• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor penyebab gerakan tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Faktor penyebab gerakan tanah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN

TAHUNA DAN SEKITARNYA , KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

SURANTA

Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Sari

Wilayah Kecamatan Tahuna, Kabupaten Sangihe merupakan kawasan pantai yang terletak di kaki lereng perbukitan. Topografi daerah sebelah utara kota Tahuna adalah berupa deretan perbukitan G. Posong.

Pada hari Kamis tanggal 11 Januari 2007 pukul 22.00 WIT, terjadi gerakan tanah (tanah longsor) di daerah Kecamatan Tahuna dan sekitarnya. Daerah bencana umumnya dibentuk oleh breksi laharik, breksi vulkanik dengan sisipan tufa yang telah lapuk menjadi lempung pasiran hingga pasir lempungan, kerikil - bongkah, bersifat porous dan lepas, dengan ketebalan 3–4 m dan di bagian bawahnya berupa breksi vulkanik dengan sisipan tufa yang dapat menjadi bidang gelincir gerakan tanah. Daerah tersebut umumnya berkemiringan lereng sangat terjal hingga curam (35°–40°).

Sebelum terjadinya gerakan tanah, terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi di sekitar Tahuna; berdasarkan data curah hujan dari BMG Naha sebelum kejadian bencana, curah hujan yang tercatat dari stasiun Naha, Kabupaten Sangihe adalah 156 mm/hari. Hujan terjadi secara menerus selama dua hari berturut–turut. Kondisi ini menyebabkan banyak air permukaan meresap kedalam tanah, sehingga bobot masa tanah/batuan tersebut bertambah dan tekanan air pori meningkat. Perubahan tata lahan dari tanaman keras yang berakar kuat menjadi tanaman pisang atau tanaman yang berakar dangkal menyebabkan lereng kehilangan gaya penahannya sehingga menyebabkan terjadinya longsoran.

Longsoran banyak terjadi di tebing jalur jalan Tahuna–Lengeneng. Material longsoran umumnya menimbun badan jalan, kemudian meluncur masuk ke alur sungai sehingga menyebabkan terjadinya banjir bandang dan menerjang pemukiman di sekitar alur sungai.

Longsoran dan banjir bandang di Kampung Makawang, Kelurahan Soataloara 1 dan Kampung Buas, Kelurahan Dumuhung, Kecamatan Tahuna mengakibatkan 30 orang meninggal dunia, 6 orang luka–luka, 32 rumah hancur dan 3 bangunan umum hancur terkubur material longsoran dan banjir bandang.

Pendahuluan

Gerakan tanah dan banjir bandang terjadi di Wilayah Kecamatan Tahuna dan sekitarnya, Kabupaten Sangihe (Gambar 1) pada hari Kamis tanggal 11 Januari 2007 pukul 22.00 WIT.

Gerakan tanah dan banjir bandang di daerah tersebut mengakibatkan 30 orang meninggal dunia, 6 orang luka – luka, 32 rumah hancur, dan 3 bangunan umum hancur terkubur material longsoran (Foto 1-4).

Lokasi Bencana

(2)

Lokasi Gerakan Tanah

Lokasi gerakan tanah terletak di wilayah Kecamatan Tahuna dan sekitarnya, Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara (Gambar 3,4).

Kondisi Daerah Bencana

• Topografi daerah sebelah utara kota Tahuna adalah berupa deretan perbukitan G. Posong yang berkemiringan lereng sangat terjal hingga curam (35°–40°). Longsoran banyak terjadi di tebing jalur jalan Tahuna– Lengeneng. Material longsoran umumnya menimbun badan jalan, kemudian meluncur masuk ke alur sungai dan menerjang pemukiman di sekitar alur sungai.

• Batuan dasar daerah tersebut umumnya

merupakan batuan breksi laharik, breksi vulkanik, tufa dan lava blok (Gambar 2). Tanah pelapukan berupa lempung pasiran hingga pasir lempungan, dengan ketebalan tanah pelapukan 3–4m, tanah pelapukan bersifat lunak hingga lepas, mengandung kerikil, bersifat lolos air/ porous, berwarna kuning kecoklatan hingga abu–abu.

• Tata lahan pada lereng perbukitan bagian atas berupa kebun campuran, kebun kelapa dan kebun pisang serta semak belukar.

Gambar 2. Peta Geologi Pulau Sangihe Besar Sulawesi Utara (Effendi, 1972)

(3)

Gerakan Tanah

Faktor penyebab gerakan tanah

• Batuan pembentuk lereng berupa batuan

breksi laharik, breksi vulkanik yang telah lapuk menjadi lempung pasiran hingga pasir lempungan, mengandung kerikil, hingga bongkah bersifat porous dan bersifat lepas, dengan ketebalan 3–4m dan di bagian bawahnya berupa breksi vulkanik yang dapat menjadi bidang gelincir gerakan tanah.

• Perubahan tata lahan dari tanaman keras yang berakar kuat menjadi tanaman pisang atau tanaman yang berakar dangkal.

• Bidang lemah yaitu kontak antara tanah

pelapukan dengan batuan dasar yang berupa breksi vulkanik.

• Gerakan tanah dipicu oleh curah hujan yang tinggi; berdasarkan data curah hujan dari BMG Naha, curah hujan yang tercatat dari stasiun Naha, Kabupaten Sangihe adalah 156 mm/ hari. Hujan terjadi secara menerus selama dua hari berturut-turut, sehingga banyak air permukaan meresap ke dalam tanah, maka bobot masa tanah/batuan tersebut bertambah dan tekanan air pori meningkat.

• Debit sungai yang tinggi bercampur material longsoran membuat erosi tebing sungai dan berkembang menjadi banjir bandang yang membawa material longsoran serta bebatuan, material bangunan dan batang– batang kayu hasil erosi samping tebing alur sungai

Mekanisme Gerakan Tanah.

Peresapan air ke dalam tanah akibat curah hujan yang tinggi, menyebabkan bobot masa tanah bertambah maka air tanah meningkat sehingga tekanan air pori meningkat. Batuan dasar yang berupa breksi vulkanik dengan sisipan tufa merupakan bidang gelincir gerakan tanah serta adanya perubahan tata lahan dari tanaman yang berakar kuat dan dalam menjadi

tanaman yang berakar dangkal seperti yang berupa pohon pisang atau semak belukar mengakibatkan kuat geser tanah menurun sehingga lereng yang terjal mudah untuk longsor. Dengan adanya kejadian longsoran yang masuk ke alur sungai, material longsoran mudah meluncur ke arah alur-alur sungai dan masuk ke Sungai Buas-Dumuhung. Material longsoran beserta bawaannya (bekas material bangunan, batang-batang pohon dan lain-lain) terbawa masuk ke alur sungai tersebut. Material longsoran tersebut terbawa oleh arus sungai bervolume dan berdebit besar akibat hujan yang tinggi. Di sepanjang perjalanannya air yang bercampur dengan bawaannya menggerus tebing sungai di sekitarnya sehingga terjadi banjir bandang dan menerjang daerah– daerah yang relatif rendah atau pada kelokan-kelokan sungai, sehingga mengakibatkan banyak korban manusia meninggal dunia dan kerusakan sarana dan prasarana fisik.

Permasalahan

(4)

Hal : 20 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 3, Desember 2008 : 20-23 Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

• Batuan penyusun berupa batuan hasil

gunung api yang terdiri dari breksi laharik, breksi vulkanik, tufa dan lava blok.

• Faktor penyebab gerakan tanah daerah ini adalah terdapatnya bidang lemah di daerah ini yaitu kontak antara tanah dengan batuan asli yaitu berupa breksi vulkanik dengan sisipan tufa dan curah hujan yang tinggi.

• Faktor pemicu utama gerakan tanah ini

adalah banyaknya air hujan yang masuk ke dalam tanah sehingga lereng menjadi jenuh dan terjadilah longsoran.

• Adanya alih fungsi lahan dari tanaman

berakar kuat dan dalam menjadi tanaman pisang dan tanaman semusim lainnya yang berakar kurang kuat ikut berperan dalam terjadinya bencana tanah longsor.

Rekomendasi Teknis

• Penduduk yang bermukim di sekitar lokasi longsoran atau yang lerengnya sudah retak agar waspada karena daerah tersebut berpotensi terjadinya tanah longsor susulan.

• Dalam jangka panjang permukiman yang

terletak di bawah tebing yang terjal, agar direlokasi menjauh dari tebing perbukitan yang terjal dan dari sempadan sungai.

• Agar dilakukan penyelidikan tempat calon relokasi rinci terhadap aspek kebencanaan gerakan tanah dan banjir bandang, agar terhindar dari bencana yang sama dikemudian hari.

• Agar dilakukan penghijauan kembali di

daerah yang berlereng terjal yaitu dengan penanaman tanaman yang berakar kuat dan dalam.

Daftar Pustaka

(5)
(6)
(7)

Foto 1. Longsoran Kp. Makawang, Kel. Soatoloara 1, Kec. Tahuna yang mengakibatkan 18 orang meninggal dunia dan menghancurkan 3 rumah serta 1 bangunan umum. Tampak kebun pisang berada di atas gawir longsoran.

Foto 2. Longsoran dan banjir bandang melanda di daerah sekitar Sungai Buas-Dumuhung yang mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, 6 orang luka–luka.

Foto 3. Menunjukkan longsoran besar yang mengakibatkan 14 rumah hancur. Rumah–rumah tersebut sudah dikosongkan dan penduduk sudah mengungsi ke tempat yang aman.

Gambar

Gambar 1. Lokasi gerakan tanah dan banjir bandang di Tahuna dan sekitarnya
Gambar 2. Peta Geologi Pulau Sangihe Besar Sulawesi Utara (Effendi, 1972)
Gambar 3. Peta Sketsa Gerakan Tanah Kp. Makawang, Ds. Soataloara 1, Kec. Tahuna, Kab. Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
Gambar 4. Peta Sketsa Gerakan Tanah Ds. Dumuhung,  Kec. Tahuna Timur, Kab. Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara

Referensi

Dokumen terkait

kekayaan antara pemegang saham, kreditur dan managers.note bahwa hal ini berlangsung lebih dari sekedar menetapkan tujuan normatif untuk mengubah akuntansi untuk

Kompresi data adalah proses mengubah sebuah aliran data input menjadi aliran data baru yang memiliki ukuran lebih kecil.. Aliran yang dimaksud adalah berupa

Dokumen Terkendali adalah dokumen yang didistribusikan kepada pejabat/pegawai yang telah ditetapkan dan apabila terjadi perubahan atas dokumen tersebut maka

Pertama tama aplikasi teak model dijalakan kemudian dimasukan data pada form input dengan model input seperti yang di atas, kemudian buka task manager dan tampilan

Program kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) yang te- lah dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan para guru, berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang te- lah

ABC adalah perusahaan multinasional nomor satu di dunia yang bergerak dibidang jasa perminyakan yang menyediakan jasa teknologi, solusi informasi dan project manajemen yang

Hal ini dapat dilihat dari pencatatan akuntansi yang menggunakan single entry didalam SKPD Dinas pendapatan Kabupaten Kediri, Dalam laporan realisasi anggaran

Work Value yang telah ditemukan dalam Serat Wedhatama beserta implikasinya tersebut dapat digunakan sebagai pembentukan karakter konseli untuk memiliki budaya kerja