• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN ITIK PETLUR DEGAN.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KELAYAKAN ITIK PETLUR DEGAN.docx"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

I perkotaan. Menurut Sukmaya dan Rismayanti (2010), populasi itik pada tahun 2007 sebanyak 6.534.753 ekor telah meningkat menjadi 7.962.095 ekor di tahun 2008 di Jawa Barat.

Usaha peternakan itik petelur memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan usaha peternakan ayam. Nilai jual telur itik lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras karena telur itik dijual dengan harga butiran. Selain itu, telur itik lebih enak dibandingkan dengan telur ayam, sehingga masyarakat lebih menyukai telur itik. Dibandingkan dengan ayam kampung, itik memiliki produktivitas telur yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan apabila dipelihara secara intensif terkurung sepenuhnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka permintaan akan telur itik pun ikut meningkat. Melihat potensi tersebut, perlu adanya usaha peternakan itik petelur agar permintaan masyarakat sebagai konsumen dapat terpenuhi.

Keberhasilan usaha ternak itik ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu: a) kualitas bibit, b) prosedur pemeliharaan, c) kualitas dan cara pemberian pakan, d) sistem usaha dan analisa keuangan, dan e) pengalaman dalam memelihara. Untuk memperoleh tingkat keuntungan yang optimal dari usaha ternak itik, maka semua faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan dijalankan dengan benar dan tepat (Sukmaya dan Rismayanti, 2010).

Berdasarkan penyataan tersebut, maka kami tertarik untuk melaksanakan usaha peternakan pada komoditas itik petelur, karena selain lebih menguntungkan dari beternak ayam ras, kami juga bisa memenuhi permintaan atau kebutuhan konsumen.

1.2. Permasalahan

1. Bagaimana aspek pasar dan pemasaran pada usaha peternakan itik petelur? 2. Apa saja aspek teknis yang ada dalam usaha peternakan itik petelur?

3. Berapa Kebutuhan Investasi, Biaya dan Manfaat, dan Cashflow pada usaha peternakan itik petelur?

(2)

5. Bagaimana cara menduga dampak lingkungan dan strategi untuk mengatasinya?

1.3. Metode Analisis

(3)

II

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Definisi pasar menurut para ahli adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau tempat dimana saling bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Menurut Stanton, pasar adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan-keinginan untuk puas, untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakan.

2.1. Permintaan dan Penawaran

Teori penawaran dan permintaan (bahasa Inggris: supply and demand) dalam ilmu ekonomi, adalah penggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisis ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual. Ia juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkian adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran.

Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan: 1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah. 2. Harga barang lain yang terkait

Berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang saling terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

(4)

Dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

4. Selera atau kebiasaan

Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.

5. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.

6. Perkiraan harga di masa mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan.

7. Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

(5)

Tabel 2. Konsumsi Daging, Telur dan Susu

Tahun/Year Pertumbuhan/

Growth

No. Jenis/Type

2008 2009 2010 2011*) 2012e) 2012 Over 2011 (%)

Konsumsi Nasional (000 Ton) National Consumption (000 Tons)

1 Daging/Meat 1.643,09 1.732,64 1.654,14 1.735,15 1.753,54 1,06

2 Telur/Egg 1.453,04 1.569,81 1.255,70 1.350,38 1.412,78 4,62

3 Susu/Milk 2.125,33 2.277,20 3.173,05 3.494,81 2.738,51 -21,64 Konsumsi Per Kapita (Kg/Kapita/Tahun)

Consumption (Kg/Capita/Year)

1 Daging/Meat 6,43 6,60 6,85 7,08 7,05 -0,42

2 Telur/Egg 5,35 5,17 5,20 5,51 5,68 3,09

3 Susu/Milk 9,51 11,60 13,14 14,26 11,01 -22,79

Konsumsi Protein (Gram/Kapita/Hari) 5,92 6,03 5,99 6,30 6,03 -4,29

Protein Consumption (Grams/Capita/Day)

Sumber : Badan Ketahanan Pangan - Kementerian Pertanian Source : Agency for Food Security - Ministry of Agriculture

Keterangan : *) Angka Sementara

e) Angka Estimasi Note : *) Preliminary Figures

e) Estimation Figures

Berdasarkan literatur diatas berternak itik petelur sangat berpotensi, karena minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur cukup tinggi. Sehingga permintaan telur di pasar sulit untuk dipenuhi. Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang perusahaan ini yaitu permintaan masyarakat yang tinggi akan kebutuhan telur untuk dikonsumsi. Masyarakat di daerah sekitar sudah menjadikan telur sebagai kebutuhan protein hewani, karena tingginya harga daging di Indonesia. Maka, telur ini dijadikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, bahkan menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Teori Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan atau jual pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran:

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hokum penawaran.

(6)

Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, atau sebaliknya.

3. Harga faktor produksi

Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang.

4. Biaya produksi

Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang.

5. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang-barang.

6. Jumlah pedagang/penjual

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.

7. Tujuan perusahaan

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara malksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum.

8. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran.

Hukum Penawaran

“Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.”

(7)

Tabel 3. Produksi Telur Itik Menurut Provinsi Tahun 2009 - 2013

(Ton/Tons)

TAHUN/Year PERTUMBUHAN/

NO. PROVINSI/Province

Growth

2009 2010 2011 2012 2013*) 2013 over 2012

(%)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 7.942 8.345 9.258 10.692 11.027 19,10

2 Sumatera Utara 8.796 9.498 12.319 13.377 13.655 10,84

3 Sumatera Barat 6.072 7.723 6.302 6.595 6.859 8,84

4 Riau 1.035 1.065 1.305 2.097 2.587 98,22

5 Jambi 2.577 2.968 3.376 3.877 6.497 92,47

6 Sumatera Selatan 6.426 6.554 4.736 5.753 6.039 27,51

7 Bengkulu 550 567 329 432 671 103,81

8 Lampung 2.712 3.881 3.017 3.176 3.133 3,86

9 Bangka Belitung 610 479 482 173 190 -60,61

10 Kepulauan Riau 128 915 944 744 757 -19,88

11 D.K.I. Jakarta 224 229 134 149 149 11,35

12 Jawa Barat 53.560 64.540 63.523 54.886 56.006 -11,83

13 Jawa Tengah 40.474 34.846 33.664 33.937 34.626 2,86

14 D.I. Yogyakarta 2.498 2.528 4.426 2.909 3.109 -29,75

15 Jawa Timur 25.502 25.892 26.580 26.476 26.608 0,11

16 Banten 8.741 9.233 15.007 12.823 13.298 -11,39

17 Bali 4.558 4.649 4.752 4.180 4.215 -11,31

18 Nusa Tenggara Barat 2.441 2.355 3.119 3.671 3.729 19,57

19 Nusa Tenggara Timur 1.243 1.247 1.521 1.354 1.354 -10,96

20 Kalimantan Barat 1.634 2.168 2.199 3.220 4.111 86,93

21 Kalimantan Tengah 507 531 1.370 4.082 175 -87,20

22 Kalimantan Selatan 24.938 27.734 24.642 29.604 30.374 23,26

23 Kalimantan Timur 861 1.156 861 1.199 1.211 40,78

24 Sulawesi Utara 599 629 704 886 922 30,97

25 Sulawesi Tengah 1.574 1.775 2.390 3.385 3.503 46,61

26 Sulawesi Selatan 15.129 16.610 17.262 22.808 24.732 43,27

27 Sulawesi Tenggara 1.994 2.256 2.296 3.246 3.383 47,31

28 Gorontalo 425 506 311 440 446 43,52

29 Sulawesi Barat 10.125 1.087 5.174 6.134 6.237 20,54

30 Maluku 940 1.319 1.440 1.571 1.714 19,07

31 Maluku Utara 1.057 1.113 2.098 400 339 -83,85

32 Papua Barat 81 96 98 136 174 77,59

33 Papua 474 545 559 568 600 7,23

INDONESIA 236.427 245.038 256.196 264.977 272.431 6,34

(8)

2.2. Pangsa Pasar

Perusahaan hendaknyamengetahui pasar di mana produk/jasa yang akan diproduksi akan ditawarkan. Tindak lanjut dari penentuan pasar adalah melakukan segmentasi pasar karena sifat pasar yang heterogen. Agar perusahaan lebih mudah masuk ke pasar yang heterogen, hendaknya pasar tersebut dipilah-pilah sehingga membentuk segmen- segmen yang relatif homogen. Selanjutnya, setelah pasar yang dituju menjadi homoggen, perusahaan hendaknya melakukan keputusan memilih sasaran yang lebih jelas. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki sumber daya terbatas untuk dapat memenuhi pasar walaupun telah disegmentasikan.

2. 2.1. Menetapkan pasar sasaran

Setelah segmen pasar diketahui, selanjutnya perusahaan perlu melakukan analisis untuk dapat memutuskan berapa segmen pasar yang akan dicakup, lalu memilih segmen mana uang akan dilayani.analisis dapat dilakkukan dengan menelaah tiga faktor:

a. Ukuran dan pertumbuhan segmen: perusahaan harus mengumpulkan dan menganalisis data tentang penjualan terakhir, proyeksi laju pertumbuhan penjualan dan margin laba yang diharapkan untuk berbagai segmen, lalu pilih segmen yang diharapkan paling sesuai.

b. Kemenarikan struktural segmen: suatu segmen mungkin mempunyai ukuran dan pertumbuhan yang sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi belum tentu menarik dari sisi profitabilitas, jadi perusahaan tetap harus mempelajari daya tarik segmen dalam jangka panjang.

c. Sasaran dan sumber daya: perusahaan harus mempertimbangkan sasaran dan sumber dayanya dalam kaitan dengan segmen pasar.

Pangsa pasar yang akan ditargetkan dalam usaha telur itik konsumsi ini yaitu, konsumen yang dapat berupa pengepul, para pedagang, produsen telur asin, produsen olahan telur dan masyarakat sebagai konsumen akhir.

2.2.2. Menetukan posisi pasar

Untuk menetukan posisi pasar, terdapat tiga langkah yang masing-masing dejelaskan sebagai berikut:

(9)

Apabila perusahaan menawarkan suatu produk yang bermutu, ia harus menyerahkan produk yang bermutu pula. Jadi posisi berawal dengan mengadakan pembedaan (diferensiasi) atas tawaran pemasaran perusahaan sehingga ia akan memberikan nilai lebih besar daripada tawaran pesaing.

b. Memilih keunggulan kompetitif

Jika perusahaan telah menemukan beberapa keunggulan kompetitif yang potensial, selanjutnya harus dipilih satu keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi kebijakan penentuan posisinya. Ia harus menetapkan berapa banyak perbedaan dan perbedaan mana yang akan dipromosikan. Perusahaan sebaiknya menentukan posisinya dengan lebih dari satu pembeda tetapi jangan pula terlalu banyak.

c. Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi

Setelah penentuan posisi dipilih, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang diinginkan itu kepada komsumen sasaran.

Pasar yang akan dijadikan sebagai tempat produksi telur yaitu di sekitar daerah kandang, seperti pasar rancaekek, pasar tanjung sari, pasar jatinangr. di RT 03 RW 08 Desa Cinanjung Kecamatan Cinanjung Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Telur ini akan didistribusikan di daerah sekitar perusahaan yaitu di sekitar Kabupaten Sumedang, sampai ke beberapa daerah lain seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Majalegka, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bogor. Permintaan telur konsumsi ini sangat tinggi didaerah tersebut. Permintaan paling tinggi yaitu di daerah Bandung , beberapa diantaranya yaitu dari Arnetta bebek, Negeri Bebek, dan Kampr bebek.

2.3. Strategi Pemasaran

(10)

1. Analisis persaingan

Berikut ini disajikan langkah-langkah dalam menganalisis pesaing yang dikemukakan oleh kotler.

a. Mengidentifikasi pesaing: perusahaan dapat mengidentifikasikan para pesaingnnya sebagai suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri sebagai berikut:

- Perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar - Perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama - Perusahaan lain yang membuat produk dan memasok yang sama - Perusahaan yang bersaing merebut uang dari konsumen yang sama b. Menentukan sasaran pesaing

Dengan mengetahui sasaran pesaing beserta penekanan-penekanannya dapat menunjukkan apakah mereka puas dengan situasinya sekarang serta bagaimana kemungkinan reaksinya atas berbagai tindakan kommpetitif

c. Mengidentifikasi strategi pesaing

Persaingan terjadi diantara tiap kelompok strategik tetapi yang lebih ketat terjadi didalam kelompok strategik yang sama. Perusahaan perlu menelaah semua dimensi yang mengidentifikasi kelompok-kelompok strategik yang bersangkutan, seperti mutu, ciri, ragam produk dari masing-masing pesaing; juga layanan, kebijakan harga, distribusi, program promosi, dan lain lain.

d. Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing

Sebaiknya perusahaan melakukan riset pemasaran terhadap pelanggan, pemasok maupun dealer, selanjutnya data itu dianalisis untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk menilai pesaing.

Pada dasarnya kami mengambil lokasi di Kabupaten Sumedang Desa Cinanjung karena di daerah sini khusnya peternakan itik belum berkembang secara baik, jadi persaingan perusahaan peternakan pun minim sekali, sehingga kita dengan leluasa dapat mengembangkan peternakan telur itik perusahaan kami. Selain itu, konsumen untuk telur itik ini sangat tinggi di daerah tersebut, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan perusahaan ini.

2. Bauran pemasaran produk barang a. Kebijakan produk

(11)

b. Kebijakan harga

Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga diukur dengan nilai yang dirasakan dari produk yang ditawarkan jika tidak maka konsumen akan membeli produk lain dengan kualitas yang sama dari penjualan saingannya.

c. Kebijakan distribusi

Tempat termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Keputusan mengenai tempat sangat penting agar konsumen dapat memperoleh produk yang dibutuhkan tepat pada saat dibutuhkan.

d. Kebijakan promosi

Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk atau jasa dan meyakinkan konsumen sasaran tentang produk yang mereka hasilkan.

Komponen di atas sangat penting untuk pemasaran. Hal tersebut dapat membantu untuk mengembangkan perusahaan, karena kegiatan di atas merupakan elemen untuk memperkenalkan produk perusahaan dan bahkan untuk menarik konsumen agar dapat mengkonsumsi telur itik ini.

3. Bauran pemasaran produk jasa

Bauran pemasaran untuk produk jasa lebih luas daripada bauran produk barang seperti telah dipaparkan diatas. Untuk jasa, baurannya dapat diperluas lagi dengan menambah tiga elemen lagi yaitu:

a. Orang

Adalah semua pelaku yang memainkan sebagai penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Menurut pendapat saya sendiri bahwa people adalah setiap orang yang dapat menjadi bagian dari suatu proses pemasaran barang maupun jasa. b. Bukti fisik

(12)

Meliputi prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan dan rutinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada pelanggan, dalam arti lain yaitu kegiatan yang dilalui/dijalani di dalam memasarkan produk kepada calon konsumen/pelanggan.

Elemen di atas sangat menunjang dalam mengembangkan perusahaan ini. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pemasangan spanduk, penyebaran leaflet, dan mensosialisasikan di media sosial yang dapat menunjang perkembangan perusahaan dengan berbagai promosi seperti bebas ongkos kirim dan lainnya.

(13)

ASPEK TEKNIS

3.1. Pemilihan Lokasi

Letak perusahaan sering pula disebut sebagai Tempat Kediaman perusahaan; yaitu tempat di mana perusahaan melakukan kegiatannya sehari-hari. Letak perusahaan dipengaruhi faktor ekonomi dan merupakan salah satu faktor penting yang menunjang efisiensi perusahaan terutama yang berkaitan dengan biaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya adalah :

Harga bahan mentah/bahan pembantu Tingkat upah buruh

Tanah Pajak

Tingkat bunga Biaya alat produksi

Biaya atas jasa pihak ketiga (Fuad, 2006)

Letak perusahaan ini sangat ditentukan oleh sumber-sumber alam, contohnya pada ketersediaan dan kemudahan bahan baku. Perusahaan yang berkaitan dengan bahan-bahan tambang umumnya terletak di daerah faktor produksi alamnya.

Pada umumnya jenis perusahaan ini adalah perusahaan industri. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan letak perusahaan adalah :

 Ketersediaan bahan mentah/bahan baku

Ketersediaan bahan mentah/bahan baku memungkinkan kesinambungan aktivitas perusahaan, karena tanpa bahan mentah/bahan baku perusahaan tidak mungkin bekerja.

 Dekat dengan pasar

Kedekatan dengan pasar merupakan faktor yang makin memudahkan terserapnya produk yang dihasilkan perusahaan.

(14)

Ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan murah merupakan pendukung faktor produksi variabel. Jika kelimpahan tenaga kerja diimbangi keahlian yang memadai, perusahaan akan semakin mampu bersaing, baik dalam hal harga maupun kualitas produk yang dihasilkan.

 Dekat dengan penyedia sumber tenaga atau energi

Contohnya adalah dekat dengan sumber air yang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam mendukung kelancaran aktivitas disamping dapat berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik yang sangat dibutuhkan perusahaan.

 Iklim

Suatu perusahaan seringkali membutuhkan adanya iklim dan pengaturan suhu udara tertentu. Kesesuaian iklim tidak hanya berpengaruh terhadap kesinambungan produksi, tetapi juga berhubungan erat dengan kesehatan buruh yang bekerja di perusahaan, serta berpengaruh juga terhadap ketahanan barang modal karena terkait dengan biaya penyusutan barang-barang modal yang pada akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi.

 Transportasi

Faktor ini berpengaruh besar dalam pendistribusian produk. Jika jalan-jalan yang akan dilalui produk perusahaan ke konsumen sudah baik maka diharapkan ongkos transportnya juga akan menjadi rendah.

 Ketersediaan modal

Perusahaan yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya cenderung akan memilih tempat dimana penanaman modal cukup besar disertai tingkat bunga yang cukup rendah.

(15)

Di RT 03 RW 08 desa Cinanjung Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang ini memiliki semua sektor yang ada di atas, sehingga kami membangun perusahaan ini di daerah tersebut.

3.2. Perkandangan Dan Bangunan Pendukung

3.2.1. Perkandangan itik petelur

Kandang merupakan tempat hidup itik petelur dalam sehari harinya, karena itu perlu dirancang kandang yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi kehidupan itik petelur. Perkandangan itik petelur perlu dirancang sesuai kebutuhan itik petelur diantaranya 1). Kandang harus dapat memberikan kenyamanan bagi itik, artinya tidak menyebabkan itik gelisah dan mudah terkejut. 2) Kandang harus memberikan kesehatan bagi itik yang ada di dalamnya (tingkat kematian itik dalam kandang rendah). 3) Kandang yang dibangun harus memberi¬kan hasil bagi peternak berupa telur yang lebih banyak daripada pemeliharaan tanpa kandang., 4) Kandang yang dibangun harus memenuhi syarat ekonomis, artinya tidak terlalu mahal tetapi memenuhi syarat di atas. Perkandangan itik petelur dapat dipilih diantara jenis jenis kandang berikut :

1. Kandang Itik Sistem Pekarangan

Model kandang pekarangan atau kandang ren ini memberikan kesempatan pada itik petelur untuk bebas bermain dengan itik pejantan di pekarangan, artinya adanya kesempatan perkawinan. Budidaya itik petelur dengan model kandang sangat cocok diperuntukkan bagai itik petelur penghasil telur tetas.. dan diberikan kandang pelindung yang dapat dimanfaatkan itik petelur untuk berlindung pada saat hujan atau dari panasnya terik matahari. Kandang model pekarangan atau ren ini sangat cocok digunakan untuk budidaya itik penghasil telur tetas.

Kandang tempat berlindung berlantai padat yang dilapisi sekam padi. Atap kandang beratap satu muka dengan lubang angin diatasnya. Tempat pakan dan minuman itik tersedia di pekarangan kandang, Pada sekeliling pekarangan dibuatkan pagar setinggi kurang lebih 75 cm.

(16)

Kandang model ini sangat cocok diperuntukkan bagi itik petelur yang menghasilkan telur konsumsi. Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan, pada bagian atasnya dilapisi kapur dan ditambahkan pula kulit padi atau bekas serutan gergaji.biasa dikenal sebagai kandang litter atau kandang postal. Kelemahan dari kandang litter bila dalam keadaan basah akibat air minum tumpah, akan kesulitan dalam membersihkan dan mengeringkan litternya. Pada daerah yang kelembabannya terlalu tinggi, dapat menimbulkan terjadinya penyakit.yang dapat menyerang itik petelur

3. Kandang Itik Sistem Baterai

Kandang batterai pada perkandangan itik petelur tidak bedanya dengan kandang baterai pada kandang ayam petelur..Kandang baterai disebut dengan kandang intensif, itik yang hidup dalam kandang baterai tidak bisa bergerak kesana kemari kegiatan itik hanya makan minum dan bertelur yang semuanya dilakukan dalam kandang batterai..Dengan kandang batterai pengawasan pada ternak itik petelur lebih mudah dilakukan pengawasannya.Kandang baterai sangat cocok digunakan untuk budidaya itik petelur penghasil telur konsumsi

4. Kandang box untuk DOD

Model kandang yang diperuntukkan bagi anak itik biasa dikenal dengan nama kandang brooder atau kandang indukan umur satu hari sampai satu bulan. Kepadatan kandang anak itik umur 1 m² mampu menampung 50 ekor DOD,

3.2.2. Kandang yang Ideal

Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi kandang dibuat tidak kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan badan pada saat melakukan pekerjaan di dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan sisanya dibiarkan terbuka cukup ditutup dengan kawat atau bilah-bilah bambu.

(17)

sanitasi yang meliputi pembersihan kandang dari kotoran ternak serta mencucihamakan (desinfektan) kandang dengan obat-obatan pembasmi kuman (Ranto dan Maloedyn, 2009).

Perusahaan kami menggunakan kandang baterai, agar dapat dengan mudah dalam pengambilan telur hasil produksi.Kandang tersebut bias saja membuat itik menjaadi stress, indikator stress dapat dilihat dari profil neutrophil dan limfosit pada hewan ternak. Beberapa bulan terakhir terdapat penelitian bahwa itik dapat hidup pada kondisi minim air, dengan menambahkan elektrolit pada pakan tersebut. Maka dari itu,perusahaan kami menggunakan skandang system baterai, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi itik untuk beradaptasi terhadap kandang tersebut, meskipun itik pada awalnya mengalami sedikit cekaman. Kandang sistem ini mirip sekali dengan kandang baterai untuk ayam petelur yaitu kandang individual. Semua kandang baterai dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan bambu anyaman atau kawat. Total luas kandang untuk starter, grower, layer dan pejantan yaitu 2030 m2. Atap kandang menggunakan genting agar dapat menyerap panas. Dinding yang terbuat dari bambu seperti kandang ayam petelur dan ayam pedaging, yang diluarnya dilapisi dengan tirai buka tutup agar dapat mengkontrol suhu dan kelembaban di dalam kandang. Lantai kandang berupa lantai semen (floor) agar tidak lembab dan kebersihannya terjamin. Hal tersebut merupakan salah satu sanitasi kandang agar terhindar dari sumber penyakit yang dapat menyerang itik.

Selain bangunan kandang, terdapat bangunan pendukung bagi perusahaan itik petelur ini diantaranya

 Gudang Pakan

Gudang pakan ini dibuat permanen dengan atap yang berasal dari genting, dinding yang terbuat dari batu bata dan semen, dan lantai semen (floor). Gudang ini memiliki luas 50 m2.  Gudang Peralatan

Material gudang ini juga sama seperti gudang pakan. Bangunan ini memiliki luas 30 m2.  IPAL

Instalasi ini terbuat dari semen yang menampung kotoran itik dan memiliki luas 50 m2.  Tempat Parkir

(18)

Bangunan ini dibuat kokoh dan permanen yang terdiri dari atap menggunakan genting, dinding dibuat dari batu bata dan semen, lantai dibuat dengan keramik.

3.3. Asumsi,Koefisien Teknis Dan Koefisien Zooteknis

Perusahaan kami memilih tempat di RT 03 RW 08 Desa Cinanjung Kabupaten Sumedang ini dikarenakan lahan yg cukup baik, jauh dari aktifitas masyarakat yang berlebih dan keadaan masyarakat yang cukup terbuka dengan adanya pembangunan lahan untuk peternakan itik petelur ini. Sehingga dorongan dari masyarakatpun akan mempermudah sistem kerja perusahaan kami untuk menghasilkan bibit- bibit unggul. Selain dengan keadaan masyarakat yang ada di Cinanjung ini, dengan sumber daya airnya pun sangat mudah didapat, sehingga perusahaan kami tidak takut untuk kekurangan air. Sumber daya manusia yang ada disini pun dapat dimanfaatkan dengan mudah. iklim di Cinanjung ini sangat mendukung habitat itik petelr, sehingga produksi telur tidak usah dikhawatirkan rendah. Akses jalan pun tidaklah sulit untuk dapat mencapai pada area peternakan kami.

3.4. Dinamika Populasi

Manajemen pemeliharaan di perusahaan kami dibagi menjadi dua fase, yaitu :  Fase Pertama

Pullet dan pejantan pada fase pertama masuk di waktu yang sama yaitu pada bulan pertama tahun kedua. Produksi telur pada fase ini selama 6 bulan yaitu sampai pada bulan ke 7 sebelum molting selama 2 bulan. Setelah molting, itik betina produksi telur kembali di bulan ke 10 selama 9 bulan. Pada bulan ke 5 setelah molting tepatnya bulan pertama tahun ke 3 produksi telur berjumlah 141064 butir dan diambil sejumlah 10216 untuk replacement stock. Telur menetas pada bulan ke 5 tahun ke 3 dan siap memproduksi telur pada bulan ke 7 tahun ke 3. Pada bulan-bulan berikutnya sama seperti sebelumnya.

 Fase Kedua

(19)

memproduksi telur pada bulan ke 9 tahun ke 3. Pada bulan-bulan berikutnya sama seperti sebelumnya.

Perusahaan kami mengaplikasikan manajemen tersebut, sehingga produksi telur dapat dipertahankan sebesar minimal 4000 butir/hari. Berikut tabel rekap populasi per tahun.

Tabel 4. Proyeksi Populasi per Tahun

No Struktur Umur Tahun

1 2 3 4 5 6

1 Pejantan :

a. Fase I 672 676 667 672 676

b. Fase II 673 678 669 673 678

2 Layer :

Fase I 3359 3381 3336 3359 3381

Fase II 3366 3381 3344 3366 3389

3 Starter :

Fase I 3531

Fase II 3531

4 Grower :

Fase I 3443

Fase II 3443

TOTAL 8070 8124 21965 8070 8124

IV

(20)

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

4.1. Proyeksi Kebutuhan Investasi Tabel 5. Proyeksi Kebutuhan Investasi

N

o Uraian Volume Satuan Jumlah (Rp)

A Investasi Tetap

1. Lahan 2.303 m2 161.205.169,30

2. Kandang dan

Bangunan 2.303 m2 831.982.747,50

3. Mesin dan

Peralatan 1 paket 171.452.876,53

4. Kendaraan 2 unit

a. Itik 8160 ekor 612.000.000,00

b. Obat-obatan 2 paket 10.000.000,00

c. Manajer 4 orang 240.000.000,00

d. Listrik 24 paket 18.000.000,00

2. Biaya Variabel

a. Pakan 806732 kg 3.630.293.928,38

b. Pekerja 242 orang 206.001.424,45

Sub TOTAL 4.717.255.352,83

TOTAL 5.961.896.146,15

(21)

mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Di samping untuk aktiva tetap, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja, yang diartikan sebagai modal kerja bruto (menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar). Menghitung modal kerja dapat menggunakan metode yang didasarkan pada waktu yang diperlukan dana sejak keluar dari kas sampai kembali menjadi kas.

Dana Investasi yang dibutuhakan untuk berjalannya proyek ini yaitu sebesar Rp

5.961.896.146,15 yang terdiri dari berbagai kebutuhan seperti pengadaan lahan,

(22)

4.2. Proyeksi Biaya dan Manfaat

Identifikasi biaya dan manfaat dilakukan untuk menyusun seluruh kebutuhan dana yang harus disediakan untuk kelancaran jalannya usaha serta manfaat yang akan diterima diwaktu yang akan datang yang akan diproyeksikan selama umur usaha/proyek. Perhitungan selisih antara biaya dan manfaat pada akhir tahun proyek merupakan nilai keuntungan /manfaat bersih yang akan diterima yang akan menentukan layak atau tidaknya suatu rencana usaha. Identifikasi ini menjadi penting agar pada saat pelaksanaan usaha / proyek tidak ada biaya/manfaat yang tidak diperkitungkan dalam perencanaannya yang akan mengganggu arus kas yang disebabkan kurangnya dana investasi/modal kerja.

Tabel 6. Proyeksi Biaya dan Manfaat

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6

A Biaya investasi

1. Lahan 161.205.169,30 2. Kandang dan

Bangunan 831.982.747,50 3. Mesin dan Peralatan 171.452.876,53 4. Kendaraan 80.000.000,0 0 TOTAL 1.244.640.793,33 B Biaya Operasional

(23)

0

d. Manajer 120.000.000,00 120.000.000,00 120.000.000,00 120.000.000,00 120.000.000,00 e. Listrik 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 2. Biaya Variabel

a. Pakan 1669784800 2632404394 2372416071 2226633981 2138385784

b. Pekerja

75.869.732,36 130.131.692,09 118.215.580,47 93.899.130,64 90.167.315,67 TOTAL - 2.499.414.532,59 2.897.496.086,52 2.620.591.651,86 2.455.493.112,10 2.363.513.099,38 TOTAL A dan B

1.244.640.793,33

2.499.414.532,5 9

2.897.496.086,5 2

2.620.591.651,8 6

2.455.493.112,1 0

2.363.513.099,3 8

4.3. Proyeksi Cashflow

Laporan perubahan kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan pengunaan-penggunannya. Aliran kas(cash flow) pada awal investasi suatu perusahaan adalah untuk kebutuhan awal bisnis seperti tanah,alat-alat kantor,mobil untuk transportasi dan lain-lain.Aliran awal itu disebut pengeluaran(cash flow out). Sementara pada aliran kas pada operasionalnya seperti penjualan,pembelian,biaya umum serta kebutuhan administrasi. Disini terjadinya aliran kas keluar dan juga aliran kas yang masuk. Terminal cash flow pula adalah aliran kas yang berkaitan dengan sisa proyek yang mengandungi sisa proyek serta sisa modal kerja seperti penjualan peralatan-peralatan proyek.

Tabel 7. Proyeksi Cashflow

(24)

A Inflow

5. Salvage Value 732.626.469,1

5

Total A 5.960.936.146,1

(25)

0 0 0 0 0

a. Angsuran 993.489.357,6 9

C Saldo Akhir Tahun A-B 3.157.225.861,2 5

1.464.169.087,5 0

1.092.967.528,3

6 9.158.854,79 5.532.794,98

(26)
(27)

V

KELAYAKAN INVESTASI

5.1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah arus pendapatan bersih (net benefit) yang dinilai dalam waktu sekarang/ telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (socc) sebagai discount factor.

Dengan menggunakan perhitungan NPV untuk proyeksi peternakan itik petelur pada tingkat bunga 9,5% menunjukan nilai Rp 1.373.366.073,36 yang artinya nilai NPV tersebut menunjukan nilai > 0, maka usaha tersebut layak untuk di jalankan. Nilai tersebut juga berarti selama proyek berjalan perusahaan menghasilkan benefit bersih yang dihitung diwaktu sekarang dan telah di discount factor sebesar 9,5% yaitu sebesar Rp 1.373.366.073,36.

5.2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu perhitungan untuk mencari tingkat discount rate (i) pada saat NPV = 0.

Dengan menggunakan perhitungan IRR untuk proyeksi peternakan itik petelur pada tingkat bunga ke 1 (34%) dan tingkat bunga ke 2 (35%) menunjukan nilai 34,27% yang artinya perusahaan akan mampu menutup bunga pinjaman maksimum sebesar 34,27% dan perusahaan tidak akan menerima untung. IRR tersebut menunjukan lebih dari nilai SOCC (tingkat bunga) diamana 34,27% > 9,5%, maka usaha peternakan itik petelur tersebut layak di jalankan (GO).

5.3. B/C Ratio [Gross B/C dan Net B/C]

Gross B/C merupakan suatu perhitungan yang menggambarkan kemampuan benefit untuk menutup seluruh pengeluaran dan untuk membandingkan total benefit yang telah di discount dengan total cost yang telah di discount pula.

Dengan menggunakan perhitungan Gross B/C rasio untuk proyeksi peternakan itik petelur pada tingkat bunga 9,5% menunjukan nilai 1,13 yang artinya setiap 1 bagian yang dikeluarkan akan menghasilkan 1,13 bagian atau akan menghasilkan untung sebesar 14% dari modal yang dikeluarkan. Gross B/C tersebut menunjukan nilai > 1, maka usaha peternakan itik petelur tersebut layak dijalankan (GO).

(28)

membandingkan net benefit positi (+) yang telah di discount dengan net benefit negative (-) yang telah di discount pula.

Dengan menggunakan perhitungan Net B/C untuk proyeksi peternakan itik petelur pada tingkat bunga 9,5% menunjukan nilai 2,04 yang artinya setiap 1 kerugian akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,04. Net B/C tersebut menunjukan nilai > 1, maka usaha peternakan itik petelur tersebut layak (GO).

5.4. Profil Rencana Usaha (PBP dan BEP)

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan adanya arus penerimaan (cash In flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi.

Dengan menggunakan perhitungan PBP untuk proyeksi peternakan itik petelur menunjukan nilai 3,296982613, yang artinya waktu yang ditempuh dalam arus penerimaan (cash in flow) sebanding dengan jumlah investasi selama 3 tahun 2 bulan 9 minggu 6 hari.

Sedangkan Break Even Point (BEP) adalah suatu titik keseimbangan dimana total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran. Dengan menggunakan perhitungan BEP untuk proyeksi peternakan itik petelur menunjukan nilai 5,433907936. Yang artinya perusahaan akan mampu membayar seluruh biaya pengeluaran sendiri, baik biaya tetap maupun biaya variabel yang dibutuhkan untuk berjalannya produksi terjadi pada 4 tahun 1 bulan.

5.5. Analisis Sensitivitas

(29)

Tabel 8. Analisis Sensitifitas

PARAMETER INVESTASI

Pada Kondisi Normal

Pada Kondisi Perubahan Biaya Operasi

Naik 10%

Produksi Turun 5%

Biaya Konstruksi Naik 15% NPV 1.373.366.073,36 611545376,6 795607122,4 1113866175

IRR 34,27 11,37 20,16 27,05

GROSS B/C 1.13 1,06 1,08 1,11

NET B/C 2.04 1,39 1,56 1,75

PBP 3,296982613 3,495703014 3,443404955 3,399678716 BEP 5,433907936 5,752860998 5,654796009 5,540872012

(30)

ASPEK LINGKUNGAN

6.1. Pendugaan Dampak Lingkungan

Prakiraan dampak adalah suatu proses untuk menduga/memperkirakan

respon atau perubahan suatu parameter lingkungan tertentu akibat adanya kegiatan

tertentu, pada perspektif ruang dan waktu tertentu. Prakiraan munculnya sesuatu

dampak pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan mengenai besar

perubahan yang timbul pada setiap komponen lingkungan sebagai akibat dari

aktivitas pembangunan (UNEP, 1993). Seperti telah diterangkan di muka bahwa

dampak pada hakekatnya merupakan proses lebih lanjut yang terjadi setelah ada

pengaruh dari suatu kegiatan. Jadi sasaran memprakirakan atau menduga dampak

adalah mencari besar dampak terhadap setiap komponen lingkungan. Hal ini di

perhitungkan untuk komponen-komponen fisik biotis dan sosial ekonomi budaya

dan kesehatan masyarakat . Dampak terhadap lingkungan biasanya berpengaruh

pada kesejahteraan dan atau kesehatan manusia.

Menurut Soeratmo (1990), ada beberapa prinsip dasar prakiraan dampak

lingkungan dalam uraian berikut ini. Dalam pengukuran dampak lingkungan yang

akan terjadi di masa yang akan datang, besarnya akan banyak ditentukan oleh

waktu atau lamanya dampak terjadi. Perlu diperjelas untuk waktu kapan atau

jangka waktu beberapa lama dampak tersebut akan diduga. Untuk waktu yang

berbeda tentu dampaknya akan berbeda besarnya. Misalnya dampak pada waktu 5

tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun yang akan datang atau sering digunakan

istilah jangka pendek dan jangka panjang, tentu hasilnya akan berbeda.

(31)

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

terhadap lingkungan hidup antara lain:

1.

Jumlah manusia yang terkena dampak

2.

Luas wilayah persebaran dampak

3.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4.

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

5.

Sifat kumulatif dampak

6.

Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

Sumber pencemaran utama pada usaha peternakan itik petelur berasal dari

kotoran itik yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung

dalam kotoran tersebut, yang pada saat penumpukan kotoran atau penyimpanan

terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat,

dan nitrit serta gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang menyebabkan bau (Svensson,

1990; Pauzenga, 1991). Kandungan gas amonia yang tinggi dalam kotoran juga

menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau protein

yang berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua nitrogen diabsorbsi

sebagai asam amino, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam kotoran (Pauzenga,

1991).

(32)

6.2. Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan

Sebenarnya, masalah utama dari dampak lingkungan usaha peternakan itik

petelur adalah bau dari kotorannya. Ada banyak cara untuk mengatasi

permasalahan bau yang ditimbulkan feses itik petelur antara lain: penggunaan

zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba

probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan,

memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas

amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zeolit yang lebih

tinggi (Fauziah, 2009). Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat

mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba starbio sebanyak

0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan

kandang (Zainuddin et.al.,1994).

(33)

VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Skala usaha perusahaan ini adalah memiliki populasi sebanyak 22.285

ekor itik yang terdiri dari 3.400 ekor itik layer serta 680 ekor itik

pejantan pada setiap periode. Selain itu, terdapat itik periode starter

sebanyak 7.151 ekor dan periode grower sebanyak 6.974 ekor.

2. Perusahaan menjual sebanyak 71.321 sampai 142.483 butir telur itik

yang didistribusikan ke berbagai daerah di wilayah Jawa Barat. Selain

menjual telur, perusahaan juga menjual itik pejantan umur 5 bulan

sebanyak 2.720 ekor dan itik afkir sebanyak 667 ekor itik jantan serta

3.333 ekor itik betina setiap periodenya.

3. Kebutuhan investasi senilai Rp. 5,960,936,146.15,- untuk jangka waktu 2

tahun awal produksi. Dana tersebut digunakan untuk biaya investasi dan

biaya operasional perusahaan.

4. Berdasarkan analisis kriteria investasi, perusahaan ini layak untuk

dijalankan, karena sudah memenuhi kaidah pengambilan keputusan di

setiap parameternya.

7.2. Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Fauziah. 2009. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/13/upaya-pengelolaan-lingkungan-usaha-peternakan-ayam/. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.

Fuad, M ., Y.E.F, Paulus., et. al. 2006, Pengantar Bisnis, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Pauzenga. 1991. Animal production in the 90’s in harmony with nature, A case study in the Nederlands. In: Biotechnology in the Feed Industry. Proc. Alltech’s Seventh Annual Symp. Nicholasville. Kentucky.

Soeratmo. 1990. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Sukmaya dan Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Itik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Barat.

Sumarni, Murni., Soeprihanto, John., 1997,

Pengantar Bisnis (Dasar Ekonomi

Perusahaan)

, Liberty, Yogyakarta.

Svensson, L. 1990. Putting the lid on the dung heaps. Acid. Enviro. Magazine. 9: 13-15. UNEP. 1993. Training Manual on Assessement of the Quantity and Type of Land Based Pollutant Discharge into the Marine and Coastal Environment.

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Alih Bahasa Wilhelmus W. Bokowatun, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 5.

(35)

Gambar

Tabel  2. Konsumsi Daging, Telur dan Susu
Tabel 3. Produksi Telur Itik Menurut Provinsi Tahun  2009 - 2013
Tabel 4. Proyeksi Populasi per Tahun
Tabel 5. Proyeksi Kebutuhan Investasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan Itik petelur dengan pemanfaatan Keong Mas sebagai sumber pakan alternatif di KTTI “Bebek Jaya”

Berdasarkan hasil penelitian pada peternakan Ayam Ras Petelur Jaya Abadi Farm, diketahui bahwa pendapatan usahatani peternakan ayam ras petelur Jaya Abadi Farm adalah

Permintaan telur ayam ras, telur itik dan telur ayam kampung di Kabupaten Tapanuli Utara bersifat elastis, yang artinya konsumen dan pedagang peka terhadap perubahan harga telur

Peternakan itik petelur UD. Sari Utama didirikan pada tahun 2011. Peternakan ini berlokasi di Desa Ce- paka, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Itik yang dipelihara merupakan

Pemilihan kasus didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain : (1) jumlah populasi ayam ras petelur yang dipelihara cukup tinggi dibandingkan dengan peternak ayam ras

Faktor yang mendorong usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rejotangan, dapat diketahui bahwa faktor yang paling besar menekuni usaha peternakan ayam ras

Total biaya produksi yang dikeluarkan pada usaha peternakan itik petelur fase starter dengan penggunaan limbah ikan Leubiem dalam formulasi ransum selama

Bauran pemasaran yang dilakukan oleh peternak ayam ras petelur ini meliputi produk yaitu telur, Penentuan harga pada usaha ayam ras petelur adalah perdasarkan