• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepemimpinan kepala sekolah id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kepemimpinan kepala sekolah id. docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok Mata Kuliah : Manajemen Sekolah

Dosen Pengampu : Drs. Jaino, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 7

Anggota :

1. Pramesti Liasari 1401413319 2. Erpin Agustina 1401413328 3. Asih Wulandari 1401413399 4. Juliana Ambarisma 1401413400

Rombel : 08

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dengan kondisi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu maupun kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah ahrus melakaukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuannya. Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.

(3)

Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu berlangsung dengan baik.

Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah bagi kepala sekolah. Karena kegiatan berlangsung sebagai proses yang tidak muncul dengan sendirinya. Pada kenyataannya banyak kepala sekolah yang sudah berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu caranya memotivasi para guru-guru akan memilki kinerja lebih baik tapi hasilnya masih lebih jauh dari harapan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah. Rumusan masalahnya adalah:

a. Apa saja kriteria kepala sekolah efektif?

b. Apa saja tipe/gaya kepemimpinan kepala sekolah? c. Apa saja peran kepala sekolah?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penyusunan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan memahami kriteria kepala sekolah efektif.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kriteria Kepala Sekolah Efektif

Seorang guru harus mempunyai kriteria atau kualifikasi umum untuk menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi. b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56

tahun.

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang sekolah masing-masing. Untuk Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA.

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Kriteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, diantaranya:

a.

Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik, lancar, dan produktif.

b.

Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu.

c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, melibatkan masyarakat secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan

d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.

(5)

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Menurut Pidarta (dalam Mulyasa,2009:126) mengemukakan bahwa ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinanya, antara lain keterampilan konseptual (memahami dan mengoperasikan organisasi), keterampilan manusiawi (kerja sama, memotivasi dan memimpin), keterampilan teknik (menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu).

Untuk memiliki ketrampilan konsep, diharapkan melakukan kegiatan sebagai berikut:

a.

Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama cara kerja guru dan pegawai sekolah lain

b.

Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana

c.

Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan

d.

Memanfaatkan hasil penelitian orang lain

e.

Berfikir untuk masa yang akan datang

f.

Merumuskan ide yang dapat di uji cobakan

g.

Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.

B. Tipe/Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

(6)

Untuk memahami gaya kepemimpinan, ada tiga pendekatan utama yang dapat dikaji adalah:

 Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasi sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan tidak berhasil.

Menurut Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Sifat-sifat pribadi yang tak terpisahkan ini seperti inteligensi. Karena tidak semua orang memiliki sifat-sifat ini, hanyalah mereka yang memiliki ini yang bisa dipertimbangkan untuk menempati kedudukan

Kekuatan fisik dan susunan syaraf

Penghayatan terhadap arah dan tujuan

Antusiasme

(7)

 Pendekatan Perilaku

Setelah pendekatan sifat kepribadian tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, perhatian para pakar berbalik dan mengarahkan studi mereka kepada perilaku pemimpin. Studi ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain. Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.

Berikut adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan pendekatan perilaku:

 Studi Kepemimpinan Universitas OHIO

Pada tahun 1945, Biro urusan dan Penelitian Ohio State University mendapat gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuatan insiatif dan perhatian.

Pembuatan inisiatif menggambarkan bagaimana seorang pemimpin memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Sedangkan perhatian menggambarkan derajat dan corak hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang ditandai dengan saling percaya, menghargai, dan menghormati dengan bawahannya.

Dengan mengkombinasikan dua dimensi, pembuatan inisiatif dan perhatian dapat dibedakan menjadi empat gaya kepemimpinan yaitu:

Perhatian rendah, pembuatan inisiatif rendah

Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif rendah

Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif tinggi

Perhatian rendah, pembuatan inisiatif tinggi.

 Studi Kepemimpinan Universitas Michigan

Studi ini mengidentifikasi dua konsep yang disebut orientasi bawahan dan produksi (Hersey and Blanchard, 1977). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi.

Sementara pemimpin yang menekankan pada orientasi produksi, sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja, bawahan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua orientasi ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrasi.

(8)

Jaringan managemen adalah salah satu pendekatan tentang teori kepemimpinan yang menunjukkan gaya kepemimpinan yang jelas yang dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal yaitu perhatian pada produksi di satu pihak dan perhatian pada orang-orang di pihak lain.

Perhatian pada produksi adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran. Perhatian pada orang-orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan keterlibatan anak buah dalam rangka mencapai tujuan. Dalam hal ini aspek-aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan harga diri anak buah, tanggung jawab berdasarkan kepercayaan, suasana kerja yang menyenangkan, dan hubungan yang harmonis.

 Sistem Kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu orientasi tugas dan individu. Melalui penelitian yang bertahun-tahun Likert berhasil merancang empat sistem kepemimpinan yaitu:

Sistem 1 pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahannya, dan bersikap paternalistik. Cara pemimpin ini memberikan motivasi kepada bawahannya dengan memberi ketakutan dan hukuman-hukuman dan kadang-kadang memberi penghargaan secara kebetulan.

Sistem 2 pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati. Pemimpin memilliki kepercayaan yang terselubung, percaya kepada bawahan, mau meotivasi dengan hadiah-hadiah, memperbolehkan adanya komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat, ide-ide dari bawahan, serta memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan. Dalam sistem ini bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan dengan atasan.

(9)

bawah. Dalam sistem ini, bawahan merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan pekerjaan bersama atasannya. Sistem 4 Likert menamakan sistem ini dengan pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif. Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalan, selalu mengandalkan ide-ide dan pendapat-pendapat, serta mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis berdasarkan partisipasi kelompok.

 Pendekatan Situasional

Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini yaitu:

a. Teori Kepemimpinan Kontingensi

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler and Chemers, berdasarkan penelitiannya pada tahun 1950, dapat disimpulkan bahwa seseorang menjadi seorang pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan hubungan antara pemimpin dengan bawahannya. Keberhasilan pemimpin bergantung pada diri pemimpin maupun keadaan organisasi.

Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok dalam segala situasi, namun ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

 Hubungan antara pemimpin dengan bawahan

Hubungan ini sangat penting bagi pemimpin, karena hal ini menentukan bagaimana pemimpin diterima oleh anak buahnya. Pada umumnya hal ini didasarkan pada persepsi pemimpin mengenai suasana kelompok.

 Struktur tugas

Dimensi ini berhubungan dengan tugas yang dikerjakan termasuk pekerjaan rutin atau tidak. Apabila struktur tugas cukup jelas maka prestasi setiap orang akan lebih mudah diawasi, serta orang tersebut akan lebih bertanggung jawab.

 Kekuasaan yang berasal dari organisasi

(10)

bersumber dari organisasi. Pemimpin yang menerima kekuasaan yang jelas dari organisasi akan mendapat kepatuhan lebih dari bawahan. Kesimpulan dari penjelasan di atas, Fiedler menentukan dua jenis gaya kepemimpinan. Yang pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan. Yang kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan.

b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin. Menurutnya ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menetukan gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektivitas. Gaya kepemimpinan Reddin sama dengan jaringan manajemen, memiliki empat gaya dasar kepemimpinan, yaitu integrated, related, separated, dan dedicated. Reddin mengatakan bahwa keempat gaya tersebut dapat menjadi efektif atau tidak efektif, tergantung pada situasi.

Keempat gaya tersebut jika dilihat dari segi efektif dan tidak efektif akan menjadi tujuh gaya kepemimpinan. Ketujuh gaya tersebut adalah:

Gaya dasar integrated, yang apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya eksekutif dan apabila diekspresikan dengan gaya tidak efektif akan menjadi gaya compromiser

Gaya dasar separated, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya bureaucrat dan apabila diekspresikan dalam situasi tidak efektif akan menjadi gaya deserter

Gaya dasar deducated, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya benevolent autrocrat

Gaya dasar related, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif akan menjadi gaya developer dan apabila diekspresikan dalam situasi yang tidak efektif akan menjadi gaya missionary.

Gaya kepemimpinan tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi gaya efektif dan tidak efektif.

(11)

Executif

Gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas maupun kepada hubungan kerja dalam kelompok. Pimpinan berusaha memotivasi anggota dan menetapkan standar kerja yang tinggi serta mau mengerti perbedaan individu.

Developer

Gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap hubungan kerja dalam kelompok dan perhatian minimum terhadap tugas pekerjaan. Pemimpin sangat memperhatikan perkembangan individu.

Benevolent Authocrat

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan pihak lain.

Birokrat

Gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun terhadap hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini menerima setiap peraturan dan berusaha memeliharanya dan melaksanakannya. b. Gaya Tidak Efektif

Compromiser

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas maupun hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini merupakan pembuat keputusan yang tidak efektif dan sering menemui hambatan dan masalah.

Missionary

Gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada hubungan kerja dan rendah pada tugas. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya tertarik pada keharmonisan dan tidak bersedia mengontrol hubungan meskipun tujuan tidak tercapai.

Autocrat

Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas dan rendah pada hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini selalu menetapkan kebijaksanaan dan keputusan sendiri.

Deserter

(12)

dukungan dan memberi struktur yang jelas serta tanggung jawab, hanya pada waktu dibutuhkan.

c. Teori Kepemimpinan Situasional

Menurut teori ini gaya kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan anak buah. Makin matang anak buah, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan menambah perilaku hubungan. Apabila anak buah bergeraak mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan perilaku hubungan. Selanjutnya, pemimpin dapat mendelegasikan wewenang kepada anak buah. Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan adalah sebagai berikut:

 Gaya Mendikte (Telling)

Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah, dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya ini disebut mendikte karena memimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan dan di mana tugas dilakukan. Gaya ini menekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya dilakukan sekedarnyaa saja.

 Gaya Menjual (Selling)

Gaya ini diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf rendah sampai moderat. Mereka telah memiliki kemauan untuk melakukan tugas, tetapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai. Gaya ini disebut menjual karena pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak. Dalam tingkat kematangan anak buah seperti ini, diperlukan tugas serta hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah dimiliki.

 Gaya Melibatkan Diri (Participating)

(13)

 Gaya Mendelegasikan (Delegating)

Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemauan anak buah telah tinggi. Gaya ini disebut mendelegasikan karena anak buah dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri, melalui pengawasan umum. Hal biasa dilakukan jika anak buah berada pada tingkat kedewasaan yang tinggi. Dalam tingkat kematangan seperti ini upaya tugas dan hubungan hanyaa diperlukan sekedarnya.

C. Peran Kepala Sekolah

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: a.educator (pendidik); b.manajer; c.administrator; d.supervisor; e.leader (pemimpin); f.pencipta iklim kerja; dan g.wirausahawan.

Berikut adalah penjelasan dari peran kepala sekolah: a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

(14)

dan pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Nawawi (1983: 11) mengatakan: “Administrasi pendidikan adalah pendidikan pada khususnya, dalam kajian ini yang dimaksud dengan peranan kepala sekolah sebagai administrator adalah kedudukan yang dimiliki kepala sekolah untuk merangkai kegiatan dan sejumlah orang dalam lembaga pendidikan formal untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis. Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapa visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004).

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”.

(15)

Edmonds (dalam Sagala, 2005) tentang sekolah efektif menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sedemikian penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan keberhasilan sebuah sekolah.

Tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu:

 Direncanakan secara matang sebelumnya.

 Dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru.

 Meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.

Kepala sekolah sebagai supervisor dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru dan personel lain untuk meningkatkan kinerja mereka. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan. Aspek-aspek kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah materi pelajaran, proses belajar mengajar, evaluasi kurikulum, pengelolaan kurikulum, dan pengembangan kurikulum.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran. Keadaan tersebut dilandasi oleh anggapan bahwa tujuan utama penyeenggaraan pendidikan melalui sekolah adalah tercapainya lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif. Peran pokok pimpinan sekolah terletak pada kesanggupannya mempengaruhi lingkungan sekolah melalui penerapan proses kepemimpinan yang dinamis.

(16)

pencapaian tujuan pendidikan. Tugas dan tanggung jawab merupakan sesuatu hal yang harus dilaksanakan oleh seseorang dalam memangku suatu jabatan.

Demikian pula dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang memiliki peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara para guru, banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah adalah salah satu kunci keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.

f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

o Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan

o Tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut

o Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya,

o Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan,

o Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (E. Mulyasa, 2003).

g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

(17)
(18)

BAB III PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa mengenai kepemimpinan kepala sekolah, yaitu:

 Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mengatur dan menetapkan fungsi administrasi termasuk didalamnya fungsi pengawasan (supervisi)

 Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.

 Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan arah jalannya pocily yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.

Saran

Adapun beberapa saran yang dapat kami berikan adalah:

 Sebagai seorang kepala sekolah tidak seharusnya mencari kesalahan atau kekurangan yang ada di sekolah dalam menjalankan fungsi pengawasan.

 Guru sebaiknya selalu mencari inisiatif lain untuk menutupi kekurangan yang ada untuk mencapai tujaun pendidikan.

(19)

Daftar Pustaka

Mulyasa, Enco. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:Remaja Rosdakarya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_sekolah

http://sdntunaskarya.blogspot.com/2012/07/7-peran-utama-kepala-sekolah.html Savitri, Susi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif.

http://manajemensekolah23.blogspot.com/2012/10/kepemimpinan-kepala-sekolah-yang-efektif.html. 5 Maret 2015 (21:03).

Referensi

Dokumen terkait

Kepala sekolah yang memiliki kompetensi tinggi mutlak dibutuhkan untuk membangun sekolah berkualitas, sekolah efektif, karena kepala sekolah sebagai pemegang

Sesuai dengan fokus penelitian tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kepemimpinan kepala. sekolah yang efektif,

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Keberhasilan suatu sekolah terletak pada kemampuan

Pemahaman- pemahaman dan pengembangan keterampilan-keterampilan, metode mengajar guru, ternyata hal ini tidak lepas dari pengaruh peran Kepala Sekolah Sebagai

Kepala Sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab di Sekolah mempunyai kewajiban untuk menjalankan sekolahnya, terutama membantu perkembangan anggota-anggota stafnya

Upaya-upaya mengatasi hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen kurikulum, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan, sarana dan prasarana

Kepala sekolah sebagai administrator tidak dapat dipungkiri keberadaannya, sudah barang tentu semua kegiatan proses belajar mengajar perlu dicatat

11 PENGARUH KEPEMIMPINAN DIREKTIF KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU DI SLTP NEGERI 1 TENGGARONG Oleh : Arpiah Abstrak Berdasarkan jawaban responden dan ditunjang