KEJAKSAAN SEBAGAI BAGIAN DARI
SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU
DI INDONESIA
KEJAKSAAN NEGERI TULANG BAWANG
JI.
Cernara Komplek Perkantoran Pemda Tulangbawang
A. Pengertian danTujuan Sistem Peradilan Pidana
Sistem peradilan pidana (SPP) ataucriminal justice system menjadi suatu istilah yang menunjukkan mekanisme kerja Penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar pendekatan sistem.
Remington danOhlin mengemukakan :
Sistem peradilan pidana (SPP) atau Criminal justice system dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan sistern terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana, dan peradilan pidana sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara peraturan perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Pengertian sistem itu sendirimengandung implikasi suatu proses interaksi yang dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk memberikan hasil tertentu dengan segala keterbatasannya.
Hagan (1987) menjelaskan "criminal justice system" adalah interkoneksi antara keputusan dari setiap instansi yang terlibat dalam proses peradilanpidana.
Sedangkan Mardjono menjelaskan dan memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan sistem peradilan pidana adalah, sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan terpidana
Dalam sistem peradilan pidana dikenal tiga bentukpendekatan, yaitu: pendekatan normatif, administratif dansosial
Pendekatan normatif memandangkeempat aparatur penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan) sebagai institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga keempat aparatur tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistern
penegakan hukum.
Pendekatan adminstratif memandang keempat aparatur penegak hukum sebagai suatu organisasimanajemen yang memiliki mekanisme kerja, baik hubungan yang bersifat horisontal maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku dalamorganisasi tersebut. Sistemyang dipergunakan adalahsistemadministrasi.
Pendekatan sosial memandang keempat aparatur penegak hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem sosial sehingga
Bahwa Secara umum tujuan sistem peradilan pidana dapat dirumuskan : (a) mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan;
(b) menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana;
(c) mengusahakan agar mereka yangpernahmelakukan kejahatan tidakmengulangi lagikejahatannya.
Bertitik tolak dari tujuan tersebut agar dapat tercapai maka ke empat komponen dalam sistem peradilan pidana (kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan) diharapkan dapat bekerja sama dan dapat membentuk suatuketerpaduan yang disebut "integrated criminal justice system" sehingga tercapai tujuan dari system peradilan pidana
Apabila keterpaduan "integrated criminaljustice system" tidak terwujud maka diperkirakan ada kerugian diantaranya, sebagai berikut:
I) kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau kegagalan masing Masing instansi, sehubungan dengan tugas mereka bersama;
2) kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok masing-masing instansi (sebagai subsistem dari sistem peradilan pidana);
3) karena tanggung jawab masing-masing instansi sering kurang jelas terbagi, maka setiap, instansi tidak terlalu memperhatikan efektivitas secara menyeluruh dari system peradilan pidana
Bahwa secara umum sistem peradilan pidana terpadu (Integrated Criminal Justice System) yang didirumuskan oleh Black Law sebagai "thecollective institusions through which anaccused offender passes until theaccusations havebeendisposed oforthe assessedpunishment concluded.. "(BryanGarner,
1999:381) yang terjemahan bebasnya berarti : Suatu lembaga yang bersama- sama melaksanakan proses peradilan yang saling berkaitan untuk membuktikan apakah seseorang yang bersalah dapat dihukum.
Masing-masing Sub-sisteml komponen atau lembaga penegak hukum tersebut dilengkapi dengan peraturan perundangan tersendiri.
- UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia - UUNo. 16tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. - UUNo.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Dalam menjalankan proses peradilan pidana, aturan yang mendasari kerja masing rnasing sub-sistern mengacu pada peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta peraturan khusus lainnya.
KUHAP dan berikut peraturan yang khusus bagi masing-masing lembaga penegak hukum ini dimaksudkan untuk mempermudah serta memperlancar tugas masing-masing dalam upaya terciptanya system peradilan pidana terpadu (Integrated Criminal Justice System), keterpaduan ini tentunya bukan dimaksudkan untuk penyelesaian "satuatap" akan tetapi dimaksudkan untuk mensinergikan tugas dan wewenang penegak hukum dalam penyelesaian suatu perkara, bilamana keempat sub-sistem/komponen tersebut dalam berkerjasama secara optimal maka disitulah akan terbentuk sistem peradilan pidana terpadu.
Adapun fungsi yang harus dijalankan oleh sistem peradilan pidana terpadu adalah:
a. Melindungi masyarakat melalui upaya penanganan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan dan melakukan upaya
inkapasitasi terhadap orang yang merupakan ancaman masyarakat.
b. Menegakkan Rule Of Law dan penghormatan terhadap hukum dengan menjamin adanya perlakuan yang wajar terhadap tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang dituduh melakukan tindak pidana.
c. Menjaga hokum dan ketertiban umum
d. Menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut dan mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya.
e. Membantu dan memberi nasehat kepada korban kejahatan.
B. Visi, misi dan Posisi Kejaksaan dalam struktur ketatatnegaraan di Indonesia
Visi Kejaksaan
Misi Kejaksaan
Terciptanya aparatur kejaksaan yangprofesional dilandasi dengan integritas moral yang tinggi untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta penghormatan terhadap hak azasi manusia.
Posisi Kejaksan dalam Struktur Ketatancgaraan
Kejaksaan Republik Indonesia adalah bagian dari kekuasaan eksekutif. (mengingat kejaksaan yang mewakili negara sebagai penuntut umum terhadap mereka yang menggangu ketertiban dan keamanan negara demi perlinclungan
masyarakat).
C. Tugas dan Wewenang Kejaksaan
Dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, diuraikan tugas dan wewenang Kejaksaan, yang diatur dalam :
Pasal 30
(1) Dibidang pidana, kejaksaan mcmpunyai tugas dan wewenang : a. Melakukan penuntutan
Dalam melakukan penuntutan Jaksa Dapat melakukan prapenuntutan, prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyiclikan setelah menenerima Pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk menentukan apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ketahap penuntutan
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim, kejaksaan memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan perikemanusian yang berdasarkan Pancasila tanpa mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Melaksanakan putusan Pengadilan termasuk juga melaksanakan tugas dan wewenang mengendalikan pelaksanaan hukuman mati dan putusan Pengadilan terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita untuk selanjutnya dijual lelang.
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan dan putusan lepas bersyarat.
Yang dimaksud "keputusan lepas bersyarat" adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang pemasyarakatan.
d.Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-undang.
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pcmeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidikan.
Untuk melengkapi berkas perkara pemeriksaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak dilakukan terhadap tersangka .
2. Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya dan atau dapat meresahkan masyarakat dan atau membahayakan keselamatan negara.
3. Harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dilaksanakan ketentuan pasal 110 dan 138 ayat (2) KUHAP.
(2) Dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan dengan kuasa Khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara maupun pemerintah
Dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Kejaksaan mempunyai wewenang untuk dan atas nama negara atau pemerintah sebagai penggugat atau tergugat yang dalam pelaksanaannya tidak hanya memberikan pertimbangan atau
Yang dimaksud dengan "turut menyelenggarakan" adalah Mencakup kegiatan-kegiatan bersifat membantu, turut serta dan berkerja sama. Dalarn hal turut menyelenggarakan tersebut, kejaksaan senatiasa memperhatikan koordinasi dengan instansi terkait ).
Pasal 31
Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di rumah sakit, tempat pcrawatan jiwa atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan dan dirinya sendiri.
Pasal 32
Disamping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini
Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-undang.
Pasal 33
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainya.
yang dilandasi semangat keterbukaan, kebersamaan dan keterpaduan dalam suasana keakraban guna mewujudkan sistem peradilan pidana tcrpadu.
Hubungan kerja sarna ini dilakukan melalui koordinasi horizontal dan vertikal secara berkala dan berkesinambungan dengan tetap menghormati fungsi, tugasdan wewenang masing-rnasing. Kejasama ini juga dimaksudkan untuk memperlancar upaya penegakan hukum sesuai dengan azas cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas jujur dan tidak memihak dalam penyelesaian perkara.
Pasal 34
Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum Kepada instansi pemerintah lainya.
D. Kesimpulan
Sebagai salah satu Lembaga Negara, Kejaksaan mempunyai fungsi utama yang berkaitan dengan peradilan, yaitu melakukan penuntutan terhadap suatu tidak pidana, melaksanakan putusan pengadilan yang telah memiliki kckuatan hukum tetap (in kracht van gewisjde) dan menjadi pengacaranegara dalam sengketa Perdata danberkaitan dengan Penegakan Hukum Kejaksaan diberikan Tugas, Kewenangan dan Fungsinya yakni melakukan Penyelidikan dan Penyidikan terhadap pidana tertentu dimana tugasdan wewenang tersebutyang diamanatkan berdasarkan ketentuan Perundang-undangan.
Tugas utama Kejaksaan dalam bidang penuntutan menempatkan lembaga kejaksaan sebagai salah satu bagian/sub-sistem yang takterpisahkan dari system peradilan pidana,disamping kepolisian, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan sehingga Kejaksaan sebagai bagian dari Sistem peradilan pidanaterpadu diindonesia.
Dalam melaksanakan tugas, fungsi danwewenangnya yang diberikan oleh undang-undang, Kejaksaan Republik Indonesia adalahsebagai Suatu lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasasan negara dan diharuskan mampu untuk mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum serta wajib mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan yang berlaku serta wajib menggali nilai nilai kemanusian, nilai-nilai hukum yang hidup dan diakui keberadaannya dalammasyarakat.
Dalam hal ini pula Kejaksaan juga harus mampu terlibat dan mendukung