Liberalisme Dalam Hubungan Internasional
oleh
Retno Septaningtyas WP (F1I013025)
Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Jenderal Soedirman
Dalam perkembangan Ilmu Hubungan Internasionaltelah dilandasi oleh berbagai perspektif-perspektif yang berkembang. Salah satunya adalah Liberalisme. Terdapat empat Asumsi dasar Liberalisme yaitu sifat manusia baik yang berarti manusia mampu untuk bekerja sama ; Asumsi kedua adalah keyakinan bahwa Hubungan Internasional lebih bersifat kooperatif dari pada konfliktual, Lalu kaum Liberalis percaya bahwa negara pada hakikatnya dibentuk oleh manusia, oleh karena itu memiliki sifat dasar yang sama dengan manusia1.
Pandanag ini sangat berbading terbalik olehdaenga Realis yang memandang pesimis oleh sifat manusia dimana manusia selalu mementingkan ego masing-masing sehingga untuk mencapai perdamaian maka harus melalui jalur perang.
Kaum liberal yang memandang positif tentang sifat manusia. Mereka meyakini bahwa pikiran manusia dan prinsip-prinsip rasional yang ada di dalam masing-masing individu dapat dipakai pada masalah-masalah internasional. Kaum liberal pun mengakui bahwa setiapindividu akan memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap satu hal2. Di sisi lain, individu-individu memiliki banyak kepentingan dan dengan
demikian dapat terlibat dalam berbagai aksi sosial yang kooperatif dan kolaboratif, baik domestik atau internasional.Mereka juga percaya bahwa adanya interdepedensi ekonomi negara-negara didunia akan mencegah negara untuk melakukan perang contohnya adalah dilakukannya perdagangan bebas untuk saling menumbuhkan rasa kerjasama dan saling menguntungkan satu sama lain yang dapat menjadi perwujudan bahwa untuk mencapai sebuah perdamaian tidak harus melalui perang3.
Aktor dalam Hubungan Internasional menurut liberalisme bukan hanya negara tetapi juga melibatkan aktor non-negaraseperti Multi National Corporation, Organisai Internasional ,dan lain-lain. Bahkan dalam liberalisme aktor non-negara dianggap lebih
1Robert Jackson & Georg Sorensen, 2005, “Pengantar Studi Hubungan Internasional”. Yogyakarta, PT Pustaka Pelajar. hal, 139.
2Ibid, hal 141
mempunyai peran dibandingkan aktor negara itu sendiri. Karena pandangan ini maka dibuatlah suatu organisai internasional yang bernama Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian. Tetapi akhirnya Liga Bangsa-Bangsa ini gagal dengan adanya perang dunia kedua. Kegagalan ini membuat perspektif Realisme mendominasi dan berkembang kuat pada era ini.
Liberalisme memandang bahwa hubungan internasional bersifat kooperatif. Liberalisme sangat menjunjung tinggi kebebasan dan kemajuan individu. Individu akan membentuk sebuah kelompok atau organisasi yang dapat saling memberikan kebahagian satu sama lain, dan dari kelompok-kelompok tersebut, setiap individu dapat mencapai kebahagiannya dengan menyatukan kepentingan-kepentingan bersama. Bagi perspektif liberalisme hubungan antar negara dapat dilakukan seperti itu, karena negara terbentuk dari individu-individu yang mempunyai kepentingan bersama sehingga mencapai sebuah kebahagiaan. Perspektif liberalisme percaya bahwa hubungan internasional lebih bersifat kooperatif daripada konfliktual4.
Pemikiran-pemikiran liberal sangat erat kaitannya dengan munculnya negara liberal modern. Liberal meyakini tentang potensi yang besar bagi kemajuan manusia dalam civil society dan perekonomian kapitalis modern dimana keduanya dapat berkembang dalam negara-negara yang menjamin kebebasan individu. Modernitas membentuk kehidupan yang baru dan lebih baik, bebas dari pemerintahan yang otoriter dan dengan tingkat kesejahteraan yang jauh lebih tinggi. Ketika semua negara meneraapakan prinsip ini,maka negara-negara itu akan saling menghargai dan saling mempercayai satu sama lain.
Liberalisme di bagi menjadi 4 aliran berbeda yaitu
1. Liberalisme Sosiologis
Liberalisme sosiologi menganggap hubungan transnasional merupakan aspek hubungan internasional yang penting. hubungan transnasional adalah hubungan antar masyarakat, kelompok dengan kelompok, dan organisasi dengan organisasi yang berasal dari negara yang berbeda. Sehingga dengan kata lain, semakin kecil kapasitas keterlibatan antar pemerintah sehingga semakin banyak hubungan antar bangsa yang dapat terwujud. Dalam liberalisme sosiologis, peran individu dalam politik global sangatlah penting. Sehingga Ilmu Hubungan Internasional tidak
hanya mempelajari hubungan antar pemerintah nasional saja tetapi hubungan antar individu serta kelompok juga turut menjadi kajian Ilmu Hubungan Internasional. Hubungan kesalingketergantungan antara masyarakat menjadi satu oleh adanya kooperatif dibanding dengan hubungan antar negara.
Konferensi kepemudaan seperti International Youth Conference adalah bentuk transnasionalisme antar individu yang berhasil mempertemukan pemuda-pemuda potensial dari berbagai bangsa untuk membicarakan solusi dari berbagai macam isu internasional kontemporer.
2. Liberalisme Interdependensi
Liberalisme interdependensi beranggapan bahwa perekonomian internasional yang meningkatkan interdependensi antar-negara akan menekan dan mengurangi konflik kekerasan antar-negara5. Terdapat hubungan antara tingkat
interdependensi dengan hubungan transnasional dimana dalam dalam interdependensi, aktor-aktor transnasional semakin penting sehingga kekuatan-kekuatan militer kurang berguna dalam Hubungan InternasionalNamun setelah berakhirnya perang, kekuatan militer tidaklah lagi dijadikan alat mencari kekuasaan. Kesejahteraan yang menjadi tujuan utama bagi negara-negara membuat negara melakukan integrasi yang didalamnya juga merupakan cara untuk membentuk hubungan antar negara dan mewujudkan perdamaian.
Salah satu contoh adalah Uni Eropa yang sebelumnya merupakan kawasan yang memiliki sejarah konflik yang panjang namun telah bergerak pada stabilitas politik serta kerjasama ekonomi yang kuat dan membawa pada pertumbuhan secara signifikan di kawasan.
3. Liberalisme Institusional
Dalam Liberalisme institusional percaya bahwa adanya institusi internasional dapat mendorong dan memajukan kerjasama di antara negara-negara, institusi internasional jugadapat menampung kepentingan-kepentingan setiap negara. institusi internasional mampu menjadi seperangkat aturan yang mengatur tindakan negara sehingga dengan kata lain Liberal percaya bahwa negara dapar diatur oleh power supranasional.Kaum Liberalisme ini menyatakan bahwa dengan adanya
Institusi Internasional dapat memajukan kerjasama antar negara akan menciptakan perdamaian. Institusi ini juga dapat mengurangi rasa curiga, takut antar negara karena institusi ini menyediakan rasa kesinambungan serta perasaan stabilitas bagi setiap negara anggota. Dengan adanya kesinambungan serta kestabilan tersebut dapat memajukan kerjasama dan mendapatkan keuntungan timbal balik.
4. Liberalisme Republikan
Republikan berarti negara-negara yang demokrasi. Dalam Liberalisme republikan menekankan nilai pentingnya demokrasi dalam hubungan internasional. Liberalisme republikan berpendapat bahwa negara demokrasi merupakan negara yang patuh pada hukumsehingga bersifat lebih damai. Liberailisme Republikan juga meyakini bahwa negara demokrasi tidak mungkin melakukan intervensi atau mencari konflik dengan negara demokrasi lainnya karena negraa-negara demokrasi selalu menyelesaikan konflik politik dengan mengedepankan penyelesaian secara damai, karena pemerintahan negara demokratis berada pada kendali masyarakatnya sehingga tidak menyarankan untuk melakukan peperangan. Kedua,bahwa setiap negara demokrasi memegang nilai-nilai moral bersama. LiberalismeRepublikan optimis bahwa perdamaian dan kerjasama akan dapat berlangsung dalam hubungan internasional apabila didorong pula dengan adanya kemajuan menuju dunia yang lebih demokratis6.
REFERENSI
Burchill, Scoot. 2005. Theories of International Relations (Third Edition). New York:
Palgrave Macmillan.
Jackson, Robert & Georg Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.