• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS ( ESSAY )

Sebagai tugas dalam mata kuliah Etika dan Hukum Keperawatan

`

OLEH :

Zidni N. Yuhbaba NIM : I4670300111014

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK Oleh : Zidni N. Yuhbaba

A. PENDAHULUAN

Keperawatan adalah profesi yang mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Dalam arti lain profesi keperawatan bersifat humanistis, dan lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibanding dengan kepentingan pribadi. Perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat bagi pasien, pendidik, konselor, koordinator, kolabolator, konsultan dan juga peneliti (Masruroh H, 2014). Seorang perawat profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan intelektual, teknikal, interpersonal dan memahami etika profesi. Etika profesi digunakan sebagai acuan dalam melaksanankan praktik keperawatan. Tentang bagaimana suatu hal dikatakan benar dan dikatakan salah. Perawat sering kali dihadapkan pada suatu kondisi dilema etik yang menempatkan perawat untuk berfikir apa yang harus dilakukan, apa yang seharusnya dilakukan, apakah tindakannya benar atau tidak dan menuntut perawat untuk mengambil suatu keputusan yang tepat (Dermawan, 2013).

Etik sendiri berarti kebiasaan atau budaya. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat istiadat, kebiasaan. Etika diartikan sebagai kebiasaan yang baik atau tata cara hidup yang baik. Etik mengacu pada metode yang membatu orang dalam memahami moralitas perilaku manusia. Etik juga merupakan cara pandang terhadap perilaku manusia, standar perilaku dan keyakinan. Perawat dianggap bertanggung jawab terhadap perilaku etik mereka. Sehingga perawat perlu memahami nilai mereka sendiri berkaitan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam suatu keputusan etik yang diambil. Praktik keperawatan diatur oleh kode etik keperawatan yang merupakan standart atau prinsip etik yang mencerminkan penilaian moral terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Kode etik ditujukan untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai standart profesi dan membatu masyarakat memahami perilaku profesional, memberi komitmen, memberi garis besar pertimbangan etik, memberi pedoman perilaku profesional dan sebagai panduan profesi dalam pengaturan diri. Dengan demikian perawat diharapkan terhindar dari masalah etik yang sering terjadi dalam pelaksanaan praktik keperawatan. (Blais, 2007; Masruroh H, 2014)

Dilema etik adalah kondisi yang mengharuskan perawat untuk melakukan analisa, menepis, melakukan sintesa dan menentukan keputusan terbaik bagi pasien. Dilema etik menempatkan perawat pada kondisi dimana dia harus menimbang, memilah dan menapis pilihan keputusan yang menjadi sulit diputuskan jika kedua piihan tidak ada yang benar benar baik ataupun keduanya sama sama baik berdasarkan prinsip etis. Prinsip prinsip etis yang menjadi bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan etis diantaranya adalah otonomi, nonmaleficience, beneficience, justice, fidelity dan veracity. Keputusan etis akan menjadi sulit diambil ketika terdapat pertentangan antara prinsip prinsip etis tersebut(Fjetland, 2009; Masruroh H, 2014)

(3)

memutuskan suatu tindakan antara nilai nilai dan aturan yang dianut. Mengenali tantangan etis yang terlibat meliputi langkah langkah pengambilan keputusan etis yaitu ; mengidentifikasi bahwa konflik etika dapat terjadi dan menganalisa masalah, merenungkan fakta atau data data yang relevan, siapa saja yang terlibat dan berkepentingan, konsekuensi yang ditanggung, dan sumberdaya yang tersedia. Perawat harus dapat memutuskan hal yang tepat diakukan untuk dilakukan dalam situasi ini dan melaksanakan, mengevaluasi dan menilai kembali jalan yang dipilih utuk menangani diema etis.

B. CONTOH KASUS

Sebagai contoh kasus dilema etis yang sering terjadi adalah ketika perawat harus memutuskan untuk melakukan tindakan atau tidak, pada kondisi pasien yang membutuhkan pertolongan medis. Seorang pasien datang ke tempat praktik mandiri perawat dengan luka karena terkena sayatan pisau. Keadaan luka cukup dalam, terjadi banyak perdarahan dan membutuhkan penanganan segera. Perawatan luka dan balutan saja tidak cukup, sehingga perlu untuk dilakukan penjahitan. Perawat menyarankan kepada pasien untuk dirujuk ke dokter atau puskesmas. Namun pasien menolak dan bersikukuh untuk mendapatkan perawatan hanya dari perawat tersebut. Perawat tahu bahwa tindakan harus segera dilakukan, namun tindakan tersebut bukan wewenangnya dan jika perawat tidak segera melakukan tindakan maka prognosa buruk akan terjadi kepada pasien. Pada kasus tersebut terdapat nilai nilai yang menjadi pertimbangan diantaranya nilai kemanusiaan dan nilai profesionalitas. Dalam hal ini sejauh mana perawat boleh melakukan tindakan atas kasus yang terjadi, melanggar prinsip prinsip etika profesi atau tidak. Jika tidak dilakukan tindakan apa yang akan terjadi. Jika dilakukan tindakan maka akan ada pelanggaran terhadap etika profesi pula. Menjadi semakin rumit dan pelik ketika dampak emosional terjadi, seperti perasaan bingung, bersalah, frustasi bahkan ketakutan.

C. PEMBAHASAN

Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat untuk membuat keputusan etik. Dengan cara sebagai berikut ; pertama, menghubungkan kasus dengan teori yang paling tepat. Sehingga perawat mendapatkan gambaran terkait pilihan keputusan yang harus diambilnya. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah yang terjadi. Kedua, perawat harus menghubungkan dengan prinsip prinsip etika profesi yang berlaku. Ketiga, perawat perlu mengidentifikasi siapa saja yang ikut serta dalam pengambilan keputusan. Keempat, perawat mengidentifikasi konsekwensi yang mungkin terjadi dari alternatif keputusan yang ada. Dan kelima perlu memperhatikan keinginan pasien dlam hal ini berkaitan dengan prinsip etik yaitu otonomi yang berarti hak untuk membuat keputusan sendiri (Blais, 2007).

(4)

keperawatan. Meliputi hak untu mendapatkan perawatan, hak untuk memilih da memutuskan perawatan atau pengobatan untuk dirinya sendiri. Namun perawat juga tidak dapat mengabaikan kode etik yang dan undang undang yang membatasi kewenangan tindakan yang boleh dilakukan perawat.

Jika ditinjaun dari prinsip etik yang menjadi perimbangan dalam pengambilan keputusan yaitu prtamay otonomi. Otonomi berarti menghargai kemampuan individu yang mempunyai harga diri dan martabat, yang mampu memutuskan sendiri hal hal berkaitan dengan dirinya. Otonomi berarti kemampuan mengatur atau menentukan sendiri. Otonomi berakar pada rasa hormat terhadap individu. Didalam prinsip otonomi, perawat harus menghargai dan menghormati hak pasien untuk memilh dan memutuskan sendiri pengobatannya. Kecenderungan pasien lebih memlih tenaga kesehatan perawat dibandngkan dengan profesi lain untuk meningkatkan status kesehatanya diakibatkan beberapa faktor. (Brown, 2007) dalam jurnalnya yang berjudul Consumer pespectives on nurse practicioners and independence practice di Washingtonmenjelaskan bahwa 90% dari respondennya merasa puas dan menyukai praktik keperawatan dibanding dengan praktik kesehatan lain. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya perawat tidak hanya sekedar memberi pengobatan, tetapi juga ada unsur “merawat”, bersikap caring dan ramah kepada pasiennya. Sehingga pasien lebih nyaman dirawat oleh perawat, selain itu biaya perawatan dan akses yang lebih terjangkau menjadikan profesi keperawan dipilih untuk mengatasi masalah kesehatannya.Keputusan untuk memilih pengobatan dan siapa yang mengobati adalah hak penuh seorang pasien. Dalam jurnal A path analytic model of ethical conflict in practice and autonomy in a sample of nurse practicioners (Connie M Ulrich, 2005) menyebutkan bahwa pasien memilih perawat dikarenakan adanya kepercayaan bahwa perawta dapat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri. Konflik yang sering terjadi berkaitan dengan otonomi pasien yang menenempatkan perawat pada posisi beresiko. Namun keyakinan terhadap tugas dan prinsip bahwa perawat dapat perawat mampu melaksanankan tugas secara mandiri dan menerima konsekwensi yang berlaku (Anne Dreyer, 2011)

Prinsip kedua adalah nonmaleficien yang berarti tidak merugikan pasien. Nonmaleficience adalah tidak melukai atau tidak membahayakan orang lain. Dalam hal ini perawat dituntut untuk melakukan tindakan yang tidak membahayakan atau berisiko menciderai pasiennya. Dalam kasus telah diuraikan bahwa pasien menolak mendapatkan pengobatan selain dari perawat tersebut, sedangkan putusn tindakan harus segera dilakukan. Karena jika tidak diakukan tindakan maka perawat malah justru membahayakan pasien. Ditilik dari prinsip ini nampaknya tindakan perawat yang tepat adalah melakukan tindakan dengan menjahit luka pasien untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih hebat yang merugikan pasien. Dalam keperawatan, risiko atau bahaya baik yang disengaja maupun tidak selalu tidak dapat diterima. Oleh karena itu perawat harus selalu hati hati dlam melakukan pengambilan keputusan etik.

(5)

keperawatan namun ada risiko yang ditanggung oleh perawat tersebut dikarenakan perawat melakukan tindakan diluar kewenangannya (Blais, 2007; Masruroh H, 2014)

Prinsip selanjutnya adalah justice, atau keadilan. Artinya perawat dituntut untuk memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawatan yang diberikan harus sesuai dengan standar praktik keperawatan secara profesional dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Jika ditinjau dari prisip ini tindakan perawat dalam kasus diatas perawat sebenarnya melakukan pelanggaran atas justice karena melakukan tindakan diluar dari kewenangannya, tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Selanjutnya adalah veracity atau kejujuran. Kebenaran menjadi suatu hal yang harus disampaikan perawat kepada pasiennya. Terkait dengan informasi yan disampaikan kepada pasien harus akuran, komprehensif dan obyektif sehingga pasien mengerti dan paham mengenai keadaan dirinya. Karena kebenaran merupakan dasar dalam membentuk hubungan saling percaya (Masruroh H, 2014). Dengan mengidentifikasi keterlibatan prinsip prinsip diatas diharapkan perawat dapat menimbang dan memilah prinsip apa saja yang bertentangan atau mendukung proses pengambilan keputusan. Adanya prinsip tersebut membuat perawat dan pasien memiliki pandangan dan pilhan terhadap keputusan yang akan diambil. Mana yang baik untuk dilakukan, apakah berisiko, bagaimana konsekwensinya, dll. Dengan kata lain, etik, prinsip etik adalah landasan bagi perawat untuk memutuskan suatu tindakan.

Setelah mengidentifikasi dan menganalisa prisnsip prinsip etik yang terlibat, langkah dalam pengambilan keputusan etik selanjutnya adalah mengikutsertakan pasien, keluarga ataupun profesi lain yang terkait dalam pengambilan keutusan etik. Masalah etik adalah masalah yang membuat perawat berada pada persimpangan yang menuntut dia untuk mengambil suatu keputusan. Keputusan etik bersifat situasional, namun tidak dapat serta merta diputuskan sendiri oleh perawat. Keterlibatan pasien dan keluarga merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap hak pasien. Penghormatan tersebut terkait dengan hak pasien untuk mengetahui dan memutuskan sendiri atau autonomi. Keterlibatan profesi lain misalakan dokter, ahli gizi atau profesi lain meberikan perawat pandangan terhadap baik dan buruk suatu tindakan. Dengan melibatkan pihak lain, diharapkan keputusan etis yang diambil adalah keputusan terbaik yang menguntungkan pasien. Langkah selanjutnya dalam pengambilan keputusan etik adalah menganalisa konsekuensi dari pilihan tindakan yang ada. Baik buruknya, ditinjau dari beberapa prisip tadi. Bagaimana konsekuensi dari suatu tindakan jika dilakukan, dan bagaimana jika tidak dilakukan. Kemudian langkah terakhir adalah mengambil keputusan dengan mempertimbangkan keinginan pasien. Kembali lagi pada prinsip etik pertama yaitu autonomi. Keinginan pasien adalah suatu hal yang harus dipahami dan dihormati. Bagaimanapun juga keputusan tersebut adalah berhubungan dengan kehidupan pasien.

(6)

tersebut berujuan baik pula. Teori kedua adalah teori deontologi, yaitu suatu konsep yang menitikberatkan pada moral dan kewajiban. Deontologi berbicara mengenai apa yang seharusnya diakukan. Menurut Kant dalam (Masruroh H, 2014) suatu tindakan dianggap baik apabila dilakukan berdasarkan kewajiban, terlepas dari tujuan dari tindakan tersebut. Tentu saja jika tindakan yang dilakukan perawat ditinjau dari terori ini maka kedua duanya memiliki alasan untuk mebenarkan ataupun menyalahkan tindakan tersebut. Pertama jika dipandang dari etika teleologis, tindakan perawat dianggap benar didasarkan pada tujuan dilakukanya tindakan adalah merupakan kebaikan. Dimana tujuan dilakukan tindakan adalah didasarkan pada nilai moral demi kebaikan dan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa pasien, menghormati hak otonomi pasien, menerapkan prinsip beneficience dan nonmalificience. Sedangkan jika ditinjau dari etika deontologis tindkan perawat dianggap salah karena kewajiban perawat adalah mematuhi kode etik dan peraturan perundangan yang berlaku tentang praktik keperawatan. Terlepas dari tujuan tindakan tersebut, perawat dianggap tidak melaksanakan kewajiban suatu profesi yang harus tunduk kepada kode etik dan peraturan yang berlaku. Begitu pula jika dilihat dari prinsip etik justice bahwa setiap tindakan harus dilakukan berdasarkan standart dan peraturan hukum yang berlaku. Dalam setia keputusannya perawat tidak akan pernah terlepa dari risiko yang mengancam dirinya. Setiap pilihan tindakan ad risiko yang ditanggung baik bagi pasien maupun bagi perawat itu sendiri. Untuk itu setiap putusan tindakan yang diambil harus berdasarkan persetujuan antara pihak pemberi layanan dan pihak yang diberi layanan. Bahwa penerima layanan yaitu pasien dan keluarga paham terhadap kondisi, konsekwensi dan akibat dari suat keputusan. Olehkarena itu keterlibatan pasien dan keluarga menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan bersama, tugas perawat adalah memberikan penjelasan dan informasi sejelas mungkin dna harus bersifat obyektif. Kesepakatan atas suatu tindakan yang didahului oleh adanya pemberian informasi oleh pasien atau keluarga disebut nform konsen. Inform konsen menjadi suatu senjata bagi pasien atu perwat itu sendiri. Inform consent bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam hal autonomi (Settle, 2014; Toren, 2010)

Setelah keputusan tndakan diambil dan dilakukan, maka tahap yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan bagian penting dari proses pengambilan keputusan etik. Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai outcome dari keputusan yang telah dibuat. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika terjadi kasus atau situasi yang sama. Terkait dengan bagaimana suatu keputusan etis dibuat, apakah keputusan yang diambil efektif dan tidak merugikan pasiennya.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anne Dreyer, Reidun Forde, Per Nortvedt. (2011). Ethical decision-making in nursing homes: Influence of organizational factors. Nursing Ethics. doi: 10.1177/0969733011403553

Blais, Kathleen Koenig. (2007). Praktik keperawatan profesional : Konsep dan perspektif (4 ed.). Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC.

Brown, Deonne J. (2007). Consumer perspectives on nurse practicioners and independent practice. Journal of the American academy of nurse practicioners. doi: 10.1111/j.1745-7599.2007.00261.x

Connie M Ulrich, Karen L Soeken. (2005). A path analytic model of ethical conflict in practice and autonomy in a sample of nurse practicioners. Nursing Ethics. doi: 10.1191/0969733005ne792oa

Dermawan, Deden. (2013). Pengantar keperawatan profesional. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Fjetland, Kirsten J. (2009). Ethical dilemmas: a resource in public health nurses’ everyday work?

Scandinavian journal of caring sciences. doi: 10.1111/j.1471-6712.2009.00688.x Masruroh H, Joko P, Abdul G. (2014). Buku pedoman keperawatan. Yogyakarta: Indoliterasi.

Settle, Peggy Doyle. (2014). Nurse activism in the newborn intensive care unit: Actions in response to an ethical dilemma. Nursing Ethics. doi: 10.1177/0969733012475254

Referensi

Dokumen terkait

1) Kurang matangnya observasi yang dilakukan sebelumnya sehingga banyak hal yang seharusnya diketahui lebih dini, terutama model pembelajaran. Alangkah lebih baik

Akibat stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap stress. Umumnya stress yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa aman, harga

Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.(161) Tetapi orang- orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang

Yang Ming International juga telah memiliki Dokumen Prosedur Pelaksanaan Uji Tuntas (Due Dilligence) sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan Uji Tuntas bilamana

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

golongan senyawa kimia bioaktif yang terdapat dalam ekstrak teripang asal Papua dengan metode skrining golongan senyawa kimia dan untuk uji keamanan penggunaan bahan alam teripang

unbiased with respect to spatial scales, DO index, i.e. a statistic index introduced by Duranton and Overman in 2005, is adopted to measure the agglomeration. Using the

196.. From the data, then, we can say that there is no significant difference both in the types and the rank of the cohesive devices used. However, the students used more various