MAKNA PERKAWINAN DI USIA DINI BAGI MASYARAKAT NAGARI MAKNA PERKAWINAN DI USIA DINI BAGI MASYARAKAT
NAGARI TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
VINA PANDUWINATA NPM: 09070195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2014
TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN PADANG
Vina Panduwinata 1 Drs. Wahyu Pramono, M.Si 2 Drs. Nilda Elfemi, M.Si Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
The society in Tapan country Pesisir Selatan regency, part of teenagers don’t allowed their education. They decided to marriage. The young of marriage istill need their parents to do many activities, it caisu their doesn’t already. The research has purpose to describe about process of young marriage the to identification and describe about the meaning of young marriage in Tapan country Basa Ampek Balai Tapan subdistrict Pesisir Selatan regency. The research used theory social measure its plain by Max Weber who explain about human attitude, where is all of the human will give of subjective meaning. Kind of the research is kualitative with descriptive type. The research focus to purposive sampling. The result of research to state that of marriage proses in young in Tapan country: 1) Don’t follow of application process of marriage. 2) Don’t follow stage of reception. 3) Don’t follow aplocation process of marriage, and engagement. 4) To follow application process of marriage, engagement, assembly, promise in marriage and marriage reception. The meaning about marriage: a) To unit 2 family. b) have fear. c) To avoid her self in sexsual acts outside in marriage. d) Give agreement in marriage. e) To improvement of economy.
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2 Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia dalam perjalanan hidupnya
melalui tingkat dan masa-masa
tertentu yang dapat disebut dengan daur hidup. Daur hidup tersebut dapat dibagi menjadi masa balita (bawah lima tahun), masa kanak-kanak, masa remaja, masa pancaroba (masa perubahan dari remaja menuju dewasa), masa perkawinan, masa keluarga dan masa usia senja.
Peralihan dari masa ke masa
berikutnya merupakan saat kritis dalam kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu masa peralihan yang
sangat penting adalah saat
menginjak masa perkawinan (Amir, M.S. 1997: 23).
Perkawinan yang ideal
dilaksanakan pada usia ideal
menikah yaitu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk
laki-laki. Dipandang dari segi
kematangan emosi memang hal
tersebut dapat diterima, karena
dengan usia tersebut emosinya akan lebih matang daripada baru usia 16 tahun ataupun 19 tahun, yang merupakan batas bawah dari umur perkawinan. ( Walgito, 1984: 44 ).
Penjelasan tentang
perkawinan diusia dini ini dijelaskan oleh F. J Monks (1990:36 dalam Novi, 2012) mengambil batasan usia muda 12 -20 tahun. Perkawinan usia muda atau di bawah umur 20 tahun banyak menimbulkan efek antara
lain bentrokan dalam keluarga
karena mereka belum bisa mengatasi masalah yang timbul layaknya usia matang apabila dari segi psikologis dan dari segi ekonomi. Pada umunya, orang yang melakukan perkawinan di usia dini akan menghadapi
masalah keuangan seperti
melanjutkan pendidikan anak, meski sudah di bekali harta oleh orang tua
mereka, tetapi mereka tidak bisa mengendalikan harta tersebut dan akan habis dalam waktu singkat. Selain itu perkawinan di bawah umur 20 tahun sering berakhir dengan perceraian sebab belum matangnya psikologis maupun sosial ekonomi.
Pasangan yang kawin diusia dini lebih banyak bergantung pada orang tua, baik dalam urusan mengurus rumah tangga seperti
permasalahan ekonomi maupun
dalam hal mengurus anak. Kenyataan di lapangan perkawinan di usia dini ketika memiliki seorang anak diurus atau diasuh oleh orang tua istri. Seorang perempuan yang kawin diusia dini belum mampu mengurus kebutuhan suami seperti menyiapkan makanan dan pakaian suami. Begitu juga dengan suami, suami belum bisa mencari nafkah untuk istri atau pun anak (kalau sudah ada anak). Hal seperti ini diakibatkan karena belum
mempunyai pegangan dalam hal
sosial-ekonomi dan kematangan
dalam melakukan suatu perkawinan. Tujuan penelian
Adapun tujuan penelitian adalah: 1. Mendeskripsikan proses perkawinan di usia dini Nagari Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan apa makna perkawinan di usia dini di Nagari Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan Kabupaten Pesisir Selatan.
METODE PENELITIAN
Yang berusaha Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 25
november-25 desember 2013.
Tempat penelitian ini di nagari tapan kecamatan basa ampek balai tapan kabupaten pesisir selatan. Penelitian inimenggunakan jenis pendekatan kualitatif , dengan tipe penelitian
deskriptif yang berusaha
secara terperinci tentang apa yang sedang diteliti.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara langsung seperti dengan cara
melakukan observasi dan
wawancara. Data skunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada seperti dari buku, arsip, laporan dll. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara dan studi dokumen yang mencari data secara
komplek. Unit analisis adalah
kelompok yang menyangkut individu ,anggota masyarakat dan lembaga
keluarga. model analisis data
penelitian ini adalah analisis
interaktif dari Miles dan Huberman. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Proses Perkawinan di Usia Dini
Proses perkawinan yang
dilakukan oleh pasangan yang
melakukan perkawinan diusia dini ini tidak jauh berbeda dengan proses perkawinan yang ada di Tapan. Perkawinan yang dilakukan pada usia dini ini ada yang mengikuti
proses perkawinan di Tapan dan ada juga yang tidak mengikuti tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan di Tapan. Ini tergambar dari wawancara peneliti dengan orang tua pasangan tentang proses perkawinan diusia dini sebagai berikut:
a. Tidak mengikuti proses peminangan dan proses pertunagan
Dalam proses perkawinan
yang tidak mengikuti tahap
peminangan dan tahap pertunangan
ini dikarenakan perekonomian
keluarga yang kurang memadai untuk melangsungkan proses-proses perkawinan yang ada di Tapan. Untuk meringankan beban orang tua maka perkawinan ini tidak mengikuti tahapan-tahapan perkawinan yang semestinya.
b.Tidak mengikuti proses
peminangan, pertunangan dan resepsi
Pada tahap proses
perkawinan diusia dini ini tidak
mengikuti tahap pemingan,
pertunangan dan resepsi. Perkawinan
yang dilangsungkan ini hanya
dengan pengucapan ijab kabul saja itupun dilakukan dengan memberi tahu ninik mamak kedua belah pihak saja tanpa campur tangan orang banyak. Perkawinan ini dilakukan antar keluarga saja ini semua
dikarnakan anaknya sudah
melakukan hal yang tidak diinginkan keluarga.
c.Tidak mengikuti proses lamaran dan pertunangan
Dalam proses perkawinan ini berbeda dengan proses yang lainnya. Dalam proses perkawinan yang tidak mengikuti proses pacaran, lamaran dan pertunangan ini dikarenakan orang tua yang mendesak anaknya untuk melansungkan perkawinan dan orang tua juga yang memberikan calon pengantin kepadanya yang
dianggap baik dan cocok untuk anaknya.
d.Mengikuti proses peminangan, pertunangan, sidang, ijab kabul dan resepsi perkawinan
Proses perkawinan ini sama persis dengan proses perkawinan yang dilangsungkan pada usia ideal yaitu mengikuti tahap pemingan, pertungan dan resepsi hanya saja perkawinan ini dilakukan pada usia dini ini semua karna desakan orang tua. Orang tua takut akan anaknya membuat aib keluarga.
1. Makna Perkawinan Diusia Dini
Perkawinan merupakan
upaya yang dilakukan sepasang makhluk hidup berlawanan jenis untuk memperoleh keturunan demi melestarikan golongan dimuka bumi.
Perkawinan merupakan pengatur
tingkah laku manusia yang berkaitan
dengan kehidupan kelaminnya,
untuk bersetubuh dengan lawan jenis lain selain suami atau istrinya.
Perkawinan ini berlangsung tidak hanya untuk pengatur tingkah laku manusia akan tetapi perkawinan
dilangsungkan dengan memiliki
beberapa makna.
a.Mempersatukan 2 Keluarga
Adanya perkawinan maka
akan terbentuklah hubungan
silaturahmi yang lebih baik antara kedua belah pihak. Sebuah keluarga yang pada awalnya tidak memiliki hubungan apapun maka dengan adanya perkawinan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain menjadi bersatu dalam hubungan
yang kokoh. Perkawinan juga
merupakan salah satu upaya bagi
seseorang untuk bisa menjalin
hubungan yang harmonis,
perkawinan akan membuat jumlah keluarga menjadi bertambah. Adanya
perkawinan maka terciptalah suasana
keluarga yang baru dimana
hubungan yang baik antara masing-masing keluarga akan menciptakan hubungan suami istri yang menikah diusia dini juga lebih baik.
b.Takut tidak laku
Melangsungkan perkawinan ini adanya sesuatu yang dapat dihindarkan seperti kata-kata orang
dahulu jika melangsungkan
perkawinan pada umur lewat dari 20
tahun maka akan sulit untuk
medapatkan pasangan hidup atau dengan kata lainnya tidak laku dan menjadi perawan tua selamanya
perkawinan ini mempunyai tujuan dan makna tersendiri bagi
pasangan yang melangsungkan
perkawinan. Seperti halnya yang
dijelaskan oleh pasangan yang
melangsungkan perkawinan diusia dini ini. Makna perkawinan diusia
dini ini baginya takut tidak laku dan takut tidak dapat jodoh.
c.Menghindari Diri Dari Perzinaan
Maksud dari menghindari hal-hal yang tidak diinginkan adalah menghindari diri dari bahayanya pergaulan bebas karena akibat dari pergaulan tersebut bisa menimbulkan aib bagi keluarga.
Dari hasil penuturan diatas
diketahui bahwa makna dari
perkawinan diusia dini itu bisa mengurangi diri dari pergaulan
bebas, serta mengurangi beban
keluarga. Karena perkawinan diusia
dini termasuk perbuatan yang
diperbolehkan selama masih direstui dari kedua orang tua.
d.Menyetujui Suatu Ikatan Perkawinan
Kendati suatu perkawinan merupakan urusan orang tua, urusan
keluarga, kerabat, dan urusan
masyarakat, akan tetapi perkawinan
itu senantiasa tetap menjadi urusan hidup persorangan serta orang tua
berperan dibelakangnya. Karena
dalam melakukan suatu perkawinan harus ada restu serta izin dari orang tua, sebab sebelum pasangan yang melakukan perkawinan diusia dini selama ini masih menjadi tanggung jawab orang tua.
e.Untuk perbaikan ekonomi
Perkawinan yang
dilangsungkan pada usia yang masih
dini ini dilakukan untuk
memperbaiki perekonomian
keluarga. Seperti halnya tidak semua anak-anak yang di kawinkan pada usia yang masih dini. Kadang-kadang anak-anak yang dikawinkan
ini melangsungkan perkawinan
keinginan dari orang tua. Orang tua tidak akan menyianyiakan anaknya pasti orang tua akan memilih pasangan yang baik untuk anaknya.
kebahagiaan dan diharapkan bisa untuk membantu kebutuhan keluarga dan anak tidak mengikuti jejak
orang tua seperti kurangnya
perekonomian keluarga
Sangat jelas banyak pasangan yang melangsungkan perkawinan
kebanyakan hanya untuk
memperbaiki perekonomian keluarga dan anak tidak terlontang lanting kesana kemari untu mencari hidup.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan pembahasan tentang “Makna
Perkawinan Diusia Dini Bagi
Masyarakat Nagari Tapan (Studi Khasus Di Nagari Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan)”. Maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses perkawinan diusia dini di Nagari Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan Kabupaten
Pesisir Selatan yaitu :1). Tidak mengikuti tahapan peminangan dan tahap pertunangan. 2). Tidak mengikuti tahapan peminangan, pertunangan dan resepsi. 3).
Tidak mengikuti proses
peminangan dan pertunangan. 4). Mengikuti tahapan peminangan, pertunagan, dan resepsi.
2. Makna perkawinan diusia dini yaitu: a). Mempersatukan 2 keluarga. Antara keluarga yang satu dengan yang lainnya agar terlahir keluarga yang harmonis.
b). Takut tidak laku. c).
Menghindari diri dari perzinaan. d). Meresmikan suatu ikatan
perkawinan. e). Perbaikan
ekonomi.
B.Saran
1. Kepada kemasyarakatan agar
menghimbau kepada
masyarakat tentang dampak dan bahaya perkawinan diusia
dini dan sebisa mungkin menghilangkan budaya kawin diusia dini.
2. Kepada pemerintah setempat
untuk memberikan
penyuluhan-penyuluhan
tentang pentingnya pendidikan
terhadap masyarakat, agar
masyarakat paham akan
maksud dari pendidikan dan masyarakat mengurangi diri dari perkawinan diusia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Amir M.S. Adat Minangkabau Pola
Dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT. Mutiara
Sumber Widya.2001
Idris Ramulyo, Mohd.1995. Hukum
Perkawinan, Hukum
Kewarisan, Hukum Acara
Peradilan Agama dan Zakat menurut Hukum Islam. Jakarta:
Sinar Grafika
Soehardi, MR. A. 1979. Pengantar
Hukum Adat Indonesia.
Bandung: Sumur Bandung Soehardi, MR.A. 1979. Pengantar
Hukum Adat Indonesia.
Bandung
Walgito, Bimo. 1984. Bimbingan
dan Konseling Perkawinan.
Yogyakarta : Penerbit Andi Mudja surya, Novi. 2012. Persepsi
masyarakat tentang
perkawinan usia muda di kelurahan lubuk minturun Kec. Koto tangah kota padang.