IMPLEMENTASI METODE PROMETHEE PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PENERIMA KARTU PERLINDUNGAN SOSIAL (KPS)
Febrina Sari
Program Studi Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Dumai Email : febri_ghaniya@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai penanda Rumah Tangga Miskin. Peluncuran Kartu Perlindungan Sosial ini merupakan upaya perbaikan pelaksanaan program perlindungan sosial, agar penerima manfaat dari berbagai program perlindungan sosial lebih tepat sasaran dan benar-benar hanya diterima oleh keluarga yang berhak.
Permasalahan yang sering muncul adalah penetapan keluarga penerima KPS yang tidak tepat sasaran, karena masih ada keluarga yang mampu dapat menerima KPS, sementara ada keluarga yang kurang mampu justru tidak menerima KPS.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis penggunaan metode Promethee
(Preference Ranking Organization Methods For Enrichment Evaluations) dalam Proses Penentuan keluarga yang berhak untuk memperoleh Kartu Perlindungan Sosial (KPS), dengan menggunakan beberapa kriteria. Hasil akhir dari penelitian ini adalah mengurutkan beberapa kandidat keluarga yang berhak mendapatkan KPS berdasarkan
preferensi yang sudah ditentukan dan nilai skor Net Flow tertinggi
Kata Kunci:SPK, Promthee, KPS
I. Latar Belakang
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai penenda rumah tangga miskin, hal ini menjadi fokus pekerjaan dari kementrian sosial karena pemerintah telah menaikan BBM dua kali dalam satu tahun. dampak dari kenaikan BBM tersebut akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah. KPS menjadi salah satu solusi untuk meringankan beban masyarakat miskin sehingga dapat melanjutkan kehidupannya.
Pemerintah mengeluarkan KPS ini kepada 15,5 juta rumah tangga miskin dan rentan yang merupakan 25% rumah tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia. KPS ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari program subsidi beras untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah, program ini dikenal dengan program RASKIN. Selain itu KPS juga dapat digunakan untuk mendapatkan manfaat program bantuan siswa
miskin (BSM), dan program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Penelitian ini menggunakan Preference Ranking Organization Methods For Enrichment Evaluations (Promethee). Metode tersebut menjadi dasar penelitian yang dikutip dalam buku Sistem Pendukung Keputusan (Suryadi dan Ali, 2000), dimana metode tersebut juga termasuk kedalam metode perankingan yang dapat menentukan urutan berdasarkan prioritas sesuai kriteria yang telah ditentukan. sehingga dapat menentukan keluarga mana yang benar-benar berhak untuk memperoleh Kartu Perlindungan Sosial.
II. LandasanTeori II.1.Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang sistem pendukung keputusan penerima kartu perlindungan sosial ini didasari pada penelitian sebelumya yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dengan Metode Promethee”, (Reizha Arista, 2013), dalam Penelitian ini dijelaskan bagaimana sistem melakukan proses menentukan Keluarga yang berhak menerima JAMKESMAS dengan menggunakan metode Promethee. Sebelumnya proses pemilihan dilakukan secara manual oleh masing-masing kelurahan, dengan adanya sistem pendukung keputusan ini diperoleh hasil akhir dalam bentuk perangkingan secara cepat dan tepat, sehingga Kelurahan dapat menentukan Keluarga yang berhak menerima JAMKESMAS secara akurat.
Penelitian serupa dilakukan juga oleh (Lemantara, julianto, et al, 2013) dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode AHP dan Promethee”. Dalam penelitian ini dijelaskan untuk membuat aplikasi sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP dan metode Promethee sebagai alat bantu pemilihan Mahasiswa Berprestasi yang akan dikirim ke suatu event dengan lebih cepat, tepat dan objektif, yang mana data pertamakali diproses menggunakan metode AHP hasil yang didapat kemudian diproses kembali menggunakan metode
II.2.Definisi Keputusan
Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam pemecahan masalah tersebut (Kusrini, 2007)..
II.3.Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau dikenal juga dengan Decision Support System
(DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Manajement Decision Systems. Selanjutnya, sejumlah perusahaan, lembaga penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan penelitian dan membangun SPK. Sistem ini merupakan suatu sistem berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur (Daihani, 2001).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mempunyai 3 (tiga) komponen utama yaitu :
1. Subsistem manajemen data/basis data. 2. Subsistem manajemen model/basis model. 3. Subsistem penyelenggara dialog.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan (SPK) adalah:
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Sistem yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan yang diurutkan berdasarkan rangking.
3. System yang membantu kerja si pembuat keputusan (decision maker).
4. System yang dapat memecahkan masalah terstruktur dan tidak terstruktur.
5. System yang menggunakan data, basis data, dan model keputusan.
2.4. Komponen Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat subsistem seperti terlihat pada gammbar berikut ini : (Turban, 2005).
1. Manajemen Data, meliputi basis data yang berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut
Database Management System (DBMS). 2. Manajemen Model berupa sebuah paket
perangkat lunak yang berisi model-model finansial, statistik, manajement science atau model kuantitatif yang menyediakan kemampuan analisa dan perangkat lunak manajemen yang sesuai.
3. Subsistem dialog atau komunikasi, merupakan subsistem yang dipakai oleh user untuk berkomunikasi dan memberi perintah (menyediakan user interface)
4. Manajemen knowledge yang mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri.
Gambar 1. Model Konseptual Sistem Pendukung Keputusan
2.5.Multiple Criteria Decision Making (MCDM)
MCDM merupakan teknik pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternative yang ada. Kriteria merupakan ukuran, aturan-aturan ataupun standar-standar yang memandu suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui pemilihan atau memformulasikan atribut-atribut, obyektif-obyektif, maupun tujuan-tujuan yang berbeda, maka atribut, obyektif maupun tujuan dianggap sebagai kriteria. Criteria dibangun berdasarkan kebutuhan dasar manusia serta nilai-nilai yang diinginkan (Yusnita, 2000). 2.6. Pengertian Promethee
Promethee adalah suatu penentuan urutan (Prioritas) dalam analisis multikriteria. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan dan kestabilan. Dugaan dari dominasi criteria yang digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai dalam hubungan Outranking. Promethee
termasuk metode peringkat yang cukup sederhana dalam konsep dan aplikasi dibandingkan dengan metode lain untuk analisis multikriteria. (Brans,1998).
Promethee menyediakan kepada user untuk menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. Promethee
mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, Decision Maker hanya mendefinisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria, dengan memusatkan pada nilai (value) tanpa memikirkan tentang metode perhitungannya.
2.7.Fungsi Preferensi
Promethee menyajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini tentu saja tidak mutlak, namun bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus, Untuk setiap kritaria, fungsi preferensi menerjemahkan perbedaan antara dua alternative menjadi derajat preferansi mulai dari nol sampai satu. Struktur preferensi Promethee berdasarkan perbandingan. Semakin kecil nilai deviasi maka semakin kecil nilai preferensinya, Semakin besar nilai deviasi maka semakin besar nilai preferensinya. Dalam rangka memfasilitasi pemilihan fungsi preferensi tertentu, Brans dan Vincke, mengusulkan enam tipe preferensi yaitu : 1. Kriteria Biasa (Usual Criterion)
H
(
d
)
{
0
Jika d
=
0
1
Jikad ≠
0
dimana d = selisih nilai kriteria {d = f(a) – f(b)} Pada kasus ini tidak ada beda (sama penting) antara a dan b jika hanya jika f(a) = f(b). Apabila nilai kriteria pada masing-masing alternatif memiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif yang memiliki nilai lebih baik.
Gambar 2. Preferensi Kriteria Biasa 2. Kriteria Quasi (Quasi Criterion)
H
(
d
)
{
0
Jika
−
q ≤ d ≤ q
1
Jika d
←
q ataud
>
q
Alternatif memiliki preferensi yang sama penting jika selisih dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q. Apabila selisih masing-masing alternatif melebihi nilai q, maka bentuk preferensi mutlak
Gambar 3. Preferensi Kriteria Quasi 3. Kriteria dengan preferensi linier
H
(
d
)
{
0
Jika
−
p≤ d ≤ p
1
Jika d
←
p atau d
>
p
Selama Nilai selisih memiliki nilai lebih rendah dari p, maka preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai d. jika nilai d lebih besar disbanding dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak.
Gambar 4. Preferensi Linier 4. Kriteria Level (Level Criterion)
¿
0
Jika
|
d
|
≤ q
¿
0,5
Jika q
<
|
d
|
≤ p
1
Jika p
<
¿
d
∨
¿
H
(
d
)
¿
Jika berada di antara nilai q dan p, berarti H (d) = 0,5
Gambar 5. Preferensi Kriteria Level 5. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang
tidak berbeda
¿
0
Jika
|
d
|
≤ q
¿
(
|
d
|
−
q
)/(
p
−
q
)
Jikaq
<|
d
|
≤ p
1
Jika p
<
¿
d
∨
¿
H
(
d
)
¿
Gambar 6. Preferensi linier dan area yang tidak berbeda
6. Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion) H (d) = 1 –exp { -d2 / 2σ2 }
Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai σ,
Gambar 7. Preferensi Kriteria Gaussian Dalam tabel 1 terdapat threshold preferensi p dan q. threshold pengabaian q adalah deviasi terbesar yang dianggap dapat diabaikan oleh pengambil keputusan. sedangkan threshold prefensi p adalah deviasi terkecil yang dianggap cukup untuk menghasilkan preferensi penuh.
2.8. Tahapan Prosedur Promethee
Adapun tahapan prosedur untuk pelaksanaan
Promethee adalah sebagai berikut: (Ignatius, 2012)
1. Penentuan deviasi berdasarkan perbandingan berpasangan
dj(a,b) = g(a) –g(b) j = 1,2,…..,k (1)
dimana dj(a,b) menunjukkan perbedaan antara
evaluasi dari a dan b pada setiap kriteria, dan k menunjukkan kriteria berhingga.
2. Penerapan fungsi preferensi
Pj(a,b) = Fj (dj(a,b)) j = 1,2,…..,k (2)
dimana Pj(a,b) sebagai fungsi dj(a,b)
menunjukkan preferensi alternative a yang berkaitan dengan alternative b pada setiap kriteria.
3. Perhitingan indeks preferensi global
φ
(a,b) =∑
i=1
n
P
j(
a , b
)
W
j ,∀
a , b
∈
A
(3)dimana
φ
(a,b) dengan a lebih besar dari b (antara nol hingga satu) didefinisikan sebagai jumlah bobot p(a,b) pada setiap criteria, dan wjadalah bobot yang berhubungan dengan criteria ke-j.
4. Perhitungan aliran perangkingan dan peringkat parsial
+
¿
Φ
¿ (a) =1
n
−
1
x∑
∈Aφ
(
a , b
)
(4)−
¿
Φ
¿ (a) =1
n
−
1
x∑
∈Aφ
(
a , b
)
(5)dimana
+
Φ
¿
¿ (a) dan−
¿
Φ
¿ (a)menunjukkan leaving flow dan entering flow
pada setiap alternative.
5. Perhitungan aliran perangkingan bersih dan peringkat lengkap
Φ (a) =
+
Φ
¿
¿ (a) -−
Φ
¿
¿ (a) (6)dimana Φ (a) adalah net flow, digunakan untuk menghasilkan keputusan akhir penentuan urutan dalam menyelesaikan masalah sehingga menghasilkan urutan lengkap.
Dalam metode Promethee ada dua macam perangkingan parsial yang didasarkan pada hasil perhitungan yakni sebagai berikut :
1. Perangkingan parsial yang didasarkan pada nilai Entering Flow dan Leaving Flow.
2. Perangkingan lengkap atau komplit yang didasarkan pada nilai Net Flow.
3. Analisis Pemecahan Masalah dan Hasil Dalam menganalisa sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Promethee
dapat diketahui dari beberapa proses, berikut pembahasan penyelesaian menggunakan metode
Promethee.
Terdapat 6 kriteria yang digunakan dalam proses penilaian keadaan real masing-masing kandidat keluarga peserta, adapun kriteria yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Kriteria Kepemilikan Dokumen Kependudukan (F1)
Kriteria Bobot Penilaian Tidak Memiliki KTP dan KK 1
Memiliki KTP 2
Memiliki KK 3
Memiliki KTP dan KK 4
Tabel 2. Kriteria Lama Warga Menetap (F2)
Kriteria Bobot Penilaian Menetap Selama >10 Tahun 3 Menetap Selama < 10 Tahun 2
Pindahan dan Menyewa 1
Tabel 3. Kriteria Penddikan Warga (F3)
Kriteria Bobot Penilaian
Tidak Tamat Sekolah 4
Tamat SD 3
Tamat SMP 2
Tamat SMA 1
Tabel 4. Kriteria Pendapatan Warga (F4)
Kriteria Bobot Penilaian
>Rp.200.000 s/d Rp.400.000 3 >Rp.400.000 s/d Rp.600.000 2
>Rp. 600.000,- 1
Tabel 5. Kriteria Jumlah Tanggungan (F5)
Kriteria Bobot Penilaian Memiliki Tanggungan diatas
3 Orang 3
Memiliki Tanggungan 1 s/d 3 Orang
2 Tidak Memiliki Tanggungan 1
Tabel 6. Kriteria Keadaan Fisik Bangunan (F6)
Kriteria Bobot Penilaian Fisik Bangunan Terbuat dari
Bambu dan Papan
3 Fisik Bangunan Sei
Permanen / Kayu dan Batu 2 Fisik Bangunan Permanen /
Tembom Batu 1
Berikut 5 data sampel keluarga calon penerima Kartu Perlindungan Sosial, yang merupakan hasil penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Tabel 7. Data Sampel Keluarga
Kriteria A BNilai AlternatifC D E
F1 4 2 1 3 4
3.1. Langkah-langkah penyelesaian : 1. Menghitung Nilai Preferensi
Pada tahapan ini dilakukan perbandingan antara satu alternative dengan alternative lainnya, dengan cara mengurangkan nilai alternative pertama dengan alternative kedua, kemudian hitung nilai preferensinya sesuai dengan type preferensi yang digunakan. Untuk lebih lengkat dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini :
Tabel 8. Nilai Preferensi untuk Kriteria F1
F1= Kepemilikan Dokumen Kependudukan
F1 (A,B) Tabel 9. Nilai Preferensi untuk Kriteria F2
F2= Lama Warga Menetap
F2 (A,E)
Tabel 10. Nilai Preferensi untuk Kriteria F3
F3= Pendidikan Warga
F3 (A,B)
Tabel 11. Nilai Preferensi untuk Kriteria F4
F4= Pendapatan Warga
d = F4 (B) – F4 (D)
Tabel 12. Nilai Preferensi untuk Kriteria F5
F5= Jumlah Tanggungan
F5 (A,B)
Tabel 13. Nilai Preferensi untuk Kriteria F6
F6= Keadaan Fisik Bangunan
d ≤ 0
Maka H(d) = 0
d ≤ 0
Maka H(d) = 0 F6 (C,E)
d = F6 (C) – F6 (E)
d = 2 – 3 d ≤ 0
Maka H(d) = 0
F6 (E,C)
d = F6 (E) – F6 (C)
d = 3 – 2 d > 0
Maka H(d) = 1 F6 (D,E)
d = F6 (D) – F6 (E)
d = 2 – 3 d ≤ 0
Maka H(d) = 0
F6 (E,D)
d = F6 (E) – F6 (D)
d = 3 – 2 d > 0
Maka H(d) = 1
2. Menghitung Indeks Preferensi Multikriteria
(A,B) =
1
6
(1
+
0
+
1
+
0
+
1
+
1)
=
4
6
= 0,666
(B,A) =
1
6
(0
+
0
+
0
+
1
+
0
+
0
)
=
1
6
=
0,166(A,C) =
1
6
(1
+
1
+
0
+
0
+
1
+
1)
=
4
6
= 0,666
(C,A) =
1
6
(
0
+
0
+
1
+
0
+
0
+
0
)
=
1
6
=
0,333= 0,2
(A,D) =
1
6
(
1
+
1
+
1
+
0
+
1
+
1)
=
5
6
= 0,833
(D,A) =
1
6
(
0
+
0
+
0
+
0
+
0
+
0)
=
0
6
= 0
(A,E) =
1
6
(
0
+
1
+
0
+
0
+
1
+
0
)
=
2
6
= 0,333
(E,A) =
1
6
(
0
+
0
+
0
+
1
+
0
+
0
)
=
1
6
= 0,166
(B,C) =
1
6
(
1
+
1
+
0
+
1
+
0
+
0
)
=
3
6
= 0,5
(C,B) =
1
6
(
0
+
0
+
1
+
0
+
1
+
1)
=
3
6
= 0,5
(B,D) =
1
6
(
0
+
1
+
0
+
1
+
0
+
0)
=
2
6
= 0,333
(D,B) =
1
6
(
1
+
0
+
0
+
0
+
0
+
1)
=
2
6
= 0,333
(B,E) =
1
6
(0
+
1
+
0
+
0
+
0
+
0
)
=
1
6
= 0,166
(E,B) =
1
6
(1
+
0
+
1
+
0
+
1
+
1)
=
4
(C,D) =
1
6
(0
+
1
+
1
+
0
+
1
+
0
)
=
3
6
= 0,5
(D,C) =
1
6
(1
+
0
+
0
+
0
+
0
+
0
)
=
1
6
= 0,166
(C,E) =
1
6
(0
+
0
+
1
+
0
+
0
+
0
)
=
1
6
= 0,166
(E,C) =
1
6
(1
+
0
+
0
+
1
+
0
+
1)
=
3
6
= 0,5
(D,E) =
1
6
(0
+
0
+
0
+
0
+
0
+
0)
=
0
6
= 0
(E,D) =
1
6
(1
+
1
+
1
+
1
+
1
+
1)
=
6
6
= 1
Tabel 14. Nilai Indeks Preferensi Multikriteria
A B C D E
A 0,666 0,666 0,833 0,333
B 0,166 0,5 0,333 0,166
C 0,166 0,5 0,5 0,166
D 0 0,333 0,166 0
E 0,166 0,666 0,5 1
3. Menghitung Leaving Flow (LF)
LF(A) =
1
(
5
−
1
)
(
0,666
+
0,666
+
0,833
+
0,333
)
=
2,498
4
= 0,624
LF(B) =
1
(
5
−
1
)
(
0,166
+
0,5
+
0,333
+
0,166
)
=
1,165
4
= 0,291
LF(C) =
1
(
5
−
1
)
(
0,166
+
0,5
+
0,5
+
0,166
)
=
1,332
4
= 0,333
LF(D) =
1
(
5
−
1
)
(
0
+
0,333
+
0,166
+
0
)
=
0,499
4
= 0,124
LF(E) =
1
(
5
−
1
)
(
0,166
+
0,666
+
0,5
+
1
)
=
2,332
4
= 0,583
4. Menghitung Entering Flow (EF)
EF(A) =
1
(
5
−
1
)
(
0,166
+
0,166
+
0
+
0,1,66
)
=
0,498
4
= 0,124
EF(B) =
1
(
5
−
1
)
(
0,666
+
0,5
+
0,333
+
0,666
)
EF(C) =
1
(
5
−
1
)
(
0,666
+
0,5
+
0,166
+
0,5
)
=
1,832
4
= 0,458
EF(D) =
1
(
5
−
1
)
(
0,833
+
0,333
+
0,5
+
1
)
=
2,666
4
= 0,666
EF(E) =
1
(
5
−
1
)
(
0,333
+
0,166
+
0,166
+
0
)
=
0,665
4
= 0,166
5. Menghitung Net Flow (NF)
NF (A) = 0,624 – 0,124 = 0,5 NF (B) = 0,291 – 0,541 = - 0,25 NF (C) = 0,333 – 0,458 = - 0,125 NF (D) = 0,124 – 0,666 = - 0,542 NF (E) = 0,583 – 0,166 = 0,417 3.2. Hasil Perhitungan Promethee Tabel 15. Hasil Peritungan Promethee
Alternati
f LF EF NF Ranking
A 0,62
4 0,124 0,5 1
B 0,29
1 0,541 -0,25 4
C 0,33
3
0,45 8
-0,125 3
D 0,12
4 0,666 -0,542 5
E 0,58
3 0,166 0,417 2
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Net Flow tertinggi adalah 0,5 maka peringkat pertama untuk Keluarga yang berhak untuk menerima KPS adalah Kepala Keluarga dengan inisial A, berikutnya dengan Net Flow sebesar 0,417 merupakan peringkat kedua yang diraih oleh Keluarga dengan Kepala Keluarga berinisial E, berikutnya diposisi ketiga ditempati oleh Kepala Keluarga dengan inisial C, posisi keempat ditempati oleh Kepala Keluarga dengan inisial B dan yang diposisi terakhir ditempati oleh Kepala
Keluarga dengan inisial D dengan nilai Net Flow -0,542 yang merupakan nilai Net Flow terendah.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan metode Promethee ini dapat membantu dalam penetapan Keluarga yang berhak untuk menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS), dimana outputnya menghasilkan ranking Kepala Keluarga yang akan direkomendasikan untuk memperoleh Kartu Perlindungan Sosial (KPS).
2. Keluaran hasil perhitungan pada sistem ini tergantung dengan input-an kaidah, preferensi dan parameter-parameter yang digunakan dalam proses perhitungan, karena setiap fungsi memiliki karakteristik data yang berbeda.
4.2.Saran
Dari hasil analisa dan penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kelurahan sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam proses penentuan Keluarga yang berhak menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dapat menggunakan metode
Promethee ini sebagai bahan rekomendasi untuk mengetahui urutan Keluarga berdasarkan rangking Keluarga yang berhak menerima KPS berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Metode ini juga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalan yang memiliki multi kriteria dalam proses pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Arista, R. 2013, Sistem Pedukung Keputusan Penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dengan Metode Promethee”. ISSN:2301-9425. Brans, J.P. 1998. “Promethee Method”. Belgia :
Centrum Voor Statistiek Operationeel Onderzoek, Brussel University. Avalaible:
Ignatius, J., dkk. 2012. “ Financial Performance of Iran’s Automotive Sector Based on PROMETHEE II”. Malaysia: IEEE ICMIT.
Daihani, D, Umar. 2001. “Komputerisasi Pengambilan Keputusan”, Jakarta, PT.Elex Media Komputindo.
Suryadi, K., dan Ramdhani, A. (2000). Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Kusrini, 2007. “Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan”, Andi, Yogyakarta.
Lemantara, Julianto, et al. 2013. “Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Mengunakan Metode AHP dan Promethee”. JNTETI, Vol.2, No.4, ISSN: 2301-4156.
Pradita, Ranida dan Hidayah, Nurul. 2013. “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode Promethee”. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol.2, No.1. ISSN: 2337-3520. Pressman, R.S. 2010. “Rekayasa Perangkat Lunak
(Jilid 1)”. Indonesia: Andi Publisher. Turban, E., Aronson, J.E., Liang, T.P 2005. “ Sistem
Pendukung Keputusan (jilid 1)”. Indonesia: Andi Publisher.