VI- 1
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang
ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi
melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan s umber daya manusia sebagai operator dari
kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,
penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu
kesatuan.
6.1. Kerangka Kelembagaan Bidang Cipta Karya
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk
membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi
perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani,
VI- 2
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.PP 38/2007 ini juga memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang
berbunyi“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah
urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2)
Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah
bidang pekerjaan umum”.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta
Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi
dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4
bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari
paling banyak 3 seksi.
Gambar 6.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten
VI- 3
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai
tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan
kemampuan pemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai
mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan
pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telahdimulai
sejak tahun 2005.Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber DayaManusia (SDM).Untuk
mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan
dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program,
yaitu:
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi
manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
VI- 4
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,
pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,
serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Gambar 6-2 :
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
VI- 5
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender
gunaterselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat
dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani
bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam
dokumen RPIJM.Dalam Permen ini disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab
dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang
PU.Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan
Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan
Daerah (Perda).Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan
Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan
perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan,
yang sesuai dengan fungsi kawasanperkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan,
termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air
VI- 6
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai
berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan
kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar
kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota
melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
6.1.1. Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Terpadu dan
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kabupaten Pidie Jaya sangat
dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif dan
efesien serta terjamin keterlanjutannya. Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2-JM
Kabupaten Pidie Jaya melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin
koordinasi dan sinkronisasi program / kegiatan dalam berbagai bidang kelembagaan sesuai
tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga. Semangat desentralisasi penyelenggaraan
pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan
upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.
Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam
Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka
mendukung desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember 2002,
merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan dengan
melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) berupa keterampilan dan kualifikasi,
perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan ekonomi daerah bagi
pendekatan baru untuk pelaksanaan good governance, sistem administrasi dan mekanisme
partisipasi dalam pembangunan agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam
VI- 7
Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah:
1. Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka
waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);
2. Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders;
3. Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak
ditentukan dari atas/ luar tetapi datang dari stakehoder-nya sendiri;
4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional.
6.1.2. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program
Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur,
tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
A. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya
Dari Peraturan Bupati No.1Tahun 2008 tentang Penjabaran, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Barat, dari struktur organisasi
Bappeda Kab. Aceh Barat yang terkait langsung dengan bidang cipta karya adalah Bidang
Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana, membawahkan :
a. Subbidang Infra Struktur, Iptek dan Energi;
b. Subbidang Sumber Daya dan Penataan Wilayah.
Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di bidang Perencanaan
Pembangunan Sarana dan Prasarana.
Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana dalam melaksanakan tugas
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan Perumusan Kebijakan, bimbingan, konsultasi dan Koordinasi
Perencanaan pembangunan infra Struktur, Iptek dan Energi, sumber daya, pemetaan
wilayah dan kerjasama pembangunan;
b. Penyelenggaraan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan infra struktur, iptek
dan energi, sumbar daya, penataan wilayah dan kerjasama pembangunan.
VI- 8
a. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana
dan prasarana;
b. Merumuskan kebijakan operasional tentang petunjuk pelaksanaan perencanaan dan
pengendalian pembangunan infra struktur, iptek dan energi serta menyusun pedoman
dan standar perencanaan pembangunan infra struktur, iptek dan energi;
c. Melaksanakan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan infra struktur, iptek
dan energi;
d. Merumuskan perencanaan kerjasama pembangunan infra struktur, iptek dan energi
antar daerah kabupaten dan antar daerah kabupaten dengan swasta dalam dan luar
negeri;.
e. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan
perencanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan di bidang infra struktur,
iptek dan energi;
f. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan
perencanaan keserasian pengembangan perkotaan dan pedesaan, serta pelaksanaan
pedoman dan standar perencanaan pelayanan perkotaan dibidang infra struktur, iptek
dan energi;
g. Menyusun petunjuk pelaksanaan, pedoman dan standar perencanaan pengembangan
pembangunan infranstruktur, iptek dan energi perwilayahan meliputi wilayah
tertinggal, perbatasan dan pesisir;
h. Menyusun perencanaan pengembangan pembangunan infra struktur, iptek dan energi
Kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;
i. Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan pengendalian perencanaan pembangunan
infra struktur, iptek dan energi;
j. Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan kerjasama
pembangunan infrastruktur, iptek dan energi antar kecamatan dan dan desa dengan
swasta dalam dan luar negeri;
k. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan pengelolaan kawasan dan
lingkungan perkotaan dibidang infrastruktur, iptek dan energi perkotaan serta
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan kawasan
kecamatan dan gampong dibidang infrastruktur, iptek dan energi;
l. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan dibidang pelayanan infra stuktur,
VI- 9
konsultasi perencanaan pelayanan, infra struktur, iptek dan energi di kecamatan dan
gampong;
m. Melakukan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan infrastruktur, iptek
dan energi perkotaan dan pedesaan serta menyelenggarakan supervisi dan konsultasi
keserasian perencanaan pengembangan infrastruktur, iptek dan energi di kecamatan
dan gampong;
n. Merencanakan pengembangan infrastruktur, iptek dan energi wilayah tertinggal dan
pesisir serta melakukan konsultasi perencanaan infrastruktur, iptek dan energi di
kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;
o. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah, kerjasama
pembangunan, pengelolaan kawasan prioritas lingkungan dan kawasan perkotaan,
pengembangan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan serta monitoring dan
evaluasi pelaksanaan keserasian dibidang infrastruktur, iptek dan energi;
p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan;
(2) Subbidang Sumber Daya dan Penataan Wilayah mempunyai tugas :
a. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sumber
daya dan penataan wilayah;
b. Merumuskan kebijakan operasional tentang petunjuk pelaksanaan perencanaan dan
pengendalian pembangunan sumber daya dan penataan wilayah serta menyusun
pedoman dan standar perencanaan pembangunan dan penataan wilayah;
c. Melaksanakan, mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sumber daya dan
penataan wilayah;
d. Merumuskan perencanaan kerjasama pembangunan sumber daya dan penataan
wilayah antar daerah kabupaten dan antar daerah kabupaten dengan swasta dalam
dan luar negeri;
e. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan
perencanaan dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah;
f. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan
perencanaan keserasian sumber Daya dan penataan wilayah;
g. Menyusun petunjuk pelaksanaan pedoman dan standar perencanan keserasian
pengembangan pembangunan Sumber Daya dan Penataan Wilayah Perwilayahan (
VI- 10
h. Menyusun perencanaan pengembangan pembangunan Sumber Daya dan Penataan
Wilayah;
i. Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan pengendalian perencanaan pembangunan
Sumber Daya dan Penataan Wilayah;
j. Memberikan bimbingan , supervisi dan konsultasi perencanaan kerjasama
pembangunan Sumber Daya dan Penataan Wilayah serta memberikan bimbingan,
supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan dibidang Sumber Daya dan
Penataan Wilayah di kecamatan dan gampong;
k. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan pengelolaan kawasan dan
lingkungan perkotaan dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah serta
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan kawasan
kecamatan dan gampong dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah;
l. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan bidang pelayanan Sumber Daya
dan penataan wilayah perkotaan serta menyelenggarakan bimbingan, supervisi dan
konsultasi perencanaan pembangunan bidang pelayanan Sumber daya dan penataan
wilayah dikecamatan dan gampong;
m. Melakukan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan sumber daya dan
penataan wilayah perkotaan serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi
keserasian perencanaan pengembangan sumber daya dan penataan wilayah di
Kecamatan dan gampomg;
n. Merencanakan pengembangan sumber daya dan penataan wilayah pada wilayah
tertinggal dan pesisir, serta melalukan konsultasi perencanaan sumber daya dan
penataan wilayah dikawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;
o. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah, kerja sama
pembangunan, pengelolaan lingkungan dan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan
andalan serta keserasian pengembangan dibidang sumber daya dan penataan
wilayah;
p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan;
B. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya
Susunan dan kedudukan Organisasi serta Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan
VI- 11
Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-Dinas
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas Pekerjaan Umum berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui SEKDA.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melakukan tugas umum pemerintahan
di bidang bina marga, cipta karya, pengairan, tata ruang, operasi dan pemeliharaan
pekerjaan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;
b. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;
c. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. Penyelenggaraan tugas di bidang pekerjaan umum termasuk perizinan dan pelayanan
umum lintas kabupaten/kota;
e. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas
di bidang pekerjaan umum;
f. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
pekerjaan umum;
g. Pembinaan UPTD; dan
h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat adalah unsur pembantu Kepala Dinas Pekerjaan Umum di bidang pelayanan
administrasi, umum, kepegawaian, tatalaksana dan keuangan.Sekretariat dipimpin oleh
seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab Kepada Kepala Dinas
Pekerjaan Umum.Sekretariat mempuyai tugas melakukan pengelolaan urusan
VI- 12
kepegawaian, ketatalaksanaan, kehumasan, hukum dan perundang-undangan serta
pelayanan administrasi di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum.
Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, barang inventaris, aset,
perlengkapan, peralatan, pemeliharaan dan perpustakaan;
b. Pembinaan kepegawaian, organisasi, ketatalaksanaan, hukum dan
perundang-undangan serta pelaksanaan hubungan masyarakat;
c. Pengelolaan administrasi keuangan; dan
d. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat terdiri dari:
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan
ketatausahaan, rumah tangga, barang inventaris, aset, perlengkapan, peralatan,
pemeliharaan, perpustakaan, kepegawaian dan organisasi.
Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
analisis dan penyajian data statistik, penyiapan bahan perumusan rencana kegiatan
dan program di Dinas Pekerjaan Umum.
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi
keuangan, verifikasi, perbendaharaan, pembukuan, pelaporan realisasi fisik dan
keuangan.
Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.
3. Bidang Bina Marga
Bidang Bina Marga adalah unsur pelaksana teknis di bidang pembangunan jalan dan
VI- 13
Bidang Bina Marga dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum.Bidang Bina Marga
mempunyai tugas melakukanpembangunan sarana dan prasarana di bidang Bina Marga.
Bidang Bina Marga mempunyai fungsi:
a. Penyusunan perencanaan teknis di bidang pembangunan jalan dan jembatan;
b. Pelaksanaan pengaturan teknis di bidang pengendalian mutu;
c. Pelaksanaan pengaturan teknis pembangunan dan pengembangan prasarana
pemeliharaan jalan dan jembatan;
d. Pelaksanaan pengaturan teknis pembangunan dan pengembangan prasarana
jembatan;
e. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
pembangunan sarana dan prasarana bina marga; dan
f. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Bina Marga, terdiri dari:
Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melakukan penyusunan
program pelaksanaan, prakiraan biaya pembangunan jalan dan jembatan.
Seksi Pengendalian Mutu
Seksi Pengendalian Mutu mempunyai tugas melakukan pengujian, pemeriksaan sifat
fisik, mekanik dan bahan konstruksi.
Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melakukan penyusunan
program, prakiraan biaya pemeliharaan, penanggulangan kerusakan jalan dan
jembatan akibat bencana.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Marga sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Bidang Cipta Karya
Bidang Cipta Karya adalah unsur pelaksana teknis di bidang perumahan dan pemukiman,
VI- 14
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Bidang Cipta Karya mempunyai tugas
melakukan pembangunan sarana dan prasana di bidang perumahan dan pemukiman,
pengembangan dan pemeliharaan gedung, peralatan dan alat berat.
Bidang Cipta Karya mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan perencanaan teknis di bidang perumahan dan pemukiman;
b. Pelaksanaan pengembangan dan pemeliharaan gedung kantor;
c. Pelaksanaan pengaturan teknis pembangunan peralatan dan alat berat;
d. Pelaksanaan penanggulangan prasarana dan sarana pengairan akibat bencana alam;
e. Pelaksanaan sarana pembangunan pemukiman;
f. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
perumahan dan pemukiman, pengembangan dan pemeliharaan gedung, peralatan dan
alat berat; dan
g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Cipta Karya, terdiri dari: Seksi Perumahan dan Pemukiman
Seksi Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas survey, investigasi, perencanaan
dan bantuan teknis pembangunan dan rehabilitasi perumahan, sarana dan prasarana
permukiman.
Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan Gedung
Seksi Pengembangan dan Pemeliharaan Gedung mempunyai tugas melakukan
pelaksanaan perencanaan teknis pengembangan pemeliharaan gedung kantor. Seksi Peralatan dan Alat Berat
Seksi Peralatan dan Alat Berat mempunyai tugas melakukan perlindungan dan
pemeliharaan peralan alat berat.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
VI- 15
5. Bidang Pengairan;
Bidang Pengairan adalah unsur pelaksana teknis di bidang tataguna air dan irigasi,
rehabilitasi dan pemeliharaan, pengendalian dan operasional. Bidang Pengairan dipimpin
oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Pekerjaan Umum.Bidang Pengairan mempunyai tugas melakukantataguna
air dan irigasi, rehabilitasi dan pemeliharaan, pengendalian dan operasional.
Bidang Pengairan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan program operasi dan pemeliharaan pengairan;
b. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian kegiatan operasi dan
pemeliharaan pengairan;
c. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Keujruen Blang serta meningkatkan peran serta masyarakat petani dalam
pengembangan jaringan tersier;
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
pengairan; dan
e. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pengairan, terdiri dari :
Seksi Tata Guna Air dan Irigasi
Seksi Tata Guna Air dan Irigasi mempunyai tugas melakukan kegiatan tata guna air,
pengumpulan dan pengelolaan data dalam rangka peningkatan efisiensi, efektifitas,
pemanfaatan air permukaan dan irigasi. Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Seksi Rehabilitasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan kegiatan
rehabilitasi, pemeliharaan dan inventarisasi kondisi sarana dan prasarana pengairan.
Seksi Pengendalian dan Operasional
Seksi Pengendalian dan Operasional mempunyai tugas melakukan pengendalian
VI- 16
membangun dan operasional meningkatkan dan merehabilitasi serta memelihara
jaringan tersier.
Masing-masing Seksi oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Pengairan sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Bidang Tata Ruang
Bidang Tata Ruang adalah unsur pelaksana teknis di bidang pengembangan wilayah,
penataan kota dan pemanfaatan lahan/ruang. Bidang Tata Ruang dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pekerjaan Umum.Bidang Tata Ruang mempunyai tugas melakukan pengembangan
wilayah, penataan kota dan pemanfaatan lahan/ruang.
Bidang Tata Ruang mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penataan dan pemanfaatan tata ruang Kabupaten yang terintegrasi dan
terarah;
b. Pelaksanaan penataan dan pemanfaatan tata ruang kawasan khusus dan tertentu yang
menjadi kewenangan Kabupaten;
c. Pelaksanaan fasilitasi bantuan teknis penyusunan rencana tata ruang wilayah
kabupaten;
d. Pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dan perdesaan;
e. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi tata ruang;
f. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang penataan ruang;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
tata ruang; dan
h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala Dinas Pekerjaan Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Tata Ruang, terdiri dari :
VI- 17
Seksi Pengembangan Wilayah mempunyai tugas melakukan pengawasan,
pemantauan, evaluasi, pengendalian, pemanfaatan dan sosialisasi penataan tata ruang
dan pengembangan wilayah. Seksi Penataan Kota
Seksi Penataan Kota mempunyai tugas melakukan pengawasan, pemantauan,
evaluasi, pengendalian, pemanfaatan dan sosialisasi penataan kota.
Seksi Pemanfaatan Lahan/Ruang
Seksi Pemanfaatan Lahan/Ruang mempunyai tugas melakukan fasilitasi bantuan
teknis penyusunan rencana pemanfaatan lahan/ruang.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang sesuai dengan bidang tugasnya.
C. Kantor Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Pidie Jaya
Kantor Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan adalah Perangkat Daerah
sebagai unsure pendukung Pemerintah Kabupaten di bidang pengendalian dampak
lingkungan, pertamanan dan kebersihan.
Susunan Organisasi Kantor Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan, terdiri dari:
a. Kepala Kantor;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi Lingkungan Hidup;
d. Seksi Pertamanan;
e. Seksi Kebersihan; dan
f. Kelompok jabatan fungsional
Kantor Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan mempunya fungsi :
a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Kantor;
b. Penyusunan program kerja tahunan, jangkamenengah dan jangka panjang;
c. Perumusan kebijakan, pertamanan dan kebersihan, perizinan, peningkatan sumber
daya manusia dan pengembangan kapasitas kelembagaan;
VI- 18
e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, pertamanan dan
kebersihan;
f. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan, pertamanan dan
kebersihan; dan
g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
bidang tugasnya.
Kantor Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan mempunyai kewenangan:
a. Merumuskan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan;
b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan program pengelolaan lingkungan hidup,
kebersihan dan pertamanan;
c. Melaksanakan kerjasama dengan institusi dan lembaga terkait lainnya dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan;
d. Melaksanakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan
dan pemulihan kualitaslingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan;
e. Mengembangkan program kelembagaan dan peningkatan kualitas dan kapasitas
lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan;
Seksi Kebersihan dan Pertamanan;
1. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan, pembinaan dan pergawasan
pengelolaan dan pengendalian kerusakan lingkungan, kebersihan, pertamanan dan
pemakaman;
2. Menyusun program pengendalian kerusakan lingkungan serta pengelolaan kebersihan,
pertamanan dan pemakaman;
3. Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan hidup;
4. Melaksanakan penertiban dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
5. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugasnya.
Seksi Kebersihan;
VI- 19
dan mengawasi seluruh tahapan pengembangan persampahan;
2. Melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan dan perlindungan petugas kebersihan;
3. Melaksanakan perencanaan pengadaan, perawatan dan evaluasi kelaiakan sarana dan
prasarana persampahan;
4. Melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada lokasi TPA Sampah dengan sistem
sanitary landlield;
5. Melaksanakan tugas upaya peningkatan Pendapatan Ash Daerah (PAD);
6. Melaksanakan program ADIPURA;
7. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
berdasarkan dengan tugasnya.
Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Pertamanan;
1. Menyelenggarakan operasional pengendalian Kerusakan Lingkungan, Pertamanan dan
Pemakaman serta mengawasi seluruh tahapan pengembangan Kerusakan Lingkungan,
Pertamanan dan Pemakaman;
2. Merencanakan pengembangan dan mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH);
3. Melaksankan tugas perumusan penetapan kebijakan pengendalian dampak perubahan
iklim;
4. Melaksanakan upaya terbentuknya kawasan tertib persampahan;
5. Melaksanakan tugas penanggulangan kerusakan lingkungan akibat bencana alam;
6. Melaksanaan tugas penataan pemakaman pemda;
7. Melaksanakan tugas program Menuju Indonesia Hijau (MIH), program Kalpataru,
KEHATI dan Hutan Kota;
8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
berdasarkan dengan tugasnya.
6.1.3. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah
satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi
yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja
VI- 20
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu
mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi.Selanjutnya
juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam
keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang
dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara
substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Tabel 6.1.
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No Instansi Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang CK sarana cipta karya sektor : Bangkim, PLP : Drainase, PBL, Air minum sarana cipta karya sektor : PLP : Sampah dan Limbah , PBL : Ruang Terbuka Hijau
Tabel 6.2. Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No. Nama SOP Instansi yangTerlibat Instansi dalam SOPTugas dan Fungsi
(1) (2) (3) (4)
Pengembangan Permukiman
1 Perencanaan MP/ BAPPEDA& Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya
Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;
2 Perencanaan DED Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya
Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan
Pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan.
3 Pembangunan Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Cipta Karya
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1 Perencanaan MP/ BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan DLH
Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;
2 Perencanaan DED Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan DLH
Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan
Pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan.
Merencanakan pengembangan dan mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH);
3 Pembangunan Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Cipta Karya dan DLH
Pengembangan Air Minum
1 Perencanaan MP/ BAPPEDA & Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya
Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana khususnya pengembangan Air Minum;
2 Perencanaan DED Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya
Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan
3 Pembangunan Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Cipta Karya
VI- 22
No. Nama SOP Instansi yangTerlibat Instansi dalam SOPTugas dan Fungsi
Pengembangan PLP
1 Perencanaan MP/ BAPPEDA dan DLH Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;
2 Perencanaan DED DLH Menyelenggarakan operasional kebersihan dan pengangkutan sampah ke TPA Sampah
dan mengawasi seluruh tahapan pengembangan persampahan;
Menyusun program pengendalian kerusakan lingkungan serta pengelolaan kebersihan, pertamanan dan pemakaman;
Melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada lokasi TPA Sampah dengan sistem sanitary landfill;
Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan hidup; Melaksanakan upaya terbentuknya kawasan tertib persampahan;
3 Pembangunan DLH
SOP Non-Teknis
1 Penyuluhan DLH dan Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya
Melaksanakan tugas program Menuju Indonesia Hijau (MIH), program Kalpataru, KEHATI dan Hutan Kota;
2 Promosi BAPPEDA DLH dan Dinas
6.1.4. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM
aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu
ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas.
Tabel 6.3.
Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakanng Pendidikan
Sumber: Pidie Jaya Dalam Angka 2016
6.1.5. Analisis Kelembagaan
6.1.5.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk
RPIJM Bidang Cipta Karya.Permasalahan yang sering dihadapi antara lain masih terbatasnya
tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM)
yang menangani/mengelola berbagai bidang di berbagai Dinas/Badan Dan Kantor di
VI- 24
dan lain-lain masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas
(capacity building) sehingga kualitas SDM semakin tahun semakin meningkat. Selain masih
terbatasnya SDM bidang tertentu dan penempatan tenaga kerja yang sesuai keahlian.
Prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer,
perangkat survey, kendaraan operasional dan lain-lain sehingga belum optimal dalam
pelaksanaan kerja.
6.1.5.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun
keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Pidie Jaya
sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi.
Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dan lain-lain sangat diperlukan sehingga perlu
dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya. Dengan
Pengembangan teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula
dalam menangkap dan meresponnya. Untuk itu sangat dibutuhkan bantuan teknis berupa
pelatihan, kursus dalam berbagai sektor bidang dan peningkatan pendidikan formal (dari
pendidikan S-1 ke S-2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan.
6.1.5.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM
bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk
RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
Untuk mewujudkan pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity
building) di Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya perlu disiapkan sumber daya
manusia (SDM) dari aparatur yang menangani bidang –bidang tertentu.Peningkatan SDM
dapat melalui pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan singkat dan kursus-kursus
VI- 25
profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk mendukung peningkatan SDM ini perlu
didukung oleh komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan profesionalisme aparatur
sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPI2-JM dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Tabel 6.4. Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia
No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Yang Ada
Jumlah Pegawai Yang Diperlukan 1. Bappeda SMA/Sederajat
Diploma
S2 Teknik Studi Pembangunan 1 org
VI- 26
No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Yang Ada
Jumlah Pegawai Yang Diperlukan
S1 Teknik Pertambangan 1 org
S2 Kesehatan 1 org
6.1.5.4. Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat
diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan
dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah
keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi
ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan
yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru
Tabel 6.5. Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
Faktor External Faktor
Internal
PELUANG (O)
a. Rekruitmen baru b. Minat jadi PNS tinggi c. Ada UTU dan STAIN
ANCAM AN (T)
a. Mutasi tenaga teknis
b. Jumlah pekerjaan semakin banyak c. Macam pekerjaan berteknologi tinggi
KEKUATAN (S)
a. Personel S.1 dan S 2 mencukupi b. Berusia muda
c. Kebutuhan tenaga teknis
Strategi SO (Kuadran 1)
Rekruitment tenaga teknis sesuai kebutuhan
Strategi ST (Kuadran 2)
Dengan usia muda cepat belajar di bidang yang baru dan teknologi baru
KELEMAHAN (W)
a. Sebagian mendekati masa pensiun b. Kurang pelatihan/ ketrampilan c. Wilayah yang luas
Strategi WO (Kuadran 3)
Pengadaan pelatihan teknis/kursus/ bekerjasama dengan perguruan tinggi setempat
Strategi WT (Kuadran 4)
Dengan wilayah Pidie Jaya lebih efisien
VI- 28
Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan
(internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat
kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.
b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SWOT,
yaitu sebagai berikut.
Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki
organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada
Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki
organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh
eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.
Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahankelemahan
organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya
yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga
harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman ancaman yang
berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.
6.2. Kerangka Regulasi
6.2.1. Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada
analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan
struktur organisasi dan tupoksinya.Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan
mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan
dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun
analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas
kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah,
khususnya bidang Cipta Karya.
Pengembangan organisasi yang menangani bidang Cipta Karya di Kabupaten Pidie
Jaya untuk jangka menengah dengan melakukan strategi memantapkan organisasi yang telah
ada, dengan memanfaatkan personil teknis yang sudah ada dengan meningkatan kapasitas dan
VI- 29
bidang Cipta Karya yang akan muncul dan kompleksitas yang dihadapi. Strategi lainnya
adalah menambah bidang atau sub bidang pada organisasi yang ada saat ini dan membentuk
Unit Pengelola Teknis (UPT) untuk pengelolaan TPA dan IPLT yang untuk jangka menengah
akan semakin kompleks permasalahannya.
Sedangkan untuk Perusahaan Daerah satu-satunya yaitu PDAM Tirta Meureudu dengan memantapkan organisasi yang telah ada dan meningkatkan kapasitas personilnya.
6.2.2. Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada
analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan
standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam
instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta
Karya.
6.2.3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu
pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan
kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian,
maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang
pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan.Sesuai dengan
lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat
beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang
dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.6.
Tabel 6.6.
VI- 30
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta seretifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training Of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training Of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
Tabel 6.7.
Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
Organisasi Pemantapan organisasi di setiap badan dan dinas
Reorganisasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan sektor di bidang cipta karya penambahan bidang
Tata Laksana Pemantapan Standart Operasional Prosedure pada setiap sektor Cipta Karyai
Implemetasi SOP secara ketat
Sumber Daya Manusia
Peningkatan kapasitas SDM
Tugas belajar bagi S1 ke jenjang S 2 Pelatihan dan kursus sesuai kebutuhan dan bidang
Tenaga Penyidik PNS untuk audit lingkungan
Rekruitmen baru SDM
Bidang disiplin ilmu Teknik Kimia, Teknik Geodesy (CK) dan Teknik Penyehatan Lingkungan