• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAN FAATAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMAN FAATAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PERMAINAN TRADISIONAL

Perkembangan jaman yang semakin modern menjadikan beberapa bentuk permainan tradisional semakin lama semakin berkurang, bahkan hilang. Semakin minimnya jenis permainan anak yang bersifat tradisional menjadi keprihatinan tersendiri. Untuk itu penting untuk dilakukan kembali identifikasi permainan tradisional yang semakin lama semakin menghilang. Permainan tradisional dapat mengasah kreativitas anak, menjadi media sosialisasi dan komunikasi anak serta dapat merangsang pertumbuhan motorik anak. Sementara itu permainan anak yang sekarang berkembang misalnya berbagai macam game on line, mobil kontrol, bom-bom car, dan lain-lain kurang dapat merangsang pertumbuhan anak dan bahkan cenderung membuat anak menjadi malas. Dengan teridentifikasinya kembali bentuk-bentuk permainan tradisional Indonesia dan dikembangkan menjadi bahan ajar mata pelajaran seni budaya, khususnya seni tari maka diharapkan dapat menjadi media pengembangan kreativitas anak Indonesia sekaligus dapat melestarikan kekayaan budaya tradisional Indonesia. Pelajaran seni budaya membantu memperkokoh jati diri sebagai bangsa Indonesia. Maka kekayaan permainan tradisional yang sarat dengan nilai-nilai karakter sangat tepat untuk diperkenalkan sebagai bahan ajar.

Kata Kunci: Permainan Tradisional, Pendidikan Seni, Anak

The development of modern era to make some form of traditional games to reduced, and even disappear. The more the lack of the type of game that is traditionally separate concern. For it is important to re identification of traditional games that are increasingly disappearing. Traditional games can hone the creativity of children, became a medium of socialization and communication can stimulate the growth of the child and the child's motor. While the game is now developing such a wide variety of games on line, control cars, bumper cars, and others are less able to stimulate growth in children and even tends to make children become lazy. With the re-identification forms of Indonesian traditional games and teaching materials developed as subjects of art and culture, especially the art of dance it is expected to be the development of a child's creativity Indonesian media as well as to preserve the cultural heritage of Indonesia. Art classes help strengthen cultural identity as a nation of Indonesia. So the wealth of traditional games are loaded with values very precise character to be introduced as a teaching material.

Keywords: Traditional games, Art Education, Child.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar mengembangkan anak dalam segala hal

(2)

pendidikan, baik yang bersifat teoritis maupun praktik yang baik. Semuanya

diarahkan untuk membantu anak menjadi pribadi yang unggul dan berkopeten.

Tulisan ini akan mengangkat pemanfaatan permainan tradisional dalam pendidikan

seni untuk anak. Sebagaimana diketahui dunia anak adalah dunia bermain.

Sebagian besar waktu yang dimiliki anak, inginnya mayoritas dipergunakan untuk

bermain. Bisa dilihat bagaimana senangnya anak-anak jika diberi kesempatan

untuk bermain, tentu mereka akan merasa gembira. Tulisan ini akan fokus pada

bentuk-bentuk pemanfaatan permainan tradisional dan fungsinya untuk pendidikan

seni anak. Sebagaimana diketahui saat ini anak-anak Indonesia mayoritas kurang

mengenal jenis-jenis permainan tradisional yang dimiliki para pendahulunya.

Mereka lebih mengenal permainan modern daripada permainan tradisional,

padahal permainan tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia sangat bermanfaat

dalam pembentukan karakter dan pembentuk fisik serta sosial anak.

Semakin minimnya jenis permainan anak yang bersifat tradisional menjadi

keprihatinan tersendiri. Untuk itu penting untuk dilakukan kembali identifikasi

permainan tradisional yang semakin lama semakin menghilang. Permainan

tradisional dapat mengasah kreativitas anak, menjadi media sosialisasi dan

komunikasi anak serta dapat merangsang pertumbuhan motorik anak. Sementara

itu permainan anak yang sekarang berkembang misalnya berbagai macam game

on line, mobil kontrol, bom-bom car, dan lain-lain kurang dapat merangsang

pertumbuhan anak dan bahkan cenderung membuat anak menjadi malas.

Proses pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan dan peradaban.

Tidak mungkin kita membangun suatu peradaban tanpa budaya. Di dalam dunia

pendidikan yang terbuka dewasa ini proses pendidikan haruslah menggabungkan

kedua konsep tersebut, yaitu membangun manusia yang berbudaya dan beradab.

Banyak hal dapat dilakukan dalam kaitannya dengan hal tersebut. Para ahli

pendidikan dan antropologi sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya

kepribadian manusia. Dari budaya dapat terbentuk identitas seseorang, identitas

masyarakat dan identitas suatu bangsa. Dengan budaya itu pulalah seseorang akan

(3)

kebudayaan berarti buah budi manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam

dan zaman (kodrat dan masyarakat).

Dengan teridentifikasinya kembali bentuk-bentuk permainan tradisional

Indonesia dan dikembangkan menjadi bahan ajar mata pelajaran seni budaya,

khususnya seni tari maka diharapkan dapat menjadi media pengembangan

kreativitas anak Indonesia sekaligus dapat melestarikan kekayaan budaya

tradisional Indonesia.

Dalam bidang pendidikan pembaharuan dari waktu ke waktu selalu terjadi

untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, termasuk adanya pembaharuan

kurikulum baru tahun 2013. Dalam kurikulum 2013 kompetensi yang diharapkan

untuk masa depan adalah kemampuan berkomunikasi, berfikir jernih dan kritis,

mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang

bertangggung jawab, memiliki kesiapan bekerja, kemampuan mengerti dan toleran,

kemampuan hidup dalam masyarakat yang, mengglobal, memiliki minat luas

dalam kehidupan, memiliki kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya, serta

memiliki kecintan terhadap lingkungan. Pendidikan seni budaya ikut berperan

untuk mencapai kompetensi tersebut, sebab mata pelajaran seni budaya meliputi

segala aspek kehidupan. Pelajaran seni budaya membantu memperkokoh jati diri

sebagai bangsa Indonesia. Maka kekayaan permainan tradisional yang sarat dengan

nilai-nilai karakter sangat tepat untuk diperkenalkan sebagai bahan ajar bagi guru

SD.

Pemahaman guru yang kurang tepat dalam menjabarkan kurikulum menjadi

program kegiatan belajar mengajar berpengaruh besar terhadap kualitas hasil

belajar yang diharapkan. Selain itu, kompetensi guru yang kurang turut pula

memberikan andil kegagalan dalam pembelajaran Seni Budaya. Seorang guru SD,

umumnya bukan guru yang memiliki kompetensi khusus bidang seni, maka yang

diperlukan adalah pemahaman bahwa pendidikan seni bukan bertujuan

membangun kesempurnaan astistik, tetapi merupakan penunjang pendidikan

kreatif. Menurut hasil penelitian tim Proyek Penelitian dan Pengembangan Seni

Tradisional (PST-UPI) guru SD pada praktiknya berupaya membentuk anak

(4)

pada pelaksanaanya cenderung melatih anak menari dengan tari-tarian yang telah

ada dengan mengabaikan kreativitas yang bisa dibangkitkan dari kegiatan menari.

Keragaman minat, bakat anak kadang terabaikan. Pembelajaran dengan metode

demonstrasi cenderung mendapat porsi banyak.

Berbagai kendala dihadapi guru SD yaitu: lingkup kompetensi yang harus

dicapai cukup banyak meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama,

sementara alokasi waktu sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu. Terbatasnya

kemampuan guru untuk menyampaikan ke empat bidang seni tersebut. Kondisi ini

diperparah dengan banyaknya guru seni budaya yang bukan berlatar belakang

pendidikan seni budaya sehingga terjadi miskonsepsi tentang pendidikan seni

budaya.Selama ini pendidikan Seni Budaya masih belum banyak diperhatikan, baik

dalam aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk

penilaiannya. Kondisi ini berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam

pembelajaran Seni Budaya. Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu

memberdayakan potensi lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung

pembelajaran Seni Budaya. Padahal setiap daerah memiliki potensi budaya dan

kesenian yang sangat kaya ragam sebagai media pembelajaran, termasuk

permainan tradisional.

Pendidikan karakter menjadi pilihan pemerintah untuk dapat

mengembalikan jati diri bangsa, yang dinilai sedang carut marut mentalnya. Pendidikan karakter memiliki arahan akan dapat membentuk anak dalam 4 ”olah” yakni olah pikir, olah hati, olah rasa atau emosi dan olah raga. Namun sebenarnya

jika mau menengok dalam budaya masyarakat jelas bahwa kearifan lokal itu sarat

dengan pendidikan karakter. Salah satu kearifan lokal adalah permainan

tradisional. Permainan tradisional bukanlah permainan fisik saja, namun dalam

permainan tersebut tersirat simbol-simbol dan nilai-nilai moral yang dapat

digunakan sebagai anutan masyarakatnya khususnya anak-anak.

Dapat dikatakan anak-anak sudah tidak mengenal permainan tradisional.

Permainan yang dekat dengan anak saat ini seperti permainan bom-bom car, mobil

kontrol, dan sebagainya. Permainan seperti ini kurang memberikan aktivitas anak,

(5)

Berkenaan dengan fenomena ini, pendidikan seni budaya yang memiliki

tujuan memberikan pengalaman estetis dalam mengolah rasa, karya dan karsa

merupakan pendidikan yang mampu membantu memunculkan kembali minat anak

untuk menyenangi permainan tradisional. Jelas bahwa pendidikan Seni Budaya

bukanlah hanya pendidikan seni saja, namun pendidikan seni dengan berbasis

budaya setempat.

PERMAINAN TRADISIONAL

Berbicara tentang permainan tradisional yang ada di Indonesia, tentunya

sangat terkait dengan budaya masyarakat setempat, namun demikian ada

bentuk-bentuk permainan tradisional yang bentuk-bentuk permainannya antara daerah yang satu

dengan daerah yang lain sama atau hampir sama. Istilah yang digunakan terkadang

juga berbeda. Tradisional adalah sesuatu yang telah ada dan dilakukan

bertahun-tahun yang diturunkan oleh generasi ke generasi berikutnya. Tradisional

merupakan adat kebiasaan yang telah dilakukan oleh masyarakat terdahulu.

Permainan tradisional merupakan permainan yang telah dilakukan oleh

masyarakat terdahulu. Permainan tradisional telah lama dilakukan oleh anak-anak

terdahulu. Masyarakat Indonesia kaya akan permainan tradisional, hal ini

dikarenakan masyarakat Indonesia sangat beragam. Diantara bentuk-bentuk

permainan tradisional antara lain:

1. Benteng : permainan ini dimainkan oleh dua kelompok, masing–masing

kelompok terdiri dari 4 sampai 8 orang. Kedua kelompok kemudian akan

memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar yang disebut sebagai “benteng”.Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata

benteng.

2. Congklak : Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal

dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam

permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan

(6)

Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka

menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah

biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan

congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari

cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan

congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang

saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua ujungnya. Setiap 7 lobang

kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kanannya dianggap sebagai

milik sang pemain.

3. Petak Umpet : Permainan petak umpet dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi “kucing” (berperan sebagai pencari teman -temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan

mata atau berbalik sambil berhitung sampai 25, biasanya dia menghadap

tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya

bergerak untuk bersembunyi. Setelah hitungan sepuluh, mulailah ia beraksi

mencari teman-temannya tersebut. Jika ia menemukan temannya, ia akan

menyebut nama temannya yang dia temukan tersebut. Yang seru adalah,

ketika ia mencari, ia biasanya harus meninggalkan tempatnya.

4. Permainan „cublak –cublak Suweng‟ merupakan permainan yang berisi

tentang nilai kepekaan tentang sikap teman-temannya yang kemudian

diwujudkan dengan menebak siapa yang pegang kuncinya. Kepekaan

menebak ini dapat ditangkap dengan cara merasakan setiap gerakan tangan

teman yang menggerakkan kunci dan dihentikan di mana, kemudian

melihat ekspresi teman, pasti akan mampu menebak dengan tepat. Latihan

seperti inilah dapat melatih anak untuk merasakan kehalusan gerakan yang

akan dapat mengolah rasanya.

5. Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan

seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang

berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat

(7)

selama naik di atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantaiatau

tanah labil, bangunan sering dibuat di atas jangkungan untuk melindungi

agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser. Egrang di

Indonesia biasa dimainkan ataupun dilombakan saat peringatan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus. Egrang dengan versi lain juga

dimainkan pada saat upacara sunatan.

6. Ular Naga, Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa

dimainkan di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat

bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih

menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya

biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun

(TK – SD). Anak-anak berbaris bergandeng pegang „buntut‟, yakni anak

yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau

pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai “induk” dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai “gerbang”, dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. “Induk” dan “gerbang” biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam

dialog yang mereka lakukan.

7. Permainan engklek merupakan permainan tradisional lompat–lompatan

pada bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat

gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu

kekotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5

anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai

permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak di pelataran semen, aspal

atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah

kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat

(8)

FUNGSI PERMAINAN TRADISIONAL

Fungsi permainan tradisional bagi Pendidikan Anak sangat banyak,

diantaranya fungsi rekreatif, fungsi sosial, fungsi pengembangan fisik/motorik,

fungsi komunikasi, fungsi pengembangan karakter, fungsi pelestarian budaya

tradisional dan fungsi estetik.

a.Fungsi Rekreatif

Fungsi rekreatif permainan tradisional jelas sekali tampak dalam beberapa

bentuk permainan tradisional. Pada permainan benteng, gobak sodor, misalnya,

anak-anak dapat berekpresi, berlari, dan berteriak untuk memeriahkan permainan.

Dengan ucapan, gerakan dan gerak motorik lainnya, anak-anak dapat

bersenang-senang dengan teman-temannya, meskipun dengan tanpa biaya yang mahal.

Dengan memahami bagaimana bentuk permainannya anak-anak dapat bergembira

dengan tema-temannya sebaya. Hal ini bisa menjadi hiburan tersendiri bagi

anak-anak.

b. Fungsi Sosial

Dengan melakukan permainan tradisional anak-anak dapat saling

berinteraksi dengan teman-temannya. Anak-anak dapat berdebat, saling melempar

pembicaraan, saling berhubungan satu dengan yang lain. Dengan demikian dia

akan lebih mengenal lingkungan bergaulnya dengan baik. Fungsi sosial ini dapat

dikembangkan karena mayoritas benttuk-bentuk permainan tradisional dimainkan

secara kelompok. Fungsi sosial ini jarang dapat ditemui pada bentuk-bentuk

permainan modern yang menuntut kemampuan individual, seperti pada permainan

game di internet.

c. Fungsi Pengembangan Fisik

Fungsi pengembangan fisik jelas dapat dikembangkan dengan adanya

permainan tradisional. Dengan berlari, berkejar-kejaran, melompat, meraih

temannya, duduk, kembali berdiri dengan cepat, dll. Secara otomatis akan

(9)

dengan baik dan sehat. Dengan berlari dan berkejar-kejaran serta melompat banyak

keringat dapat dikeluarkan, dengan begitu anak akan menjadi anak yang sehat dan

di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Permainan petak umpet

menuntut kemampuan berlari yang cepat dan ketepatan berspekulasi menghadapi

lawan untuk mencapai sebuah kemenangan.

d. Fungsi Pengembangan Diri Anak dan Karakter

Fungsi pengembangan diri dapat dilatih pada bentuk permainan tradisional

yang menuntut anak untuk dapat mengkoordinir temannya, bekerjasama dengan

timnya dan melatih kecerdasan otaknya. Pada beberapa bentuk permainan

tradisional anak-anak dituntut untuk menguasai bidang matematika dan estimasi

yang cepat. Kemampuan bekerja dalam tim menjadi hal yang sangat bermanfaat

untuk pengembangan karakter di kelak kemudian hari. Rahayu (2012: 7)

menjelaskan bahwa para pakar, ahli dan pemerhati pendidikan melalui berbagai

seminar, dan diskusi secara bersama-sama menegaskan perlunya implementasi

pendidikan karakter di Indonesia, dengan menggali kembali, memilah, memilih,

dan merumuskan nilai-nilai inti untuk dikembangkan dalam pembelajaran dan

pendidikan. Nilai-nilai itu tumbuh dalam aktivitas olah hati, olah pikir, olah rasa,

dan karsa serta olah raga. Nilai inti dikembangkan untuk membangun watak

pribadi dan watak social, dua watak yang diperlukan dalam pergaulan secara

beradab dengan orang lain.

e. Fungsi Pelestarian Budaya Tradisional

Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk peninggalan nenek

moyang yang sangat penting untuk diperkenalkan kembali kepada generasi muda.

Upaya-upaya perlu terus dilakukan oleh berbagai pihak termasuk oleh dunia

pendidikan khususnya pendidikan seni budaya. Melalui pendidikan seni budaya

bentuk-bentuk permainan tradisional dapat diolah dan dikemas menjadi tarian

(10)

F. Fungsi Estetik

Permainan Tradisional dalam pendidikan seni sangat bermanfaat untuk

mengolah rasa estetis/keindahan pada diri anak. Permainan Cublak-Cublak

Suweng dan Ular Naga Panjangnya misalnya, menuntut pemainnya tidak hanya

bergerak, tetapi juga menyanyikan lagu/syair, sebagaimana syair berikut:

Syair Ular Naga Panjangnya:

Ular naga panjangnya bukan kepalang

Menjalar-jalar selalu kian kemari

Umpan yang lezat, itu yang dicari

Kini dianya yang terbelakang

Syair Cublak-Cublak Suweng

Cublak-cublak suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundhung gudel

Pak empong lera lere

Sapa ngguyu ndelikake

Sir-Sir Pong dhele kopong 2X

PENDIDIKAN SENI

Berbicara tentang pendidikan seni tidak terlepas dari usaha sadar yang

dilakukan generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya, sebagaimana

pernyataan Jazuli (2008:14),

(11)

seni, melainkan oleh pendidik seni atau siapapun yang memiliki kemampuan berkesenian dan mampu untuk membelajarkan.

Transformasi kebudayaan melalui pendidikan seni merupakan keniscayaan

karena kebudayaan yang telah melahirkan kesenian, pada sisi lain fungsi kesenian

di dalam kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan

religius, sosial, politik, ekonomi, psikologi, dan pendidikan. Tujuan pembelajaran

seni budaya adalah untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan

mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Muatan

seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi

segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak

dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata

pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis

budaya.

Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan,

kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta

didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan seni adalah pendidikan yang akan membawa

kebanggaan dan keagungan jasmaniah dan rohaniah, dan oleh karena itu seni

seharusnya menjadi dasar pendidikan: ”that art should be the basic of education’

(Herbert Read dalam Tjetjep R, 2000).

Pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi

dan berapresiasi ini sangat penting dilakukan karena melalui kegiatan ini siswa

tidak hanya belajar seni secara praktik, tetapi juga melatih olah rasa, karsa dan

cipta yang akan ikut mendasari mental anak dalam kehidupannya. Pengalaman

estetik dapat dilakukan dengan mendalami konsep-konsep nilai yang ada dalam

(12)

dalam suatu karya buatan manusia, yaitu karya seni sebagai endapan atau ekspresi

pengalaman estetis seseorang (Sutrisno, 1993: 15).

Karena titik pangkal pengalaman estetis terletak pada pengamatan inderawi,

masuk akallah bahwa suatu usaha untuk menggolomgkan pengalaman-pengalaman

itu terjadi berdasarkan perbedaan yang terdapat dalam panca indera manusia.

Sebagai perbedaan dasar sering digunakan istilah ”higher senses” (penglihatan dan

pendengaran) dan ”lower senses ( indera lain) (Sutrisno, 1993:17)  seni rupa,

seni musik, seni tari, teater adalah higher senses.

Di sini dapat dilihat relevansi seni sebagai media untuk mengembangkan

kreativitas (dalam pendidkan). Sifat-sifat imaginasi dan permainan yang melekat

pada seni menegaskan suatu kebebasan berkhayal serta dalam bentuk

pengungkapannya. Disiplin seni adalah disiplin yang ”membebaskan,” disiplin

yang senantiasa lebih baik dari pada tidak disiplin dan/atau disipin ketat tanpa hati

nurani. Itulah sebabnya mengapa pendidikan seni ditempatkan sebagai bagian

dalam pendidikan secara umum. Pendidikan seni adalah pendidikan yang akan

membawa kebanggaan dan keagungan jasmaniah dan rohaiah, dan oleh karena itu

seni seharusnya menjadi dasar pendidikan: that art should be the basis of

education, demikian kata Herbert Read mengutip tesis Plato (Tjetjep R, 2000:

33-34).

Pada tingkatan individu atau pribadi, pendidikan seni seyogianya dapat

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan seni sebagai

cara ekspresi dan sebagai cara menanggapi kehidupan dan duianya. Tugas pendidik

adalah mengembangkan kebebasan individu dalam mencipta seni dan dalam

mencerap secara mendalam lingkungan dunianya, melalui seni (Tjetjep R, 2000:

36).

Pada tingkatan sosial, pendidikan seni seyogyanya mampu menyadarkan

siswa bahwa bentuk-bentuk visual yang mereka cipta membantu mengungkapkan

identitas mereka, juga keanggotaan mereka dalam kelompok. Bentuk-bentuk visual

(13)

sekaligus merefleksikan kebutuhan fisik dan ekspresif dalam kehidupan

sehari-hari. Tugas guru pendidikan seni adalah memantu peserta didik menjadi sadar

tentang aneka ragam bentuk visual, sehingga dengan demikian mereka mampu

membentuk dan mengekspresikan perasaannya sesuai dengan potensi sumber daya

sosial dan budayanya yang menjadi lingkungannya (Tjetjep R, 2000: 37).

Menurut Katjik (1973:7), tujuan umum pendidikan ialah membimbing

pertumbuhan pribadi manusia, di samping membuat harmonis kepribadiannya

dalam kelompok sosial. Dan untuk itu pendidikan estetis sangat fondamental

kedudukannya. Pendidikan estetis meliputi:

1. Menjaga/memelihara kemampuan segala macam persepsi dan sensasi

2. Mengkordinasikan berbagai cara persepsi dan sensasi, antara yang satu

dengan yang lainnya dalam hubungannya kepada lingkungan

3. Mengekspresikan perasaan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan

4. Mengekspresikan dalam wujud bentuk dari segala macam pengalaman

mental

Sejak kecil anak-anak mulai berekspresi. Mula-mula ekspresi naluriah yang

berhubungan dengan kebutuhan makan-minum (mencari keuntungan/pamrih).,

disebut ekspresi fungsional. Kemudian ada ekspresi yang sifatnya tidak untuk

memperoleh kepuasan naluriah – yang ini disebut ekspresi bebas. Pendidikan

memajukan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan bisa dilihat pada kematangan

fisik dan ekspresi. Karena itu pendidikan dapat didefinisikan sebagai

pengembangan macam-macam ekspresi.

Makna pendidikan seni adalah pemberian pengalaman estetik (aestetik

experience) kepada siswa. Pengalaman estetik adalah pengalaman menghayati nilai

keindahan, bagaimanapun keindahan itu dimaknai. Pemberian pengalaman estetik

melalui dua kegiatan yang saling berkaitan yaitu apresiasi dan kreasi. Di dalam

kegiatan ekspresi apresiasi dan kreasi (included) terkandung nilai ekspresi sebagai

(14)

PEMBELAJARAN DENGAN BERMAIN

Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain.

Bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas.

Mereka bermain ketika bernyanyi, menggali tanah, membangun balok

warna-warni, menirukan sesuatu yang dilihat. Bermain dapat berupa bergerak, seperti

berlari, melempar bola, memanjat atau kegiatan berpikir, meperti menyusun puzzle

atau mengingat kata-kata sebuah lagu.

Bermain itu alamiah dan spontan, anak-anak tidak diajarkan bermain. Mereka

bermain dengan benda apa saja yang ada di sekitarnya dengan bahan tongkat kayu,

ranting, sapu, bahkan juga tanah dan lumpur. Justru benda-benda tersebut menjadi

daya tarik mengapa anak-anak bermain. Anak-anak bermain di mana-mana.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran anak adalah belajar sambil

bermain dan bermain sambil belajar (Montolalu, dalam Hadjar Pamadhi, 2008:

1.2). Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga pembelajaran menjadi

bermakna karena sebab-sebab berikut.

a. Bermain itu belajar

Kemampuan intelektual (daya pikir) anak sebagian besar dikmbangkan

dalam kegiatan bermain. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan

menemukan serta bereksperimen dengan alam sekitarnya, baik ciptaan

Tuhan maupun buatan manusia. Mmengamati tanaman tumbuh merupakan

contoh kegiatan di mana anak meningkatkan pengetahuannya tentang

bagaimana dan mengapa tanaman tumbuh, mengalami perubahan dan

berfungsi (sebagai makanan).

b. Bermain itu bergerak

Bermain dapat mengembangkan kesadaran anak akan kemampuan

tubuhnya ketika menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. Bermain juga

untuk mengembangkan otot besar untuk motorik kasar seperti melompat,

memanjat, menggelinding, berlari, dan sebagainya. Gerak motorik kasar ini

bukan saja memperkokoh fisik anak, melainkan juga melatih anak unuk

(15)

tubuh selama aktivitas bermain menjadikan anak-anak mengembangkan

keterampilan bergerak serta merasa percaya diri dengan kekuatan tubuhnya.

c. Bermain membentuk perilaku

Pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dlakukan terus-menerus

dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga mnjadi pembiasaan

yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan serta pembelajaran

tersebut meliputi moral dan nilai-nilai agama, emosi atau perasaan,

kemampuan bersosialisasi dan disiplin dengan tujuan agar anak menjadi

pribadi yang matang dan mandiri.

Dalam menangkap perkembangan pendidikan di Indonesia yakni adanya

pendidikan berkarakter, tepat rasanya jika permainan-permaian tradisional yang

sarat dengan nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan pada pembelajaran di

SD. Pembelajaran di SD sebaiknya dengan menggunakan pendekatan bermain.

Pendidikan Seni Budaya memiliki spesifikasi pendidikan nilai estetis

bagi anak, perlu menangkap nilai-nilai yang ada dalam permaianan tradisional.

Dengan kemasan pembelajaran seni budaya nilai-nilai yang ada dalam permainan

tradisional mampu tersampaikan kepada anak-anak tanpa beban nilai ”kuno”.

Pengungkapan nilai permaian tradisional ini sangat diperlukan dalam

usaha untuk mengembangkan pendidikan berkarakter, yang saat ini sangat

dibutuhkan untuk anak-anak. Beberapa bentuk permainan tradisional dapat

dikemas menjadi tarian anak yang menarik. Dengan tema dolanan anak, tarian

anak yang polos, lucu dan bermakna menjadi sebuah wahana berekpresi yang

(16)

Gambar 1: Permainan Tradisional yang dikemas menjadi Tari Dolanan Anak (Foto: Pertemuan Sendratasik di Jogyakarta, 2012)

Gambar 2 dan 3: Bentuk permainan tradisional Egrang yang dapat dikemas menjadi dalam sebuah garapan tari dolanan anak yang menarik

Simpulan

Dalam menangkap perkembangan pendidikan di Indonesia yakni adanya

pendidikan berkarakter, tepat rasanya jika permainan-permaian tradisional yang

sarat dengan nilai-nilai karakter dapat dikembangkan pada

pembelajaran/pendidikan seni untuk anak. Berbagai manfaat dapat dipetik dari

bentuk-bentuk permainan tradisional yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Pemanfaatan permainan tradisional dalam pendidikan seni untuk anak

dapat dikatakan berdampak positif baik untuk perkembangan anak maupun

(17)

itu dengan berkembangnya pemanfaatan permainan tradisional dalam pendidikan

seni dapat mengurangi dampak penggunaan gadget pada anak-anak. Semoga ke

depan semakin banyak pendidik seni yang mau dan mampu mengolah kekayaan

budaya Indonesia ini secara maksimal....amiin

DAFTAR PUSTAKA

Jazuli, M. 2008 Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa University Press.

Pamadhi, Hadjar, dkk. 2008. Pendidikan Seni di SD (Modul). Jakarta: Universitas Terbuka

Rahayu, Yuni Sri. Dkk. 2012. Jejak Budaya dalam Karakter Siswa Indonesia. Surabaya: University Press.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. STSI: Bandung

Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : ITB.

Sutrisno, Mudji. 1993. Nuansa-Nuansa Peradaban. Jogyakarta: Kanisius.

Sutjipto,Katjik & Suseno Kartomihardjo (Penyadur), 1973, Seni Rupa Sebagai Alat Pendidikan, Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, IKIP Malang

Tilaar, HAR. 2008. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1: Permainan Tradisional yang dikemas menjadi Tari Dolanan Anak (Foto: Pertemuan Sendratasik di Jogyakarta, 2012)

Referensi

Dokumen terkait

▪ mampu menjelaskan kebijakan, strategi dan program pembangunan perikanan budidaya, perikanan tangkap dan pengelolaan SBD perikanan ▪ mampu menjelaskan hukum, per UU

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Okumus, Ali, Bilgihan, & Ozturk, 2018) yang menyatakan bahwa faktor psikologis berpengaruh pada penggunaan aplikasi

dengan ini memberikan persetujuan pada anak saya untuk ikut dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil

Analisis dalam penelitian ini menggunakan data bulanan yang meliputi data harga minyak dunia dengan standar West Texas Intermediate (WTI), harga emas penutupan sore hari, harga

Oleh karena itu peran militer dalam politik disertai dengan sentralisasi dalam kepentingan masyarakat, pemerintah yang tidak mampu mengkontrol negara akan semakin

Child Welfare Information Gateway (dalam Margaretha, 2014), menjelaskan cara-cara pelaku untuk membuat anak tetap menjadi korbannya, yaitu pelaku memberikan perhatian pada anak

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar. © Neni Setiawati 2016

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERDAGANGAN ORANG PADA WANITA DIBAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN HAM.. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan