APAKAH YESUS MEMBATALKAN HUKUM KASHRUT?
ANTARA BINATANG TAHOR DAN TAMEH
DAN POLA MAKAN YESUS SANG MESIAS
Teguh Hindarto
Pemahaman Tentang Tahor dan Tameh
Dalam Imamat 11:1-47 diatur
mengenai hewan yang
dikategorikan layak dimakan atau
tidak dimakan. Dalam
terminologi Ibrani digunakan dua
istilah yaitu ha Tahor dan ha
Tame. Menurut James Swanson,
kedua istilah tersebut
mengandung makna sbb: אמט
(Tame) “be unclean” (tidak bersih) , “be defiled” (kotor,
cemar) dan רהט (Tahor) “clean”
(bersih), “pure (murni)1. ”Istilah "Halal" dan "Haram" dalam
terjemahan Lembaga Alkitab
1
Indonesia (LAI) adalah kurang
tepat, karena diadopsi dari
terminologi Islam yang bermakna suatu larangan yang membawa konsekwensi hukuman. Istilah Tahor dan Tame merefleksikan unsur medikal dan higinitas.
Kategori Hewan Tahor dan Tameh
YHWH Bapa Surgawi
memberikan kategori berbagai
hewan yang Tahor sbb : Untuk
hewan yang berdiam didarat, berlaku ketentuan bahwa hewan
tersebut harus תסרפמ הסרפ
(mafreset parsa) “berkuku belah”
dan תלעמ הרג (maalat gera, Im bersirip dan bersisik”). Contoh, gurame, mujaer, nila, ikan mas.
Sementara untuk berbagai hewan
yang dikategorikan Tame berlaku
beberapa kategori yang dibagi atas wilayah darat, air dan udara. Untuk hewan yang hidup didarat,
yang dikategorikan tame
memenuhi unsur sbb: Memamah biak namun tidak berkuku belah (Im 11:5). Contohnya adalah unta, babi, kelinci, pelanduk. Berbagai hewan yang merayap, bersayap dan berjalan dengan
keempat kaki (Im 11:20)
Contohnya, kecoa.
Berbagai hewan yang berjalan dengan telapak kakinya diantara segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya (Im
11:27). Contohnya, harimau,
singa, keledai, kuda. Berbagai
hewan yang merayap serta
berkeriapan diatas bumi (Im 11:29). Contohnya, kelabang, kalajengking, ular, lintah, tikus, siput, katak. Untuk hewan yang hidup di air yang dikategorikan
tame, memenuhi unsur sbb:tidak
bersirip dan bersisik (Im 11:10). Contohnya: cumi-cumi, lele, hiu, paus, lobster Sementara untuk berbagai hewan diudara tidak diberi kategori fisik yang tertentu, namun secara tegas dibedakan berdasarkan jenis dan nama
hewan-hewan tersebut spt,
gagak, burung elang laut, burung
bangau, burung ranggung,
kelelawar.
Tujuan Pembedaan Hewan Tahor dan Tameh
Para Rabbi Yahudi menyebutkan
dengan istilah khuqim yang
bermakna “hukum yang tidak memiliki alasan”, sebagaimana dijelaskan oleh Tracey R. Rich
sbb: “The Torah does not specify
any reason for these laws, and for a Torah-observant, traditional Jew, there is no need for any other reason. Some have suggested that the laws of kashrut fall into the category of "chukkim," laws for which there is no reason. We show our obedience to G-d by following these laws even though we do not know the reason” (Torah tidak memberikan alasan secara rinci mengenai aturan ini dan bagi penganut Torah, oraang-orang
Yahudi tradisional, tidak
memerlukan alasan. Beberapa
menyatakan bahwa hukum
mengenai kashrut dikategorikan sebagai „khukkim” yaitu hukum
yang tidak memiliki sebuah
alasan. Kita memperlihatkan
ketaatan kepada Tuhan dengan
mengikuti hukum tersebut
meskipun kita tidak mengetahui secara pasti apa alasan dan
manfaatnya)2.
Namun jika kita memperhatikan dengan lebih seksama konteks
eksposisi Imamat 11:1-47,
bahwasanya penetapan tentang
hewan yang tahor dan tame atau
dalam tradisi Yahudi disebut Kashrut, memiliki sebuah alasan
yang mendasar, Pertama, demi
kekudusan, sebagaimana YHWH
berkata: םתייהו םישׁדק יכ שׁודק ׃ינא
(wi heyitem qedushim ki Ani
qadosh, ay 45). Kedua, secara
medikal, penetapan makanan
tahor dan tame ternyata
bermanfaat sebagai pola higienis
umat Yahweh, sebagaimana
difirmankan: “zot Torat ha
behema we haaof we kol nefesh ha khaya ha romeshet ba mayim
2 Tracey R. Rich, Kashrut: Jewish Dietary Laws
u lekal nefesh ha shoretset al ha arets”. Kata תאז תרות (Zot
Torat), dterjemahkan secara
berbeda oleh beberapa
terjemahan Kitab Suci sbb :
Instruksi, aturan Yahweh).
Bukankah Pemazmur
mengatakan bahwa Torat YHWH
itu menyehatkan atau
menyegarkan jiwa dan tubuh ?
(Mzm 19:9). Sains modern
memberikan konfirmasi penting mengenai berbagai penetapan hewan yang tahor dan tame. Rex Russell, M.D. menjelaskan sbb:
“Telah lama diakui bahwa
berbagai kerang-kerangan – lobster, kepiting, udang – secara khusus sangat berbahaya. Berbagai jenis penyakit termasuk kelumpuhan beberapa orang setiap harinya sebagai akibat
mengkonsumsi
kerang-kerangan”3
Pertanyaan yang menggelitik
nalar kita, jika ada beberapa hewan yang tidak layak untuk dikonsumsi, mengapa Yahweh
Sang Pencipta menciptakan
mereka semua? Semua hewan yang diciptakan YHWH Bapa Surgawi adalah baik (Kej 1:25) namun tidak semua hewan-hewan tersebut tidak bermanfaat bagi manusia dan jika dimakan akan menimbulkan konsekwensi yaang tidak baik dalam segi kesehatan. Sebagaian hewan-hewan tersebut
diciptakan sebagai katalisator
sampah-sampah alam. Jika hewan katalisator tersebut dikonsumsi oleh manusia, tentunya fungsi tubuh manusia akan mengalami ganguan, sebagaimana dijelaskan
oleh Russell sbb: “Untuk satu
alasan, hewan-hewan itu berperan sebagai pembersih tempat. Berbagai hewan yang
dikategorikan kotor (tame) sebagaimana kerang-kerangan atau babi, tidak mendatangkan kesehatan dikarenakan makanan yang mereka konsumsi mengandung muatan penyakit berbahaya bagi tubuh manusia. Sebagaimana kita ketahui, babi memakan apapun dan dimanapun. Mereka diciptakan untuk membersihkan daging-daging yang busuk. Para babi telah memakan sampah dan kotoran kota Philadhelphia selama lebih dari 100 tahun, menyelamatkan anggaran kota sebanyak 3 juta dollar setiap
tahunnya “4
Demikian pula mengenai hewan-hewan air yang dikategorikan kotor atau tame berfugsi untuk menetralisir racun, sebagaimana dijelaskan kembali oleh Russell:
“Air hujan terdiri dari unsur
insektisida (pembunuh serangga) yang masuk dalam kolam. Ikan lele akan segera melakukan tugasnya, membersihkan air dengan cara menyedot larutan
4
Ibid., p. 81
pestisida (pembunuh hama) tersebut, namun dikarenakan efisiensi, banyak dari kandungan pestisida tersebut diapungkan diatas kolam yang mematikan. Tidak satupun ikan yang memiliki sirip dan sisik akan mengalami
kematian”5
Kesimpulan akhir, sebagaimana
disitir oleh Russell, “…meskipun
babi menolong manusia untuk membersihkan bumi dan berbagai kerang-kerangan diciptakan sempurna untuk memurnikan air, namun kita kita tidak menginginkan untuk memakan apa yang telah mereka
bersihkan”6
Apakah Yesus dan Para Rasul
Membatalkan Hukum
Kashrut?
Untuk memahami bagaimana
sikap Yesus dan para rasul lainnya mengenai eksistensi dan
relevansi hukum Kashrut,
terlebih dahulu kita harus
5 Ibid.,
memahami sikap positif Yahshua terhadap Torah. Dalam Matius
5:17-20 dijelaskan: “Janganlah
kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan Torah atau Kitab Para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari Torah, sebelum semuanya terjadi. Karena itu, siapa yang meniadakan salah satu perintah Torah sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, dia akan menduduki tempat yang paling rendah didalam Kerajaan Sorga ;tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Torah, dia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga”.
Demikian pula untuk memahami pandangan para rasul maka perlu memahami sikap positif Rasul Paulus terhadap Torah. Dalam Roma 3:31 dan Roma 7:12
dijelaskan: “Jika demikian,
adakah kami membatalkan Torah karena iman? Sama sekali tidak!
Jika Yesus Sang Mesias dan rasul Paul tidak membatalkan Torah,
maka berbagai aspek yang
terkandung didalam Torah,
termasuk penetapan mengenai hewan yang tahor dan tame, tentunya tidak dibatalkan atau dilenyapkan. Jika ada berbagai ketentuan dalam Torah yang tidak dilaksanakan lagi oleh
Pengikut Mesias, bukan
bermakna telah dibatalkan,
dikarenakan beberapa aspek dalam Torah merupakan lambang dari Mesias yang akan datang, sehingga ketika Mesias telah datang, beberapa aspek Torah tidak mengikat untuk dikerjakan.
Contoh, mengenai korban
penghapus dosa disaat Yom
Kippur. Dalam perspektif
Pengikut Mesias, korban hewan
bukan dibatalkan namun
mendapatkan maknanya yang penuh dalam kematian Yesus di kayu salib sebagai korban efektif
dan selama-lamanya yang
memperdamaikan YHWH
dengan manusia yang terpisah
oleh dosa, sehingga korban
hewan tidak diperlukan lagi [Ibr 9:11-14; Ibr 10:1-10).
Penyebab lain adalah aspek Torah berhubungan secara khusus dengan kehidupan Israel secara lahiriah dan tidak mengikat
bangsa non Israel untuk
melakukannya. Contoh,
mengenai sunat. Hakikat sunat dalam perspektif Torah adalah: Pertama, tanda perjanjian antara
YHWH dan Abraham
dikarenakan Abraham beriman
kepada janji YHWH mengenai dirinya dan keturunanya yang akan sebanyak pasir dilaut dan jumlah bintang dilangit (Kej 12:1-3; Kej 15:1-6; Kej 17:1-14; Kej 34:15) Hakikat sunat nampak dari pernyataan YHWH sbb,
“unemaltem et besyar arlatkem
we haya leot berit beni
ubenekem”. Kedua, Lambang
dari sunat hati, yaitu pertobatan
(Ul 10:16, Ul 30:6) yang
terekspresi dari kalimat,
“umaltem et arlat levavkem we arpekem lo taqsu od”
Mengkaji Ayat-Ayat Yang Sering Disalahpahami
Kasus pembasuhan tangan (Mrk 7:1-23)
Pernyataan dalam Markus 7:1-23, sering dimaknai secara keliru sebagai ayat-ayat yang menjadi dasar untuk menolak relevansi penetapan Imamat 11 mengenai
hewan yang dikategorikan tahor
dan tame. Namun jika kita
menelaah dan menganalisis
secara cermat, baik teks dan konteks perikop tidak mendukung
mengenai pembatalan relevansi Imamat 11 dizaman Perjanjian
Baru. Konteks keseluruhan
perikop membicarakan mengenai
Yesus yang sedang terlibat
diskusi dengan Ahli Farisi
mengenai netilat yadayim
(pembasuhan tangan) bukan
mengenai pembatalan makanan tahor dan tame (Mrk 7:5-7)
Kalimat, “Dengan demikian Dia
menyatakan semua makanan
halal” (ay 20) dalam terjemahan
melainkan kedalam perut dan
lewat menuju tempat
pembuangan, membuang semua makanan?). melainkan kedalam perut dan kedalam tempat pembuangan, membersihkan semua makanan).
Frasa ini sesuai dengan kalimat dalam naskah Greek sbb : καθαριδων παντα τα βρωματα (katarizon panta ta bromata)
Kasus penglihatan Petrus (Kis 10: 1-48)
Demikian pula peristiwa rasul Petrus menerima penglihatan di Yope, sering dianggap sebagai
bukti bahwa YHWH Bapa
Surgawi telah membuat tidak
berlaku penetapan mengenai
hewan-hewan yang dikategorikan tahor dan tame. Konteks
keseluruhan perikop ini
sebenarnya membicarakan bahwa
Tuhan memberikan lambang
makanan tame dijadikan tahor untuk menggambarkan bahwa dirinya menerima Bangsa non Israel untuk menjadi pengikut
Mesias (Kis 10:34) bukan
Bahkan jika kita cermat
menganalisis, kita mendapat
informasi bahwa rasul Petrus tetap memelihara Imamat 11, sehingga dia tetap menolak untuk
memakan hidangan yang
diperlihatkan oleh YHWH Bapa Surgawi (Kis 10:14). Lebih jauh, jika memang penglihatan yang
diterima Petrus adalah
pembatalan mengenai Imamat 11, mengapa Petrus masih
bertanya-tanya akan arti penglihatan
tersebut, meski sudah terdengar
suara dari langit, “apa yang
Kunyatakan bersih, jangan kamu
katakan kotor!” (Kis 10:17).
Indikasi bahwa makna
penglihatan yang diterima Petrus
menjadi jelas ketika Petrus
bertemu dengan Kornelius,
perwira Italia yang non Yahudi yang telah memutuskan untuk
menjadi murid Mesias. Petrus mulai mengerti arti penglihatan tersebut, bahwa Yahweh tidak ingin Petrus sebagai bangsa Yahudi membeda-bedakan secara ekslusif hak untuk menerima keselamatan, terhadap bangsa non Yahudi (Kis 10:34)
Kasus surat dan pengajaran Paul
Kalimat “Tidak ada suatupun
yang haram” (1 Tim 4:3-4)
demikian pula kata “Segala
sesuatu adalah suci” (Rm 14:20) dalam terjemahan LAI, adalah
tidak tepat. Kata koinos dan
katharos (Rm 14:20), dalam Darby Bible 1890 diterjemahkan
sbb: ”… that nothing is unclean
of itself”… All things indeed are pure”. Kata kalon dan apobleton (1 Tim 4:3-4) dalam Darby Bible
1890 sbb : For every creature of
God is good and nothing is to be
rejected”
Sanggahan rasul Paul dalam Roma 14:14,20 dilatarbelakangi
adanya sikap yang saling
menghakimi diantara
daging menyalahkan seseorang yang makan daging (Rm 14:15), meski tidak jelas daging apa yang dimakan dalam ayat ini. Sikap
menghakimi tersebut
mendatangkan batu sandungan bagi murid-murid yang lain (Rm
14:20), sehingga rasul Paul
merasa perlu untuk menguraikan hakikat berbagai makanan atau
ciptaan Tuhan yang
sesungguhnya adalah baik (Rm 14:14,20) dimana pernyataan ini merujuk pada Kejadian 1:25. Patut diduga ada segolongan mazhab dalam Yudaisme yang begitu ketat memelihara tradisi Kashrut dan memaksakan kepada jemaat pengikut Mesias yang
baru bertobat, sehingga
menimbulkan ganguan
doktrinal.Demikian pula konteks 1 Timotius 4:3-4 dilatarbelakangi oleh nubuatan yang diterima Rasul Paul bahwa kelak jemaat Mesias akan diesatkan oleh
sekelompok orang yang
mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (1 Tim 4:1). Ciri-ciri penyesatan ini adalah: Pertama, melarang orang kawin
mawin. Kedua, melarang
makanan yang diciptakan oleh Tuhan, karena semua makanan itu baik, hal mana Rasul Paul menghubungkan hakikat segala
yang diciptakan YHWH,
termasuk hewan adalah baik dan tidak ada satupun yang diciptakan terkutuk (Kej 1:25).
Kelompok-kelompok bidat ini
membahayakan kehidupan jemaat
Mesias, karena mengalihkan
mereka dari Kasih Karunia Tuhan dan hanya berputar-putar dalam
persoalan lahiriah. mereka
melarang untuk melakukan
pernikahan, sesuatu yang
seharusnya dilakukan oleh semua umat manusia karena itu adalah
natur yang telah ditetapkan
YHWH, dimana manusia harus melakukan reproduksi biologis (Kej 1:28).
Baik 1 Timotius 4:3-4 maupun Roma 14:14,20, tidak ditujukan
pada persoalan Imamat 11
khususnya dan tidak pula
ditujukan bagi mereka yang hendak mengajarkan nilai dan
relevansi Imamat 11 dalam
dipersalahkan adalah sikap menghakimi dan terfokus pada makanan sebagai alat pengukur keimanan seseorang yang baru bertobat.
Gaya Hidup Mesias dan Gaya Hidup Kekristenan Modern
Kita kerap mendengar lantunan lagu-lagu Kristiani dan bahkan kita selalu menyanyikannya al, “Kumau seperti-Mu Yesus...”, “Jalan serta Yesus, jalan serta -Nya setiap hari...”, “Saya mau iring Yesus...”. Ungkapan syair -syair lagu di atas memberikan gambaran, dorongan agar meniru Yesus. Namun semua syair lagu dan pemahaman kita terkadang masih berkutat dalam pengertian perilaku moral belaka. Namun
bagaimana dengan fakta
Kekristenan modern mengenai
gaya berpakaian? Bagaimana
dengan fakta gaya makan dan menu makan? Kebanyakan dari kita mempraktekan gaya hidup
khususnya dalam menyantap
makanan tanpa adanya suatu pembatasan dan pemilahan mana yang tahor dan mana yang tame.
Semua diperbolehkan. Alasan utama, Yesus telah menghapus dosa dan membatalkan Torah termasuk aturan makanan yang diatur dalam Torah. Sikap-sikap demikian semakin menguatkan kesan dan prasangka bahwa
Kekristenan tidak memiliki
syariat terkait makanan. Semua diperbolehkan.
Yesus telah mengatakan dalam Yohanes 13:15 sbb: “sebab Aku
telah memberikan suatu teladan
kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Rasul Petrus (Kefa) pun menegaskan hal yang sama dalam suratnya sbb: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena (Mesias) pun telah menderita untuk kamu dan
bagimu, supaya kamu mengikuti
dipergunakan kata Yunani
υπογραμμον (hupogrammos) dan
diterjemahkan dalam bahasa
Ibrani menjadi תפומ (mofet) yang
artinya “contoh”. Berarti Mesias Yesus telah meninggalkan bagi kita suatu contoh.
Baik Mesias Yesus maupun Rasul Petrus menekankan bahwa
contoh atau teladan yang
ditinggalkan Yesus Sang Mesias harus dilakukan. Kalimat “supaya
kamu mengikuti jejak-Nya”
dalam terjemahan berbahasa
Ibrani, “Wayehi lakem lemofet
laleket beiqqvotaiw”. Kata
laleket berasal dari kata halak
yang artinya “berjalan”. Dalam
terjemahan Peshitta Aramaik
diterjemahkan dengan tahalakon.
Berdasarkan pemahaman bahasa di atas, maka sebagai Pengikut
Mesias (apapun namanya,
Orthodox, Katholik, Kristen,
Mesianik) kita harus menjalankan
dan melaksanakan Halakah
Mesias dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain kita menjalankan dan melaksanakan Syariat Al Masih dalam kehidupan sehari-hari.
Namun apakah Yesus hanya
meninggalkan teladan moral
belaka? Apakah Yesus tidak
meninggalkan teladan-teladan
lainnya terkait masalah gaya
hidup dalam mengonsumsi
makanan yang menyehatkan atau makanan yang telah dipisahkan
sebagaimana diatur dalam
Imamat 11? Baru-baru ini saya membeli sebuah buku yang sangat mencerahkan dengan judul “Menu Makan Yesus”. Buku ini karya seorang dokter bernama Don ColberT, MD. Buku-buku yang beliau tulis al., “Walking in Divine Health”, “The Bible Cure Booklet Series”. Dan buku yang
diterjemahkan oleh penerbit
Kalam Hidup Bandung 2007
merupakan terjemahan dari
Apa yang menarik dari buku ini? Buku ini mengulas fakta-fakta biblikal mengenai gaya hidup sehat yang dijalankan Yesus yang berkorespon dengan fakta-fakta ilmiah modern. Dalam kata
pendahuluannya, beliau
mengatakan sbb: “Kita ingin
menaati ajaran-ajaran Yesus tentang penggunaan waktu, talenta dan sumber-sumber keuangan kita. Tetapi apakah kita ingin makan sama seperti menu makan Yesus? Mengapa tidak? Kita berusaha mengikuti Yesus di setiap bidang lain dalam kehidupan kita. Mengapa kita tidak mengikuti-Nya dalam
kebiasaan makan kita?”7
Berbicara mengenai memakan
daging babi (sesuatu yang
teramat digemari oleh sebagian besar penganut Kristiani dengan dalih yang menggelikan) beliau
memberikan ulasan sbb:
“Dewasa ini banyak orang
menyatakan bahwa daging babi 7 Don Colbert,MD., Menu Makan Yesus, Bandung: Kalam Hidup 2007, hal 8
umt manusia. Babi merupakan salah satu ciptaan yang benar-benar direncanakan Tuhan untuk menjadi pembersih racun dunia. Apa yang dikonsumsi oleh babi pada tahap tertentu merupakan hal yang tidak boleh dikonsumsi oleh kita. Memasak babi pada suhu 70 deracat C atau lebih dapat mematikan parasit-parasit tetapi perlu diperhatikan bahwa bagian tengah dari steik babi atau irisan daging babi harus dipanaskan sampai pada suhu ini, kalau tidak parasitnya tidak akan mati. Sering hal ini, tidak
dilakukan”8
Marilah kita mengikuti petunjuk Torah, karena gaya hidup Yesus
mengejawantahkan Torah.
Marilah kita mengikuti teladan
Yesus, bukan hanya dalam
perihal moralitas dan sikap
religius melainkan gaya hidup dalam hal makan makanan yang dikonsumsi oleh Yesus Sang Mesias, teladan sempurna kita.
8
INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai
akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar
Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci
dengan pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya
terhadap Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal
dengan kebudayaan Semitik
7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.
Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)
Email: derekhatov@gmail.com
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)