TAMAN KOTA DIKAJI DARI SEGI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEBAGAI PENGENDALI SUHU PERKOTAAN
PENDAHULUAN
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan seperti taman kota dan hutan lindung menyediakan berbagai macam manfaat bagi penduduk. Misalnya, sangat signifikan mempengaruhi kualitas udara (McPherson dkk., 1998; Nowak dkk., 2002) dan berkontribusi dalam perlindungan iklim karena memiliki kemampuan dalam menyerap udara yang tercemar (CO2). Selain itu, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa RTH memiliki kontribusi untuk kesehatan fisik dan mental dengan mengurangi stress dan berpengaruh terhadap perubahan suasana hati (Ulrich dkk., 1991 ; Marcus dan Barnes, 1999 ; Abkar dkk., 2010). Keberadaan RTH juga sangat berperan dalam perlindungan keanekaragaman hayati bagi ratusan spesies (Cornelis dan Hermy, 20004).
Taman kota merupakan produk arsitektur yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan kegiatan tertentu. Disamping itu, berfungsi menyuplai oksigen (O2) dan pelengkap RTH (Widyastri, Budi dan Agus, 2012). Pohon yang ada di taman maupun dilingkungan kota memiliki dampak yang sangat
signifikan bagi masyarakat setempat. Tidak hanya berpengaruh terhadap konsentrasi polusi udara tapi juga berpengaruh terhadap suhu dan jumlah radiasi ultraviolet yang mengenai manusia. Keberadaan taman kota yang didesain dengan banyak pohon rindang mampu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca dan emisi yang berpengaruh dalam perubahan iklim.
TAMAN KOTA
Taman kota merupakan ruang terbuka diperkotaan yang dibuat sebagai areal hijau dan bermanfaat bagi masyarakat umum sebagai tempat untuk berinteraksi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Taman kota merupakan bagian RTH yang berfungsi mempertahankan karakter kota. Sehingga perlu upaya optimal menjadi vegetasi dengan struktur menyerupai hutan alam dan membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi zatwa (Zoer’aini, 1997).
FUNGSI dan MANFAAT TAMAN KOTA
Fungsi dan manfaat taman kota tergantung pada keanekaragaman jenis vegetasi yang menyusunnya. Seperti yang dilaporkan oleh Zoer’aini (1997) dan diperkuat oleh penelitian Nowak (2010 saya disimpulkan dengan tiga fungsi dan manfaat taman kota, seperti (a) Fungsi Lanskap meliputi ; perlindungan kondisi fisik alam sekitarnya terhadap sinar UV, angin, aroma yang kurang menyenangkan disekitarnya, sebagai tempat interaksi social, sarana pendidikan dan penelitian (b) Fungsi Pelestarian Lingkungan meliputi ; sebagai paru-paru kota, menurunkan suhu perkotaan, ruang hidup zatwa, perlindungan erosi tanah, peredam kebisingan dan mengurangi polusi dan (c) Fungsi Estetika meliputi ; ukuran, warna dan bentuk dari setiap vegetasi disebuah taman merupakan
kualitas yang berpengaruh bagi estetika.
TAMAN KOTA SEBAGAI PENGENDALI SUHU
Kota tropis memerlukan RTH (taman kota) untuk menurukan suhu kota. Tamab kota dengan berbagai vegetasi yang menyusunnya berfungsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban. Hal ini dikarenakan setiap tanaman atau pohon yang ada di taman terkait dengan siklus hidrologi, dimana tumbuhan yang ada disekitar taman mampu menyerap radiasi matahari dan proses evapotraspirasi.
(rumput maupun pepohonan) untuk menurunkan suhu yang panas (Sukawi, 2008).
Memiliki taman dengan taman dengan vegetasi dan aliran air dapat menghasilkan suhu udara yang dingin dan berpotensi melindungi kehidupan populasi yang rentan terhadap suhu udara ekstrim. Beberapa studi telah melaporkan bahwa terjadi pengurangan suhu maksimum disekitar sebuah taman dibandingkan daerah sekitar taman yang tidak memiliki pepohonan dan rerumputa (Nowak dan Heisler, 2010).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. McPherson, E Gregory, et al. . 1998. Atmospheric carbon dioxide reduction by Sacramento's urban forest. Journal of Arboriculture, 24, 215 223.
2. Nowak, David J. 1994. Air pollution removal by Chicago's urban forest. Chicago's urban forest ecosystem: Results of the Chicago urban forest climate project, 63{81.
3. Abkar, Mahdieh, Kamal, Mustafa, Mariapan, Manohar, Maulan, Suhardi, & Sheybanic, Mehdi. 2010. The Role of Urban Green Spaces in Mood Change. Australian Journal of Basic & Applied Sciences, 4(10).
4. Cornelis, Johnny, & Hermy, Martin. 2004. Biodiversity relationships in urban and suburban parks in Flanders. Landscape and Urban Planning, 69(4), 385{401. 5. Marcus, Clare Cooper, & Barnes, Marni. 1999. Healing gardens: Therapeutic
bene_ts and design recommendations. John Wiley & Sons.
6. Ulrich, Roger S, Simons, Robert F, Losito, Barbara D, Fiorito, Evelyn, Miles, Mark A, & Zelson, Michael. 1991. Stress recovery during exposure to natural and urban environments. Journal of environmental psychology, 11(3), 201{230. 7. Zoer’aini, Djamal Irwan, 1997. Tantangan lingkungan dan lanskap hutan kota.
CIDES, Jakarta
8. Nowak, David J and Heisler, Gordon M. 2010. Air Quality Effects of Urban