• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh struktur modal dan manajemen laba terhadap pajak penghasilan badan terutang (Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh struktur modal dan manajemen laba terhadap pajak penghasilan badan terutang (Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

ANDY AZHARI NIM 1111046100106

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama : Andy Azhari NIM : 1111046100106

Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi : Perbankan Syariah

Instansi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Judul Skripsi : Pengaruh Struktur Modal dan Manajemen Laba terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014).

Menyatakan dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, kecuali apabila dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan milik orang lain. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, Oktober 2015

Andy Azhari

(5)

v ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menganalisis apakah long term debt to asset ratio, debt to equity ratio dan manajemen laba secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan terutang. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbit daftar efek syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software SPSS versi 20.0.

Hasil pengujian secara simultan atau uji F dihasilkan bahwa long term debt to asset ratio, debt to equity ratio dan manajemen laba secara bersama-sama berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan terutang pada taraf signifikansi 0,001 dengan alpha 5% atau 0,001 < 0,05. Selanjutnya untuk pengujian secara parsial atau uji t dari ketiga variabel independen ditemukan bahwa hanya variabel Long Term Debt to Asset Ratio yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel dependen Pajak Penghasilan Badan Terutang pada taraf signifikansi 0,023 dengan alpha 5% atau (0,023 < 0,05). Sedangkan variabel Debt to Equity Ratio dan variabel Manajemen Laba secara parsial tidak berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan terutang perusahaan.

Kata Kunci : Long term debt to asset ratio, debt to equity ratio, manajemen laba dan pajak penghasilan badan terutang

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah dalam hidup ini yang telah menuntun umatnya dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.

Alhamdulillah, penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan Manajemen Laba terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada almamater, kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii

dengan baik. Terimakasih banyak Bu atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada saya, semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT. 4. Segenap dosen dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Orangtua tercinta, Bapak Achmad Ghozali dan Ibu Inah Maryanah atas segala limpahan kasih sayang, doa beserta dukungan yang tiada pernah henti-hentinya untuk saya. Terima kasih atas segala perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan demi pendidikan saya selama ini. Terimakasih bapak dan ibu, tanpa kalian skripsi ini bukanlah apa-apa.

8. Yella Novela Dara Amelia, terima kasih atas segala kebaikan-kebaikan dan dorongan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga sukses selalu dalam menggapai cita-citanya.

9. Teman-teman seperjuangan perbankan syariah 2011, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Semoga perjuangan kita akan berbuah manis dan sukses untuk kita semua.

7. Sahabat terbaik penulis selama menjalani kuliah di UIN Jakarta, untuk Ahmad Syaugi “Amechenko” terimakasih untuk sharing atas segala ilmu-ilmunnya terkait pelajaran, persahabatan dan termasuk juga seputar problematika percintaan, hehe, dan Rahmad Abdillah “Bos” (teman yang selalu jadi objek canda tawa), hehe becanda boss. Terima kasih broo untuk persahabatan dan kebersamaannya. Sukses selalu untuk kita, Amin Ya Allah.

(8)

viii

10. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk segala bantuannya, semoga kebaikan kalian dibalas dengan pahala yang berlimpah oleh Allah SWT. Amin..

Semoga Allah SWT dengan ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Demikian skripsi ini penulis buat, semoga bermanfaat untuk masyarakat luas dan menambah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Oktober 2015

Andy Azhari

(9)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

1. Pembatasan Masalah ... 7

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 9

D. Review Studi Terdahulu ... 10

E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 16

(10)

x

A. Pasar Modal Syariah ... 17

1. Pengertian Pasar Modal Syariah ... 17

2. Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syariah ... 18

3. Saham Syariah ... 19

B. Konsep Modal ... 22

C. Struktur Modal ... 22

1. Pengertian Struktur Modal ... 22

2. Rasio Struktur Modal ... 23

3. Komponen Struktur Modal ... 24

4. Teori Struktur Modal... 25

5. Faktor Penentu Struktur Modal ... 29

D. Manajemen Laba ... 33

1. Pengertian Manajemen Laba ... 33

2. Motivasi Manajemen Laba ... 34

3. Pola Manajemen Laba ... 37

4. Teknik Manajemen Laba... 38

5. Teknik Pendeteksian Manajemen Laba ... 40

E. Pajak Penghasilan... 42

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 42

2. Subjek Pajak Penghasilan ... 43

3. Objek Pajak Penghasilan ... 46

(11)

xi

F. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian...51

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A. Metode Penelitian... 55

B. Metode Penentuan Sampel ... 56

C. Metode Pengumpulan Data ... 59

D. Definisi Operasional Variabel ... 59

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 60

a. Pajak Penghasilan Badan Terutang ... 60

2. Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 60

a. Long Term Debt to Asset Ratio ... 60

b. Debt to Equity Ratio ... 61

c. Manajemen Laba ... 61

E. Teknik Analisis Data ... 63

1. Statistik Deskriftif ... 63

2. Uji Asumsi Klasik ... 64

a. Uji Normalitas ... 64

b. Uji Multikolinieritas ... 65

c. Uji Heteroskedastisitas ... 66

d. Uji Autokorelasi ... 66

3. Analisis Regresi Berganda ... 68

4. Uji Hipotesis ... 70

(12)

xii

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 70

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Penemuan dan Pembahasan ... 72

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 72

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74

1. Hasil Uji Normalitas ... 74

a. Melalui Uji Histogram & Kurva Normal P-Plot ... 74

b. Melalui Uji Kolmogorov-Smirnov Test ... 76

2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 77

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 78

4. Hasil Uji Autokorelasi... 80

C. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 81

2. Hasil Uji Hipotesis ... 82

a. Uji Signifikansi Simultan (F-Test) ... 82

b. Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 83

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu... 11

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 57

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ... 58

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 72

Tabel 4.2 One-SampleKolmogorof-Smirnov Test ... 77

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 78

Tabel 4.4 Hasil Uji Run test ... 80

Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 81

Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (F-Test) ... 82

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran...15

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Histogram Normal Curve...75

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik P-P Plot...76

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari

sektor pajak dilakukan melalui perluasan wajib pajak, perluasan objek pajak,

perubahan tarif pajak dan penegakan hukum dibidang perpajakan. Dengan perluasan

wajib pajak dan objek pajak maka semua pihak: negara dan institusi bisnis maupun

non bisnis mempunyai kepentingan untuk mengetahui dan memahami cara-cara

menghitung, melaporkan, serta menyetorkan kewajiban pajaknya. Apabila wajib

pajak melakukan kesalahan perhitungan dan pembayaran pajak maka akan

menghadapi sanksi administratif atau sanksi pidana. Ada dua kemungkinan kesalahan

yang terjadi dalam perhitungan dan pembayaran pajak, kemungkinan pertama karena

ketidaktahuan dan kemungkinan lain adalah karena unsur kesengajaan atau

kecurangan untuk melakukan penghindaran pajak.1

Tahun 2013 merupakan tahun dimana pemerintah mulai gencar-gencarnya

melakukan penggalian sektor pajak yang potensial untuk meningkatkan penerimaan

dari sektor pajak, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah di sektor

property dan real estate. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Potensi, Kepatuhan

dan Penerimaan (PKP), mulai tahun 2013 Ditjen Pajak fokus ke sektor properti secara

nasional. Ditjen Pajak akan melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang

(16)

bergerak di sektor properti. Hal tersebut tak lepas dari adanya potential loss

penerimaan pajak menurut hasil penelitian awal Ditjen Pajak. Potential loss tak lepas

dari tidak dilaporkannya transaksi sebenarnya dari proses jual-beli tanah maupun

bangunan termasuk properti, real estate dan apartemen.2

Ditinjau dari segi ekonomi, pajak merupakan alat pemindahan sumber daya

dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut

akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja

(spending power) sektor privat. Oleh karena itu, agar tidak terjadi gangguan terhadap jalannya aktivitas perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola

secara baik. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan. Namun bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang

dapat mengurangi laba bersih atau keuntungan perusahaan. Berdasarkan perbedaan

kepentingan yang terjadi antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan perusahaan

selaku pihak pembayar pajak, tidak dapat dipungkiri bahwa indikasi praktik-praktik

guna menghindari pembayaran pajak yang besar memang nyata terjadi dilakukan oleh

perusahaan selaku wajib pajak.

Terdapat beberapa cara yang umum ditempuh perusahaan dalam rangka

meminimalisir beban pajak secara legal yang masih diperbolehkan sesuai dengan

2 Nidia Zuraya, “Penerimaan Pajak Hilang, Ditjen Pajak Awasi WP Sektor Properti”, artikel

diakses pada 22 September 2014 dari

(17)

peraturan perpajakan yang berlaku. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah

dengan memainkan kebijakan leverage atau tingkat penggunaan hutang. Perusahaan

dapat menyiasatinya melalui teknik keuangan dengan memanfaatkan kebijakan

penggunaan hutang dalam mendanai aktivitas operasionalnya yang tertuang dalam

komposisi struktur modal perusahaan.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak menyatakan banyak perusahaan yang

melakukan rekayasa utang untuk mengurangi besaran pajaknya. Salah satu cara yang

digunakan yaitu memperbesar utang sehingga bunga utang besar dan beban pajaknya

menurun..3

Penggunaan hutang oleh perusahaan akan menimbulkan biaya bunga yang

harus dibayarkan secara periodik kepada kreditur atau investor obligasi. Peraturan

perpajakan memperlakukan biaya bunga sebagai bagian dari biaya usaha. Oleh karena

itu, semakin besar bunga hutang perusahaan maka pajak yang terutangnya akan

menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha.Sebagaimana dijelaskan

dalam pasal 6 ayat (1) a UU Nomor 17 tahun 2000 yang menyatakan bahwa biaya

bunga dapat menjadi unsur pengurang penghasilan kena pajak. Dalam situasi tertentu,

keadaan inilah yang dapat mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar

di dalam komponen struktur modal perusahaan.

(18)

Berbeda dengan perusahaan yang berlabel sebagai emiten non syariah di

Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perusahaan yang tergolong sebagai penerbit daftar

efek syariah yang sahamnya masuk dalam kategori Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI), penghindaran beban pajak dengan cara memanfaatkan kebijakan hutang

berbunga dalam komposisi struktur modal akan terbatasi dengan adanya peraturan

Bapepam dan LK Nomor: Kep-208/BL/2012 yang hingga saat ini masih

diimplementasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tentang kriteria dan

penerbitan daftar efek syariah, dimana salah satu poinnya mengatur besaran rasio

total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak boleh melebihi

dari 45% bagi emiten yang sahamnya dikategorikan sebagai saham syariah.

Implikasi dari penerapan peraturan tersebut adalah adanya pembatasan dalam

hal penggunaan hutang berbunga pada emiten syariah di BEI. Imbasnya teknik

penghindaran pajak secara legal (tax avoidance) melalui hutang dengan maksud

memanfaatkan biaya bunga pinjaman sebagai tax deductible akan terbatasi dengan

adanya peraturan tersebut.

Selain memanfaatkan kebijkan bunga atas hutang yang dapat dijadikan

pengurang pajak, cara lain yang juga kerap ditempuh perusahaan dalam rangka

menyiasati sebuah peraturan perpajakan yang terasa kurang menguntungkan bagi

perusahaan adalah dengan cara melakukan praktik manajemen laba guna merekayasa

(19)

Perpajakan dapat menjadi motivasi bagi manajer untuk melakukan

manajemen laba, yaitu dengan cara memperkecil taxable income dalam rangka

mengurangi pajak.4 Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah,

menyembunyikan dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan

memainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan.5

Kesenjangan informasi terkadang mendorong manajer untuk berperilaku oportunist

dalam mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Manajer hanya akan

mengungkapkan suatu informasi tertentu jika ada manfaat yang diperolehnya, apabila

tidak ada manfaat yang bisa diperoleh, manajer cenderung akan menyembunyikan

atau menunda pengungkapan informasi, bahkan kalau diperlukan manajer akan

mengubah informasi tersebut.

Fenomena manajemen laba yang berkaitan dengan kasus pajak pernah terjadi

di Indonesia yang dilakukan oleh Grup Bakrie, salah satunya adalah Kasus PT.

Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara

milik Grup Bakrie selain PT. Bumi Resources Tbk dan PT. Arutmin Indonesia yang

diduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah

penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp 1,5 triliun dan

ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang

dilakukan oleh KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak. Hal inilah yang

4 William R Scoot, Financial Accounting Theory 2nd Edition. (Scarrborough Ontario: Prentice Hall Canada Inc, 2000), h.361

(20)

dapat menimbulkan praktek manajemen laba yang berhubungan dengan pajak dalam

merekayasa aktifvitas operasional dari sisi pengakuan pendapatan dan beban untuk

tujuan meminimalkan pajak yang dibayar.6

Undang-undang pajak penghasilan menentukan jenis-jenis penghasilan

sebagai obyek pajak, namun pada umumnya penghasilan yang dinyatakan sebagai

obyek pajak tidak secara spesifik mengatur saat pengakuan pendapatan dan biaya

terkait. Dalam beberapa hal, wajib pajak mempunyai kebebasan di dalam membuat

kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan penentuan saat pengakuan

pendapatan dan biaya, meskipun kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan harus

diterapkan secara taat asas atau konsisten dari tahun ke tahun. Berbagai metode

akuntansi digunakan pihak manajemen dalam rangka penghematan pajak.7 Celah

inilah yang dapat membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan upaya-upaya

untuk menunda atau mempercepat pengakuan pendapatan dan biaya, sehingga dapat

menekan jumlah pajak yang akan dibayarkan.8

6 Hidayani, “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Earnings

Management (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h.3

7 William R Scoot, Financial Accounting Theory 2nd Edition. (Scarrborough Ontario: Prentice Hall Canada Inc, 2000), h.359

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dengan

ini penulis bermaksud untuk melakukan penelitian skripsi dengan mengangkat judul

“Pengaruh Stuktur Modal dan Manajemen Laba Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang”. Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, agar

permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka penulis memfokuskan

dan membatasi penelitian pada: Indikator struktur modal dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan proksi Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Debt to

Equity Ratio (DER). Perhitungan yang digunakan peneliti sebagai proksi manajemen laba dilakukan dengan pendeteksian melalui model yang dikembangkan oleh Friedlan

(1994). Pajak Penghasilan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari angka

Pajak Penghasilan Badan Terutang atau pajak kini yang tercantum dalam laporan

keuangan perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tercatat

(22)

2. Perumusan Masalah

Untuk mengangkat permasalahan yang dibahas dalam penelitian skripsi ini,

maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

a) Apakah Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR) berpengaruh terhadap pajak

penghasilan badan terutang?

b) Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap pajak penghasilan

badan terutang?

c) Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan

terutang?

d) Apakah Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR), Debt to Equity Ratio

(DER) dan manajemen laba secara simultan berpengaruh terhadap pajak

penghasilan badan terutang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan

bukti empiris mengenai:

a) Pengaruh Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap pajak

(23)

b) Pengaruh Debt to Equity (DER) terhadap pajak penghasilan badan terutang.

c) Pengaruh manajemen laba terhadap pajak penghasilan badan terutang.

d) Pengaruh simultan Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR), Debt to Equity

Ratio (DER) dan manajemen laba terhadap pajak penghasilan badan terutang.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang

terkait dengan topik penelitian, diantaranya:

a) Bagi Pemerintah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah khususnya

direktorat jenderal pajak untuk mengeluarkan regulasi terkait besaran

maksimal penggunaan struktur modal perusahaan yang berasal dari dana

eksternal berupa hutang yang berbunga terkait untuk kepentingan pajak.

Selain itu untuk meminimalisir praktik manajemen laba, pemerintah dapat

mengeluarkan peraturan yang ketat terkait penerapan transparansi dalam

laporan keuangan dan berupa sanksi tegas terhadap perusahaan yang

(24)

b) Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan

untuk mengambil keputusan keuangannya, terutama dalam menentukan

struktur modal yang efisien dan profitable namun tanpa mengabaikan aspek

resiko dan etika bisnis yang bermoral.

c) Bagi Akademisi

Sebagai referensi guna mempermudah akademisi dalam mempelajari

manajemen keuangan perusahaan dan mengenai konsep perpajakan.

d) Bagi Peneliti

Untuk memperdalam pengetahuan penulis, terutama yang berkaitan

dengan struktur permodalan perusahaan, manajemen laba dan sistem

perpajakan.

D. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap

beberapa sumber kepustakaan dan penelitian-penelitian terdahulu tekait tema, penulis

menemukan referensi untuk mengembangkan dan mendukung kelancaran penulisan

skripsi ini. Adapun studi terdahulu yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini

(25)
(26)
(27)
(28)

E. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang

dapat dipaksakan dengan Undang-undang dan merupakan pengorbanan sumber daya

ekonomis yang tidak memberikan imbalan (kontraprestasi) secara langsung bagi

perusahaan. Sistem perpajakan di Indonesia menggunakan sistem “Self Assessment”

khususnya pajak penghasilan dalam hal ini untuk penentuan jumlah besarnya pajak

terhutang ditentukan oleh wajib pajak sendiri. Salah satu cara untuk mencapai

efesiensi perhitungan kewajiban pajak yang dibayar oleh perusahaan adalah dengan

melakukan manajemen pajak.

Berdasarkan hal tersebut penulis menduga ada indikasi manajemen pajak

dalam upaya meminimalkan pajak penghasilan yang dilakukan oleh perusahaan

selaku wajib pajak dengan memanfaatkan kebijakan keuangan dan peraturan

perpajakan. Seperti dalam hal penentuan kebijakan struktur permodalan perusaahaan

yang dominan menggunakan hutang untuk tujuan mendapatkan biaya bunga sebagai

pengurang pajak. Sampai dengan melakukan praktik manajemen laba untuk

memanipulasi angka laba yang akan dikenakan sebagai dasar perhitungan laba kena

pajak. Secara singkat kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan dalam

(29)

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2013 - 2014

Annual Report Emiten Tahun 2013 -2014

Variabel Independen : X1 : LDAR

X2 : DER X3 : Manajemen Laba

Variabel Dependen : Pajak Penghasilan

Badan Terutang

Analisis Regresi Linier Berganda

Uji Asumsi Klasik & Uji Hipotesis

(30)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan yang

terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN :

Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Pemikiran

Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI :

Pasar Modal Syariah, Konsep Modal, Struktur Modal, Manajemen Laba dan

Teori Pajak, Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN :

Metode Penelitian, Definisi Operasional Variabel Penelitian, Uji Asumsi

Klasik dan Uji Hipotesis Analisis Regresi Berganda.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN :

Intepretasi hasil Analisis Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik dan Uji

Hipotesis Regresi Linier Berganda.

BAB V PENUTUP :

(31)

17

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal Syariah

1. Pengertian Pasar Modal Syariah

Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar yang memperjualbelikan

berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka pendek, menengah maupun jangka

panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh

perusahaan swasta. Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana

(supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) dengan tujuan investasi

jangka menengah (midle term investment) dan investasi jangka panjang (longe term

investment). Kedua pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik

dana menyerahkan sejumlah dana dan penerima dana (perusahaan terbuka)

menyerahkan bukti kepemilikan berupa efek.1

Sementara itu, pasar modal yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip-prinsip syariah dapat disebut sebagai pasar modal syariah.2 Pengertian ini

hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Heri Sudarsono yang mendifinisikan

1 Muhammad Nasarudin Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h.291

(32)

pasar modal syariah sebagai pasar modal yang instrumen-instrumen di dalamnya

berprinsipkan syariah.3

Dengan mengacu pada pengertian tersebut, dapat dimengerti bahwa terdapat

perbedaan antara kegiatan pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional.

Secara umum perbedaan tersebut dapat dilihat pada landasan akad-akad yang

digunakan dalam transaksi atau surat berharga yang diterbitkannya. Dalam pasar

modal syariah, apabila suatu perusahaan ingin mendapatkan pembiayaan melalui

penerbitan surat berharga, maka perusahaan yang bersangkutan sebelumnya harus

memenuhi kriteria penerbitan efek syariah.4

2. Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syariah

Prinsip syariah merupakan kesesuaian dengan sistem syariah yang ada yang

meliputi tidak diperkenankan bertransaksi barang dan jasa yang diharamkan seperti

riba, maysir dan gharar. Oleh karena itu, jika ada perusahaan atau bank umum yang

membuat atau mendistribusikan barang atau jasa yang haram, maka tidak termasuk

dalam (daftar) pasar modal syariah.5

Adapun prinsip pasar modal syariah adalah:6

3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.199

4 Burhanuddin Susanto, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, h.131-132. 5 Ibid., h.131

(33)

a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip

syariah yang terbebas dari unsur riba, maysir dan gharar (ketidakpastian).

b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah baik berupa saham ataupun sukuk

harus mentaati semua aturan syariah.

c. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, bukan mengharapkan

keuntungan dari kontrak utang piutang.

d. Semua transaksi tidak mengandung gharar atau spekulasi.

Perputaran modal pada kegiatan pasar modal syariah tidak boleh disalurkan

kepada jenis industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.

Pembelian saham pabrik minuman keras, pembangunan penginapan untuk prostitusi

dan lainnya yang bertentangan dengan syariah berarti diharamkan.

Semua transaksi yang terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama suka,

tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Tidak

ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan semua transaksi harus

transparan, diharamkan adanya insider trading.

3. Saham Syariah

Instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek syariah

berbentuk penyertaan modal kepemilikan atau saham dan sukuk. Penyertaan modal

atau saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan

(34)

untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan. Pemegang saham atau

investor mendapatkan hasil melalui pembagian deviden dan capital gain. Perusahaan

penerbit saham pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT).7

Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham

menyatakan bahwa pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau

seseorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang

saham perusahaan.8 Regulasi tentang saham diatur dalam pasal 40,41,42 KUHD.

Pemegang saham mempunyai hak untuk menuntut dividen (return) dan hak-hak lain

yang diberikan oleh anggaran dasar perseroan.9

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut

diterbitkan oleh:10

1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha emiten dan perusahaan publik tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak

(35)

bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria

sebagai berikut:

I. kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam

peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:

a. perjudian dan permainan yang tergolong judi;

b. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;

c. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

d. bank berbasis bunga;

e. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

f. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi

(maisir), antara lain asuransi konvensional;

g. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan

barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram

bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;

dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;

h. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

(36)

III. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari

10%.

B. Konsep Modal

Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan

operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada disisi kanan suatu neraca,

yaitu utang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan.11

Menurut Thomas Copeland modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari

satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.12 Dari kedua

pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal adalah dana yang digunakan

untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan yang tidak

diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.

C. Struktur Modal

1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang

bersifat pinjaman dan modal sendiri.13

Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau

perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.14

11 Lukas Setia Atmaja, Manejemen Keuangan (Yogyakarta: Andi, 2002), h.115

12 Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern: Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.365

(37)

Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali, struktur modal adalah proporsi dalam

menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh

menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang

yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar

perusahaan.15

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan

belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinsai atau

panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber

utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

2. Rasio Struktur Modal

Weston dan Copeland memberikan suatu konsep tentang faktor leverage sebagai

rasio proksi dari struktur modal. Faktor leverage adalah rasio antara nilai buku

seluruh hutang (debt = D) terhadap total aktiva (total aset = TA) atau nilai total

perusahaan. Bila membahas tentang total aktiva, yang dimaksudkan adalah total nilai

buku dari aktiva perusahaan berdasarkan catatan akuntansi. Nilai total perusahaan

berarti total nilai pasar seluruh komponen struktur modal perusahaan.16

14 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE, 2001), h.296

15 Ahmad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), h.137

(38)

Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan

perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari

hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.17

3. Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri dari dua komponen,

yakni hutang jangka panjang dan modal sendiri, yang diuraikan sebagai berikut:18

1. Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)

Hutang jangka panjang meliputi pinjaman dari bank atau sumber lain yang

meminjamkan uang untuk waktu jangka panjang lebih dari 12 bulan.

Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman

yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk

melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan

obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam

surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu

pelunasan obligasi tersebut).19

2. Modal Sendiri (Equity)

Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh

dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan

tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas

17 Hadi Wahyono, “Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2 No.2, Mei (2002), h.12

18 Warsono, Manajemen Keuangan (Malang: UMM Press, 2003), h.236

(39)

sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama

dari modal sendiri yaitu modal saham preferen dan modal saham biasa,

sebagaimana dijelaskan berikut ini:

a. Modal Saham Preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak

istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan

daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak

memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.

b. Modal Saham Biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan

uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan

datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual

sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas

pendapatan dan asset telah dipenuhi.

4. Teori Struktur Modal

Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika

Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller (yang selanjutnya kita sebut

MM), mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling

berpengaruh yang pernah ditulis. Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat

membatasi, MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh

(40)

menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal

tidak relevan. Tetapi, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis,

antara lain:20

a. Tidak ada biayai broker (pialang)

b. Tidak ada pajak

c. Tidak ada biaya kebangkrutan

d. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama seperti

manajemen mengenai peluang investasi perusahaan dimasa mendatang

e. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang

Menurut Brigham dan Houston (2001), meskipun beberapa dari

asumsi-asumsi ini terlihat tidak realistis, hasil-hasil MM yang tidak relevan sangat

penting artinya. Dengan menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal

tidak relevan, MM juga memberikan beberapa petunjuk kepada kita tentang apa

yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan

mempengaruhi nilai suatu perusahaan.21 Hasil kerja MM menandai awal dari riset

atas struktur modal modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan

asumsi-asumsi MM dalam upaya mengembangkan teori struktur modal yang

20 Eugene F Brigham and Joel F Houston, Manajemen Keuangan (Jakarta: Erlangga, 2001), h.30

(41)

lebih realistis. Riset dalam bidang ini sangat luas, tetapi garis besarnya

diringkaskan dalam bagian berikut:22

1) Efek Pajak

MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 yang melemahkan

asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan

pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen

kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini

mendorong perusahaan untuk menggunakan utang dalam struktur modal

mereka. Sebenarnya, MM memperlihatkan bahwa jika semua asumsi yang

lain berlaku, perbedaan perlakuan ini menyebabkan suatu situasi yang

memerlukan pembelanjaan dengan 100 persen utang. Akan tetapi, kesimpulan

ini diubah beberapa tahun kemudian oleh Merton Miller (kali ini tanpa

Modigliani) ketika ia membahas efek dari pajak perorangan. Ia menyatakan

bahwa semua penghasilan dari obligasi pada umumnya adalah bunga, yang

dikenakan pajak sebagai penghasilan perorangan pada tarif yang mencapai

39,6 persen, sementara penghasilan dari saham biasanya sebagian berasal dari

dividen dan sebagian dari keuntungan modal. Selanjutnya, keuntungan modal

dikenakan pajak dengan tarif maksimum 28 persen, dan pajak ini

ditangguhkan sampai saham itu terjual dan keuangan terealisasi. Jika saham

itu ditahan sampai si pemilik meninggal, tidak ada pajak keuntungan modal

apapun yang harus dibayar. Jadi, bila ditimbang, pengembalian atas saham

(42)

biasa dikenakan pajak dengan tarif efektif yang lebih rendah daripada

pengembalian atas utang. Karena situasi pajak ini, Miller berpendapat bahwa

investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang

relatif rendah dibandingkan dengan pengembalian atas obligasi sebelum

pajak. Jadi, seperti yang dikemukakan Miller, dapat dikurangkannya bunga

untuk tujuan pajak menguntungkan penggunaan pembiayaan dengan utang,

tetapi perlakuan pajak yang lebih menguntungkan atas penghasilan dari saham

menurunkan tingkat pengembalian yang diisyaratkan pada saham dan dengan

demikian menguntungkan penggunaan pembelanjaan dengan ekuitas.

2) Efek Biaya Kebangkrutan

Menurut Brigham dan Houston (2001), masalah yang berkait kebangkrutan

semakin cenderung muncul apabila suatu perusahaan menyertakan lebih

banyak utang dalam struktur modalnya. Karena itu, biaya kebangkrutan

menghalangi perusahaan menggunakan utang yang berlebihan. Biaya yang

terkait dengan kebangkrutan mempunyai dua komponen: probabilitas

terjadinya dan biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan keuangan telah

muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama,

menghadapi peluang kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus

menggunakan lebih sedikit utang daripada perusahaan yang stabil.23

(43)

3) Trade-Off Theory

Argumen-argumen terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut

dengan teori trade-off dari leverage, di mana perusahaan menyeimbangkan

manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang

menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih

tinggi.24

4) Teori Pengisyaratan

Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan, Brigham dan Houston

(2001) menyatakan bahwa MM mengasumsikan bahwa investor memiliki

informasi yang sama mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki para

manajer, ini disebut kesamaan informasi (symmetric information). Akan

tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai informasi yang lebih baik

daripada investor luar. Hal ini disebut ketidaksamaan informasi (asymmetric

information) dan ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal

yang optimal.25

5. Faktor Penentu Struktur Modal

Menurut Moeljadi penentuan struktur modal perlu mempertimbangkan

beberapa hal, yang dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini:26

24 Ibid., h.33

25 Ibid., h.35

(44)

a. Tujuan Perusahaan

Jika tujuan manajer adalah memaksimumkan kemakmuran/kekayaan para

pemegang saham, maka struktur modal yang optimal adalah yang dapat

memaksimumkan nilai pasar perusahaan. Sedangkan apabila tujuan para

manajer memaksimumkan keamanan pekerjaannya, maka struktur modal yang

optimal terletak pada leverage rata-rata perusahaan lain dalam satu industri.

b. Tingkat leverage perusahaan dalam satu industri

c. Kemampuan dana intern

Penentu utama dana intern adalah tingkat pertumbuhan pendapatan. Tingkat

pertumbuhan pendapatan yang tinggi memungkinkan manajemen memperoleh

dana yang lebih besar daripada laba ditahan yang akan mengurangi dana

pinjaman.

d. Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara

Apabila saham yang ada dalam perusahaan hanya dimiliki oleh sejumlah kecil

pemilik, maka manajer akan segan untuk mengeluarkan saham baru.

e. Batas kredit

Usaha manajemen untuk menyesuaikan leverage dengan yang lain diinginkan

dipengaruhi oleh sikap kreditor terhadap perusahaan tersebut.

f. Ukuran Perusahaan

Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman

(45)

g. Pertumbuhan aktiva perusahaan

Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan

pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang, sebab dapat

memberikan gambaran bagi kebutuhan dana secara total dalam perusahaan

tersebut.

h. Stabilitas Earnings

Berhubung variabilitas earnings dapat menjadi ukuran risiko bisnis suatu

perusahaan, maka calon kreditor cenderung memberikan pinjaman kepada

perusahaan yang mempunyai earnings yang relatif stabil.

i. Biaya modal sendiri

Karena biaya modal sendiri (cost of equity) dapat merefleksikan harga saham,

maka turun naiknya harga saham akan menunjukkan harapan bagi equity

financing yang murah/mahal yang dapat mengakibatkan dept financing

menjadi kurang/lebih menarik. Perubahan harga saham akan mempunyai

hubungan yang negatif dengan rasio leverage

j. Biaya utang

Jika biaya utang kd > rentabilitas aktiva re, maka penambahan utang akan

membawa efek yang unfavourable bagi rentabilitas modal sendiri.

k. Tarif pajak

Karena pembayaran bunga merupakan tax-deductible bagi perusahaan, maka

(46)

demikian, tarif pajak dan rasio leverage dihipotesiskan mempunyai hubungan

yang positif.

l. Perkiraan tingkat inflasi

Perkiraan tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan penawaran dan.

Dalam keadaan inflasi yang tinggi, perusahaan lebih menyukai

debt-financiing.

m. Kemapuan dana sumber utang

Penawaran dana secara agregat terutama dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah. Berkurangnya ketersediaan dana ekstern mengakibatkan

debt-financing menjadi lebih mahal.

n. Kebiasaan umum di pasar modal

Kebiasaan yang kaku di pasar modal, misalnya investor yang hanya

menyenangi surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh bank, perusahaan

asuransi, dan public utility, akan menyulitkan perusahaan untuk segera

mengubah struktur modalnya.

o. Struktur aktiva

Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital-intensive, maka

yang diutamakan adalah equity-financing. Artinya, modal pinjaman hanya

merupakan pelengkap, terutama untuk memenuhi kebutuhan dana bagi modal

(47)

D. Manajemen Laba

1. Pengertian Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai

upaya menajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi

informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang

ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dipakai sebagai

dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara

pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai

kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka

standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang

diterima dan diakui secara umum.27

Menurut Healy and Wahlen, manajemen laba terjadi ketika para manajer

menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah transaksi

untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi

hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporakan dalam

laporan keuangan.28

(48)

2. Motivasi Manajemen Laba.

Secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan

usaha melakukan tindakan creative accounting atau manajemen laba, yaitu:29

a. Motivasi Bonus.

Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah

insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam

menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah

relatif tetap dan rutin. Sementara, bonus yang relatif lebih besar nilainya

hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus

yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Kinerja manajer salah satunya

diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan

skema bonus tersebut memotivasi para manajer untuk memberikan performa

terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka melakukan tindakan

manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja yang baik demi

mendapatkan bonus yang maksimal.

b. Motivasi Utang.

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, untuk kepentingan

ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis

dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau

menginvestasikan dananya di perusahaan, tentunya manajer harus

(49)

menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya. Untuk memperoleh

hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif dari

manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya

pun seringkali muncul.

c. Motivasi Pajak.

Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan

selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan

perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang belum go

public. Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan

menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari

nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk

bertindak kreatif melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba

fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan

kebijakan akuntansi perpajakan.

d. Motivasi Initial Public Offering (IPO).

Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun

sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran

saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public

Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor.

Begitupun dengan perusahaan yang sudah go public untuk kelanjutan dan

(50)

e. Motivasi Pergantian Direksi.

Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian

direksi atau chief executive officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa

jabatan, direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar

performa kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat.

Motivasi utama yang mendorong hal tersebut adalah untuk memperoleh bonus

yang maksimal pada akhir masa jabatannya.

f. Motivasi Politis.

Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya

banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan-perusahaan strategis

semisal perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan

subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung menjaga posisi

keuangannya dalam keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak

terlalu baik karena jika sudah baik, kemungkinan besar subsidi tidak lagi

diberikan.

Dari penjelasan di atas terdapat beberapa motivasi yang mendorong terjadinya

manajemen laba, namun yang sejalan dengan penelitian ini yaitu ditinjau dari

motivasi perpajakan (taxation motivations). Scott mengemukakan bahwa motivasi

penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Namun

demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan aturan akuntansi pajak

sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. Seharusnya secara umum

(51)

manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba demi

mengurangi beban pajak yang harus dibayar.30

3. Pola Manajemen Laba

Menurut Scott ada empat pola manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan

yaitu:31

1. Taking a bath

Manajemen laba dengan pola taking a bath biasanya dilakukan ketika

perusahaan melakukan reorganisasi termasuk saat pergantian CEO. Taking a

bath dilakukan dengan melaporkan rugi yang besar pada periode sekarang.

2. Income Minimization

Income minimization adalah pola manajemen laba yang serupa dengan taking

a bath namun dalam bentuk yang tidak terlalu ekstrim. Income minimization

dilakukan dengan memilih kebijakan yang dapat meminimalkan laba seperti

penghapusan beberapa aset dan intangible asset, beban pemasaran, dan beban

R&D.

3. Income Maximization

Manajer melakukan income maximization dengan tujuan untuk meningkatkan

laba perusahaan agar bisa mencapai bogey dalam skema bonus. Namun

30 William R. Scott, Financial Accounting Theory (Toronto Ontaria: Pearson, 2012), h.432-435 31 William R. Scott, Financial Accounting Theory, 3

rd edition (Prentice Hall: United States of

(52)

income maximization yang dilakukan akan berhenti ketika sudah mencapai

cap yang ada dalam skema bonus.

4. Income Smoothing

Income smoothing mungkin adalah pola yang paling menarik dalam

manajemen laba. Manajer akan melakukan income smoothing diantara bogey

dan cap. Skema bonus memberikan insentif bagi manajemen untuk

mempertahankan laba di antara bogey dan cap.

4. Teknik Manajemen Laba

Manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:32

1) Perubahan metode akuntansi

Manajemen mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode

sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Metode

akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu

dengan cara yang berbeda, misalnya:

a) Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun

(sum of the year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line)

b) Mengubah periode depresiasi

2). Memainkan kebijakan perkiraaan akuntansi

(53)

Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan

perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk

melibatkan subyektifitas dalam menyusun estimasi, misalnya:

a) Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih

b) Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi

c) Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum

terputuskan.

3). Menggeser periode biaya atau pendapatan

Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan atau sering disebut

manipulasi keputusan operasional, misalnya:

a) Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

sampai periode akuntansi berikutnya.

b) Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya.

c) Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman

tagihan sampai periode akuntansi berikutnya.

d) Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.

(54)

5. Teknik Pendeteksian Manajemen Laba

Pada penelitian skripsi ini, manajemen laba dideteksi dengan menggunakan

discretionary accrual yang diukur menggunakan model yang dikembangkan oleh

Friedlan (1994).33 Secara umum penelitian tentang manajemen laba menggunakan

pengukuran berbasis akrual dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Salah satu

kelebihan dalam pendekatan total accrual adalah pendekatan tersebut berpotensi

untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau menaikkan laba,

karena cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui pihak luar.

Total Accrual dalam perhitungan laba terdiri atas nondiscetionary dan discretionary

accrual, nondiscretionary accrual merupakan komponen akrual yang terjadi secara

alami atau wajar seiring dengan perubahan aktivitas perusahaan. Sedangkan

discretionary accrual merupakan komponen akrual yang berasal dari rekayasa

manajemen (earnings management).34 Sesuai penelitian yang dilakukan oleh

Gumanti (2000),35 umumnya poin awal dalam pengukuran discretionary accruals

adalah total accruals, dimana total accruals tersebut terdiri dari komponen non

discretionary accruals dan discretionary accruals. Selanjutnya model yang

dikembangkan Friedlan (1994) digunakan untuk mengukur discretionary accruals.

33Freidlan J. M. 1994. Accounting Choice of Issuers of Initial Public Offerings.

Contempo-rary Accounting Research 11 (1) (1994): 1-31.

34 Veronica dan Bachtiar, Y. S. Good Corporate Governance Information Asymetry and

Earnings Management. (Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar, 2004)

35 Tatang Ari Gumanti. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansi dan

(55)

Model pengukuran atas discretionary accruals pada penelitian ini dijelaskan dengan

formula sebagai berikut:

Keterangan :

 TA = Total Accruals

 NOI = Net Operating Income

 CFO = Cash Flow Operting Activities.

Kemudian akan diukur nilai discretionary accruals dengan menggunakan

persamaan :

Keterangan :

 DACpt = discretionary accrual periode tes

 TApt = total accruals periode tes

 SALEpt = penjualan periode tes

 TApd = total accruals periode dasar

 SALEpd = penjualan periode dasar

Didalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya

akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals negatif

TA = NOI - CFO

(56)

dan positif.36 discretionary accruals positif mencerminkan manipulasi yang

dilakukan manajer dengan pola income increasing, sedangkan negatif akan

menunjukkan manipulasi income decreasing, bentuk-bentuk discretionary accruals

tersebut disesuaikan dengan motivasi yang dilakukan oleh manajer.

E. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian Pajak penghasilan adalah, pajak yang dikenakan terhadap subyek

pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat

pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban

pajak subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.37

Dasar hukum pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008 Tanggal 23 September 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 4893, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985) yang

merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tanggal

31 Desember 1983 Tentang PPh, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983

Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263.38

36 Saiful, “Hubungan manajemen laba (earnings management) dengan kinerja operasi dan return saham di sekitar IPO”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (3, 2004). h.316-332.

37 Erly Suandy, Perpajakan, edisi kedua, cetakan kedua (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h.81

(57)

2. Subjek Pajak Penghasilan

Secara umum pengertian subjek adalah siapa yang dikenakan pajak. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan, yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi, warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan dan

bentuk usaha tetap (BUT). Penjelasan dari masing-masing subjek pajak penghasilan

adalah sebagai berikut:39

a. Orang pribadi

Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau

berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak

Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan

subjek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

Penunjukkan warisan tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan

yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan, demikian juga dengan

tindakan penagihan selanjutnya.

(58)

c. Badan

Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi, Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Badan Usaha Milik

Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, firma,

kongsi, koperasi, yayasan, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap dan bentuk

badan lainnya.

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Yang dimaksud dengan BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang

berupa:

1) Tempat kedudukan manajemen

2) Cabang perusahaan

3) Kantor perwakilan

4) Gedung kantor

5) Pabrik

(59)

7) Pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja pengeboran yang

digunakan untuk eksplorasi pertambangan.

8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan dan kehutanan

9) Proyeksi konstruksi instalasi atau proyek perakitan

10)Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

11)Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

berkedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung

risiko di Indonesia.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-undang PPh, subjek pajak dalam

PPh terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Kedua jenis

subjek pajak tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Subjek pajak dalam negeri

Yang dimaksud subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara

fisik memang berada atau bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dalam ketentuan berikut:

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

(60)

b. Subjek pajak luar negeri

sedangkan yang menjadi subjek pajak luar negeri adalah:

1) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di

Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, ataupun

berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia.

2) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di

Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, ataupun

berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

tetap di Indonesia.

3. Objek Pajak Penghasilan

Dalam peraturan perpajakan yang dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu

yang dapa dikenakan pajak. Objek PPh adalah penghasilan. Pengertian penghasilan

menurut undang-undang PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

Gambar

Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu..................................................................
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran.................................................................15
gambar 1.1 sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang masalah maka dapat ditentukan domain pengetahuan pada penelitian ini adalah capaian pembelajaran yang lebih spesifik mengenai kesiapan peserta

Pengunaan washer khusus (besar) yang diusulkan sebagai media manipulasi ketebalan pada pelat baja cold-formed (tipis) telah dapat membangkitkan fenomena slip kritis yang biasanya

Semangat untuk memajukan jurusan timbul dengan sendirinya, karena Saya mendengar langsung usulan, kritik, dan pendapat yang disampaikan dari para Dosen dalam

Waktu tunggu yang di bandingkan pada validasi antrian sama dengan flowshop/jobshop yakni data historis dan data simulasi, untuk data historis di peroleh

Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab.. Pada pernyataan pertama mengenai Keputusan,

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Agustus Tahun Dua Ribu Dua Belas, kami selaku Pokja Pengadaan Barang/Jasa Satker MAN 14 Jakarta Kementerian Agama Provinsi DKI

Originalni naslov C’est arrivé près de chez vous (Dogodilo se u vašoj blizini) aludira na istinitost događaja u filmu te na senzacionalističku konzumaciju

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan studi dengan produk yang berlabel halal. Pemilihan ini didasarkan pada sistem pemakaian para pegawai apakah masih ada