• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa potensi limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak sapi di Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisa potensi limbah tanaman pangan sebagai pakan ternak sapi di Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumberdaya Pakan

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Tillman et al (1989) mengatakan bahwa pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan dapat digunakan oleh ternak. Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. Bahan makanan ternak mengandung zat makanan dan merupakan istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan. Selanjutnya Badan Standarisasi Nasional juga mendefinisikan bahan pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum diolah.

(2)

hijauan makanan ternak tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi hijauan berlimpah dan sebaliknya di musim kering atau kemarau hijauan sebagai sumber pakan ternak harus menghilang. Ketersediaan hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi oleh pembatasan lahan tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan.

Limbah Tanaman Pangan Sebagai Pakan Ternak

Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, holtikultura, peternakan dan perikanan(Wikipedia, 2012). Sedangkan Pengertian tanaman pangan: segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein (Rani, 2010).

Limbah adalah kotoran atau buangan yang tercermin dalam kata pelimbahan yang berarti tempat penampungan kotoran atau buangan. Limbah tanaman pangan adalah bagian tanaman pangan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan setelah produk utama dipanen. Produksi limbah tanaman pangan di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas lahan panen dari tanaman pangan tersebut (Jayasurya, 2002).

(3)

Djayanegara dan Sitorus (1983) menyatakan bahwa sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Walaupun demikian masih banyak limbah ini yang belum dimanfaatkan. Hambatan yang sering dialami adalah kualitas yang rendah, kurang disukai ternak, konversinya tidak mudah dan produksinya berfliktuasi. Makanan ternak haruslah tersedia sepanjang tahun dalam jumlah dan kualitas yang cukup, sedangkan lahan yang dikhususkan untuk produksi hijaun makanan ternak tidak selalu tersedia, kecuali adanya padang rumput alam dibeberapa daerah. Kekurangan bahan makanan ini sebenarnya dapat mencukupi dengan pengelolaan dan pemanfaatan limbah pertanian yang cukup melimpah.

Tingginya produksi limbah tanaman pangan pada suatu daerah dipengaruhi

oleh luas areal panen tanaman pangan yang tinggi khususnya areal panen padi

sehingga menghasilkan jerami padi yang lebih banyak dan akhirnya berpengaruh

kepada tingginya total produksi bahan kering limbah tanaman pangan

(Syamsu, 2006).

(4)

Jerami Padi

Limbah jerami padi yang potensinya luar biasa tingginya tetapi belum

dimanfaatkan untuk makanan ternak. Hampir semua biomassa tersebut belum

dimanfaatkan untuk makanan sapi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan

para peternak yang hanya memberikan makanan sapinya berupa rumput-rumputan

serta jenis tanaman segar lainnya, disamping pengetahuan mereka yang masih

terbatas. Dari hasil penelitian-penelitian yang sudah ada, nilai gizi (nutritive

value) jerami padi dapat ditingkatkan dengan berbagai perlakuan. Prinsip dasar

peningkatan mutu jerami padi ini adalah penghancuran dinding sel, lignin dan

selulose yang ada pada jerami tersebut (BPMU, 2009).

Pada musim kemarau, limbah tanaman pangan, khususnya jerami padi,

menjadi sumber hijauan penting selain rumput. Jerami padi mengandung protein

5% dan kecernaannya 30-40%, lebih rendah dibandingkan dengan rumput yang

mengandung protein 6-10% dan kecernaan 50%, sehingga tidak menunjang

kebutuhan hidup pokok. Meskipun demikian, karena produktivitasnya tinggi,

6-11 ton bahan kering/ha, jerami perlu ditingkatkan gizinya dengan perlakuan,

seperti amoniasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan

(Kuswandi et al. 2007). Hasil penelitian menunjukkan, seekor sapi dengan bobot

300 kg mampu mengonsumsi bahan kering jerami olahan 8 kg/hari

(Davis et al,. 1983).

Misalnya dengan memberi perlakuan zat-zat kimia (seperti NaOH);

Pearce (1981); Doyle (1982) melaporkan digestibility (nilai cerna) jerami dapat

ditingkatkan sebanyak 40 – 70% walaupun kandungan karbohidrat, mineral,

(5)

dipergunakan untuk meningkatkan nilai cerna jerami adalah dengan perubahan

fisik jerami tersebut yaitu dengan pemotongan, penggilingan, pemeletan,

pengukusan (Menson, 1963; Pickard et al, 1969; Bender et al, 1970). Secara

biologis yaitu dengan mempergunakan jenis jamur, bakteri dan enzym tertentu

yang dapat menhancurkan lignin dan selulosa sehingga nilai cerna jerami padi

dapat ditingkatkan (Kirk and More, 1972; Ibrahim and Pearce, 1980).

Jerami padi merupakan hijauan dari tanaman padi setelah biji dan bulirnya

dipetik untuk kepentingan manusia dan telah dipisahkan dari akarnya (Komar, 1984). Karakteristik jerami padi ditandai dengan tingginya kandungan

serat kasar dan rendahnya kandungannya nitrogen, kalsium dan fosfor. Karakteristik tersebut yang membuat daya cerna jerami padi rendah dan konsumsi

menjadi terbatas akan tetapi masih berpotensial sebagai sumber energi (Leng, 1980). Kualitas jerami padi sangat tergantung dengan beberapa faktor

seperti kondisi iklim, waktu panen, kondisi lahan, dan pola tanam (Wanapat et al., 2009). Kandungan nutrisi jerami padi per 100% berat kering

adalah abu 21,2%; protein kasar 3,7%; lemak kasar 1,7%; serat kasar 35,9%; BETN 37,4% dan TDN 39% (Hartadi et al., 1980). Komponen seratnya sangat tinggi yaitu mengandung hemiselulosa 21-29%; selulosa 35-49% dengan nilai koefisien cerna bahan organik berkisar 31-59%; sedangkan kandungan lignin berkisar antara 4-8% (Sukria dan Krisna, 2009). Jerami padi mengandung bahan organik yang secara potensial dapat dicerna, oleh karena itu jerami padi merupakan sumber energi yang besar bagi ternak ruminansia, tetapi tetapi

(6)

Priyanto (1983) menyatakan bahwa jerami padi merupakan limbah pertanian yang terdapat dalam jumlah melimpah dan mudah diperoleh untuk dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Namun untuk memenuhi gizi ternak penggunaan jerami padi sebagai makanan utamanya perlu diimbangi dengan pemberian makanan konsentrat.

Jerami padi merupakan limbah pertanian dari tanaman padi. Penggunaan jerami sebagai pakan sapi tergolong paling potensial karena hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai bahan pakan, jerami mengandung serat dalam jumlah banyak, tetapi kandungan protein kasar , kalsium dan fosfornya rendah. (Fikar dan Ruhyadi, 2010).

Jerami Jagung

Jerami jagung merupakan limbah yang ditinggalkan setelah jagung dipanen yang berupa daun dan batang. Jerami padi sudah banyak digunakan sebagai pakan ternak terutama sebagai pengganti sumber serat atau mengganti 50% dari rumput dan hijauan tetapi jerami jagung memiliki kecernaan dan kadar protein yang rendah. Jerami jagung juga memiliki sifat yang voluminous. Jerami jagung merupakan bahan makanan yang memiliki kualitas yang rendah dan tidak akan mencukupi untuk kebutuhan ternak kecuali jika diberi tambahan suplemen pada pakannya. Kandungan bahan kering jerami jagung 28%, protein 8,2% dan TDN 48% (Sukria dan Krinan, 2009).

(7)

dilakukan segera setelah panen agar kadar air masih cukup untuk proses pembuatan silase (Parakkasi, 1999).

Daun Ubikayu

Ubikayu merupakan tanaman tropik yang potensial digunakan untuk ternak dan dapat menghasilkan biomassa sumber energi pada bagian umbi dan protein

pada daun dalam jumlah besar. Dikutip dari Ahmad (2010) bahwa Liem et al., (1997) melaporkan dari 2,5−3 ton/ha hasil samping tanaman ubikayu

dapat menghasilkan tepung daun ubikayu sebanyak 600−800 kg/ha. Daun ubikayu mengandung senyawa sianida yang bersifat racun, tinggi rendahnya kandungan sianida merupakan pembatas pemanfaatan daun ubikayu.

Dikutip dari Ahmad (2010) bahwa daun ubikayu mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar antara 16,7−39,9% bahan kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni (Ravindran, 1999). Wanapat dan Joomjantha (2007) melaporkan hay daun ubikayu dapat menggantikan pemakaian bungkil kedelai pada sapi perah di daerah tropik. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun ubikayu juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap mikroorganisme parasit.

Harahap dan Wiryosuhanto (1987) menyatakan bahwa daun ubikayu adalah sebagai sumber protein bagi berbagai jenis ternak ruminansia. Daun ubikayu selain kaya akan protein, juga kaya akan vitamin seperti: karotein, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Universiti Teknologi Malaysia, Universitas PGRI Semarang, Universitas Negeri Makassar, Indonesia, Regional Association for Vocational Teacher Education (RAVTE), Persatuan

Data dianalisis menggunakan pendekatan analisis wacana dengan memanfaatkan metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengetahui jenis dan peranan

Untuk pengujian QoS video streaming yang kedua dilakukan dengan menggunakan metode Per Connection Queueing seperti ditunjukkan pada gambar 3 dimana memiliki

Media pembelajaran trainer kit motor listrik berbasis kontaktor pada mata kuliah mesin listrik yang di kembangkan dapat dinyatakan layak atau digunakan dalam

LETAK ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS WILAYAH INDONESIA. DISUSUN OLEH:

Pada pemaparan di atas, penulis menemukan kecemasan yang dialami oleh tokoh Icih Prihatini dalan naskah drama monolog Wanci karya Imas Sobariah. Kecemasan

Berdasarkan pertimbangan tersebut, teori dalam menganalisis penelitian ini adalah Intra Party Politics yang diungkapkan oleh Richard S. Adapun metode dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel kesadaran membayar pajak, persepsi atas efektivitas sistem perpajakan, dan kualitas pelayanan fiskus