• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning dan Strategi Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi dan Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Bringin T1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning dan Strategi Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi dan Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Bringin T1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13 tuntas dan rata-rata hasil belajar kognitif selama dua siklus disajikan sebagai berikut :

Gambar 3.1. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas. (B) Rata-Rata Hasil Belajar

Kognitif Siswa.

Tabel 3.1. Data Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan II. Siklus Rata-Rata Standar Deviasi

I 81,6 9,2

II 93,6 5,7

Berdasarkan Gambar 3.1.(A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perse tase ju lah siswa ya g e e uhi ilai KKM 77 dari siklus I ke siklus II, hal ini ditunjukkan dengan persentase jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM pada siklus I hanya mencapai 63% sedangkan pada siklus II meningkat hingga 100%. Gambar 3.1.(B) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 81,6 menjadi 93,6.

Hasil tersebut juga didukung hasil uji t berpasangan sehingga diperoleh ilai sig ifika si 0,000 0,05 ya g e yataka bahwa terdapat perbedaa hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

3.1.2.Hasil Observasi Keterampilan Metakognitif

(2)

14

minimal baik secara keseluruhan dan dilihat berdasarkan setiap aspek keterampilan metakognitif diperoleh data sebagai berikut :

Gambar 3.2. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Keterampilan Metakognitif Minimal Baik.

Gambar 3.2. (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Keterampilan Metakognitif Minimal Baik pada Setiap Aspek.

Gambar 3.2. (A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik dari siklus I ke siklus II yaitu dari 45% meningkat hingga mencapai 84%. Data tersebut diperoleh dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 42% dan kriteria sangat baik yaitu 3%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 74% dan kriteria sangat baik yaitu 10%.

(3)

15

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek perencanaan, strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan adalah 53%; 39%; 55%; 16%; dan 37%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 53%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh kriteria baik yaitu 34% dan kriteria sangat baik yaitu 5%, aspek monitoring pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu 50% dan kriteria sangat baik yaitu 5%, aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu 16%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria baik yaitu 37%.

Pada siklus II persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek perencanaan, strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan meningkat dengan persentase 87%; 74%; 82%; 42%; dan 76%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 79% dan kriteria sangat baik yaitu 8%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh kriteria baik yaitu 66% dan kriteria sangat baik yaitu 8%, aspek monitoring pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu 79% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu 42%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria baik yaitu 68% dan kriteria sangat baik yaitu 8%.

3.1.3.Hasil Angket Keterampilan Metakognitif

Persepsi siswa mengenai keterampilan metakognitif yang dimiliki juga menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari gambar 3.3 sebagai berikut :

Gambar 3.3. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan

(4)

16

Gambar 3.3. (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan Metakognitif Minimal Baik pada Setiap Aspek.

Gambar 3.3.(A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki persepsi keterampilan metakognitif minimal baik dari siklus I ke siklus II yaitu dari 79% meningkat menjadi 95%. Data tersebut diperoleh dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 63% dan kriteria sangat baik yaitu 16%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 58% dan kriteria sangat baik yaitu 37%.

(5)

17

Sedangkan pada siklus II persentase jumlah siswa yang memiliki persepsi keterampilan metakognitif minimal baik pada aspek perencanaan, strategi manajemen informasi, monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan dan perbaikan, dan evaluasi secara berurutan meningkat dengan persentase 82%; 84%; 87%; 97%; dan 87%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek perencanaan diperoleh kriteria baik 48% dan kriteria sangat baik yaitu 34%, aspek strategi manajemen informasi diperoleh kriteria baik yaitu 58% dan kriteria sangat baik yaitu 26%, aspek monitoring pemahaman diperoleh kriteria baik yaitu 76% dan kriteria sangat baik yaitu 11%, aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan diperoleh kriteria baik yaitu 58% dan kriteria sangat baik yaitu 39%, dan aspek evaluasi diperoleh kriteria baik yaitu 53% dan kriteria sangat baik yaitu 34%.

3.1.4.Hasil Observasi Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi

Portofolio

Hasil observasi pembelajaran dengan menerapkan model Project Based Learning dan strategi portofolio selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 3.4. (A) Persentase Performa Siswa selama Penerapan Model PjBL dan

Strategi Portofolio pada Siklus I. (B) Persentase Performa Siswa selama Penerapan Model PjBL dan Strategi Portofolio pada Siklus II.

(6)

18

3.1.5.Hasil Angket Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model Project Based

Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio

Berdasarkan hasil angket persepsi siswa terhadap keterlaksanaan model Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio selama dua siklus, diperoleh data berdasarkan gambar di bawah ini :

Gambar 3.5. (A) Persentase Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model PjBL dan Strategi Portofolio Minimal Baik.

Gambar 3.5. (B) Persentase Persepsi Siswa terhadap Keterlaksanaan Model PjBL dan Strategi Portofolio Minimal Baik pada Setiap Aspek.

(7)

19

PjBL dan strategi portofolio meningkat menjadi 97%. Data tersebut diperoleh dengan rincian sebagai berikut, pada siklus I kriteria baik yaitu 53% dan kriteria sangat baik yaitu 39%. Pada siklus II kriteria baik yaitu 55% dan kriteria sangat baik yaitu 42%.

Gambar 3.5. (B) menunjukkan persentase persepsi siswa terhadap keterlaksanaan model PjBL dan strategi portofolio dengan kriteria minimal baik pada setiap aspek selama dua siklus. Pada siklus I persentase setiap aspek secara berurutan adalah 84%; 84%; 55%; 90%; 81%; 79%; dan 82%. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek penentuan pertanyaan mendasar diperoleh kriteria baik yaitu 71% dan kriteria sangat baik yaitu 13%, aspek mendesain rencana proyek diperoleh kriteria baik yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek menyusun jadwal diperoleh kriteria baik yaitu 55%, aspek memonitor kemajuan diperoleh kriteria baik yaitu 45% dan kriteria sangat baik yaitu 45%, aspek menguji hasil diperoleh kriteria baik yaitu 63% dan kriteria sangat baik yaitu 18%, aspek mengevaluasi pengalaman diperoleh kriteria baik yaitu 71% dan kriteria sangat baik yaitu 8%, dan aspek portofolio diperoleh kriteria baik yaitu 74% dan kriteria sangat baik yaitu 8%. Pada siklus II persentase setiap aspek secara berurutan adalah 84%; 84%; 84%; 97%; 92%; 95%; dan 84%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa menurut persepsi siswa aspek-aspek pembelajaran pada model PjBL dan strategi portofolio dilakukan selama pembelajaran berlangsung serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan metakognitif siswa. Hasil tersebut diperoleh dengan rincian pada setiap aspeknya sebagai berikut, pada aspek penentuan pertanyaan mendasar diperoleh kriteria baik yaitu 63% dan kriteria sangat baik yaitu 21%, aspek mendesain rencana proyek diperoleh kriteria baik yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 3%, aspek menyusun jadwal diperoleh kriteria baik yaitu 84%, aspek memonitor kemajuan diperoleh kriteria baik yaitu 47% dan kriteria sangat baik yaitu 50%, aspek menguji hasil diperoleh kriteria baik yaitu 81% dan kriteria sangat baik yaitu 11%, aspek mengevaluasi pengalaman diperoleh kriteria baik yaitu 79% dan kriteria sangat baik yaitu 16%, dan aspek portofolio diperoleh kriteria baik yaitu 76% dan kriteria sangat baik yaitu 8%.

3.2. Pembahasan

3.2.1.Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa

(8)

20

pada manusia. Adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan model PjBL sesuai dengan penelitian Moti dan Barzilai (Jagantara, 2014) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis proyek memberikan efek yang baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Sedangkan penggunaan portofolio yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan kembali pengetahuan yang telah dimiliki akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Riyanti, 2014).

Hasil statistik uji t berpasangan menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikasi 0,000 dengan tingkat kepercayaan 5% yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPA 2 pada siklus I dan II. Pada siklus I setelah penerapan model PjBL dan strategi portofolio diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa yaitu 81,6 dengan ketuntasan klasikal sebesar 63%, karena hasil ketuntasan klasikal pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 85%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I ditemukan beberapa kendala dalam pembelajaran yaitu pada awal pertemuan hanya 25% siswa yang mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa belum mengetahui pentingnya mencatat tujuan pembelajaran sebagai acuan untuk belajar. Pada tahap perencanaan hampir semua siswa mengalami kebingungan untuk merancang proyek dan menyusun jadwal pembuatan proyek yang akan dilakukan, sehingga guru harus menjelaskan kembali. Hal tersebut sesuai dengan hasil angket persepsi siswa mengenai keterlaksanaan model PjBL dan strategi portofolio yang menunjukkan hanya 55% siswa yang memberikan persepsi minimal baik terhadap aspek penyusunan jadwal pembuatan proyek.

Melalui kegiatan monitoring dan kemajuan proyek yang dilakukan guru diketahui bahwa sebagian besar siswa belum bisa membuat rumusan masalah yang tepat, sehingga guru harus menjelaskan kembali. Ketika siswa mengeksplorasi sumber belajar dan media pembelajaran, terlihat setiap kelompok belum membahas materi secara mendalam dan hanya terfokus pada topik yang diperoleh. Hal ini terlihat juga dari kegiatan presentasi, sebagian siswa tidak membuat catatan penting dan kurang memperhatikan presentasi kelompok lain karena masih berdiskusi tentang topik yang didapat.

(9)

21

Langkah-langkah pembelajaran yang sudah baik di siklus I ditingkatkan pada pembelajaran siklus II. Pada siklus II, siswa lebih didorong untuk mengeksplorasi berbagai sumber belajar dan media pembelajaran untuk melakukan penyelidikan berdasarkan topik yang didapat sehingga siswa dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan penjelasan Okundan bahwa melalui model pembelajaran PjBL siswa diarahkan kepada pemecahan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan membangun pengetahuannya sendiri dan dapat menghasilkan suatu hasil karya (Linawati dkk., 2015). Susilowati dkk (2013) juga menjelaskan bahwa kegiatan penyelidikan memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan menuangkan gagasan untuk proyek yang dikerjakan sehingga siswa lebih memahami materi dan akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Melalui refleksi yang dilakukan oleh setiap siswa dengan strategi portofolio pada akhir siklus I membantu siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya dan sejauh mana pemahaman siswa pada sub materi tulang. Refleksi siswa dilakukan berdasarkan perolehan nilai dari beberapa penilaian yang dilakukan guru seperti nilai pre-test, nilai post-test, dan nilai proyek. Hasil portofolio juga mendorong siswa untuk mengetahui dan memperbaiki strategi belajar siswa pada siklus I yang kurang efisien untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi selanjutnya pada siklus II. Melalui refleksi pengalaman belajar mendorong siswa untuk menghasilkan karya yang lebih bermutu di kemudian hari (Hasnunidah dan Juriyah, 2008).

Sementara hasil belajar kognitif siswa pada siklus II pada sub materi sendi dan otot mengalami peningkatan pada nilai rata-rata yaitu 93,6 dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Oleh karena peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi target 85% maka siklus dihentikan. Pembelajaran siklus II merupakan hasil perbaikan dari siklus I yang dibuktikan melalui hasil observasi pembelajaran. Pada siklus I diperoleh persentase performa siswa dengan kriteria kurang baik sebesar 22%. Sedangkan pada siklus II tidak terdapat persentase performa siswa dengan kriteria kurang baik, sedangkan kriteria sangat baik meningkat hingga 50%. Peningkatan performa siswa menunjukkan bahwa peran guru lebih optimal terjadi pada pembelajaran siklus II.

(10)

22

mengetahui tujuan pembelajaran yang bermanfaat sebagai acuan untuk mempelajari suatu materi. Sebanyak 75% siswa sudah dapat membuat rumusan masalah dengan baik sebagai dampak dari penjelasan guru pada siklus I. Pada tahap perencanaan, siswa dapat mendesain rancangan proyek dan menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan baik. Hal ini juga didukung dengan hasil angket siklus II pada aspek penyusunan jadwal presentase persepsi siswa meningkat hingga 84%.

Pada setiap pertemuan siklus II, guru selalu menegaskan kepada seluruh siswa untuk fokus terhadap semua topik materi yang didapatkan setiap kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil refleksi pada portofolio siklus I bahwa sebagian besar siswa akan lebih memperhatikan penjelasan teman yang sedang presentasi. Siswa diminta untuk membuat tanda pada catatan penting. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada kegiatan presentasi, seluruh siswa memperhatikan penjelasan dari kelompok presentator dan mencatat hal-hal penting. Siswa juga memberikan tanda berupa warna pada buku paket sebagai tanda bahwa materi tersebut sangat penting dan melakukan pengecekan catatan yang telah dibuat dengan konfirmasi yang dilakukan oleh guru.

Pembagian topik materi kepada masing-masing kelompok pada pembelajaran siklus II dilakukan secara berurut sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi sendi dan otot. Siswa juga terlihat lebih aktif dan antusias dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab ketika langkah pembelajaran menguji hasil melalui kegiatan presentasi. Pada langkah pembelajaran evaluasi pengalaman, terlihat siswa yang sudah menguasai materi membantu siswa lain yang belum memahami materi yang sedang dipelajari dan saling bertukar pikiran. Adanya perubahan strategi belajar siswa pada siklus II merupakan dampak dari hasil refleksi melalui portofolio siswa pada siklus I. Budimansyah (Hasnunidah dan Juriyah, 2008) juga menjelaskan bahwa portofolio digunakan untuk merefleksikan kegiatan belajar sehingga dikemudian hari dapat belajar lebih baik dan lebih sempurna.

(11)

23

penjelasan Adnyawati (Susilowati dkk., 2013) bahwa pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar dan mengembangkan kreativitas siswa. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proyek yang telah dikerjakan oleh siswa.

3.2.2.Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Strategi Portofolio

Meningkatkan Keterampilan Metakognitif Siswa

Berdasarkan gambar 3.2. (A) diketahui bahwa melalui penerapan model Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa kelas XI IPA 2. Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang memiliki keterampilan metakognitif minimal baik pada siklus I dan II terjadi peningkatan sebesar 39% menjadi 84%, karena telah mencapai target pada indikator keberhasilan yaitu 80% maka siklus dihentikan. Hasil observasi didukung oleh data angket persepsi keterampilan metakognitif yang ditampilkan pada gambar 3.3. (A) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase pada siklus I dan II sebesar 16%.

Penerapan model Project Based Learning (PjBL) dan strategi portofolio dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa dikarenakan pembelajaran dengan model tersebut siswa akan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari melalui pembuatan proyek. Sart (2014) menjelaskan bahwa adanya permasalahan yang diselesaikan dalam proyek merupakan ranah yang baik untuk pengembangan metakognitif karena dengan terbiasa memecahkan masalah memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan dan keterampilan berdasarkan penyelidikan. Langkah-langkah pembelajaran PjBL dapat mengakomodasi pemberdayaan proses berpikir dan proses mengetahui siswa yang disebut dengan metakognitif (Nadhiroh dkk., 2016). Adanya strategi portofolio membantu meningkatkan keterampilan metakognitif siswa pada aspek perencanaan, monitoring pemahaman, strategi menemukan kesalahan dan perbaikan, dan aspek evaluasi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Harmin dan Melanie (2006) bahwa strategi portofolio akan membantu siswa untuk merefleksikan kembali pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa dan menciptakan makna belajar untuk siswa. Siswa merefleksikan pengalaman belajarnya dengan melihat kembali apakah strategi belajar yang digunakan efisien untuk mencapai target dan tujuan belajar siswa.

(12)

24

masalah dan perbaikan, dan evaluasi. Persentase kelima aspek keterampilan metakognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Aspek perencanaan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, berdasarkan hasil observasi terjadi peningkatan sebesar 34%. Beberapa hal yang menyebabkan persentase pada aspek perencanaan siklus I masih rendah adalah siswa belum dapat menentukan apa yang benar-benar harus dipelajari sebelum pembelajaran, siswa kurang memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, dan siswa hanya memikirkan satu alternatif cara untuk menyelesaikan permasalahan.

Pada siklus II terjadi perbaikan perencanaan siswa, sebagian besar siswa telah mengetahui dan mempersiapkan materi apa yang akan dipelajari terbukti dengan hasil rata-rata pre test siklus II yaitu 52,1 lebih tinggi dibandingkan pada rata-rata pre-test siklus I hanya 41,7. Sebagian besar siswa memiliki persiapan belajar lebih baik selama pembelajaran siklus II. Hal tersebut terjadi sebagai dampak refleksi melalui portofolio siswa, sehingga siswa memperbaiki perencanaan belajarnya.

Pada awal pembelajaran siklus II siswa telah mengetahui pentingnya mencatat tujuan pembelajaran yang akan dicapai, hal ini dapat dilihat dari jurnal belajar siswa bahwa 89% siswa menuliskan tujuan pembelajaran pada sub materi sendi dan otot. Siswa memikirkan beberapa alternatif cara untuk menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi seperti buku paket, internet, dan media pembelajaran. Peran guru dalam hal ini memfasilitasi siswa dengan menyediakan alternatif sumber belajar seperti buku paket dan media pembelajaran.

Pada siklus II lembar kerja siswa didesain dengan fakta dan pertanyaan lebih kritis tentang sendi dan otot dibandingkan pada siklus I, sehingga lebih mendorong siswa untuk memecahkan masalah kontekstual. Adanya pertanyaan kritis pada PjBL akan meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga siswa akan mengetahui berbagai cara untuk menyelesaikan masalah (Warsono dan Hariyanto, 2012). Perbaikan perencanaan siswa juga terlihat pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang desain proyek, menentukan peralatan yang digunakan, dan menyusun jadwal proyek sesuai dengan waktu yang diberikan guru. Perencanaan siswa mengarahkan siswa untuk menyelesaikan proyek, terbukti dengan pengumpulan hasil proyek tepat waktu. Hasil angket keterampilan metakognitif siswa pada aspek perencanaan juga mengalami peningkatan sebesar 24% yang berarti bahwa siswa memiliki persepsi perencanaan belajar yang lebih baik pada siklus II.

(13)

25

Pada pembelajaran siklus I, siswa cenderung mengikuti contoh mengenai materi dari penjelasan guru, siswa berusaha untuk menerjemahkan materi dengan bahasanya sendiri namun sebagian besar siswa mengalami kebingungan, dan siswa membuat langkah kerja namun tidak dijelaskan secara detail, hal ini terlihat ketika siswa merencanakan jadwal penyelesaian proyek pada lembar kerja siswa hanya menuliskan langkah kerja secara umum dan tidak disertakan waktu belajar materi atau studi literatur untuk memperoleh informasi materi.

Pada siklus II melalui sintaks PjBL yaitu merancang desain proyek, siswa berusaha untuk memahami topik materi pelajaran yang didapatkan dengan cara membuat contoh sendiri berdasarkan sumber informasi yang diperoleh walaupun sederhana. Melalui bimbingan guru, siswa membuat catatan belajar dengan menggunakan bahasanya sendiri sehingga memudahkan untuk memahami konsep materi yang akan digunakan sebagai pengetahuan untuk menyelesaikan pembuatan proyek. Ketika menggali sumber belajar, siswa menggarisbawahi dan memberi tanda pada istilah atau hal-hal penting mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam kegiatan konfirmasi pada pembelajaran siklus II, guru sering memberikan ilustrasi tentang materi pelajaran sehingga mengarahkan siswa untuk mencatat hal-hal penting menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Lembar kerja siswa sebagai acuan pembuatan proyek pada siklus II lebih mengarahkan siswa untuk membuat langkah-langkah belajar yang lebih spesifik.

Menurut Thomas dalam Wena (2013) menjelaskan bahwa salah satu prinsip model PjBL adalah adanya otonomi yang diartikan sebagai kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Siswa bebas menentukan sumber belajar dan langkah-langkah yang lebih efisien untuk memudahkan mengerjakan proyek dan pemahaman konsep materi. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa. Berdasarkan hasil angket pada aspek strategi manajemen informasi mengalami peningkatan sebesar 31%. Pada jurnal belajar siswa diperoleh 79% siswa menuliskan sumber-sumber belajar apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Pada aspek monitoring pemahaman siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27%. Pada pembelajaran siklus I, siswa langsung menentukan pilihan untuk memecahkan masalah tanpa melihat pilihan lain yang dibuktikan dengan pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa melalui pembuatan proyek belum mendalam. Siswa menganalisa kemampuan diri dalam belajar hanya didasarkan pada pemikiran terhadap dirinya sendiri.

(14)

26

langkah pembelajaran tersebut, siswa menyampaikan kendala yang dialami selama penyelesaian proyek dan melaporkan kemajuan proyek, dan kemudian guru memberikan umpan balik berupa saran untuk penyelesaian proyek. Peran guru dalam memonitor pemahaman siswa lebih optimal terjadi pada pembelajaran siklus II, yang dibuktikan dengan hasil angket keterampilan metakognitif pada aspek monitoring pemahaman mengalami peningkatan sebesar 19%. Aspek monitoring pada model PjBL mendorong siswa untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa salah satunya dalam hal penggunaan strategi belajar. Proses penyelesaian proyek mendorong siswa dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan proyek dalam lingkungan belajar kolaboratif (Husamah, 2015). Pada aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 26%. Pada siklus I, berdasarkan jurnal belajar siswa diketahui bahwa ketika siswa mengalami kebingungan, siswa menjadi kurang mampu mengevaluasi kembali materi pelajaran yang telah diperoleh sehingga sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam pemahaman materi.

Peningkatan aspek strategi menemukan kesalahan dan perbaikan terjadi pada siklus II, melalui sintaks menguji hasil dalam model PjBL yang dilakukan dalam bentuk presentasi hasil proyek siswa, guru memberikan komentar mengenai kedalaman pemecahan masalah siswa melalui proyeknya. Pada sesi tanya jawab di siklus II, siswa terlihat lebih aktif bertanya dan saling menanggapi pada presentasi antar kelompok. Melalui kegiatan presentasi hasil proyek mendorong siswa untuk saling bertukar informasi, mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, evaluasi siswa, dan membentuk kelompok kerja kooperatif (Wena, 2013).

Aspek evaluasi mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 39%. Aspek evaluasi siswa pada pembelajaran siklus I masih rendah, hal ini disebabkan karena siswa kurang menganalisa cara lain yang digunakan untuk mempelajari materi atau tugas. Setelah selesai pembelajaran siswa melengkapi jurnal belajar namun tidak menjelaskan secara detail, dan pada akhir pembelajaran siswa kurang menilai diri seberapa serius siswa telah belajar.

(15)

27

siswa mampu merefleksikan totalitas diri dalam belajar dan menilai kekurangan dan kelebihan diri sendiri yang bermanfaat untuk kemajuan belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Riyanti (2014) bahwa portofolio dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksikan apa yang sudah dipelajari serta kekurangan dan kelebihan dari peserta didik.

Gambar

Gambar 3.1. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas. (B) Rata-Rata Hasil Belajar
Gambar 3.2. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Keterampilan Metakognitif
Gambar 3.3. (A) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan Metakognitif Minimal Baik
Gambar 3.3. (B) Persentase Jumlah Siswa yang Memiliki Persepsi Keterampilan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa data dari hasil in-depth interview, didapatkan petugas memahami tentang pengertian, manfaat, dan jenis alat pelindung diri yang harus digunakan selama

[r]

Untuk mendapatkan data yang tepat tentang prediksi penjualan produk yang akan datang, maka dibuatlah sebuah sistem yang dapat memprediksi berapa banyak barang yang

[r]

Dalam rangka penciptaan dan pengembangan wirausaha yang tangguh (baik wirausaha baru maupun yang berawal dari wirausaha yang sudah ada) tidak dapat dilakukan tanpa kajian dan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Nah bagi Anda yang ingin memulai usaha sendiri, berikut ini kami rangkum beberapa bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah) yang cukup menjanjikan, bahkan diantaranya bisa kita jalankan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATERI KELISTRIKAN OTOMOTIF BAGI SISWA KELAS XI1. SMK YP