif. Anggakara (2010) kinerja yang produktif harus ditumbuhkan dalam diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Tindakan yang konstruktif

(10)

c. Indikator Kinerja Pegawai

Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja pegawai maka mengharapkan kinerja organisasi akan semakin baik. Beberapa pendekatan untuk mengukur sejauh mana pegawai mencapai suatu kinerja secara individual menurut Bernardin (1993) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas

Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara yang ideal dari penampilan aktifitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktifitas.

2. Kuantitas

Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan. 3. Ketepatan Waktu

Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain 4. Efektifitas

Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

5. Kemandirian

Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.

2. Tinjauan Tentang Pembagian Kerja a. Pengertian Pembagian Kerja

(11)

tersebut. Aktivitas ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total suatu organisasi. Organisasi akan baik jika sumber daya manusia didalamnya telah mampu melaksanakan pekerjaan masing – masing dengan jelas, spesifik, serta tidak memiliki peran ganda yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja. analisis jabatan perlu dilakukan agar dapat mendesain organisasi serta menetapkan pembagian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan evaluasi pekerjaan.

Manurut Hasibuan (2007:28) “analisis pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang perlu dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan mengapa pekerjaan itu harus dilakukan. analisi pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai”.

Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang akan digunakan.

Maka dari itu, penelitian ini akan membahas produk utama dari analisis jabatan yaitu pembagian kerja atau yang lebih dikenal dengan job description. DI bawah ini pengertian pembagian kerja (job description) menurut beberapa ahli.

Menurut Hasibuan (2007: 33) “Pembagian kerja yaitu informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi”. Sedangkan menurut Rivai (2004: 125) “Pembagian tugas adalah hasil analisis pekerjaan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menghimpun dan mengolah informasi mengenai pekerjaan”.

Pophal (2008:8) mengemukakan “Pembagian kerja adalah rekaman tertulis mengenai tanggung jawab dari pekerjaan tertentu. Dokumen ini menunjukkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut dan menguraikan bagaimana pekerjaan tersebut berhubungan dengan bagian lain dalam perusahaan”.

(12)

b. Manfaat Pembagian Kerja

Manfaat pembagian kerja adalah agar supaya pekerjaan terselenggara dengan baik sesuai rencana dan dapat diketahui dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau pegawai yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pekerjaan tersebut. (Marzuki, 1981 : 9). Sedangkan menurut A.S Moenir manfaat pembagian kerja adalah :

1. Memudahkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa menunggu perintah atau komando.

2. Diketahui dengan jelas batas wewenang dan tanggung jawab dari pekerjaan itu. 3. Tidak meragukan dalam pemberian tugas atau pelaksanaan pekerjaan.

4. Memudahkan dalam pengawasan.

5. Tidak terjadinya simpang siur atau benturan dalam pelaksanaan pekerjaan. 6. Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan. c. Alasan Pembagian Kerja

Adapun alasan diadakan pembagian kerja adalah bahwa seseorang tidak akan melakukan semua pekerjaan yang ada di dalam organisasi seorang diri tanpa bantuan orang lain.

Menurut Sondang P. Siagian ada tiga alasan diadakan pembagian kerja yaitu : a. Beban kerja yang harus di pikul

b. Jenis pekerjaan yang harus beragam

c. Berbagai spesialisasi yang diperlukan (Sondang P. Siagian, 1983:10)

Dengan adanya pembagian kerja maka pegawai atau pegawai dituntut tanggung jawabnya didalam penyelesaian setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Jenis pekerjaan yang beraneka ragam merupakan hal yang sudah biasa didalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan yang jelas. Spesialisasi pekerjaan diperlukan karena dalam pembagian kerja terjadi pembagian fungsi-fungsi dimana setiap fungsi-fungsi tersebut memerlukan keahlian khusus untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.

d. Indikator Pembagian Kerja

(13)

Penempatan pegawai ialah bahwa setiap pegawai atau pegawai telah ditempatkan sesuai dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidaktepatan dalam menetapkan posisi pegawai akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak maksimal (A. S Nitisemito, 1996 :174)

2. Beban kerja

Beban kerja adalah tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk dikerjakan dan tanggung jawabkan oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu. (Sutarto, 1978 : 103)

Beban kerja yang harus dilaksanakan pegawai hendaknya merata, sehingga dapat dihindarkan adanya seorang pegawai yang mempunyai beban kerja terlalu banyak atau terlalu sedikit. Namun demikian beban kerja yang merata ini tidak berarti bahwa setiap pegawai di perusahaan tersebut harus tetap sama beban kerjanya.

3. Spesialisasi pekerjaan

Spesialisasi pekerjaan adalah pembagian kerja berdasarrkan oleh keahlian atau ketrampilan khusus (Sutarto, 1978 : 110). Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri.

Agar semua tugas pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali adanya spesialisasi pekerjaan. Namun walaupun demikian spesialisasi pekerjaan bukan merupakan tujuan mengkotak-kotakan pegawai atau pegawai.

4. Tanggung Jawab

(14)

Perusahaan harus benar-benar melakukan evaluasi dan pengkajian kembali terhadap setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai. Sebab, sering sekali perubahan menjadikan sebuah job diskripsi menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, pemberian kepercayaan pada individu-individu pegawai dalam organisasi perusahaan haruslah dirancang agar para individu tersebut mampu bertanggung jawab dalam pekerjaan yang sesuai dengan harapan perusahaan.

3. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).

Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita selalu memperbincangannya dan melakukannya.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005 : 4).

Effendy (2006: 5) mengungkapkan bahwa secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5).

(15)

kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia.

Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu.

b. Prinsip-prinsip Komunikasi

Menurut Seiler (dalam Arni Muahmmad, 2000;19-20) untuk dapat memahan hakekat komunikasi, kita perlu mengetahui prinsip dasar dari komunikasi tersebut. Adapun prinsip dasar komunikasi adalah :

1) Komunikasi adalah suatu proses:

Suatu kegiatan yang berlangsung secara terus menerus secara berkesinambungan. Tidak ada bentuk yang baku bagi suatu proses, begitu juga dengan komunikasi yang selalu berubah-ubah menutut variasi dan elemen-elemen yang membentuknya. Dan sebagai suatu proses, komunikasi juga menuntud adanya hasil dari proses tersebut yaitu perubahan.

2) Komunikasi adalah system:

Proses komunikasi terjadinya karena adanya elemen-elemen yang membangunnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikate dan feel. Elemen-elemen ini berkaitan satu sama lainnya, jika salah satu elemen mendapat gangguan maka akan menimbulkan gangguan pula pada elemen lainnya yang berdampak pada terganggunya proses terebut. Inilah alasan mengapa komunikasi dikatakan suatu sistem.

3) Komunikasi bersifat transakasi dan interaksi:

Proses komunikasi pada intinya merupakan transmisi pesan antara komunikator dan komunikan, hal ini penyebab terjadinya transaksi dan berlangsung secara kontiniu. Proses ini juga mendukung untuk terjadinya interaksi antara mereka yang berkomunikasi

(16)

Komunikasi yang disengaja terjadi karena pesan yang dikirimkan oleh komunikator memiliki tujuan khusus terhadap penerima yang dimaksud. Idealnya, hal tersebut dapat menimbulkan efek yang diharapkan. Tetapi itu bukanlah hal yang mudah, banyak faktor yang mempengaruhinya. Komunikasi juga dapat terjadi secara tidak sengaja, tetapi dapat diterima dengan sengaja oleh siapa saja yang saat itu berada dalam jangkaunnya.

Prinsip komunikasi juga dijelaskan oleh Deddy Mulyana (2007: 84) yag menyebutkan bahwa prinsip komunikasi terdapat dua belas prinsip yang harus ada dalam komunikasi, antara lain:

1)

Komunikasi Adalah Proses Simbolik

2)

Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

3)

Komunikasi Punya Dimensi Sisi dan Dimesi Hubungan

4)

Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan

5)

Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu

6)

Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi

7)

Komunikasi Bersifat Sistemik

8)

Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi

9)

Komunikasi Bersifat Nonsekuensial

10)

Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional

11)Bersifat Irreversible

12)

Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah c. Unsur Unsur komunikasi

komunikasi yang terjadi itu paling tidak akan melibatkan, seseorang yang menyampaikan ide, ide itu sendiri atau berita yang disampaikan, alat yang digunakan untuk menyampaikan ide dan orang yang menerima berita, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu akan terdiri unsur-unsur komunikasi.

Unsur komunikasi menurut Hery Sawiji (2012:8) adalah sebagai berikut: 1. Komunikator, yaitu sumber asal komunikasi.

2. Berita, informasi yang berupa lambing maupun lisan atau tulisan.

3. Saluran, sarana tempat berlangsungnya lambing-lambang atau berita, yang berupa saluran pendengaran, penciuman dan saluran pengelihatan.

4. Reseptor, orang yang menerima berita.

(17)

1. Harus ada suatu sumber, yaitu seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide atau infromasi untuk diberikan.

2. Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai, yang umumnya bias dinyatakan dalam kata-kata permbuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai.

3. Suatu berita dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang dimaksud untuk membangkitkan respon dipihak orang-orang kepada siapa berita itu ditujukan.

4. Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita. 5. Harus ada penerima berita. Akhirnya harus ada umpan balik atau respon dipihak

penerima berita. Umpan balik memungkinkan sumber berita untuk mengetahui apakah berita itu telah diterima dan dinterprestasikan dengan betul atau tidak.

d. Pengertian Organisasi

Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang merupakan wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau sasaran organisasi memiliki banyak komponen yang melandasi diantaranya terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis pekerjaan dan kesadaran rasional dari anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka masing-masing.

Dalam hal ini Robbin (1994: 4) menyatakan organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sedangkan Sutarto (2002 : 40) menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, organisasi adalah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih lanjut pengertian organisasi dijelaskan oleh Hasibuan (2011: 120) mendefinisikan bahwa organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.

(18)

Komunikasi merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi karena semua anggota organisasi pasti selalu berinteraksi satu dengan yang lain demi mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Definisi komunikasi organisasi dapat di jelaskan oleh bebrapa ahli, berikut ini definisi komunikasi organisasi oleh bebrapa ahli.

Komunikasi organisasi menurut Wiryanto dalam Khomsahrial Romli (2011: 2) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di lakukan dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang di setujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Sedangkan komunikasi organisasi menurut Arni Muhammad (2009: 67) komunikasi organisasi juga dapat di definisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimupulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses hubungan komunikasi terjalin baik secara langsung maupun tidak langsung antara pimpinan dengan pegawainya ataupun antar pegwai satu dengan lainnya, serta komunikasi menyilang dengan organisasi lainnya.

f. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi dirasa penting dalam organisasi, karena komunikasi memiliki fungsi dalam mengatur dan mengawali kegiatan di dalam suatu organisasi. Menurut Sendjaja (2004: 42) menyatakan bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi adalam sebagai berikut:

(19)

2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.

3. Fungsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.

4. Fungsi integratif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan pegawai dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.

Scott dan T.R. Mitchell dalam Arni Muhammad (2001: 70) komunikasi mempunyai empat fungsi dalam organisasi, yaitu:

1. Pengendalian (control/pengawasan) 2. Motivasi

3. Pengungkapan emosional 4. Informasi

Sedangkan menurut Djoko Purwanto (2006: 10), komunikasi memiliki dua fungsi, yaitu: 1. Komunikasi memungkinkan orang-orang saling bertukar informasi

2. Komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota organisasi yang terpisah dari anggota lainnya.

g. Hambatan-hambatan Komunikasi Organisasi

Dalam setiap melakukan kegiatan/sesuatu, pasti seseorang akan menhalami yang namanya rintangan atau hambatan yang menggangu kelancaran sesorang untuk mencapati sesuatu. Sama halnya dengan komunikasi bahwa sesorang juga akan menemukan hambatan dalam berbagi informasi. Di bawah ini beberapa hambatan atau rintangan yang dihadapi dalam berkomunikasi.

Menurut Boone dan Kurtz dalam Hery Sawii (2012:29) menyebutkan hambatan dalam komunikasi ada delapan, yaitu;

1. Waktu yang kurang tepat

2. Informasi yang tidak mencukupi 3. Saluran yang kurang tepat 4. Kebisingan

5. Presepsi yang selsktif 6. Evaluasi dini

(20)

Sedangkan menurut Anwar P Mangkunegara (2009:150) ada tiga rintangan dalam berkomunikasi, yaitu;

1. Hambatan pribadi, yang disebabkan oleh emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaan-kebiasaan yang nerlaku dapa norma atau nilai budaya tertentu.

2. Hambatan fisik, hambatan ini menyangkut jaraka komunikasi yang jauh antara sender dan receiver.

3. Hambatan bahasa, kesalahan dalam menginterpretasikan kata kerena ragam Bahasa dan budaya.

h. Jenis-jenis Komunikasi

Dalam sebuah organisasi komunikasi dibedakan meenjadi beberapa jenis. Seperti yang disampaikan oleh Zelko dan Dance dalam Arni Muhammad (2001:66) yang menyebutkan bahwa;

Komunikasi adalah suatu system yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti antran atasan dan bawahan, komunikiasi dari bawahan ke atasan, dan komunikasi antar sesame pegawai setingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya. Bedasarkan pengertian dari Zelko dan Dance di atas makan komunikasi dbedakan menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunkasi eksternal. Yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komunikasi Internal

Komunikasi internal merupakan komunikasi yang lebih ditekankan pada internal perusahaan. Menurut Brennan dalam Effendi (1994:122) menyebutkan bahwa pengertian komunikasi internal adalah:

(21)

(operasi) dan gagasan pertukaran gagasan horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).

Adapun komunikasi internal terdiri dari dua macam, yaitu komunikasi kebawah dan komukiasi keatas, penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Komunikasi kebawah

Komunikasi kebawah ini merupakan penyampaian informasi dari atasan kebawahan. Komunikasi ini dapat berupan perintah, teguran, pujian, dan lain-lain.

Adapun tujuan komunikasi kebawah ini menurut Arni Muhammad (2001:108) adalah untuk menyampaikan tujuan organisasi, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi serta menyiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

b. Komunikasi keatas

Komunikasi keatas ini merupakan penyampaian laporan atau informasi yang mengalir dari bawahan ke atasan atau dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi. Menurut Sukanto R dan T. Hani Handoko (1990:183) “Komunikasi keatas aliranya melalui tingkatantingaktan hiraki organisasional paling sering berbentuk umpan balik kerjasama dan secara mendasar dihubungkan dengan fungsi pengawasan”.

2. Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance dalam Arni Muhammad menyebutkan bahwa: "komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarmya seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum Dalam sebuah perusahaan komunikas berlangsung antara anggota organisasi baik pimpinan dengan bawahan maupun pegawai dengan pegawai, serta komunikasi juga terjadi pada perusahaan satu dengan yang lain Benıkut ini adalah saluran komunikasi menurut Djoko Purwanto (2006:40) terdiri atas:

1.

Komunikasi Vertikal

(22)

b.

Komunikasi Vertikal Ke Bawah adalah saluran yang dipakai untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasi, memotivasi dan memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan di level bawah.

2.

Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antar manajer, antar pegawai dalam satu organisasi

3.

Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang melibatkan antar dua tingkat (level) dalam organisasi yang berbeda.

Sedangkan saluran komunikasi menurut A.P Mangkunegara (2009:152) terdiri dari dua saluran komunikasi keatas dan saluran komunikasi kebawah.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Saluran komunikasi pegawai bawahan terhadap atasan, yaitu: a. Kontak secara tatap muka

b. Pertemuan kelompok mpengawasan c. Kontak keluhan tanpa nama

d. Pertemuan pegawai dengan pemegang saham setiap tahun e. Menggunakan prosedur pengaduan.

2. Saluran komunikasi yang digunakan atasan kepada bawahan, yaitu: a. Perintah berantai

Dalam penelitian ini komunikasi organisasi yang difokuskan adlah komunikasi internal, karena permasalahan yang diteliti adalah permasalah yang menyangkut komunikasi di dalam lingkungan kantor. Selain itu komunikasi yang terjadi di kantor lebih banyak terjadi dalam kantor.

i. Indikator Komunikasi Organisasi

Variabel komunikasi organisasi dengan tiga sub variable yang diukur dengan menggunakan indicator yang mengacu pada teori Djoko Purwanto (2006:40), yaitu:

1. Komunikasi Vertikal a. Komunikasi ke atas

(23)

2) Penyampain saran/pendapat dari bawahan ke atasan. 3) Penyampaian keluhan dari bawahan ke atasan. 4) Penyampaian laporan dari bawahan ke atasan. b. Komunikasi ke bawah

1) Kejelasan atasan dalam memberikan petunjuk. 2) Pemberian pujian dari atasan ke bawahan. 3) Pemberian teguran dari atasan ke bawahan. 4) Kemudahan koordinasi dari atasan ke bawahan. 2. Komunikasi horizontal

a. Kerjasama antar pegawai dalam meyelsaikan masalah b. Koordinasi tentang pekerja antar pegawai sederajat c. Kemudahan memperoleh informasi dari bagian lain d. Saling membutuhkan inforamsi antar bagian lain 3. Komunikasi diagonal

a. Pengetahuan informasi antar bagian dalam tingkat organisasi yang berbeda. b. Infromasi cepat disampaikan.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang digunakan peneliti sebagai acuan penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Vijai N. Giri, B. Pavan Kumar, yang berjudul “Assessing the impact of organizational communication on job satisfaction and job performance in Indian Organizational”. Dalam jurnal Psycological Studies, Juni 2010, Volume 55 Issue 2, pp 137-143. Dengan hasil penelitian menjelaskan bahwa komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja pegawai. Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa pegawai pada tingkat yang berbeda maka merasakan kepuasan kerja berbeda. Dengan deminikan dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi-organisasi Indian, kepuasan kerja dan kinerja sangat tergantung pada perilaku komunikasi organisasi.

(24)

Dengan demikian maka variabel pengawasan melekat paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai PD. BPR BKK Tasikmadu Kabupaten Karanganar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Gerry Lengkong dkk, yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Pembagian Kerja Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Air Manado dalam Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi Vol 3, No 3 (2015): Jurnal EMBA, HAL 001 – 118. Dengan hasil penelitian bahwa hasil uji hipotesis

penelitian yang terdiri dari Kepemimpinan, Pembagian kerja danKompensasi memiliki pengaruh

yang signifikan dan signifikan terhadap Kinerja pegawai. Kepemimpinan juga merupakan variabel paling dominan atau yang paling kuat berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai

dibandingkan dengan variabel lainnya dalammodel penelitiannya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti dan Inten Primawestri yang Pengaruh Komunikasi

Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar) dalam jurnal PROBANK Vol. 20, No. 22 (Maret 2012) . Dengan hasil penelitian bahwa hasil uji hipotesis penelitian yang terdiri dari komunikasi, Motivasi Kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh positif kerhadap kinerja perawat. Hasil uji t juga menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh komunikasi terhadap kinerja perawat di RSUD Karanganyar. Hal ini berarti kornunikasi yang baik dan didukung oleh komitmen organisasi yang tinggi akan semakin meningkatkan kinerja perawat.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berfikir dalam penelitian sebagai petunjuk jalan pikiran yang berdasarkan teori yang relevan.

Kinerja pegawai merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam kurun waktu tertentu, kinerja sangat berkaitan dengan tujuan dari suatu organisasi. Apabila suatu tujuan dapat dicapai dengan baik , maka dapat dikatakan kinerja pegawainya tinggi/baik.

(25)

pegawainya. Maka kinerja pegawai perlu dikelola dengan baik agar senaniasa terjaga dalam posisi yang optimal.

Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai diantaranya pembagian kerja dan komunikasi organisasi.

Pembagian kerja diduga dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam bekerja . Dengan pembagian kerja yang merata maka waktu yang digunakan dalam bekerja akan dapat diminimalisir, sehingga tujuan kerja dapat tercapai. Namun, apabila pembagian kerja idak dilakukan secara merata, maka kinerja para pegawai tidak berjalan dengan baik. Hal ini sangat berkaitan dengan tujuan organisasi, sehingga untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya diahrapkan kinerja pegawai dapat berjalan dengan baik.

Komunikasi dalam sebuah organisasi sangat diperlukan, karena komunikasi merupakan saran penyampaian pesan dalam bentuk lisan maupun tulisan bahkan dapat berupa bahasa tubuh. Dalam hal ini organisasi harus memperhaikan pegawainya dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung harus efektif, dengan komunikasi yang efektif ini diharapkan organisasi mendapatkan informasi yang yang akurat dan relevan tentang keinginan dan kebutuhan pegawai, sehingga informasi yang diperloeh dapat dipertimbangkan dan direlaisasikan keputusannya pada pegawai. Komunikasi yang efektif dimaksud agar terjadi feedback antar pegawai yang akan berdampak positif terhadap pegawai, dan tentunya berdampak positik terhadap kemajuan organisasi. Apabila komunikasi pada suatu organisasi tidak berjalan lancar maka organisasi tersebut akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya terutama sumber daya manusianya.

Untuk mempermudah di dalam memahami persoalan yang sedang diteliti serta mengarahkan penelitian pada pemecahan masalah yang dihadapi. Maka peneliti membuat kerangka berfikir. Kerangka berfikir adalam berupa skeam atau gambar arah pemikiran yang menunjukan hubungan antar masing-masing variable yang akan dibahas di bawah ini:

(26)

D. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1996:67) “Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn peneliian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sedangkan menurut S. Nasution (2003:39) menyebutkan “Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha yang memahaminya”.

Dalam membuat hipoesis seorang peneliti harus memenuhi persyaratan menurut Borg dan Gall dalam Suharsimi (2000 : 64) ada empat persyaratan bagi hipotesis yang baik, yaitu:

1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.

2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu.

3. Hipotesis harus dapat diuji

(27)

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja terhadap kinerja di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo tahun 2018

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo

3. Ada pengaruh signifkan secara bersamaan antara pembagian kerja dan komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

(28)

a. Pengamatan awal peneliti pada BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo menunjukan bahwa kinerj pegawai masih rendah sehingga hasil kerja kurang optimal.

b. BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo memiliki pembagian tugas yang bermacam-macam.

c. Data yang diperoleh di BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo sesuai dengan permasalahan yang diteliti sehingga dapat mendukung dalam menjawab perumusan malsah dengan sebaik-baiknya.

d. Terdapat pemberian izin dari instansi sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data yang diperlukan mengenai masalah yang ada dalam penelitian ini. 2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan 8 bulan yaitu pada bulan Januari-September 2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap perincian dalam tabel terlampir.

B. Desain Penelitian

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:249), pengertian desain penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu untuk memperoleh data dalam penelitian.

(29)

diteliti, jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan asosiatif dan komparatif antara variabel-variabel yang ada”.

Dari uraian diatas tentang desain penelitian, peneliti menetapkan desain dalam penelitian sebagai berikut:

1. Variabel bebas yang merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Penelitian ini memiliki dua variabel bebas yaitu pembagian kerja (X1) dan komunikasi organisasi (X2)

2.

Variabel dependen sering juga disebut variabel kriteria, respon, dan output (hasil). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai (Y).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Suatu penelitian tidak akan lepas dari populasi dan sampel, karena keduanya adalah obyek dari penelitian. Sugiyono (2010:80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara itu menurut Sudjana (2010:6) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan manusia/orang yang akan menjadi objek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo yaitu 92 pegawai. 2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebegian atau wakil dari pupulasi yang diteliti. Sedangkan Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.

(30)

tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Riduwan (2010:65) sebagai berikut:

n= N N⋅d2+1 Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang diinginkan (5%)

Berdasarkan rumus diatas, perhitungan sampel penelitian ini sebagai berikut: n= 92

920.052+1=74,79

Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini ada 74,79 yang dibulatkan menjadi 75 orang, dan sisa sampel dijadikan sebagai uji coba angket.

D. Tehnik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2001:56). Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.Pengertian Sedangkan pendatan Margono (2004) teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Sugiyono (2013: 81-86) membagi teknik sampling menjadi dua bagian, sebagai berikut:

1. Probability Sampling

a. Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

(31)

c. Dispropotionate Stratified Random Sampling, yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi tidak proporsional

d. Cluster Sampling (Area Sampling), yaitu teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas

2. Nonprobability Sampling

a. Sampling sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut

b. Sampling kuota, yaitu teknik untuk penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (Kuota) yang diinginkan

c. Sampling purposive, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu d. Sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal tersebut dilakukan bila populasi kurang dari 30 orang e. Snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mula-mula kecil

kemudian besar

Berdasarkan uraian diatas, adapun jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Propotionate Stratified Random Sampling. Random sampling merupakan cara pengambilan secara acak dan semua sampel dalam populasi dianggap sama, dengan tehnik ini peneliti mengambil sampel secara acak pada setiap bagian. Propotionate Sampling merupakan cara peneliti membagi rata pada masing-masing kelompok, sehingga sampel akan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Tehnik ini akan mengambil sampel setiap bagian. Rincian pengambilan sampel sebagai berikut:

Tabel 1.2 No

.

Bagian Jumlah

Pegawai

Perhitungan Jumlah Sampel

1. SDM & Umum 18 18 / 92 x 75=

14,67 14

Unit Hukum Komnikasi Politik dan Kepatuhan

10 18 / 92 x 75=

(32)

Manajemen Kepesertaan dan

Berdasarkan tabel di atas maka peneliti menetapkan besar sampelnya sebesar 75 pegawai pada BPJS Kesehatan Cab. Sukoharjo. Berdasarkan hitungan diatas angka 0,5 dibulatkan ke atas, dan dibawah 0,5 dibulatkan ke bawah. Kecuali pada bagian SDM & Umum yang nilainya 14,67 dibulatkan kebawah, karena bila di bulatkan ke atas maka sampel akan menjadi 76, maka say pilih SDM & Umum dibulatkan ke bawah karena nilai yang paling kecil dari bidang lainnya.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 224) berpendapat bahwa teknik pengumpulan merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu:

1. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2014: 142) “kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caa memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket skala likert. Menurut Siregar (2014: 50) menyatakan bahwa “skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu obyek atau fenomena tertentu”. Bentuk jawaban dalam skala likert adalah sebagai berikut:

a. Sangat Setuju = SS

b. Setuju = S

(33)

Namun dalam penyusunan angket ini peneliti mengubah susunan penilaian dari yang awalnya terdapat lima alternatif jawaban menjadi empat alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena berdasarkan saran dari Arikunto (2010: 284) yang menyatakan bahwa:

“Jika pembaca berpendapat bahwa ada kelemahan dengan lima alternatif karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak berfikir) dan alasan itu memang ada benarnya. Maka memang disarankan alternatif pilihannya hanya ada empat saja”.

Berdasarkan hal di atas maka peneliti membuat setiap instrumen mempunyai empat alternatif jawaban dari yang sangat positif sampai ke sangat negatif. Mengenai cara penilaian terhadap kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat Setuju SS 4 1

Setuju S 3 2

Tidak Setuju TS 2 3

Sangat Tidak Setuju STS 1 4

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2013: 274) “metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan dokumentasi untuk mengetahui data pegawai, agenda kerja, notulen rapat dan data-data lainnya yang berhubungan dengan pegawai di BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo.

(34)

Suharsimi Arikunto (2006:168) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk melakukan uji validitas, peneliti menggunakan responden pegawai BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo di luar sampel dengan jumlah 17 pegawai, rumus yang digunakan peneliti untuk menguji validitas instrumen yaitu kolerasi product moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:

rxy =

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X

Σy2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

(Suharsimi Arikunto, 2006:170) Kemudian hasil rxy dibandingkan dengan table harga kritis product moment, apabila hasil rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung>rtabel) dengan taraf signifikan 5% maka angket tersebut. Sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung<rtabel), maka butir pertanyaan dianggap tidak valid sehingga tidak digunakan untuk keperluan penelitian.

2. Uji Reliabilitas

(35)

alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrument yang sudah dapat dipercaya, dan reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Pengujian ini menetukan konsistensi jawaban responden atas suatu instrumen penelitian. Nunnally (1969) mensyaratkan suatu instrumen yang reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha di atas 0,60. Untuk menghitung korelasi reliabilitas (rII),

digunakan rumus alpha, dari Suharsimi Arikunto (2006: 196) yaitu : rII=

(

k

(

k−1

)

)

(

1−

Σσb2 σt2

)

Keterangan:

rII = Reliabilitas instrumen

Σσ b2 = Jumlah varian butir

Σσ t2 = Variasi total

Hasil dari rII dikonsultasikan dengan tabel harga kritis product moment.

Apabila hasil diperoleh dari rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 5% maka angket uji coba

tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas menggunakan software SPSS. G. Analisis Data

Tehnik analisi data mengungkapkan analisis yang digunakan untuk mengolah data yang akan dikumpulkan. Setelah data terkumpul, maka data tersebut perlu analisis dengan menggunakan rumus-rumus yang telah diujikan sebelumnya, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. Data yang perlu dianalisis adalah data mulai pembuatan instrumen, serta hasil perhitungan instrumen tersebut. Tehnik analisis data yang digunakan adalah:

1. Manyusun Tabulasi Data

Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Tabel-tabel atau daftar yang dibuat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses analisis data.

(36)

Uji prasyarat analisi digunakan untuk mengetahui apakah data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat dalam penelitian menggunakan uji normalitas, uji linieritas, dan uji idependensi.

a. Uji Normalitas

Menurut Siregar (2014: 153) berpendapat bahwa “tujuan dari uji normalitas data adalah mengetahui populasi data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka data tersebut memenuhi prasyarat analisis regresi linier”. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogrov-Smirnov sebagai berikut:

1. Apabila signifikansi <0,05 artinya data yang diuji tidak berdistribusi normal 2. Apabila signifikansi >0,05 artinya data yang diuji berdistribusi normal Rumus uji Kolmogrov-Smirnov sebagai berikut:

Ks = 1,36

n1+n2 n1. n2 Keterangan:

Ks = harga Kolmogrov-Smirnov yang dicari n1 = jumlah sampel yang diobservasikan/diperoleh

n2 = jumlah sampel yang diharapkan

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk menghitung uji keberartian dan linearitas data digunakan rumus Sudjana (1992: 332) sebagai berikut:

(37)

variasi

F1 = Harga keberartian

F2 = Harga linearitas

S 2 reg= Varians kuadrat regresi

S 2 res= Varians kuadrat residu/sisa

(38)

S 2 e = Varians kuadrat galat/kekeliruan

Untuk menentukan keputusan dari pengujian maka hasil perhitungan F di konsultasikan dengan tabel:

F1 > Ftab = Arah regresi berarti

F1 < Ftab = Arah regresi tidak berarti

F2 > Ftab = Regresi tidak linear

F2 < Ftab = Regresi berarti

Sudjana (1992: 332) c. Uji Independensi

Uji independensi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variable-variabel yang ada.pada variabel ini, digunakan rumus korelasi product moment Karl Pearson dari Suharsimi Arikunto (1994: 138) yaitu :

rx1x2= N.ΣX1X2−(ΣX1) (ΣX2)

{

NΣX

12−(ΣX1) 2}

{

NΣX

22−(ΣX2) 2 }

Keterangan:

rx1x2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2

ΣX1 = jumlah X1

ΣX2 = jumlah X2

N = jumlah respond en penelitian

(Sudjana, 2001: 47) Apabila r hitung < r tabel dengan taraf signifikan 5% maka tidak ada hubungan yang berarti antara variabel satu (X1) dan variabel yang lain (X2).

(39)

Pengujian hipotesis I dan II ini dilakukan dengan menggunakan uji t. penggunaan uji t adalah menguji secara parsial masing-masing variabel dan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel yakni variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini dalam pengujian uji t menggunakan software SPSS.

b. Uji Hipotesis III

Pengujian hipotesis III ini untuk menguji nilai F. uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini menggunakan software SPSS, yaitu dengan melihat table ANOVA dalam kolom nilai F, jika F hitung > F tabel dengan nilai probabilitas <0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi bias dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika F hitung < F table dengan nilai probabilitas 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat.

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan atau mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap sat variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh Berikut rumus untuk menganalisis regresi linier berganda menurut Siregar (2014: 406):

Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan:

Ŷ = variabel terikat

X1 = variabel bebas pertama (media pembelajaran)

X2 = variabel bebas kedua (keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler)

a = konstanta b1dan b2 = elemen regresi

d. Mencari sumbangan relatif dan sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y

(40)

sumbangan relatif dan efektif masing-masing prediktor dipergunakan rumus dari Sutrisno Hadi (1994 : 42), sebagai berikut:

JKreg = a1x1y + a2x2y

SR%x = Sumbangan relatif masing-masing prediktor a1 = Koefisien prediktor X1

a2 = Koefisien prediktor X2

x1y = Jumlah product moment antara x1 dan y

x2y = Jumlah product moment antara x2 dan y

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

Untuk mencari besarnya sumbangan efektif masing-masing prediktor terhadap kriterium, terlebih dahulu dicari efektifitas garis regresi yang dicerminkan dalam koefisien determinan (R 2 ) dengan rumus:

R 2 =

JKreg JKT x100

JK T =

y

2

Mencari sumbangan efektif X terhadap Y dengan rumus: SE %x1=SR %x1x.R2

Mencari sumbangan efektif X terhadap Y dengan rumus: SE %x2=SR %x2x.R2

Keterangan:

SE (%) = Sumbangan efektif masing-masing prediktor SR (%) = Sumbangan relatif masing-masing prediktor

JK

reg = Jumlah kuadrat regresi

JKT

= Jumlah kuadrat total

R2 = Efektifitas garis regresi

(41)

Prosedur penelitian merupakan rangkaian proses kegiatan penelitian yang dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Berikut inimlangkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini: 1. Menemukan masalah

Adalah melalukan penelitian awal untuk menentukan sebab-sebab dari terjadinya kasus, misalnya tentang kinerja pegawai BPJS Kesehatan Cabang Sukoharjo yang dapat dipengaruhi oleh pembagian kerja dan komunikasi organisasi.

2. Perumusan masalah

Menentukan permasalahan yang digambarkan mengenai subyek penelitian, tujuan dan permasalahannya.

3. Pengajuan judul

Tahap ini dilakukan dengan meminta persetujuan dari dosen pembimbing atas judul yang diajukan.

4. Penyusunan proposal

Penulisan proposal bab I sampai dengan bab III yang berisikan latar belakang, kajian teori, dan metodologi penelitian.

5. Pengajuan proposal

Tahap selanjutnya adalah konsultasi proposal dengan dosen pembimbing, 6. Seminar proposal penelitian

Tahap ini dilakukan atas persetujuan dosen pembimbing yang akan dihadiri oleh dosen pembahas dan peserta seminar.

7. Pengambilan data

Setelah seminar proposal peneliti dapat mengambil data dengan sampel dalam objek penelitian.

8. Uji coba angket

Untuk persiapan angket akan diujikan terlebih dahulu kepada siswa yang tidak masuk dalam perhitungan sampel.

9. Perizinan penelitian

Mengajukan surat izin penelitian kepada pihak atau instansi yang terlibat dalam penelitian, perizinan ini dilakukan setelah semua data selesai.

10. Analisis data

Pengolahan hasil penelitian lalu dianalisis untuk mendapatkan hasil yang optimal. 11. Pembuatan laporan penelitian

Gambar

Grafik 1.1
Tabel 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun program individu utama adalah Pembuatan Video Profil untuk Departemen Elektronika dengan tujuan Untuk membuat video promosi Prodi Elektronika Pertahanan di

 Cyclical normal goods adalah produk yang memiliki permintaan yang sangat dipengaruhi oleh perubahan pendapatan. Misalnya mobil, rumah dan perjalanan wisata. Elastisitas

Hasil dari penelitian ini membuktikan dan memberi kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian secara singkat menghasilkan tiga (3) proses dasar untuk meningkatkan

(2017), dan Kasanah &amp; Worokinasih (2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja portofolio saham syariah dan non-syariah yang

Rencana Tahun 2016 (Tahun Rencana) Kebutuhan Dana / Pagu Indikatif 10 11 Urusan/Bidang Urusan Pemerintah Daerah dan Program/Kegiatan Kebutuhan Dana / Pagu Indikatif Target

Tabel XV Penilaian Responden Mengenai Tindakan Perusahaan Terhadap Manajer Yang Melakukan Penyimpangan Anggaran .... xv Universitas

Gambar 5.15 Diagram Fishbone untuk cacat Boring NG 111 Gambar 5.16 Pareto Chart untuk FMEA cacat gompal 114 Gambar 5.17 Pareto Chart untuk FMEA cacat Boring NG 115 Gambar 5.18

 Wacana lengkap, unsur bahasa bervariasi dan menggunakan ungkapan yang menarik  Idea relevan, huraian jelas dan matang.. Baik 20-25  Menepati tema