• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KAPITA SELEKTA HORTIKULTURA TANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KAPITA SELEKTA HORTIKULTURA TANA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KAPITA SELEKTA HORTIKULTURA

‘’Mempelajari Teknik Budidaya Tanaman Alpukat (Persea americana)’’

Yusuf Bachtiar A.1410872

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

(2)

BAB I. PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Tanaman pangan dan hortikultura berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Tanaman hortikultura terdiri dari komoditas tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman obat dan tanaman hias. salah satu tanaman buah unggulan nasional Indonesia adalah alpukat (Persea americana). Menurut data statistik Kementrian Pertanian (2015) pada tahun 2014 tanaman alpukat menghasilkan 2.420.018 pohon dengan luas panen mencapai 24.200 Ha. produksi buah alpukat meningkat 6,01 % dari tahun 2013. Produksi buah alpukat tahun 2014 mencapai 307.318 ton dalam satu tahun dengan rata hasil 126,99 Kg/pohon atau rata-rata 12,70 Ton/Ha. Tetapi produksi buah alpukat berdasarkan kontribusi produksi buah hortikultur tahun 2014 menempati posisi ke sebelas dari kesulurah komoditi yang hanya mencapai 1,55 % dari total produksi buah nasional 19.805.977 Ton.

Sejak tahun 2004 – 2012, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil alpukat terbesar kedua di dunia di bawah Meksiko, tetapi Indonesia tidak pernah tercatat sebagai salah satu negara eksportir di dunia di antara 20 negara eksportir alpukat dunia (fbbnipb.com, 2014). Alpukat di Indonesia sangat beragam karena terjadinya penyerbukan silang secara alami selama bertahun-tahun, akibatnya tingkat produktivitas dan kualitas buah seperti warna, bentuk, ukuran, ketebalan, dan rasa daging buah yang dihasilkan sangat beragam. Beragamnya buah alpukat ini akan menyulitkan pemasaran karena pasar terutama pasar ekspor menghendaki buah yang seragam. Namun, keragaman yang tinggi ini merupakan sumber plasma nutfah yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan varietas-varietas unggul alpukat yang diinginkan pasar.

(3)

dalam tubuh, dan mengontrol diabetes. Dengan menggunakan alpukat sebagai sumber lemak, penderita diabetes dapat menurunkan kadar triglycerides sampai 20%. Lemak tak jenuh ini juga sangat baik untuk mengurangi kadar kolesterol. Diet rendah lemak yang menyertakan alpukat telah terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol jahat, dan meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah.

Alpukat juga banyak mengandung serat yang sangat bermanfaat untuk mencegah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Alpukat juga mengandung potassium 30% lebih banyak di banding nenas. Potassium sangat bermanfaat bagi tubuh untuk mengurangi resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan kanker. Selain itu, alpukat juga sangat sempurna jika di jadikan sebagai makanan untuk wanita yang sedang hamil. Itu karena follate yang terdapat dalam alpukat, dapat mengurangi resiko terhadap ancaman penyakit birth defect (Chandra, 2013)

Manfaat bagian tanaman daun alpukat sebagai obat tradisional obat batu ginjal dan rematik. Hasil penelitian Chandra (2013) Biji alpukat mengandung pati dan zat warna alami berwarna merah bata. Hasil penelitian Dewi (2013) ekstrak air biji alpukat dapat menjadi antibakteri dimana pada konsentrasi 50-70% sudah dapat menurunkan jumlah bakteri P. mirabilis dan A. aerogenes.

Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran akan gizi dan mulai membaiknya perekonomian nasional. Peluang ekspor untuk komoditas alpukat masih sangat terbuka karena sampai saat ini belum dibatasi oleh kuota. Alpukat termasuk tanaman yang dapat tumbuh pada kisaran iklim dan lahan yang cukup luas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan iklim kering sampai basah komoditas alpukat dapat dikembangkan secara luas di berbagai wilayah di Indonesia dengan teknik budidaya yang intensif dan bersifat komersil.

II. 2. Tujuan

(4)

BAB II. PEMBAHASAN

II. 1. Asal-usul dan Penyebaran

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah – tinggi Amerika Tengah yang masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Tanaman alpukat memiliki nama alpukat untuk Jawa Barat, alpokat untuk Jawa Tengah, jamboo pokat untuk Batak, pookat untuk Lampung serta boah pokat, advokat, jamboo mentega dan jamboo pooan (Prihatman, 2000).

Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawai), Mexico, Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Daerah Indonesia penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara

Tanaman alpukat terdiri atas 3 tipe keturunan berdasarkan sifat ekologisnya, yaitu : Ras Meksiko, Ras Guatamala dan Ras Hindia Barat.

Ras Meksiko berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Ekuador yang memiliki iklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400 – 2.800 m dpl. Ras ini tahan terhadap suhu dingin. Ras ini memiliki daun dan buah yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah dapat dipanen membutuhkan waktu 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 g, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah memiliki kandungan minyak/lemak yang paling tinggi.

Ras Guatamala berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah yang memiliki iklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800 – 2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin. Daunnya tidak berbau adas. Masa berbunga sampai masak buah antara 9 – 12 bulan. Buahnya memiliki ukuran besar dengan berat berkisar antara 200 – 2.300 g. kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil). Bijinya relatif kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah memiliki kandungan minyak yang sedang.

(5)

daunnya tidak berbau adas dan warnanya lebih terang dibandingkan dengan Ras Meksiko dan Ras Guatamala. Masa berbunga sampai masak buah antara 6 – 9 bulan. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400 – 2.300 g, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Memiliki biji besar dan sering lepas didalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buah paling rendah (Prihatman, 2000).

Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Tipe alpukat yang dikeluarkan oleh kementerian pertanian sebagai varietas unggulan adalah sebagai berikut :

A. Alpukat Ijo Bundar

Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu, Malang. Dilepas pada tahun 1987 oleh Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang berangsur tua saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm.

B. Alpukat Ijo Panjang

Pada tahun 1987 Menteri Pertanian melalui SK No. 16/Kpts/TP.240/1987 mengeluarkan vairetas alpukat ijo panjang. Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Buah berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit buah berwarna hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda kulit buahnya hijau muda dan setelah matang menjadi hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta agak lunak. Bijinya berbentuk jorong dan berukuran 4 cm x 5,5 cm.

C. Alpukat Merah Bundar

(6)

kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan agak kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm.

D. Alpukat Merah Panjang

Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah antara 300-500 g/buah dengan kulit hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda, kulit buahnya hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan daging buah tebal, berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak lunak. Biji berukuran 4 cm x 5,5 cm.

E. Alpukat Mega Gagauan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna kuning, agak pulen, permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi untuk mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Gagauan mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning. Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 12,5-17,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan kadar lemak 6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun.

F. Alpukat Mega Murapi

(7)

Mega Murapi mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat buah mencapai 400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 13-17 cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak 7,58%. Produksi bisa mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun.

G. Alpukat Mega Paninggahan

Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran sendang, daging buah tebal berwarna kuning mentega, pulen, permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron, berbuah terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm, diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%. Produksi bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350 kg)/tahun.

Alpukat varietas Mega Gagauan Alpukat varietas Mega Murapi

Alpukat varietas Mega Paninggahan

(8)

Klasifikasi Tanaman Alpukat

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill.

Morfologi Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan memiliki akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar.

Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan dan okulasi

Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul.

(9)

betina yang berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi. Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya. Menurut Sunarjono (2003) tipe A merupakan tanaman yang mekar pertama pada waktu pagi, jenis kelamin yang masak terlebih dahulu adalah jenis kelamin betina (putiknya). Mekar kedua terjadi sore, jenis kelamin yang masak adalah jenis kelamin jantan (tepung sari). Dengan demikian pada waktu pagi semua tanaman tipe A bertindak sebagai betina, sedangkan pada sore hari bertindak sebagai jantan. Sedangkan tipe B merupakan tanaman alpukat yang mekar pertama terjadi pada waktu sore hari. Dengan putik masak terlebih dahulu. Mekar kedua terjadi pada waktu pagi hari berikutnya. Dengan tepung sari yang masak terlebih dahulu.

Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan bulat tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg, berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki kulit yang lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x 4 cm.

II. 3. Agronomi

A. Syarat tumbuh tanaman alpukat

Menurut Prihatman (2000) Tanaman alpukat membutuhkan angin dalam proses penyerbukannya namun kecepatan angin mencapai 62,4 – 73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.

(10)

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 40 – 80 %. Ras Meksiko dan Ras Guatamala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering.

Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8 – 28,8 derajat C. Tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15 – 30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal Ras Meksiko sampai minus 7 derajat C, Guatamala sampai minus 4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.

Tanaman alpukat dapat tumbuh optimal dalam tanah yang gembur, tidak mudah tergenang air, subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir, lempung liat dan lempung endapan. Keasaman tanah berkisar antara pH sedikit asam sampai netral (5,6 – 6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH diatas 6,5 unsur Fe, Mg dan Zn akan berkurang.

Tanaman alpukat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 5 – 1.500 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200 – 1.000 m dpl. Tanaman Ras Meksiko dan Ras Guatamala lebih cocok ditanam di daerah ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl sedangkan Ras Hindia Barat pada ketinggian 5 – 1.000 m dpl.

B. Perbanyakan Tanaman Alpukat

Perbanyakan secara Generatif

Bibit yang baik antara lain yang berasal dari : 1. Buah yang sudah cukup tua.

2. Buahnya tidak jatuh hingga pecah.

Bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena membutuhkan waktu 6 – 8 tahun untuk berbuah dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya.

(11)

Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6 – 7 bulan atau dapat yang berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm kemudian yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungan digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm.

Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang kurang lebih 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida.

Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan

2. Penyambungan mata (okulasi)

Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8 – 10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya.

Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik.

(12)

yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8 – 12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.

Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15 – 25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1 – 1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan.

C. Teknik Budidaya Tanaman Alpukat

Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor kemudian dicangkul halus 2 – 3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.

Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B.

(13)

dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

Pembuatan Lubang Tanam dengan cara tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu. Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan. Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang. Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk mengingat letak lubang tanam.

Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:

a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.

b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.

c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir. Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.

Pemeliharaan Tanaman

Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.

(14)

unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.

Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

Budidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.

Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1 – 4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27 – 1,1 kg/pohon, 0,5 – 1 kg/pohon dan 0,2 – 0,83 kg/pohon. Tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22 – 3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon.

Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30 – 40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

Panen

Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:

A. warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap; B. bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang

nyaring;

(15)

Panen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.

Periode Panen

Alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebat biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari.di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.

Pascapanen

Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.

Penyortiran buah dilakukan dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:

1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak. 2. Cukup tua tapi belum matang.

3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.

4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.

Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat.

Pemeraman dan Penyimpanan

Buah alpukat merupakan buah klimakterik untuk mencapai tingkat kemaskan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik. Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu.

(16)

diperlambat samapai 30 – 40 hari. Akan tetapi menurut penelitian Darmawati (2012) pada penyimpanan hari ke 10 dengan suhu 5° C terindikasi adanya gejala chilling injury ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kekerasan dimana kulit dan daging buah mengeras dibeberapa tempat dengan warna coklat. Perlakuan suhu dingin tidak lebih dari 10 hari agar kualitas dan kuantitas buah tidak menurun drastis.

Kemasan adalah tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.

Hama dan Penyakit

Menurut Prihatman (2000) Hama yang sering menyerang pada daun adalah ulat kipat (Cricula trisfenestrata helf), ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.), Aphis gossypii glovl A. Cucumeris, A. Cucurbitiil Aphis kapas, kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso dan Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd). Hama yang sering menyerang pada buah adalah Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.) dan Codot (Cynopterus sp). Hama pada ranting Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).

Penyakit yang disebabkan cendawan yang sering menyerang tanaman alpukat adalah antraknosa, bercak daun atau bercak cokelat, busuk akar dan kanker batang dan busuk buah (Prihatman 2000).

BAB III. PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

(17)

mulai membaiknya perekonomian nasional. Peluang ekspor untuk komoditas alpukat masih sangat terbuka karena sampai saat ini belum dibatasi oleh kuota. Alpukat termasuk tanaman yang dapat tumbuh pada kisaran iklim dan lahan di Indonesia. Indonesia sebagai penghasil alpukat terbesar kedua setelah Mexiko tetapi nilai ekspor masih sangat rendah dikarenakan beragamnya produk alpukat yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dengan memperbaiki teknik budidaya.

Varietas unggulan alpukat yang dikeluarkan oleh kementrian pertanian yaitu : Alpukat Ijo Bundar, Alpukat Ijo Panjang, Alpukat Merah Bundar, Alpukat Merah Panjang, Alpukat Mega Gagauan, Alpukat Mega Murapi dan Alpukat Mega Paninggahan.

Untuk memperoleh bibit yang berkualitas dapat dilakukan dengan perbanyakan secara generatif yaitu mengambil biji dari buah yang sudah cukup tua, buahnya tidak jatuh hingga pecah dan dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif yaitu : Penyambungan pucuk (enten) dan Penyambungan mata (okulasi).

Teknik budidaya tanaman alpukat harus memperhatikan lahan, pola tanam, penggunaan varietas, waktu tanam, pemeliharaan tanaman, penggunaan bibit, pemakaian pupuk, cara panen dan penanganan pascapanen.

DAFTAR PUSTAKA

BALITBU. Jenis-jenis Alpukat. Sumber :

(18)

Chandra, Andy dkk. 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.

Darmawati, E dan Fauzan, A A. 2012. Kajian Identifikasi Chilling Injury pada Buah Alpukat secara Non Destructive menggunakan Gelombang Ultrasonik. PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL.Universitas Udayana,. Bali.

Dewi dan Sulistyowat. 2013. Penggunaan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) sebagai Antibakteri Proteus mirabilis dan Aerobacter aerogenes.Vol. 6. No.2. 2013:31-34. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Surabaya.

Fbbnipb.com. 2014. Posisi dan Daya Saing Buah Nusantara di Pasar Dunia. Sumber : <http://www.fbbnipb. com/2015/05/posisi-dan-daya-saing-buah-nusantara-di.html>. diaksess pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 14.00 WIB.

Jawal, MA,. Mulyono, J dan Kiloes, AM. 2015. Diseminasi dan Adopsi Varietas Unggul Avokad : Mega Murapi, Mega Paninggahan dan Mega Gagauan. Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat. IAARD PRESS. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.

Prihatman K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS. Jakarta.

Samson, J.A. 1980. Tropical Fruits. Longman Inc., New York.

Referensi

Dokumen terkait

C’est pourquoi on peut rendre opératoire la notion de « faire » autrement que temporellement et cela même pour autant qu’elle est problématisée dans l’orientation du moi vers

Penggunaan konjungsi bila yang digunakan sudah sesuai dengan bentuk dan fungsinya dalam karangan argumentasi yang ditulis siswa, seperti contoh berikut ini. S16 Setiap

Ditandai air mata 'cinta' yang menghiasi pipi kami berdua serta aroma Tuhan yang meruap segar dari kuku, wawancara siang itu usai. Kendati terasa familiar, sebenarnya

Proses perkawinan ini sama persis dengan proses perkawinan yang dilangsungkan pada usia ideal yaitu mengikuti tahap pemingan, pertungan dan resepsi hanya saja

Sesuai dengan gambar di atas, maka arah arus induk yang timbul dalam kawat PQ yang digerakkan memotong tegak lurus garis gaya magnet adalah .... Berikut ini yang merupakan

217 Al-Nawawi menyatakan bahawa sepakat jumhur umat Islam dalam kalangan para sahabat, tabicin dan selepas mereka antaranya ulama hadis, ulama fikah dan ulama

Berdasrkan hasil pengukuran beban kerja pada PT.Inti Daya Persada dengan menggunakan metode Work Load Analysis ( WLA ) dapat di simpulkan bahwa beban kerja karyawan pada bagian

gangguan bipolar episode depresi lebih sering terjadi pada