BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggabungan Usaha
Era globalisasi telah menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan dan memutuskan strategi agar dapat bertahan dan berdaya saing. Strategi bisnis tersebut dapat berupa inovasi produk, ekspansi pasar maupun pencarian sumber daya baru. Salah satu strategi bisnis yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan cara akuisisi dan merger yang dalam ilmu akuntansi disebut penggabungan usaha.
Penggabungan usaha atau bisnis combination didefinisikan pada IFRS (International Financial Reporting Standard) 3 paragraf 4 sebagai berikut :
“A business combination is the bringing together of seperate entities or businesses into one reporting entity. The result of nearly all business combinations is that one entity, the acquirer, obtains control of one or more other businesses, the acquiree. If an entity obtains control of one or more other entities that are not businesses, the bringing together of those businesses is not a business combination.”
Dijelaskan bahwa dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang, “Perseroan Terbatas” pasal 1 dikenal beberapa istilah penggabungan usaha seperti “penggabungan”, “peleburan” dan “pengambilalihan.
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseeroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungakn diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berkahir karena hukum.
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untu mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
2.2 Akuisisi
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK) No. 2 Paragraf 08 Tahun 1999 mendefinisikan bahwa “Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan yaitu
diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham”.
Menurut Hariyani (2011), akuisisi atau pengambilalihan perusahaan dapat
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan. Akuisisi dilakukan dengan
cara mengambilalih saham mayoritas perusahaan, mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perusahaan tersebut. sebagaimana diketahui, kepemilikan
perusahaan diwujudkan dalam bentuk saham, sehingga siapapun yang memiliki
saham mayoritas otomatis menjadi pengendali perusahaan.
2.2.1 Perbedaan Akuisisi dan Merger
Hitt (2002) menyatakan terdapat perbedaan keputusan strategi perusahaan
antara strategi akuisisi dan strategi merger. Hitt mendefinisikan bahwa Merger
adalah sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan
operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena merekan memiliki
sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan
keunggulan kompetitif yang lebih kuat.
Akuisisi adalah strategi yang melaluinya perusahaan membeli hak untuk
Gambar 2.1 Skema Merger
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi
Pengendalian
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam strategi merger, dua
perusahaan yang sebelumnya berdiri sendiri memutuskan menyatukan dua
perusahaan menjadi satu, sedangkan dalam akuisisi kedua perusahaan tetap
mempertahankan keberadaan perusahaan setelah akuisisi, hanya saja ada
pengendelian yang dilakukan perusahaan pengakuisisi terhadap perusahaan yang
diakuisisi.
Perusahaan A Perusahaan A
2.2.2 Klasifikasi Akuisisi
Ditinjau dari berbagai jenisnya, ada beberapa bentuk akuisisi yang dapat
dilakukan suatu perusahaan, yaitu sebagai berikut (Budianto, 2004) :
1. Dilihat dari Objeknya, akuisisi dibedakan menjadi :
a. Akuisisi Saham (Stock Acquisition)
Merupakan transaksi pembelian sebagian atau seluruh saham
perusahaan target, baik dibayar dengan uang tunai maupun dibayar
dengan sahamnya perusahaan pengakuisisi atau perusahaan lainnya.
Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli
haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling tidak setelah
akuisisi tersebut, pihak pengakuisisi memegang saham minimal 51%.
Sebab, jika kurang dari persentase tersebut, perusahaan target tidak
bisa dikontrol karenanya yang terjadi hanya jual beli saham biasa saja.
b. Akuisisi Aset (Asset Acquisition)
Merupakan transaksi pembelian perusahaan untuk mendapatkan
sebagian atau seluruh aktiva perusahaan target dengan atau tanpa ikut
mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak
ketiga. Sebagai kontra prestasi dari akuisisi aset tersebut, kepada
pemegang saham perusahaan target, diberi cash untuk harga pembelian
saham atau saham perusahaan pengakuisisi atau saham perusahaan
c. Akuisisi Kombinasi
Dalam hal ini dilakukan kombinasi antara akuisisi saham dengan
akuisisi aset. Misalnya, dapat dilakukan akuisisi 50% saham plus 50%
aset dari perusahaan target. Demikian juga dengan kontra prestasinya,
dapat juga sebagian dibayar dengan cash dan sebagian lagi dengan
saham perusahaan pengakuisisi atau perusahaan lain.
d. Akuisisi Bertahap
Pada akuisisi ini, akuisisi tidak dilaksanakan sekaligus. Misalnya, jika
perusahaan target menerbitkan convertible bonds, sementara
perusahaan pengakuisisi mendrop dana ke perusahaan target lewat
pembelian bonds. Tahap selanjutnya, bonds tersebut ditukar dengan
equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik. Dengan demikian,
hak opsi ada pada pemilik convertible bonds yang dalam hal ini
merupakan perusahaan pengakuisisi.
2. Dilihat dari Keberadaan Perusahan, akuisisi dibedakan menjadi :
a. Akuisisi Finansial (Financial Acquisition)
Merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap suatu atau beberapa
perusahaan tertentu yang mempunyai tujuan hanya untuk mendapatkan
keuntungan finansial semata-mata dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Akuisisi ini bersifat spekulatif, denan keuntungan yang diharapkan
dari pembelian saham/aset yang murah, tetapi dengan income
b. Akuisisi Strategis (Strategic Acquistion)
Merupakan suatu akuisisi yang dilaksankan dengan tujuan untuk
menciptakan sinerhi dengan didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan jangka panjang. Sebab, dengna akuisisi, diharapkan
dapat meningkatkan sinergi usaha, mengurangi risiko, memperluas
pangsa pasar, meningkatkan efisiensi dan sebagainya.
3. Dilihat dari Topologi, akuisisi dibedakan menjadi :
a. Akuisisi Horizontal
Adalah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang sejenis yang
ditujukan untuk mengakuisisi pesaing langsung. Dalam akuisisi ini,
yang dibeli adalah perusahaan yang mempunyai usaha atau kegiatan
yang sejenis dengan perusahaan pengakuisisi. Dengan kata lain,
akuisisi horizontal adalah akuisisi yang terjadi antara dua perusahaan
yang sejenis yang sebelumnya justru saling bersaing di dalam
memproduksi barang dan jasa yang sama atau menjual/memasarkan
barang yang sama dalam satu wilayah usaha.
Akuisisi dengan cara ini cenderung mengurangi persaingan,
meningkatkan pangsa pasar serta menambah produksi. Tujuannya
adalah agar dapat diperoleh skala ekonomi atau kedudukan monopoli,
b. Akuisisi vertikal
Adalah akuisisi yang ditujukan untuk menguasai sejumlah mata rantai
produksi dan distribusi dari hulu sampai ke hilir atau dua perusahaan
yang mempunyai kegiatan proses produksi distribusi yang saling
terkait. Dengan jenis akuisisi ini, perusahaan membeli perusahaan
pemasok bahan bakunya dan/atau membeli perusahaan yang
merupakan perusahaan pembeli atau pelanggan untuk barang dan jasa
hasil produksinya atau distributornya.
c. Akuisisi Tipe Konglomerat
Adalah akuisisi yang ditujukan untuk megakuisisi perusahaan lain
yang tidak mempunyai kaitan bisnis secara langsung dengan bisnis
akuisitor, dengan kata lain, dibeli perusahaan-perusahaan yang dalam
banyak hal berlainan dengan kegiatan bisnis dari perusahaan pembeli.
Pengambilalihan semacam ini dimaksudkan untuk melakukan
diversifikasi usaha dan pembagian risiko bisnis.
2.2.3 Motif Melakukan Akuisisi
Alasan perusahaan melakukan strategi akuisisi adalah agar perusahaan
berdaya saing dalam mepertahankan perusahaan serta dapat menambah nilai
perusahaan. Hitt (2001) menjelaskan beberapa alasan atau motif suatu perusahaan
1. Meningkatkan kekuatan pasar
Alasan utama dilakukannya akuisisi adalah untuk mencapai kekuatan
pasar yang lebih besar yaitu ketika sebuah perusahaan mampu menjual
barang-barang atau jasanya di atas tingkat kompetitif atau ketika biaya
aktivitas utama atau pendukungnya lebih rendah dari para pesaing.
Kebanyakan akuisisi yang dirancang untuk mencapai kekuatan pasar yang
lebih kuat, akan diikuti oleh pembelian bisnis pesaing, pemasok, penyalur,
atau dari bisnis industri yang masih erat kaitannya. Tujuannya adalah agar
dapat menggunakan kompetensi inti dan memperoleh keunggulan
kompetitif di dalam pasar dari perusahaan yang mengakuisisi.
2. Mengatasi hambatan untuk memasuki pasar
Hambatan-hambatan untuk memasuki pasar adalah faktor-faktor yang
berkaitan dengan pasar atau perusahaan-perusahaan yang sekarang ini
sudah beroperasi yang akan memberi kesulitan bagi usaha-usaha baru yang
berusaha memasuki pasar tertentu, misalnya para pesaing yang sudah
mapan akan memproduksi barang-barang dan jasa mereka dalam jumlah
yang signifikan untuk mendapatkan skala ekonomi. Ketika menghadapi
produk-produk diferensiasi, para peserta baru biasanya harus
menghabiskan sumber daya dengan jumlah yang signifikan untuk
mengiklankan barang dan jasa mereka ataupun harus menjualnya dengan
harga dibawah harga pesaing untuk memikat pelanggan. Dalam
menghadapi hambatan-hambatan seperti itu, perusahaan baru menganggap
memasuki pasar sebagai seorang pesaing yang menawarkan barang dan
jasa yang tidak dikenal oleh para konsumen.
3. Menghemat biaya pengembangan produk baru
Mengembangkan produk baru dan berhasil memperkenalkan produk
tersebut ke pasar, seringkali memerlukan investasi sumber daya
perusahaan yang signifikan, termasuk diantaranya waktu, semakin
menyulitkan menghasilkan laba dengan cepat. Akuisisi adalah cara lain
yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan akses ke produk baru dan
produk-produk saat ini yang baru bagi perusahaan. Dibandingkan dengan
proses pengembangan produk internal, akuisisi memberikan hasil yang
lebih bisa diprediksi, juga lebih cepat untuk memasuki pasar. Hasilnya
juga lebih mudah diprediksi karena kinerja dari produk perusahaan yang
diakuisisi dapat dinilai sebelum melakukan akuisisi tersebut.
4. Meningkatkan kecepatan memasuki pasar
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dibandingkan dengan pengembangan
produk internal, akuisisi meningkatkan kecepatan memasuki pasar. Dua
peneliti mengatakan “Akuisisi tetap menjadi rute tercepat bagi perusahaan
untuk memiliki pasar baru dan kapabilitas baru”. Dengan menggunakan
kapabilitas baru unutk memproduksi produk-produk baru dan memasuki
pasar dengan cepat, perusahaan dapat menciptakan posisi pasar yang
5. Meningkatkan divesifikasi
Perusahaan biasanya merasa lebih mudah memperkenalkan produk-produk
baru dalam pasar yang baru-baru ini dilayani oleh perusahaan. Sebaliknya,
semakin sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan
produk-produk-yaitu yang berbeda dengan lini produk saat ini-untuk pasar-pasar yang
kurang dikuasainya. Perusahaan biasanya memilih untuk menggunakan
akuisisi sebagai cara untuk mendiversifikasi produknya. Selain itu akuisisi
juga paling sering digunakan perusahaan untuk mendiversifikasi operasi
mereka dalam pasar internasional. Menggunakan akuisisi untuk
mendiversifikasi sebuah perusahaan lebih tepat, karena bukti menunjukkan
bahwa akuisisi merupaka cara yang tercepat dan termudah untuk
mengubah portofolio bisnis suatu perusahaan. Namun akuisisi yang
mendiversifikasi lini-lini produk sebuah perusahaan harus dilakukan
setelah dipelajari dan dievaluasi.
2.2.4 Hambatan dalam Melakukan Akuisisi
Strategi akuisisi yang telah diambil perusahaan tentunya diharapkan dapat
berjalan secara optimal sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaan akuisisi tersebut tidak dapat dihindari bahwa terdapat
beberapa kendala yang mengakibatkan kegiatan akuisisi tidak berjalan optimal,
1. Kesulitan integrasi
Hal-hal tentang integrasi meliputi meleburkan dua kebudayaan perusahaan
yang berbeda, menghubungkan sistem keuangan dan kontrol yang
berbeda, membangun relasi pekerjaan yang efektif dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan status eksekutif perusahaan yang baru
diakuisisi tersebut.
2. Evaluasi sasaran yang tidak memadai
Kegagalan melakukan proses studi kelayakan yang efektif sering kali
membuat perusahaan yang mengakuisisi harus membayar harga
premium-kadang-kadang sangat berlebih-untuk perusahaan target.
3. Pencapaian sinergi
Sinergi terjadi ketika nilai yang diciptakan oleh unit-unit yang bekerja
sama melampau nilai-nilai yang dihasilkan oleh unit-unit itu jika bekerja
secara independen. Namun demikian sinergi privat sulit diciptakan yaitu
sinergi yang tercipta dari proses kombinasi dan integrasi dari aktiva
perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi yang menghasilkan
kapabilitas dan kompetensi pada saat penyatuan aktiva kedua perusahaan.
Perusahaan mengalami berbagai kerugian ketika berusaha menciptakan
sinergi privat.
4. Utang yang besar
Untuk mendanai akuisisi, beberapa perusahaan secara signifikan
meningkatkan utangnya. Tingkat utang yang tinggi beresiko meningkatkan
dari agensi. Selain itu, tingkat utang yang tinggi menghambat investasi
dalam kegiatan-kegiatan yang menentukan kesuksesan jangka panjang
perusahaan.
5. Terlalu banyak diversifikasi
Strategi diversifikasi perusahaan yang berkaitan lebih baik dibandingkan
diversifikasi tidak berkaitan. Kebutuhan diversifikasi perusahaan berkaitan
untuk mampu memproses informasi yang jauh lebih bervariasi
menyebabkan situasi dimana mereka menjadi mengalami diversifikasi
yang berlebihan dengan jumlah unit bisnis yang lebih sedikit dibandingkan
dengan perusahaan yang menggunakan strategi diversifikasi tidak
berkaitan.
2.2.5 Tahapan dalam Akuisisi
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan perusahaan sebelum akhirnya
melakukan strategi akuisisi bagi perusahaannya yaitu (Roll, 1986) :
1. Mengidentifikasi perusahaan target
Merupakan tahapan dimana perusahaan akuisitor mengidentifikasi
perusahaan target mana yang berpotensi apabila dilakukan strategi
akuisisi.
2. Penilaian ekuitas target
Penilaian ini mencakup perkiraan perekonomian di masa depan yang
dan lainnya yang akan menyebabkan potongan pada harga pasar
perusahaan target.
3. Nilai yang dibandingkan dengan harga pasar
Nilai yang berada di bawah harga, sebaiknya akuisisi tidak dilakukan.
Sebaliknya apabila nilai berada diatas harga, maka akuisisi terhadap
perusahaan target dilakukan.
2.3 Rasio Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat digambarkan melalui suatu
tolak ukur yang biasanya dipakai yaitu rasio keuangan. Beberapa rasio keuangan
yang dapat digunakan sebagai indikator suatu perusahaan yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER)
Di dalam rasio keuangan, price earning ratio termasuk ke dalam rasio
nilai pasar (market value ratio). Rasio nilai pasar ini menghubungkan
harga saham perusahaan dengan pendapatan dan nilai buku buku per
lembar saham. Rasio nilai pasar juga memberikan kepada manajemen
suatu indikasi tentang apa yang dipikirkan oleh para investor ekuitas
tentang kinerja masa lalu perusahaan dan prospeknya di masa yang akan
datang. Jika rasio likuiditas, aktivitas dan profitabilitas perusahaan dalam
keadaan baik semuanya, maka rasio nilai pasarnya menjadi tinggi, dan
kemungkinan harga sahamnya yang tinggi dapat diperkirakan. (Warsono,
Menurut situs ReadyRatio, Price to Earning Ratio (PER) merupakan
rasio harga pasar per saham terhadap laba per saham. PER adalah rasio
valuasi harga saat perusahaan per saham dibandingkan dengan laba
per saham. Meskipun Price Earning Ratio memiliki beberapa
ketidaksempurnaan, tetapi masih dianggap sebagai metode yang paling
dapat diterima untuk mengevaluasi investasi prospektif. Price Earning
ratio adalah rasio yang digunakan secara luas yang membantu investor
untuk memutuskan apakah akan membeli saham dari perusahaan tertentu.
Hal ini dihitung untuk memperkirakan apresiasi nilai pasar saham ekuitas.
Price Earning ratio menjelaskan seberapa besar pasar bersedia membayar
untuk pendapatan perusahaan. Price Earning ratio yang tinggi berarti
bahwa pasar bersedia untuk membayar lebih pendapatan perusahaan.
Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa pasar memiliki
harapan tinggi untuk masa depan saham perusahaan tersebut dan karena
itu harga penawaran saham naik. Sebaliknya, price earning ratio yang
rendah menunjukkan pasar tidak memiliki keyakinan banyak di masa
depan terhadap saham perusahaan tersebut.
2. Debt to Equity ratio
Rasio utang (debt ratio) biasanya dipergunakan berkaitan dengan
pengukuran rentabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan
membayar utang-utangnya terutama untuk jangka panjang. Besarnya
pinjaman yang digunakan perusahaan dalam menjalankan operasinya
(Abdullah, 2005).
Dari situs ReadyRatio, Debt to equity ratio (DE) merupakan rasio
keuangan yang menunjukkan proporsi relatif dari ekuitas entitas dan utang
yang digunakan untuk membiayai aset suatu entitas. Debt to equity ratio
digunakan sebagai standar untuk menilai posisi keuangan perusahaan, juga
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya. Ketika memeriksa kesehatan perusahaan, sangat penting
untuk memperhatikan debt to equity ratio. Jika rasio ini meningkat
(tinggi), perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (bukan dari
sumber-sumber keuangan sendiri) akan berada dalam kondisi yang membahayakan
perusahaan. Pemberi pinjaman dan investor biasanya lebih suka debt to
equity ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika
terjadi penurunan bisnis.
3. Return On Investment
ROI termasuk ke dalam rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa pengukuran terhadap
profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan yang masing-masing
dihubungkan dengan total aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan
yang dicapai. Kondisi kemampuan menghasilkan laba perusahaan
Dalam situs ReadyRatio dijelaskan bahwa, Return on investment (ROI)
merupakan pengukuran kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi investasi. ROI membandingkan besar dan waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh keuntungan dari investasi langsung dibandingkan
besar, lamanya waktu dan biaya investasi. Ini adalah salah satu pendekatan
yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi konsekuensi keuangan
dari investasi bisnis, keputusan, atau tindakan. Jika suatu investasi
memiliki ROI positif, dan tidak ada peluang lain untuk mendapatkan ROI
yang lebih tinggi, maka investasi tersebut harus dilakukan. ROI tinggi
berarti bahwa keuntungan investasi lebih baik dibandingkan dengan biaya
investasi.
ROI adalah komponen keuangan yang penting untuk:
1. Keputusan pembelian aset (seperti sistem komputer, mesin, atau
kendaraan dinas)
2. Keputusan persetujuan untuk pendanaan berbagai jenis
proyek-proyek dan program (seperti program pemasaran, program
perekrutan, dan program pelatihan)
3. Keputusan investasi tradisional (seperti manajemen saham portofolio
atau penggunaan modal ventura).
4. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang termasuk ke dalam rasio
profitabilitas. Net profit margin yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan
Semakin tinggi net profit margin maka semkain baik operasi suatu
perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan “baik” akan sangat
tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan berusaha
(Abdullah, 2005). Artinya hal ini sangat berguna ketika membandingkan
perusahaan di industri sejenis.
5. Earning per share
Pada umumnya manjemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan aearning per share (EPS), karena hal
ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per
share yang besar, karena hal ini merupakan salah-satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan (Syamsuddin, 2005).
Situs ReadyRatio menjelaskan bahwa, EPS merupakan bagian dari
distribusi laba perusahaan yang dialokasikan untuk setiap saham ekuitas
yang beredar (saham biasa). Earning per share adalah indikator yang
sangat baik dari rasio profitabilitas apabila dibandingkan dengan EPS
perusahaan sejenis lainnya, karena akan memberikan pandangan dari
kekuatan produktif komparatif perusahaan. EPS bila dihitung selama
beberapa tahun akan menunjukkan apakah daya produktif suatu
perusahaan membaik atau bahkan memburuk. Investor biasanya mencari
perusahaan dengan earning per share yang terus meningkat. Pertumbuhan
EPS merupakan ukuran penting dari kinerja manajemen karena
sahamnya, tidak hanya karena perubahan laba, tetapi juga setelah semua
efek dari penerbitan saham baru (ini sangat penting ketika pertumbuhan
datang sebagai akibat dari akuisisi).
6. Equity per share
Menurut situs ReadyRatio, Equity per share merupakan ukuran keuangan
perusahaan yang menunjukkan estimasi per saham dari nilai minimum
ekuitas entitas. Equity per share merupakan faktor yang dapat digunakan
oleh para investor untuk menentukan nilai saham. Equity per share
memberikan gambaran dari situasi yang terjadi sekarang di suatu
perusahaan tetapi tidak termasuk pertimbangan kondisi masa depan
perusahaan tersebut.
7. Leverage Ratio
Rasio leverage/utang atau ada yang menyebut rasio solvabilitas adalah
rasoi keuangan yang digunaka untuk mengukur kemempuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Setiap
penggunaan utang (financial leverage) oleh perusahaan akan berpengaruh
terhadap resiko dan pengembalian (Warsono, 2003).
Menurut situs ReadyRatio, Leverage ratio dapat digambarkan sebagai
sejauh mana suatu bisnis atau investor menggunakan uang pinjaman untuk
membiayai usahanya. Bisnis perusahaan dengan leverage yang tinggi
dianggap beresiko kebangkrutan jika, dalam kasus, mereka tidak mampu
mendapatkan pinjaman baru di masa depan. Salah satu yang termasuk
leverage ratio adalah debt to equity ratio.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa
sajakah yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan melakukan strategi akuisisi.
Penelitian yang dilakukan Ali Riza Fahlevi (2011) melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan dalam
melakukan akuisisi yang menggunakan variabel penilai perusahaan yang
digambarkan melalui variabel Tobin’s q dan Momentum return dan variabel
control yang diproksikan dengan variabel cash flow, dividend payout, hutang baru
dan penerbitan ekuitas baru. Perusahaan yang digunakan adalah
perusahan-perusahaan yang melakukan maupun tidak melakukan strategi mrger dan akuisisi
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2000-2009. Berdasarkan
penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang signifikan antara
keputusan merger dan akuisisi perusahaan dengan variabel Tobin’s q, cash flow
dan devidend payout perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishny (2003), yang meneliti
faktor yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan strategi akuisisi adalah
kondisi pasar saham. Pada saat harga saham perusahaan mengalami kenaikan
(overvalue), yang juga menggambarkan kinerja perusahaan yang baik, hal ini akan
perusahaan tersebut atau bahkan bagi perusahaan lain yang ingin melakukan
strategi akuisisi terhadap perusahaan target tersebut.
Dyaksa Widyaputra (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh
keputusan strategi merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan dan return
saham dengan membandingkan kondisi perusahaan sebelum dan sesudah strategi
merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan diukur dengan rasio keuangan yaitu Price
Earning Ratio (PER), Price to book value (PBV), Earning per share (EPS),
Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turnover,
ROA, ROE dan abnormal return. Perusahaan yang dijadikan sample adalah
perusahan yang melakukan merger dan akuisisi dan terdaftar di BEI periode
1998-2004. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pada kurun waktu
diumumkannya strategi merger dan akuisisi, secara uji parsial terdapat perbedaan
yang signifikan pada rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, ROA pada
pengujian 1 tahun sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil pada abnormal
return tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun
Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Shleifer dan Vishny 1 tahun akuisisi pada rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, ROA.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan strategi akuisisi bertujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan tersebut. Perusahaan yang akan melakukan strategi akuisisi tentu akan
mengevaluasi perusahaan target yang akan diakuisisinya, salah satu caranya yaitu
dengan melihat kinerja keuangan perusahaan target.
Terdapat tujuh rasio keuangan yang digunakan didalam penelitian ini,
yaitu Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DE), Return On
Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), Earning per share (EPS), Equity per
share dan Leverage Ratio yang akan meneliti pengaruhnya terhadap pengambilan
keputusan akuisisi oleh akuisitor.
2.6 Hipotesis
Merger dan akuisisi mempunyai dua tujuan utama yaitu ekonomis dan
non-ekonomis. Tujuan ekonomis proses merger dan akuisisi adalah untuk
meningkatkan penjualan, return on investment ataupun return on equity. Dengan
kata lain, proses akuisisi mempunyai tujuan ekonomis untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas. Sedangkan tujuan non-ekonomi, antara lain motivasi
politik dan sosial (Setyawan, 2004).
Berdasarkan telaah literatur dan peneliti terdahulu mengenai merger dan
akuisisi, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H1 : Price Earning Ratio berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H3 : Return On Investment berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H4 : Net Profit Margin berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H5 : Earning per share berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H6 : Equity per share berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi H7 : Leverage ratio berpengaruh terhadap keputusan strategi akuisisi