• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE STAD DISERTAI FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF

TIPE STAD DISERTAI FLIPBOOK TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA SMA

Surya Kusuma, Eka Ariyati, Eko Sri Wahyuni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

E-mail: suryakusuma3795@gmail.com

Abstract

The research was aimed to know the application of cooperative learning model type of Student Teams Achievement Divisions (STAD) accompained by flip book media toward the learning outcome of imune system material in class XI IPA SMA Negeri 1 Segedong. This research was conducted through quasi experimental design with nonequivalent control group design. The sample of this research were class XI IPA 1 as experiment class and XI IPA 2 as control class, which was taken by sampling jenuh. The test in the form of multiple choice test, there are 20 questions. Based on the result of data analysis, obtained the average score of students learning outcomes experiment class and control class were 15,35 and 12,87. According to U Mann-Whitney test showed Zcount ≤ Ztable

(-3,52 ≤ -1,96), it there are differences between students learning outcome who is teaching by cooperative learning model type Students Teams Achievement Divisions (STAD) accompained by flip book with student taught using conventional learning model.

Keywords: Student Teams Achievement Division (STAD), Flip book, Imune System, Learning Outcome.

PENDAHULUAN

Hakikat belajar merupakan aktifitas fisik maupun mental dalam diri siswa yang tertuang selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang sangat kompleks menggambarkan adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta perangkat dalam pembelajaran. Adapun memahami karakteristik materi, peserta didik dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran, akan membuat proses pembelajaran menjadi variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekontruksi wawasan pengetahuan dan akan berdampak baik pada hasil belajar peserta didik (Trianto, 2009: 9). Hasil observasi pada tanggal 11-12 Januari 2017 di kelas XI SMA Negeri 1Segedong pada materi sistem pencernaan, guru masih menggunakan model konvensional dengan ceramah dan tanya jawab disertai media charta dan torso. Hal ini membuat proses

pembelajaran yang berlangsung menjadi pasif karena siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru atau hanya mengandalkan informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami konsep-konsep materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat pada hasil belajar yang rendah.

(2)

2

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPA Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016

No Materi

Nilai Ulangan Harian

Kelas Rata – Rata

XI IPA 1 XI IPA 2 1 Sistem Pencernaan

Makanan 73,50 72,41 72,95

2 Sistem Pernapasan 73,67 72,09 72,88

3 Sistem Ekskresi 71,67 71,77 71,72

4 Sistem Regulasi Manusia 65,50 67,41 66,45

5 Sistem Reproduksi

Manusia 78,16 75,80 76,98

6 Sistem Imun 64,80 65,48 65,14

o

Sumber: Guru Mata Pelajaran Biologi SMA Negri 1 Segedong

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada materi sistem imun paling rendah dibandingkanmateri lainnya. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa, rendahnya nilai ulangan harian pada materi sistem imun disebabkan oleh materi yang cukup banyak dan terdapat istilah-istilah sistem pertahanan tubuh yang masih asing bagi siswa, sehingga siswa hanya menghafal materi tersebut. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rendahnya hasil belajar biologi dikarenakan siswa belajar cenderung menggunakan cara hafalan. Hal ini dikarenakan siswa masih sulit dalam mengaitkan konsep-konsep essensial dan menggabungkan suatu konsep dengan dengan konsep lain yang dipelajari, terutama istilah-istilah antigen dan antibodi. Selain itu buku pegangan siswa tidak bewarna dan kurang adanya gambar-gambar, sehingga siswa kurang tertarik untuk membacanya.

Atas alasan-alasan tersebut materi ini akan mudah disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sangat tepat digunakan oleh guru yang baru melakukan permulaan dalam proses pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 143) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang barumenggunakan pendekatan kooperatif. Adapun model pembelajaran kooperatif ini dapat dibantu dengan media seperti flip book.

Penggunaan media flip book bertujuan agar siswa lebih mudah menghafal istilah– istilah asing saat belajar, siswa dapat menemukan konsep-konsep yang esensial dan siswa dapat memahami konsep yang disampaikan oleh guru serta menghubungkannya dengan konsep yang telah ada sebelumnya karena materi yang disajikan dalam media flip book sudah dalam bentuk ringkasan, sehingga proses pembelajaran didalam kelas menjadi efektif (Santyasa, 2007: 99). Selain itu siswa juga menjadi lebih tertarik dengan gambar–gambar berwarna yang ditampilkan dalam media flip book (Andri, 2013: 6). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016: 7) pada materi sistem organisasi kehidupan di kelas VII SMPN 2 sejangkung menyatakan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media flip book memberikan kontribusi sebesar 31,59% terhadap hasil belajar siswa.

(3)

3 belajar mengajar, siswa menjadi termotivasi untuk belajar agar mendapat penghargaan kelompok.

Dari uraian di atas,peneliti tertarik melaksanakan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions disertai media flip book terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem imun kelas XI SMA Negeri 1 Segedong Kabupaten Mempawah.

STAD merupakan model pembelajaran yang dicirikan oleh adanya penghargaan kooperatif dengan 6 fase pada proses pembelajaran yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;(2) menyajikan informasi;(3) mengorganisasikan siswa dalam

kelompok belajar;(4) membimbing kelompok bekerja dan belajar;(5) evaluasi (mengerjakan kuis);(6) memberikan penghargaan (Trianto, 2009: 71).

Adapun kategori tim super, tim hebat dan tim baik dihitung berdasarkan skor awal dan skor kuis individual. Skor awal diperoleh siswa pada saat pre-test sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan dengan skor awal. Sesegera mungkin setelah kuis, skor kemajuan individu dan skor tim dihitung. Berikut adalah kriteria poin kemajuan pada skor kuis:

Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan Individu

No Skor Kuis Poin Kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0

2 10 – 1 poin dibwah skor awal 10

3 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

5 Kertas jawaban sempurna 50

Sumber: (Trianto, 2009: 72).

Tahap selanjutnya ialah menghitung skor tim untuk menentukan predikat yang akan diterima oleh kelompok berupa sertifikat apabila skor rata-rata yang diperoleh mencapai kriteria yang telah ditentukan. Untuk memperoleh skor tim adalah dengan cara

menambah skor perkembangan anggota dan membaginya dengan jumlah anggota, sehingga didapatlah skor tim yang akan disesuaikan dengan tingkat penghargaan dalam prestasi kelompok pada Tabel3.

Tabel3. Tingkat Perhitungan dalam Prestasi Kelompok

Sumber: Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 72).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian ini terdapat

kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Oleh karena itu, rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design) yang merupakan pengembangan dari True Eksperimental Design. Dengan rancangan penelitian adalah non-equivalent control group design(Sugiyono, 2013: 114).

Rata-rata Tim Predikat

0 ≤ x ≤ 5 -

5 ≤ x ≤ 15 Tim Baik

15 ≤ x ≤ 20 Tim Hebat

(4)

4 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1Segedong Tahun Pelajaran 2016/2017, terdiri dari kelas XI IPA 1 berjumlah 31 siswa dan XI IPA 2 berjumlah 32. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Sugiyono (2016: 124) menyatakan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Dalam penelitian ini semua anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian, dimana kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1)Mengurus surat izin dari fakultas;(2) Observasi awal di SMA Negeri 1 Segedong Kabupaten mempawah (wawancara dan observasi kelas);(3) Menyusun perangkat pembelajaran yang digunakan, meliputi silabus, rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan LKS;(4) Merancang media pembelajaran flip book; (5) Membuat instrumen penelitian (kisi-kisi soal, soal pre-test dan post-test, pedoman penskoran soal post-test);(6) Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian;(7) Melakukan validasi flip book; (8) Merevisi hasil validasi;(9) Melakukan uji coba tes;(10) Menganalisis data hasil uji coba tes untuk mengetahui tingkat reliabilitas;(11) Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan tes awal (pre-test) di kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2SMA Negeri 1Segedong untuk melihat kemampuan awal siswa;(2) Menganalisis data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan uji prasyarat, yaitu uji normalitas;(3)Memberikan perlakuan padakelas eksperimen dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flipbook, sedangkan kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran konvensional;(4) Memberikan Post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa;(5) Analisis data. Tahap Akhir

Setelah melakukan analisis data pada tahap pelaksanaan, tahap akhir pada penelitian ini adalah menyusun laporan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 1 Segedong. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor rata-rata Pre-test dan Post-test

Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Sd Sd

Pre-test

8, 87

2,04

8, 13

2,03

Post-test

15,36

1,66

12,88

2,70

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini dikarenakan adanya perbedaan perlakuan dimana kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai flip book, sedangkan pada kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil pre-test dan post-test yang berupa skor dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas. Karena jumlah data > 30 maka uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-kuadrat. Diketahui hasil pre-test kelas eksperimen χ2 hitung > χ2 tabel atau 61,11 >

(5)

5 atau 5,94 < 7,81 yang berarti data pre-test kelas kontrol berdistribusi normal.

Karena salah satu data pre-test kedua kelas tersebut ada yang tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji U Mann-Whitney. Berdasarkan uji U Mann-Whitney, diketahui Zhitung sebesar 1,56 sehingga lebih besar dari

-Ztabelsebesar -1,96 atau -Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel

(-1,96 ≤ -1,56 ≤ 1,96). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan antara hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf α = 5%, sehingga dapat dikatakan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.

Adapun untuk hasil post-test diketahui hasil post-test kelas eksperimen χ2hitung < χ2

tabel atau 6,48< 7,81, yang berarti data post-test kelas eksperimen berdistribusi normal, sedangkan kelas kontrol χ2hitung > χ2 tabel

atau 52,01 > 7,81, yang berarti data post-test kelas kontrol tidak berdistribusi normal.

Karena data post-test kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji U Mann-Whitney. Berdasarkan uji U Mann-Whitney (Lampiran B.8), diketahui Zhitung ≤ Ztabel (-3,52 ≤ -1,96).

Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flip book dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan model konvensional dengan ceramah dan tanya jawab.

Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 13 Mei 2017 sampai dengan tanggal 20 Mei 2017 di SMA Negeri 1 Segedong pada Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flip book, sedangkan kelas kontrol diajar dengan model konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kegiatan masing-masing kelas terdiri atas 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2 x 45 menit.

Pada kelas eksperimen, kegiatan pembelajaran terdiri atas 6 fase, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;(2) Menyajikan informasi;(3) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar;(4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar;(5) Evaluasi;(6) Memberikan Penghargaan. Penggunaan flip book pada proses pembelajaran digunakan pada fase keempat, yaitu membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini siswa telah dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang telah dilaksanakan pada fase ketiga berdasarkan kemampuan kognitifnya.Menurut Isjoni (2007: 111), dengan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang kurang pandai akan termotivasi dan terbantu oleh siswa yang lebih pandai, sedangkan siswa yang lebih pandai akan semakin terasah kemampuannya.Setiap kelompok bertugas untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan. Pada tahap ini, siswa tidak hanya berdiskusi, tetapi juga belajar bersama teman-teman satu kelompok dan tiap anggota kelompok akan menjawab kuis individual dengan baik pula sehingga usaha mereka dalam berdiskusi nantinya akan menentukan apakah kelompok mereka mendapat penghargaan sebagai tim super, tim hebat dan tim baik.

(6)

6 dalam belajar dan bekerjasama.Beda halnya dengan kelompok kontrol yang anggotanya dipilih tidak berdasarkan perbedaan kemampuan kognitif, mereka juga tidak dituntut untuk saling mengajarkan hingga anggota kelompoknya paham terhadap materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Trianto, 2009: 44), Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikirnya.

Dengan adanya perbedaan perlakuan seperti yang telah dijabarkan diatas, maka hasil belajar siswa juga tidak sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.Kelas Eksperimen memiliki rata-rata skor post-test sebesar 15,35, lebih tinggi dibandingkan dengan skor post-test kelas kontrol yaitu sebesar 12,87.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai flip book pada kelas eksperimen memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model konvensional diantaranya adalah siswa menjadi terbantu dalam belajar dan berdiskusi karena adanya media flip book sebagai media yang melengkapi buku pegangan siswa, flip book mudah digunakan karena berisi materi yang disusun dengan bahasa yang mudah dimengerti secara padat dan jelas dibandingkan buku ajar, serta dilengkapi dengan gambar yang menarik sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya. Menurut Susilana dan Cepi (2007: 88-89), flip book dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dengan meningkatnya aktivitas siswa, tentunya dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, ukuranya tidak terlalu besar dan

juga ringan sehingga mudah dibawa kemana-mana.

Jika dilihat dari jumlah siswa yang tuntas, kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan sebesar 80,65% (25 orang tuntas dari 31 siswa), sedangkan kelas kontrol sebesar 43,75% (14 orang tuntas dari 32 siswa). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan menyebabkan hasil belajar yang berbeda pula. Selain itu, Untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran juga dapat dilihat dari proses pembelajaran itu sendiri, hasil akhir sangat penting tetapi proses yang mengiringinya juga tidak kalah pentingnya. Selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat antusias dan mau bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hasil Evaluasi diakhir pembelajaran baik kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini dapat menunjukan bahwa siswa mengalami kemajuan dipertemuan kedua, semua itu dapat dilihat pada semuakelompok pada pertemuan kedua baik kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai rata-rata LKS meningkat dibdandingkan dengan nilai rata-rata LKS pertemuan pertama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Darmojo dan Kaligis (dalam Nurseha, 2007: 40), LKS digunakan sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Untuk memperjelas perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilanjutkan dengan menghitung persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Per Tujuan Pembelajaran

NO Tujuan Pembelajaran Nomor

Soal

Persentase Menjawab Benar (%)

Eksperimen Kontrol

1 Siswa dapat menyebutkan

pengertian sistem imun 16 96,77% 62,5%

2 Siswa dapat menyebutkan fungsi sistem imun

17

93,54% 73,43%

20

(7)

7 dan antibodi pada mekanisme pertahanan tubuh

13 19 4 Siswa dapat mengidentifikasi

jenis antigen dan kelas antibodi

14

48,38% 42,18%

15 5 Siswa dapat menjelaskan cara

kerja antibodi

8

54,83% 53,12%

6

Siswa dapat membedakan imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik

9 90,32% 84,37%

7

Siswa dapat menjelaskan mekanisme imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik

5

81,92% 63,12%

6 10 11 18 8

Siswa dapat membedakan mekanisme kekebalan pasif dan kekebalan aktif

7

80,64% 53,15%

9

Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang menyerang sistem pertahanan tubuh

1

64,51% 62,49%

3

10

Siswa dapat membedakan mekanisme kerja vaksin dan antibiotik

2

56,44% 56,24%

4

Rata-rata 76,25% 61,62%

Berdasarkan Tabel 5, diketahui secara keseluruhan persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelejaran pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar per tujuan pembelajaran pada kelas eksperimen sebeasar 76,25%, sedangkan kelas kontrol sebesar 61,62%. Dari 10 tujuan pembelajaran yang diujikan, semua tujuan pembelajaran memiliki persentase siswa menjawab benar lebih tinggi pada siswa kelas eksperimen jika dibandingkan dengan persentase pada kelas kontrol.

Namun jika dilihat dari persentase siswa menjawab benar pada soal post-test per tujuan pembelajaran, kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih rendah pada beberapa tujuan pembelajaran yaitu pada tujuan pembelajaran 4, 5, 9 dan 10 dengan persentase kertuntasannya dibawah 75%, walaupun keempat tujuan pembelajaran tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol, akan tetapi persentasenya lebih tinggi (tidak lebih dari 7%) dari kelas kontrol.

(8)

8 ada didalam buku pegangan siswa pada kelas kontrol, ini berbeda pada kelas eksperimen yang telah menggunakan media flip book sehingga tidak ditekankan untuk mencatat, karena sudah diberikan dua buah untuk masing-masing kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Trianto, 2009: 88), yang mengatakan bahwa mencatat dapat memperdalam pemahaman kognitif siswa selama terjadinya interaksi aktif anak dengan lingkungan serta melalui interaksi sosisal dengan teman sebaya dan guru.

Sementara itu, pada tujuan pembelajaran yang kelima yaitu menjelaskan cara kerja antibodi. Rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar kelas eksperimen sebesar 54,83% dan kelas kontrol sebesar 53,12%.Adapun penyebab rendahnya rata-rata persentase keberhasilan siswa menjawab benar pada kedua kelas yang sama-sama rendah, dapat dikarenakan pada saat menjelaskan materi cara kerja antibodi tidak diiringi oleh penekanan dan penulisan ulang poin-poin penting dipapan tulis sehingga siswa kurang begitu mengerti secara rinci pada tiap gambar. Hal ini dikarenakan masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol telah menggunakan media yaitu flip book dan power point, sehingga guru merasa tidak perlu menulis ulang di papan tulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 61), menyatakan hasil belajar siswa akan optimal jika ada penekanan saat guru menjelaskan poin-poin penting saat menyampaikan materi pelajaran pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Selanjutnya pada tujuan pembelajaran kesembilan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang menyerang sistem pertahanan tubuh. Soal yang mencakup tujuan pembelajaran ini adalah soal nomor 1 dan 3.Pada soal nomor 1 memiliki aspek kognitif jenjang C3 yang menyajikan grafik mengenai suatu penyakit yang berkaitan dengan sistem imun dan siswa diminta untuk mengaplikasikan kemampuan dalam membaca grafik untuk menentukan penyakit apa yang disajikan berdasarkan grafik tersebut. Soal dengan aspek kognitif jenjang C3 akan menuntut siswa mengaplikasikan teori-teori

yang dipelajari dikelas (Mayer dalam Faisal, 2015: 104). Sedangkan pada soal nomor 3 dengan aspek kognitif jenjang C4 menyajikan beberapa gejala suatu penyakit dan siswa diminta untuk menganalisis dan menentukan mana yang menujukkan gejala dari penyakit autoimun. Soal dengan aspek kognitif C4 akan menuntut siswa untuk dapat menganalisis suatu permasalahan yang ada (Mayer dalam Faisal, 2015: 104).

Adapun rata-rata persentase ketuntasan hasil belajar per tujuan pembelajaran pada kelas eksperimen sebesar 64,51% dan sebesar 62,49% pada kelas kontrol.Hal ini dikarena pada soal nomor 1 siswa pada kelas eksperimen mengerjakan LKS yang berisikan kegiatan mengamati grafik penurunan sel T yang berkaitan dengan penyakit AIDS sehingga siswa dapat dengan mudah menjawab soal post-test yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran ini. Selain itu pada media flip book juga mencamtumkan mengenai grafik yang sama sehingga hal ini semakin memperdalam pemahaman siswa pada kelas eksperimen. Sedangkan kelas kontrol hanya mengerjakan LKS berupa soal dan mengamati materi melalui media. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam Arsyad, 2009: 78) menyatakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

(9)

9 dengan mekanisme kerja antibiotik. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal (2010: 35), menyatakan kegiatan menutup pelajaran (Closure) meliputi meninjau kembali penguasaan inti dan mengevaluasi. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengukur tingkat kebaerhasilan peserta didik maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA N 1 Segedong anatara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) disertai media flipbook dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan ceramah dan tanya jawab pada materi sistem imun di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Segedong yang dibuktikan dengan perhitungan statistik ujiU Mann-Whitney (Zhitung ≤ Ztabel (-3,52 ≤ -1,96)).

Saran

(1) Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai media flipbook, disarankan menggunakan materi yang berbeda. (2) Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa., diharapkan lebih memerhatikan tentang alokasi waktu saat mengajar dan kerjasama siswa dalam melakukan diskusi.

DAFTAR RUJUKAN

Andri, Y., Syamswisna, & Laili F. Y. (2013). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media Flip book Terhadap Hasil Belajar Siswa Sistem Gerak Manusia SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2 (6): 39-48.

Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Faisal. (2015). Mengintegrasi Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Sainsmat. 4 (2): 102-112. Isjoni. (2007). Cooperative Learning:

Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Alfabeta. Bandung:

Nurseha. (2007). Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Geografi Pada Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Jurnal Penelitian Pendidikan.(Online). (http://journal.unnes.ac.id/index-html, diakses 8 Agustus 2017).

Rahman. (2010). Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Budaya. (Online). (http://educare.fkipunla.net/index2.html, diakses 10 Oktober 2015).

Rahmawati, D., Kurnia Ningsih & Eko Sri Wahyuni. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Flib Book Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 5 (3): 11-22.

Santyasa.(2007). Interaksi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Santyasa, I.W.(2007). Landasan Konseptual

Media Pembelajaran. Makalah Disajikan dalam Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. Banjar Angkan Klungkung. Slavin, E. R. (2005). Cooperative Learning.

(Penterjemah: Marianto Samosir). Nusa Media. Bandung.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Trianto. (2009). Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Zainal, A. (2010). Micro Teaching.PT. Raja

Gambar

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPA Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Tabel 5. Persentase Keberhasilan Siswa Menjawab Benar Per Tujuan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Biaya variabel terbesar yang dikeluarkan oleh usaha ternak ayam ras petelur Rajawali Poultry Shop adalah biaya pakan yaitu sebesar Rp.. Urutan kedua adalah biaya bibit

[r]

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

Fagih Naukoko Drs... Nur

Novel can portray character and actions which represent of real life,.. dealing with human life, passion or ambition, desire, joy,

Karena program sepeda kampus ini telah berjalan kurang lebih 6 tahun, sebaiknya pengelola memperbaharui informasi tentang prosedur peminjaman fasilitas sepeda

Dalam pengangkatan dan pengangkatan kembali staf medis agar dibuat aturan apa dan bagaimana peran dan tugas sub komite kredensial, komite medis, ketua Kelompok Staf Medis

Demak (Ban Gub dan Penunjang) Tahun Anggaran 2011 sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku, maka Panitia Pengadaan Barang/Jasa menetapkan pemenang