1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara Islam terbesar di dunia dimana
sebagian besar penduduknya beragama Islam, meskipun demikian nilai-nilai Islam
belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehari hari, baik dari
segi sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dilihat dari segi sistem perekonomian,
bangsa Indonesia masih menerapkan sistem ekonomi konvensional yang lahir dari
pemikiran dunia barat, akan tetapi pada akhir akhir ini sistem ekonomi
berdasarkan prisip syariah Islam sudah mulai diterapkan di Indonesia sebagai
salah satu realisasi perkembangan pemikiran ajaran Islam terutama dibidang
ekonomi. Dalam pelaksanaan sistem ekonomi syariah di Indonesia, pemerintah
maupun masyarakat masih sering menggabungkan dengan sistem ekonomi
konvensional dimana keberhasilan pembangunan ekonomi masih diukur dengan
besarnya pendapatan perkapita masyarakat dan besarnya output barang dan jasa
yang dihasilkan suatu bangsa. Tujuan pembangunan sistem ekonomi konvensional
yaitu hanya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, hal ini berbeda
dengan sistem ekonomi Islam selain menciptakan pertumbuhan ekonomi, Islam
juga mengharap Ridho dari Allah SWT. (Sukri Saleh, 2003 : 88).
Dengan hadirnya sistem ekonomi syariah telah membawa harapan baru
bagi ummat manusia, khususnya bagi ummat Islam sebagai sebuah sistem
2 ekonomi kapitalisme dan sosialisme yang merupakan bentuk sistem ekonomi
konvensional dan kebanyakan diterapkan oleh sebagian besar negara-negara di
dunia ini, terutama sejak berakhirnya Perang Dunia kedua yang memunculkan
banyak negara-negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan
ekonomi syariah sebagai sebuah sistem ekonomi alternatif yang memungkinkan
bagi banyak pihak, muslim maupun non muslim untuk memahami secara
mendalam kembali berbagai ajaran Islam, khususnya yang menyangkut hubungan
pemenuhan kebutuhan ummat manusia melalui aktivitas perekonomian maupun
aktivitas lainnya dalam sendi sandi kehidupan.
Keinginan ini didasari oleh kesadaran masyarakat untuk menerapkan Islam
secara utuh dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 208 yang artinya sebagai berikut: “Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara kaffah
(utuh/menyeluruh). Ayat ini dengan tegas mengingatkan kepada ummat Islam
untuk melaksanakan Islam secara kaffah bukan secara parsial, Islam tidak hanya
diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan ibadah semata, dan dimarginalkan dari
dunia politik, sosial, dan ekonomi, apabila hal ini terjadi, maka ummat Islam telah
menjauhkan ajaran Islam dari kehidupannya.
Berdasarkan kenyataan yang terdapat dalam masyarakat dimana dalam
kegiatan ekonomi sehari hari masih banyak mengalami permasalahan dalam
pelaksanaannya karena tidak adanya system penopang yang tepat dimana
kebanyakan kegiatan ekonomi masyarakat masih banyak bertumpu pada system
3 pertumbuhan ekonomi sebesar besarnya tanpa memperhatikan permasalahan
utama yang sebenarnya dihadapi oleh setiap individu masyarakat, bukan
permasalahan masyarakat suatu bangsa secara keseluruhan yang menjadi objek
utama suatu pembangunan, dan juga mengesampingkan keridhoan dari Allah
SWT. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep alternatif sistem perekonomian
yang dapat mengatasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Sebuah bukti nyata yang perlu kita perhatikan adalah ketika system
ekonomi konvensional dengan sistem bunganya mengalami kebangkrutan pada
tahun 1998, sehingga bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter
yang memporak porandakan sendi-sendi kehidupan bangsa, yang pada akhirnya
Indonesia sangat terpuruk dalam berbagai bidang kehidupan. Kejadian yang
terakhir adalah dimana krisis keuangan global terjadi pada tahun 2008 yang
membawa pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan ekonomi berbagai negara
dan tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia, hal ini berawal dari krisis keuangan
yang terjadi di Amerika serikat dimana bursa saham Wall Street mengalami
kebangktrutan akibat dari kredit macet perumahan oleh masyarakat dan kemudian
krisis ini terus merembes ke negara-negara eropa, dengan kejadian ini banyak
lembaga-lembaga keuangan yang mengalami kebangkrutan dan membutuhkan
pertolongan finansial dari pemerintah untuk menghindari keadaan yang lebih
buruk, hal ini semakin memperparah kondisi keuangan negara-negara di Amerika
dan negara-negara Eropa.
Penomena kebangkrutan perusahaan dan lembaga keuangan di Amerika
4 keuntungan dengan menghalalkan segala cara. Bila diperhatikan, ekonomi
konvensional ternyata lebih mengutamakan pemilik modal, memperlakukannya
sebagai penggerak perekonomian, disisi lain karyawan / pelaksana usaha hanya
sebagai pelengkap saja. Ekonomi konvensional mengabaikan aspek moral dan
ketuhanan, dasar pemikiran inilah yang menyebabkan ketidak seimbangan yang
berdampak pada kerusakan alam, kemiskinan, kerusakan sosial, sehingga
menimbulkan berbagai krisis berkelanjutan.
Kondisi ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi syariah yang berjalan
sesuai dengan prinsip Islam, hal ini disebabkan karena system ekonomi syariah
menerapkan system bagi hasil dalam kegiatan usaha sesuai dengan kesepakatan
bersama dan melarang penerapan sistem bunga yang merupakan bentuk riba
dalam setiap kegiatan ekonomi. Dengan terjadinya krisis moneter pada
perekonomia konvensional menjadi langkah awal system ekonomi berdasarkan
syariah untuk menunjukkan eksistensinya, kalau perekonomi syariah mampu
bertahan dalam keadaan krisis. Perekonomian berdasarkan prinsip syariah
bukannya ikut ambruk sebagaimana halnya perekonomian konvensional pada
umumnya, malahan krisis ekonomi dan moneter justru telah membawa dampak
yang positif bagi perkembangan perekonomian syariah. Para pakar ekonomi
mengakui dan menyatakan bahwa ekonomi syariah merupakan system ekonomi
yang tahan banting (resistent) dan guncangan terhadap badai krisis ekonomi. Oleh
karena itu system perekonomian yang semacam ini perlu dikembangkan pada
5 Di balik perkembangan ekonomi syariah yang secara kuantitas semakin
berkembang, tetapi dalam pelaksanaan prinsip dasar dalam kegiatan
perekonomian syariah yaitu system bagi hasil kurang diminati dalam kegiatan
perekonomian masyarakat sehari hari. Hal ini bisa dilihat dari masih sedikitnya
masyarakat yang melakukan kerja sama uasaha dalam bentuk bagi hasil dan
masih sedikitnya para pemilik modal yang yang mau menyalurkan dananya pada
masyarakat untuk dijadikan sebagai modal usaha berdasarkan prinsip bagi hasil.
Ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prinsip bagi
hasil sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
ekonomi syariah. Disamping itu juga masih kurang terjalinnya rasa keperdulian
sosial dan kepercayaan antara pemilik modal dan pelaksana usaha. Peranan
system perekonomian yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pembangunan
ekonomi Indonesia dewasa ini memerlukan pengkajian yang lebih mendalam atas
konsep-konsep ekonomi yang selama ini diterapkan dalam sendi-sendi
perekonomian, baik secara konseptual maupun dalam pelaksanaanya, sehingga
tercipta suatu system perekonomian yang tangguh di era globalisasi pada masa
yang akan datang. Keberadaan system ekonomi syariah di Indonesia belum
sepenuhnya diterima, masih ada sebagian masyarakat yang menyamakan dengan
system ekonomi konvensional.
Prinsip bagi hasil dan pelarangan penerapan riba dalam perekonomian
merupakan inti atau karakteristik utama dari ekonomi syariah. Hal ini sangat
cocok diterapkan dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia dimana
6 pemilik modal dalam pelaksanan sebuah kegiatan usaha dengan pihak yang
membutuhkan modal sebagai pelaksana usaha harus meningkatkan pengetahuan
dan pemahamannya tentang ekonomi syariah guna untuk lebih memahami filosofi
pembiayaan kerja sama usaha dengan prinsip bagi hasil. Dalam pelaksanaannya,
ekonomi syariah memberikan tata cara yang adil bagi kedua belah pihak dengan
prinsip pertanggung jawaban yang jelas, bukan hanya ingin mendapatkan
keuntungan sendiri sementara pihak yang lainnya mengalami kerugian. Disinilah
pentingnya kita mengkaji dan menemukan konsep yang ideal dari prinsip bagi
hasil dalam prinsip ekonomi syariah, agar kedua belah pihak baik pemilik modal
dan pihak yang kekurangan modal dapat menjalankan usaha atau bisnisnya
dengan aman tanpa ada kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan, sehingga
system bagi hasil dalam kerja sama usahaakan tetap menjadi system utama dalam
kegiatan ekonomi berdasarkan prinsip ekonomi syariah.
Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk meneliti lebih jauh
tentang pemahaman masyarakat yang berkaitan dengan bagi hasil menurut prinsip
ekonomi syariah baik itu dari segi pemberian modal usaha oleh pihak yang
mempunyai modal dan pelaksana usaha dengan kegiatan pembiayaan bagi
hasildalam kegiatan perekonomian berdasarkan prinsip syariah, sehingga menarik
dan perlu untuk mengetahui lebih lanjut dengan memfokuskan pada pemahaman
masyarakat tentang bagi hasil menurut prinsip ekonomi syariah dalam
melaksanakan kegiatan ekonomi sehari hari, dimana hal ini merupakan titik
7 1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat
pemahaman masyarakat tentang bagi hasil menurut prinsip ekonomi syariah di
kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat tantang bagi hasil
menurut prinsip ekonomi syariah di kota Medan.
2. Untuk membuka wawasan dan menambah pemahaman masyarakat tentang
bagi hasil menurut prinsip ekonomi syariah khususnya di kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi
pengembangan ilmu ekonomi khususnya ekonomi syariah.
2. Diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan informasi dan
masukan tentang pemahaman masyarakat tentang bagi hasil menurut
prinsip ekonomi syariah, khususnya bagi ummat Islam dan masyarakat
Indonesia pada umumnya.
3. Sebagai metode sosialisasi ekonomi syariah dan khususnya bagi hasil