• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar belakang Tujuan Dan Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Latar belakang Tujuan Dan Permasalahan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

V BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dari tahun ke tahun, perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal semakin bertambah karena peluang bisnis yang tinggi memerlukan alat yaitu dana untuk mencapainya dan pasar modal menjadi sarana yang tepat untuk memperoleh dana usaha. Seorang investor yang rasional adalah yang teliti dalam menilai ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya nanti. Maka dari itu, rasio keuangan sangat penting untuk mengukur kinerja keuangan.

Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemamakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tinggi harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa atau pasar modal. Harga saham sering dicatat pada saat hari terakhir perdagangan di bursa sehingga sering disebut harga penutupan, harga saham sangat dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Ketika permintaan akan saham meningkat maka harga sahamnya pun meningkat dan sebaliknya ketika banyak yang menjual saham maka harga saham akan turun.

(2)

Secara fundamental harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi. Kinerja perusahaan tercermin dari laba operasi dan laba bersih per saham serta beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola perusahaan. Resiko perusahaan tercermin dari daya tahan perusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi serta faktor ekonomi makro serta makro non ekonomi. Kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi. Perubahan faktor ekonoomi makro dan ekonomi mikro tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang (Muhammad Fahmi, 2010). Analisis laporan keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga saham suatu perusahaan.

Berikut adalah harga saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.

TABEL 1.1

HARGA SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA HARGA SAHAM

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

Bakrie Telecom 51 147 235 260 50

XL Axiata 950 1930 5300 4525 5700

Smartfren Telecom 50 50 50 50 84

Inovisi Infracom 660 6050 5900 7100

Indosat 5750 4725 5400 5650 6450

Telekomunikasi Indonesia 7400 9450 7950 7050 9050 Sumber; www.idx.com (data diolah)

(3)

1. Pada tahun 2008- 2009 PT Bakrie Telecom mengalami kenaikan sebesar 96 (147-51)

2. Pada tahun 2009- 2010 PT Bakrie Telecom mengalami kenaikan sebesar 88 (235- 147)

3. Pada tahun 2010- 2011 PT Bakrie Telecom mengalami kenaikan sebesar 25 (260- 235)

4. Pada tahun 2011- 2012 PT Bakrie Telecom mengalami penurunan sebesar 210 (260- 50)

b. 1. Pada tahun 2008- 2009 PT XL Axiata mengalami kenaikan sebesar 980 (1930- 950)

2. Pada tahun 2009- 2010 PT XL Axiata mengalami kenaikan sebesar

3370 (5300- 1930)

3. Pada tahun 2010- 2011 PT XL Axiata mengalami penurunan sebesar 775 (5300- 4525)

4. Pada tahun 2011- 2012 PT XL Axiata mengalami kenaikan sebesar 1175 (5700- 4525)

Karena adanya fluktuasi pada harga saham perusahaan telekomunikasi dari tahun 2008- 2012 maka perlu diteliti faktor- faktor apa saja yang berpengaruh pada perubahan harga saham tersebut.

Berikut ini merupakan data empiris mengenai variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Debt to Equity Ratio pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

(4)

DEBT TO EQUITY RATIO PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI PERIODE 2008- 2012

DEBT TO EQUITY RATIO

TAHUN

2008 200

9 2010 2011

201 2

Bakrie Telecom 2.7 1.9 0.19

17.9

2 1.92

XL Axiata 0.35 19.4 24.7 20.7 19

Smartfren Telecom

146.

9 91.4 1173.2 73.4 31.4

Indosat

10.0

8 8.34 3.63 4.96 3

Telekomunikasi Indonesia 30.9 29.6 25.9 25.3 24.9 Sumber: laporan keuangan bursa efek Indonesia

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa:

1. PT Bakrie Telecom, memiliki nilai variabel der tertinggi pada tahun 2011, sedangkan nilai variabel der terendah pada tahun 2010.

2. PT XL Axiata, memiliki nilai variabel der tertinggi pada tahun 2010, sedangkan nilai variabel der terendah pada tahun 2008.

3. PT Smartfren Telecom memiliki nilai variabel der tertinggi pada tahun 2010, sedangkan nilai variabel der terendah pada tahun 2012.

4. PT Indosat memiliki nilai variabel der tertinggi pada tahun 2008, sedangkann nilai variabel der terendah pada tahun 2012.

(5)

Berikut merupakan data empiris mengenai variabel independen yang

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008- 2012

Bakrie Telecom 47.16 86.1 103.9 111.9 277

XL Axiata 427.3 142.8 93.7 63.9 74

Smartfren Telecom 405.3

Telekomunikasi Indonesia 59.04 53.65 51.49 32.6 30.1 Sumber: Laporan Keuangan Bursa Efek Indonesia

1. PT Bakrie Telecom, memiliki nilai variabel LTDER tertinggi pada tahun 2012, sedangkan nilai variabel LTDER terendah pada tahun 2008.

2. PT XL Axiata, memiliki nilai variabel LTDER tertinggi pada tahun 2008, sedangkan nilai variabel LTDER terendah pada tahun 2011.

3. PT Smartfren Telecom memiliki nilai variabel LTDER tertinggi pada tahun 2010, sedangkan nilai variabel LTDER terendah pada tahun 2012.

(6)

sedangkan nilai variabel LTDER terendah pada tahun 2012.

5. PT Telekomunikasi Indonesia memiliki nilai variabel der tertinggi pada tahun 2008, sedangkan nilai variabel der terendah pada tahun 2012.

Berikut merupakan data empiris mengenai variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Return on Equity pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

TABEL 1.4

RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2008- 2012

XL Axiata 0,35 19,4 24,7 20,7 19,0

Smartfren Telecom

146,

9 91,4 1173,2 73,4 31,4

Indosat 10,8 8,34 3,63 4,96 3,0

Telekomunikasi Indonesia 30,9 29,6 25,9 25,3 24,9 Sumber: Laporan Keuangan Bursa Efek Indonesia

(7)

perusahaan. Menurut Kashmir (2012, hal 204) semakin tinggi ROE, maka akan semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu jenis, skala, umur perusahaan, struktur modal, dan produk yang dihasilkan (Arioctafianti, Munawir, Yusralaini dkk., 2009, hal 35).

Financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Analisis leverage digunakan untuk mengukur komposisi perbandingan antara dana atau modal sendiri yang dicerminkan dalam komponen modal dengan dana luar.

Return on Equity (ROE) disebut juga dengan istilah rentabilitas modal sendiri. Return on Equity (ROE) merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham (earning for stockholder equity) atau laba setelah pajak (earning after tax).

(8)

Insi Kamilah Indallah (2012) dan Syahib Natarsyah (2000) melakukan penelitian dan menemukan bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiara Rachman Putri (2011) yang menemukan bahwa Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Selain itu penelitian Dyah Ayu Wijayani (2011) dan Tri Suciyati (2011) menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya (Fara Dharmastuti, 2004).

Tingginya nilai Debt to Equity Ratio (DER) suatu perusahaan menyebabkan harga saham suatu perusahaan menjadi rendah, hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan memperoleh laba maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan membayar dividen (Fara Dharmastuti, 2004). Namun terdapat kenyaraan bahwa harga saham mengalami peningkatan ketika Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan meningkat. Menurut Dwiatma (2011) dan Mursidah Nurfadillah (2011), bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Amanda Pranggana (2012) menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

(9)

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”.

1.2 Rumusan Masalah

Kinerja Perusahaan dapat ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan terutama bagi investor yang akan menanamkan dananya di pasar modal. Dengan menganalisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio- rasio keuangan, maka investor dapat mmeprediksi harga saham yang diinginkan sehingga dapat dibuat portofolio yang menguntungkan dari hasil investasi.

Debt to Equity Ratio dan Return on Equity adalah beberapa indikator terpenting untuk menilai prospek dimasa yang akan datang dari sudut pandang investor dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.

Semakin besar return on equity mencerminkan semakin optimal perusahaan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan dan meningkatkan laba. Secara empiris semakin besar keuntungan (laba) maka semakin besar pula minat investor untuk menginvestasikan dananya dalam saham tersebut (Edy Subiyantoro dan Fransisca Andreani, 2003). Hal tersebut terbukti ketika return on equity meningkat maka harga saham pun meningkat.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Tingginya nilai debt to equity ratio suatu perusahaan menyebabkan harga saham menjadi rendah, hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan memperoleh laba maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya. Namun terdapat kenyataan bahwa harga saham mengalami peningkatan ketika debt to equity ratio perusahaan meningkat.

(10)

perusahaan. LTDER dalam arti lain adalah rasio yang mengukur besar modal perusahaan yang dibiayai melalui hutang jangka panjang. Semakin besar nilai LTDER mencerminkan resiko keuangan yang semakin besar, dan bisa juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh dan signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

2. Apakah variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh dan signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

3. Apakah variabel Longterm Debt to Equity Ratio (LTDER) berpengaruh dan signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

4. Apakah variabel Longterm Debt to Equity Ratio (LTDER) berpengaruh dan signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

5. Apakah variabel Return on Equity (ROE) berpengarug dan signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

6. Apakah variabel Return on Equity (ROE) merupakan variabel yang memediasi antara variabel Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008- 2012?

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya hal- hal yang dianggap perlu untuk diteliti lebih lanjut, yang berhubungan dengan pengaruh beberapa faktor terhadap harga saham dengan ROE sebagai variabel intervening pada perusahaan sektor bank periode 2008- 2012. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel Longterm Debt to Equity Ratio terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

4. Untuk mengetahui pengaruh variabel Longterm Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

5. Untuk mengetahui pengaruh variabel Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

6. Untuk mengetahui apakah variabel Return on Equity (ROE) merupakan variabel yang dapat memediasi hubungan antara Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2012.

(12)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Untuk dijadikan rujukan dalam pengembangan penelitian berikutnya dan untuk mendukung teori- teori yang telah ada sebelumnya.

2. Diharapkan dapat menambahkan literature yang membantu di dalam ilmu manajemen khususnya yang menyangkut tentang Harga Saham.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Bagi pihak perguruan tinggi, hasil penelitian ini semoga dapat berguna sebagai perbendaharaan yang dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti- peneliti berikutnya.

3. Bagi masyarakat, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pemilihian saham yang akan dijadikan investasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

(13)

pengungkapan tersebut merupakan sinyal negative. Berdasarkan teori ini makan suatu pengungkapan laporan tahunan perusahaan merupakan informasi yang penting dan dapat mempengaruhi investor dalam proses pengambilan keputusan.

Kualitas pelaporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak- pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Dalam Signaling Theory (Teori Sinyal), pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa depan, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya resiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999).

Signaling Theory (Teori Sinyal) dapat membantu perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas laporan keuangan. Untuk memastikan pihak- pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.

(14)

2.1.2 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal (capital structure theory) modern dimulai dengan paper Modigliani dan Miller (1958), yang merupakan terobosan baru dalam manajemen keuangan modern. Proposisi yang diajukan Modigliani dan Miller memiliki pendukung yang sangat besar sampai sekarang. Proposisi yang menyatakan tidak relevannya keputusan financing memberikan implikasi penting, yaitu pada kondisi bagaimana keputusan tersebut menjadi tidak relevan, dan secara implisit juga menimbulkan pertanyaan pada kondisi bagaimana keputusan tersebut menjadi relevan. Setelah mengalami diskusi yang sangat panjang. Modigliani dan Miller (1963), melonggarkan salah satu asumsinya tentang adanya pajak penghasilan. Bahwa apabila ada pajak penghasilan. Maka keputusan financing menjadi relevan, penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan (Harris dan Raviv, 2001)

Struktur modal terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Teori Struktur Modal Tradisional yang terdiri dari:

a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach) yaitu pendeketan ini mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi (Ke) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang (Kd) yang konstan pula. Karena KI dan Kd konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata- rata tertimbang (Ko) semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat.

(15)

Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkatnya resiko perusahaan.

c. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach) merupakan pendaketan yang mengasumsikan bahwa hingga suatu leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik Kd maupun Ke relative kosntan. Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal ini sendiri akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya, biaya modal rata- rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu, nilai perusahaan mula- mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata- rata tertimbang minimum.

2. Teori Struktur Modal Modern yang terdiri dari: a. Model Modigliani- Miller (MM) tanpa pajak,

Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:

1) Resiko bisnis perusahaan diukur dengan EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest Taxes = deviasi standar laba sebelum bunga dan pajak.

2) Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.

(16)

4) Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.

b. Model Modigliani- Miller (MM) dengan pajak yaitu MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan (corporate income taxes). Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga utang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (a tax deductible expense).

c. Model Miller yaitu Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak penghasilan dari obligasi. Kelemahan utama model Modigliani dan Miller adalah mengabaikan faktor yang disebut sebagai financial distress dan agency cost.

d. Financial Distress dan Agency Cost

Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan (bankcruptcy costs) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya. Pada umumnya kemungkinan terjadi financial distress semakin meningkat dengan meningkatnya penggunaan hutang. Logikanya adalah semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula biaya beban bunga, semakin besar profitabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan financial distress.

(17)

perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.

e. Model Trade Off (model gabungan antara model Modigliani- Miller, Model Miller dan Financial Distress dan Agency Costs) merupakan model yang semakin besar penggunaan utang, semakin besar keuntungan dari penggunaan utang (leverage gain), tetapi biaya financial distress dan agency cost juga meningkat, bahkan lebih besar. Berarti penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada waktu titik tertentu. f. Teori Informasi tidak Simetris (Asymmetric Information Theory)

merupakan kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin memaksimumkan nilai untuk pemegang saham saat ini (current stockholder), bukan pemegang saham baru, maka ada kecenderungan bahwa:

1) Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut dinikmati current stockholder. 2) Jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru

untuk memperoleh dana (ini akan menguntungkan current stockholder karena tanggung jawab mereka berkurang)

Karena adanya asymmetric information, dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan laba ditahan dan dana depresiasi, utang dan penjualan saham baru.

(18)

Longterm Debt toEquity Ratio untuk menilai perusahaan dari sisi ekuitas dan aset atau kekayaannya (Ricardo, 2012).

Alasan pemilihan variabel Debt to Equity Ratio dan Longterm Debt to Equity Ratio dikarenakan dari total Debt to Equity Ratio dan Longterm Debt to Equity Ratio akan dapat diketahui seberapa besar modal perusahaan yang dapat dipergunakan untuk membayar hutang- hutangnya.

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan menurut Agust Sartono adalah manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. (2008:6).

Menurut Suad Husnan manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi- fungsi keuangan (2006:4)

Menurut Bambang Riyanto (2004:4) Manajemen keuangan ialah keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang di perlukan dengan biaya yang minimal dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.

Menurut definisi dari beberapa ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah manajemen terhadap seluruh aktivitas dana untuk mengalokasikan atau menggunakannya secara efektif dan usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk investasi.

(19)

Menurut Suad Husnan fungsi manajemen adalah menggunakan dana dan mencari dana. Sedangkan tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (2006:6).

2.1.3 Pengertian Laporan keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaaan (Farah Margaretha:20). Menurut Kashmir (2012:6) “Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu.”

Kemudian menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.1 (2012:13) ”Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.”

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan pengertian laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan atau menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Farah Laporan keuangan meliputi:

1) Laporan Laba/Rugi (Income Statement), yang berisi laporan sistematis tentang pendapatan-pendapatan (revenues) dan biaya-biaya (expenses) perusahaan selama satu periode tertentu.

(20)

3) Laporan saldo laba, yang berisi laporan sistematis tentang laba yang dihasilkan dan akan dibagikan sebagai dividen atau ditahan selama periode tertentu.

4) Laporan arus kas, yang berisi laporan atas dampak kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode tertentu

5) Laporan Laba/Rugi (Income Statement), yang berisi laporan sistematis tentang pendapatan-pendapatan (revenues) dan biaya-biaya (expenses) perusahaan selama satu periode tertentu.

6) Neraca (balance sheet) berisi laporan sistematis keadaan aktiva (assets), utang (liabilities) dan modal sendiri (owners equity) perusahaan pada saat tertentu.

7) Laporan saldo laba, yang berisi laporan sistematis tentang laba yang dihasilkan dan akan dibagikan sebagai dividen atau ditahan selama periode tertentu.

8) Laporan arus kas, yang berisi laporan atas dampak kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode tertentu.

2.1.4 Pengertian Saham

(21)

Sedangkan menurut Husnan (2005:29), saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

Dan menurut Bambang Riyanto (2004:240). Saham adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbata. Bagi perusahaan yang bersangkutan yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.

Sedangkan menurut Tandelilin (2007:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

2.1.5 Jenis-Jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:6) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham, yaitu:

1) Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim a) Saham Biasa (Common Stock)

(22)

biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan aset perusahaan.

2) Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan aset.

1) Ditinjau dari cara peralihan

a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)

Saham atas unjuk adalah saham yang tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hokum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2) Saham Atas Nama (Registered Stock)

Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu

3) Ditinjau dari Kinerja Perdagangan

a) Blue Chip Stocks

(23)

b) Income Stock

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

b) Growth Stock

Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

c) Speculative Stock

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi tidak mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

d) Counter Cyclical Stock

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro mapun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

(24)

Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator nilai perusahaan, yang dalam pandangan investor akan mencerminkan tingkat keberhasilan dari pengelolaan perusahaan atau kinerja perusahaan.

Pengertian harga saham menurut Agus Sartono (2008:70) “harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal”.

Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) didefinisikan sebagai “ harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset”.

Sedangkan Menurut Sawidji Widoatmodjo (2005:7) mendefenisikan harga saham sebagai “harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTW (Over the Counter Market).”.

Menurut Widoatmodjo (2005:13) harga saham dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Harga Nominal

Harga saham merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena dividen yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

(25)

Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.

3. Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut ditetapkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negoisasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI)

.

2.1.7 Analisis Saham

(26)

1) Analisis Teknikal

Menurut Husnan (2006:349) “analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu.”

Sutrisno (2005:330) menyatakan bahwa analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengaruh isu-isu lainnya.

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.

(27)

Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan, yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2006:315), “analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi niali faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham”.

Menurut Jogiyanto (2004:315), “analisis fundamental merupakan analisis yang menggunakan data-data finansial, yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, seperti laba, dividen yang dibagikan dan sebagainya. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan.”

Sutrisno (2005:331) mengemukakan “analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dana analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagai pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham, yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyatan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.

(28)

Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert Ang, 1991):

Total Liabilitas / Total Equity

2.1.9 Return on Equiy

Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Return on Equity (ROE) bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modalnya sendiri.

Menurut Sartono (2001), Return on Equity (ROE) sering disebut juga dengan Rate of Return on Net Worth yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan ekuitas yang dimiliki. Semakin besar presentase Return on Equity (ROE) yang dimiliki perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), Return on Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:

(29)

2.2.0 Longterm Debt to Equity Ratio

Menurut Sudana (2012:21), rasio LTDER adalah mengukur besar kecilnya penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. LTDER dalam arti lain adalah rasio yang mengukur besar modal perusahaan yang dibiayai melalui hutang jangka panjang. Semakin besar nilai rasio ini mencerminkan resiko keuangan yang semakin besar, dan bisa juga sebaliknya.

Rasio LTDER digunakan untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan perusahaan. Semakin rendah rasio ini menunjukkan semakin kecil beban bunga dan utang jangka panjang yang harus dibayar sehingga hutang yang ditanggung oleh perusahaan tersebut rendah dan akan menaikkan laba perusahaanm sehingga hal ini akan direspon positif oleh para investor di pasar modal. Pada kondisi seperti itulah harga saham dipasar modal akan naik karena respon positif menunjukkan adanya kenaikan jumlah permintaan saham.

2.1 Penelitian Terdahulu

1) Penelitian oleh Tiara Rachman (2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ROA dan EPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan CR, DER dan ROE tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

(30)

Indonesia Tbk”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS dan ROE yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham.

3) Penelitian oleh Amanda Pranggana (2012) dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011”. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya variabel BV, ROA, PER, DER yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.

4) Penelitian oleh Syahib Natarsyah (2000) dengan judul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematika terhadap Harga Saham Studi Kasus Industri Barang dan Konsumsi yang Go-Public di Pasar Modal Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya DER dan ROE berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Sedangkan ROA, DPR, dan BV tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

Tabel 2.1

(31)

No Permasalahan

Penelitian Peneliti MetodePenelitian HasilPenelitian

(32)

berpengaruh

(33)

signifikan terhadap harga saham Tri Suciyati,

(34)

terhadap

Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen serta variabel intervening. Variabel independen penelitian meliputi Debt to Equity Ratio (DER), sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah harga saham perusahaan serta variabel intervening dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE)

(35)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

. Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh langsung

Pengaruh langsung

Debt to Equity Ratio

(DER)

(X1) Return on Equity(ROE)

(M)

Harga Saham

Closing Price

(Y)

LONG TERM DEBT

(36)

2.2.1 Hubungan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio leverage. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total hutang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan seberapa besar tingkat hutang suatu perusahaan, perusahaan dengan tingkat hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar juga. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Rasio ini menunjukkan komposisi struktur modaldari total pinjaman terhadap total modal yang dimiliki perusahaan, DER menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus merugikan kreditornya.

H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap harga saham.

2.2.2 Hubungan Return on Equity terhadap harga saham

(37)

mencari saham ini hingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik (Christina Yolana dan Dwi Martani, 2005).

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah yang mereka investasikan.

Rasio ini penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income). Perusahaan yang memiliki Return on Equity (ROE) yang rendah atau bahkan negatif akan terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam menghasilkan incomenya. Kenaikan Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut (Teguh Pujo Mulyono, 1995:74)

H2 : Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap harga saham

2.2.3 Hubungan Debt to Equity Ratio terhadap Return on Equity

(38)

Rasio ini termasuk dalam rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakaan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dari modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). DER menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meng-cover pembayaran hutang jangka panjang dengan menggunakan modal sendiri atau ekuitas dari shareholders sebagai leveragenya. Rasio DER yang tinggi dapat menggambarkan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan hutang sebagai modalnya. Hutang usaha ini jika dipergunakan secara tepat akan dapat memghasilkan profit yang semakin meningkat pula bila dibandingkan dengan operasional dengan modalnya sendiri.

H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap Return on

Equity (ROE).

2.3 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang sebelumnya telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Debt to Equity Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham.

H2: Return on Equity berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham

H3:Debt to Equity Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap Return on Equity

H4 : Longterm Debt to Equity Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap Return

(39)

H5 : Longterm Debt to Equity Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap Harga

Saham

H6 : Return on Equity merupakan variabel yang memediasi antara variabel Debt

Referensi

Dokumen terkait

Sumur-sumur tersebut diperkirakan berorientasi pada Gunung Pangrango jika dilihat dari aliran Sungai Ciliwung, Hal itu jika sumur-sumur tersebut merupakan sumur-sumur suci yang

Menurut anda apakah harga produk yang anda konsumsi cukup

IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK NEGARA INDONESIA (BNI) SYARIAH

Untuk itu disarankan Puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira agar meningkatan performa dalam penyelenggaraan Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara dalam hal pemberkasan

Selain dengan sholat dhuha ada juga kegiatan PHBI (peringatan hari besar islam), dengan adanya kegiatan ini siswa akan lebih tahu apa itu agama islam. Maka, dengan

Hasil percobaan menggunakan 30 buah citra query dan 80 buah data citra menunjukan bahwa perenggangan kontras menggunakan metode ekualisasi histogram adaptif (AHE)

Eamun bila perusahaan sudah berkera- bang menjadi lebih beaar, dan komplex, laaka peranan sis­ tim dan prosedur yang memadai untuk pengaturan suatu or-* ganisasi, sangat

Sangat masuk akal untuk percaya bahwa "Tuhan Allah yang mahakuasa dan tidak terbatas menciptakan dunia yang terbatas." Pertama, jika Dia mahakuasa, adalah