• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemahaman grafik dan keterampilan berpik (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pemahaman grafik dan keterampilan berpik (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN VIDEO BASED LABORATORY PADA

PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN GRAFIK DAN KETERAMPILAN BERPIKIR LOGIS

Oleh:

Pipin Dana Pelita (SMAN Tanjungsari Sumedang) Andi Suhandi (Prodi IPA SPS UPI Bandung)

Setiya Utari (Prodi IPA SPS UPI Bandung)

Abstract

This study purposes for testing the efeetiiity of iideo based laboratory (VBL) on an interaetiie eoneeptual instruetion for inereasing graphs understanding and logieal thinking skill of the student. Researeh subjeet was 10th grade in one of the high sehools in

Sumedang Distriet. The researeh method was used likes quasi experiment with randomized eontrol group pretest-posttest design. The experiment elass got an interaetiie eoneeptual instruetion with using VBL, while the eontrol elass got an interaetiie eoneeptual instruetion without VBL. Based on the aierage of the N-gain normalized, was got an N-gain graphs understanding for experiment elass 0,66 and eontrol elass 0,36; and N-gain for logieal thinking skill for experiment elass 0,67 and eontrol elass 0,40. Based on result of the diferenees aierage N-gain, it was got the explanation that using VBL on an interaetiie eoneeptual instruetion, signifeantly more efeetiie for inereasing graphs understanding and logieal thinking skills, was eompared on learning proeess of interaetiie eoneeptual without VBL. Based on questionnaire, almost all of the students stated that the analysis moiement with VBL, it was iery helping for ehanged their mind, so that was easier for understanding the eoneept of motion, and understanding the relation among the intereoneept whieh was explained in the graphs.

Keywords: Video Based Laboratory (VBL), interaetiie eoneeptual instruetion, understanding graphs, logieal thinking skills.

PENDAHULUAN

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari gejala dan fenomena alam, serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta, yang meliputi karakter, gejala dan peristiwa yang dikandungnya, yang kemudian dituliskan dalam besaran-besaran fsikaa Untuk melihat keterkaitan antara besaran yang satu dengan yang lainnya, serta memudahkan dalam menyatakannya, selain dinyatakan berupa verbal, biasanya dinyatakan dengan persamaan matematis atau bentuk grafka

(2)

Agar manfaat penggunaan grafk di atas dapat terwujud, maka pengetahuan memahami grafk oleh siswa sangat diperlukan, agar siswa paham konsep dan keterkaitannya, serta bisa mengintepretasikannyaa Namun demikian, pada kenyataannya para siswa sering mengalami kendala dalam memahami grafk tersebuta

Selain terdapat kaitan antara pemahaman konsep-konsep yang digambarkan dalam grafk, terdapat pula kaitan yang harmonis antara pemahaman grafk dengan keterampilan berpikir logisa Berg dan Phillips (1994:5) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa siswa yang tidak memiliki struktur berpikir logis yang baik, cenderung tidak bisa menarik informasi sesuai dengan data yang disajikan dan kurang mampu menafsirkan atau membuat grafk dengan benara

Padahal Brasell dan Rowe (1993: 65) berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa mahasiswa yang berasal dari sekolah yang kurang dalam hal pengetahuan mengenai penggunaan grafk, diprediksi dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mereka di perguruan tinggia Alasan tersebut didasarkan pada penggunaan yang luas terkait grafk di tingkat perguruan tinggi, sehingga siswa perlu tahu bagaimana cara membaca data dari grafk dan melakukan interpretasinya dengan tepata

Sejalan dengan penyajian informasi dalam bentuk grafk, tabel dan bentuk verbal, Danapelita (1996: 65) mengungkapkan bahwa para siswa lebih sering mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal-soal fsika yang disajikan dalam bentuk grafk dibanding soal-soal fsika dalam yang disajikan bentuk tabel atau verbala Dari langkah-langkah penyelesaian masalah yang mereka kerjakan, mereka lebih sering mengalami kesulitan dalam mengambil informasi (tahap reeall menurut Polya) yang disajikan dalam bentuk grafk, untuk selanjutnya dihubungkan dengan konsep-konsep terkait, baik berupa persamaan matematik ataupun bentuk konsep lainnyaa

Beichner (1994: 751) berdasarkan penelitiannya mengungkapkan bahwa para siswa tidak bisa mengungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri terkait berbagai informasi yang terkandung pada grafk, mereka juga kesulitan dalam memahami grafk kinematikaa Padahal kinematika merupakan materi yang sangat penting dalam mempelajari gerak, dan banyak terkait dengan penggunaan grafka

Berdasarkan observasi awal terhadap siswa kelas XII dan XI di salah satu SMA di Kabupaten Sumedang, ketika mereka diberikan beberapa soal yang menyangkut gerak vertikal dari sebuah bola yang dilemparkan/dilepas, untuk selanjutnya diminta mencocokkan grafk-grafk yang sesuai dengan kondisi tersebut, ternyata banyak siswa yang belum paham atau keliru terkait konsep jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan dan percepatan gerak bendaa Siswa juga banyak melakukan kesalahan dalam mengambil beberapa informasi yang tertera pada grafk, baik yang tersirat maupun informasi yang sifatnya harus digali terlebih dahulu melalui kondisi-kondisi yang diketahuia

(3)

grafk, sehingga siswa memahami berbagai fenomena fsis benda, serta bisa menerapkan konsepnya dalam kehidupan sehari-haria

Untuk memperoleh data sebenarnya terkait gejala alam, misalnya menyangkut posisi dan waktu gerak benda pada tiap saat, sebagai bahan dalam membuat grafk sangatlah sulita Kesulitan mencacah gerak benda tersebut, dikarenakan fenomenanya berjalan dengan cepat, sehingga dengan peralatan manual tidak diperoleh ketelitian yang baika

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, kesulitan untuk mencacah gerak genda tersebut akhirnya dapat teratasi dengan adanya media pembelajaran untuk pemahaman konsep gerak serta pemahaman grafk yang sekarang populer, yaitu traeker, yang dapat diperoleh secara gratis di alamat

www.opensoureephysies.orga Traeker merupakan software yang mampu

menganalisis video gerak benda, sehingga dihasilkan rekaman runutan lintasan gerak benda, yang diambil pada setiap waktu dan posisia Rekaman video diambil dari kondiri riil gerak benda, untuk kemudian diolah menggunakan traeker sehingga kemudian diistilahkan juga sebagai Video Based Laboratory (VBL)a Dari hasil analisis diperoleh data gerak benda yang disajikan dalam bentuk tabel, grafk termasuk bisa terungkap secara langsung persamaan gerak benda tersebuta

Menurut Beichner (1999: 101), VBL merupakan alat yang ampuh untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dari salah satu topik yang paling sulit dan penting dalam fsika yaitu grafk, selain itu dapat membantu memperjelas dan membantu mahasiswa mengatasi kesulitan memahami grafka

Agar dalam pembelajaran benar-benar menggali keterampilan berpikir siswa sehingga bisa memahami grafk, maka harus diciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, diantaranya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepata Menurut Savinaine dan Scott (2001: 53), salah satu pendekatan pembelajaran yang didesain dengan terfokus pada penanaman konsep adalah pendekatan pembelajaran konseptual interaktif (Interaetiie Coneeptual Instruetion)a Pendekatan konseptual interaktif diantaranya memiliki empat ciri utama, yaitu berfokus pada konsep, mengutamakan interaksi kelas, menggunakan bahan ajar berbasis penelitian dan menggunakan buku teks untuk pemahaman konsep yang lebih mendalama Sedikit berbeda dengan itu, pembelajaran konseptual interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini sesuai dengan Suhandi, dkka (2008: 36), yaitu memiliki ciri: menekankan pada penanaman konsep terlebih dahulu di awal proses pembelajaran, selalu ada pemantauan tingkat pemahaman konsep dalam proses pembelajaran, menggunakan demonstrasi, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas (diskusi)a

(4)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan disain berupa “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design”, (Syaodih, 2007: 204)a Populasi penelitian adalah siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri di Sumedang, yang terdiri dari 8 kelasa Sampel penelitian dipilih satu kelas untuk kelompok eksperimen dan satu kelas kontrola

Instrumen penelitian berupa tes, ALPS, angket dan lembar observasi kegiatan pembelajarana Soal pemahaman grafk, digunakan TUGK (test of understanding graphs kinematie) yang dikembangkan Robert Ja Beichner (1996)a Butir soal TUGK tersebut kemudian diadaptasi ke Bahasa Indonesiaa Soal keterampilan berpikir logis, digunakan ToLT (Test of Logieal Thinking) yang dikembangkan Tobin & Capie (1980)a Butir soal ToLT tersebut kemudian diadaptasi ke Bahasa Indonesiaa ALPS kit digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik sebagai media penanaman konsep maupun sebagai alat untuk memonitor pencapaian hasil belajar, terutama yang berkaitan dengan penanaman konsepa Soal-soal dalam ALPS juga berfungsi sebagai tugas kelompok untuk bahan diskusia Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan para siswa terkait pembelajaran konseptual interaktif dengan menggunakan VBLa Pedoman observasi digunakan untuk mengungkap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajarana

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman grafk dan keterampilan berpikir logis, yang diperoleh melalui pretest dan postest dihitung dengan rumus N-gain yang dikembangkan oleh Hake (1998: 65)a

¿

g

>=

¿

S

post

>−

¿

S

pre

>

S

¿

maks

¿

S

pre

>

¿

¿¿

diadaptasi menjadi

¿

g

%>=

¿

%S

post

>−

¿

%S

pre

>

¿

100

¿

%S

pre

>

¿

¿¿

....

(1)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil observasi kegiatan guru diperoleh informasi bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajaran rata-rata mencapai 93%, secara lebih mendetilnya yaitu pada pertemuan I, II dan III, berturut-turut mencapai 93%, 92% dan 93%a Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuata Dari hasil observasi kegiatan siswa diperoleh informasi mengenai aktivitas siswa sejalan dengan yang diharapkan, rata-rata mencapai 82%, secara lebih mendetilnya yaitu pada pertemuan I, II dan pertemuan III, berturut-turut 85%, 80% dan 82%a Dengan demikian terlihat bahwa aktivitas konstruktif yang dilakukan siswa selama pembelajaran pada ketiga pertemuan tersebut sangat baik dan menunjukkan pembelajaran yang berhasila

(5)

86% sedangkan pada kelas kontrol mencapai 61%a Secara lebih mendetilnya yaitu pada pertemuan I, II dan III untuk kelas eksperimen mencapai 78%, 88% dan 94%, sedangkan pada kelas kontrol mencapai 44%, 65% dan 75%a

Peningkatan rata-rata N-gain pemahaman grafk untuk kelas eksperimen posisi dari grafk i=f(t) (G3), (e) menentukan perubahan kecepatan dari grafk a=f(t) (G4), (f) memilih grafk lain yang berkaitan dengan grafk kinematika yang diberikan (G5), (g) memilih penjelasan yang sesuai berdasarkan grafk kinematika (G6) dan (h) memilih grafk yang berkaitan dengan kondisi yang diberikana Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata N-gain diperoleh bahwa peningkatan pemahaman grafk siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif menggunakan VBL, secara signifkan lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pemahaman grafk siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan VBL. eksperimen sebesar 67,2% (kategori sedang) dan kelas kontrol sebesar 41,1% (kategori sedang)a Perolehan rata-rata N-Gain keterampilan berpikir logis pada tiap aspeknya, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat seperti pada Gambar 2a Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-Gain, dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa peningkatan keterampilan berpikir logis siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif menggunakan VBL, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan keterampilan berpikir logis siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan VBL.

(6)

Berpikir logis P1 P2 P3 P4 P5 bahwa VBL memperjelas fenomena gerak, sehingga memperbaiki cara berpikir, dan menumbuhkan pemahaman konsep dalam kegiatan pembelajaran; (2) hampir seluruh responden (85%) merasa lebih difasilitasi dalam pembelajaran menggunakan VBL, karena mudah dalam menganalisis gerak benda yang terjadi sehingga memudahkan dalam memahami konsep-konsep gerak benda, serta bisa secara langsung mengetahui persamaan terkait gerak benda tersebut; (3) hampir seluruh responden (98%) merasa lebih difasilitasi dalam pembelajaran menggunakan VBL, karena memudahkan dalam mengamati gerak benda yang fenomenanya berjalan dengan cepat, mengetahui cara memperoleh data secara akurat, cara menyajikan data posisi dan waktunya dari gerak benda,

Penggunaan VBL pada pembelajaran, didahului dengan melakukan analisis konsep pada materi kinematika gerak lurusa Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan alur pembelajaran bagi pencapaian pemahaman grafk kinematika gerak lurusa Penggunaan VBL pada pembelajaran konseptual interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model tutorial yang bertujuan untuk memberikan pemahaman secara tuntas (mastery learning) kepada siswa mengenai materi pelajaran yang dipelajaria

Dengan pengambilan video gerak benda, siswa berupaya untuk mendemonstrasikan peristiwa atau proses terjadinya gerak benda tersebut yang kemudian direkam kamera untuk disimpan, di-edit atau dipergunakan sesuai keperluana Melalui VBL siswa dihadapkan untuk mampu menganalisis fenomena fsis berupa gerak benda yang terjadia VBL dilengkapi dengan analisis posisi yang interaktif membantu siswa dalam memahami konsep kinematika gerak lurus kejadiannya yang berjalan sangat cepat, bila dilihat dengan mata secara

(7)

langsunga Model ini juga memungkinkan siswa untuk belajar mandiri karena VBL yang digunakan dapat dipelajari sendiri di rumah oleh siswaa

Penggunaan VBL pada pembelajaran kinematika gerak lurus ini, juga dapat memberikan kesempatan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang disajikan baik berupa gambar, maupun berupa dataa Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Ausubel (Dahar, 1989) bahwa: konsep diperoleh dengan dua cara yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep erat kaitannya dengan perolehan ilmu melalui proses induktifa Dalam proses induktif siswa dilibatkan belajar penemuan. Melalui belajar penemuan, peserta didik akan merasakan suatu yang dipelajarinya akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara belajar klasik (hafalan)a Sementara perolehan konsep melalui asimilasi, erat kaitannya dengan proses deduktifa Dalam proses ini peserta didik memperoleh konsep dengan cara menghubungkan atribut konsep yang sudah dikenalnya dengan gagasan yang relevan dalam struktur kognitifnyaa

Selain itu, dengan adanya beberapa konsep serta keterkaitan konsep-konsep tersebut, para siswa bisa berupaya untuk memahami keterkaitan antar konsep tersebut, dengan menganalisisnya dan memvisualisasikan baik berupa tabel, grafk, maupun dinyatakan dalam persamaan matematisa

VBL mampu mengadaptasi peralatan yang tadinya sulit diperoleh untuk mengukur fenomena gerak, berharga mahal, mudah pecah, membahayakan dan aspek ekonomis lainnya serta menyuguhkannya dengan menarik pada siswa sehingga mereka belajar dalam lingkungan yang menyenangkana Selain itu, visualisasi yang disajikan memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indera mereka dengan antusias sehingga informasi yang masuk ke bank memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk dipanggil kembali pada saat informasi tersebut digunakana Pemrosesan informasi dalam pembentukan konsep tersebut akan mudah dipanggil apabila tersimpan dalam memori jangka panjang terutama dalam bentuk gambar (Matlin, 1994:209)a

(8)

sehingga tidak perlu kalibrasi, ruang penyimpanan, terkena kotor, karat dan lain-laina

Kelemahan dari pembelajaran dengan menggunakan VBL pada topik kinematika gerak lurus, diantaranya berupa: (1) diperlukan waktu khusus sebelum pembelajaran untuk melatih siswa dalam menyiapkan dan menggunakan peralatan berupa kamera, alat ukur panjang serta mengatur gerak benda agar sesuai dengan yang diharapkan; (2) diperlukan waktu khusus sebelum pembelajaran untuk melatih siswa dalam menyiapkan fle-fle yang dipergunakan dalam menganalisis, berupa fle pendukung berupa software Java, video converter, tracker serta cara mengunakan trackernya; (3) ketika menganalisis gerak benda, ketepatan penentuan posisi benda sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh, bilamana mengerjakan analisis tersebut terburu-buru, bisa menyebabkan hasil analisis yang diperoleh menjadi kung tepat; (4) ukuran benda terlalu besar atau terlalu kecil dapat menyulitkan ketika menganalisis posisi, selain itu kurang kontrasnya warna benda terhadap baekround yang digunakan juga bisa mempengaruhi ketelitian ketika menganalisis; (5) beberapa siswa belum terbiasa belajar mandiri dan masih tergantung dengan apa yang diberikan oleh guru; (6) ketersediaan kamera digital di sekolah masih kurang memadai; (7) ketersediaan komputer di sekolah terkadang berbarengan dengan kegiatan mata pelajaran lain, yaitu teknologi informasi dan komunkasi; (8) terdapat tipe kamera digital yang terkadang kurang/tidak kompatibel dengan system operasi yang digunakan, sehingga hasil rekamannya tidak dapat dikonvert ke dalam bentuk moi dan tidak dapat dianalisis menggunakan tracker; (9) penyimpanan data-data tracker oleh siswa pada komputer sekolah, terkadang terkena infeksi virus yang menyebabkan beberapa fle yang digunakan menjadi tidak terbaca bahkan rusaka

Adanya peningkatan pemahaman konsep dan grafk tersebut merupakan implikasi dari pembelajaran menggunakan VBL yang memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap siswa, karena biasanya komputer selalu dikaitkan dengan kesenangan, permainan, kreativitas dan mandiria Selain itu, ketika dalam pengambilan gambar gerak benda, siswa dengan senang hati menjadi model yang terpotreta Hal tersebut baik secara langsung membangkitkan minat siswa untuk memulai mempersiapkan fle-fle gerak benda yang akan dianalisisa Peningkatan pemahaman konsep tersebut, dimungkinkan terjadi mulai dari penyiapan peralatan yang digunakan untuk melakukan demonstrasi gerak benda, ketika pengambilan gambar, ketika menganalisis posisi dan waktu gerak benda, memperoleh data berupa tabel, memperoleh grafk dan melihat persamaan yang disajikan oleh software traekera

(9)

dikalibrasi sesuai dengan ukuran sesungguhnyaa Berikutnya terkait dengan alat untuk mengukur besaran waktu, mereka tidak mengukur secara langsung, tetapi mereka menggunakan standar banyak frame yang akan dianalisis, dimana dalam satu detik terdapat sejumlah frame yang kemudian dapat dijadikan sebagai patokan waktua Dengan demonstrasi tersebut, mereka juga mengetahui persis perlunya standar yang digunakan sebagai acuan gerak benda, misalnya dimulai dari ujung rel kiri (sebagai titik acuan) sampai dengan ujung rel sebelah kanana Berikutnya ketika melakukan analisis posisi dengan menggunakan tracker, para siswa melihat adanya jarak yang dilewati benda dalam tempo yang sama, dimana untuk benda yang kelajuannya bertambah mereka melihat bahwa jarak yang dialami benda lebih jauh dari sebelumnya, dan untuk benda yang mengalami pengurangan kelajuan, mereka melihat bahwa jarak yang ditempuh benda lebih pendeka Dari hasil analisis tersebut mereka menyadari bahwa terdapat perubahan kecepatan pada gerak benda yang kemudian dapat menghubungkannya dengan konsep percepatan, dan lebih lanjutnya mencocokkannya dengan karakteristik gerak lurus berubah beraturana

Sedangkan pada benda yang melakukan gerak lurus beraturan, siswa mendapatkan bahwa untuk tiap selang waktu tertentu, jarak yang ditempuh benda selalu sama dalam setiap saat, sehingga mereka dapat berkesimpulan bahwa jarak yang ditempuh benda dalam tiap saat besarnya sama, dan kemudian menyadari bahwa gerak tersebut kemudian diistilahkan dengan gerak lurus beraturana

Sewaktu siswa menganalisis dengan menggunakan tracker, sebenarnya siswa mentranslasi posisi dan waktu gerak benda menggunakan tracker, dimana hasil dari translasi tersebut, kemudian divisualisasikan dalam bentuk data tabel ataupun data grafka Kesempatan untuk melakukan translasi gerak dengan menggunakan tracker tersebut berlangsung terus selama siswa menganalisis gerak bendaa Banyaknya frekuensi menganalisis tersebut, dimungkinkan menjadi penyebab siswa lebih paham dengan aspek translasi dibandingkan dengan aspek pemahaman lainnyaa

Untuk aspek interpretasi mereka sebenarnya melihat, baik ketika melakkukan demonstrasi maupun ketika melakukan analisis, dimana mereka bisa mengambil kesimpulan sendiri, bahwa benda melaju lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan sebelumnyaa Selain itu, mereka juga bisa memprediksi, kapan benda akan diam atau akan melaju dengan lebih cepat/lebih lambata Hal tersebut, jelas merupakan saran yang sangat menunjang kepada siswa sehingga bisa mengekstrapolasi gerak benda tersebuta

(10)

pada grafk s=f(t) untuk sebuah benda yang menghasilan garis mendatar dapat disimpulkan bahwa benda tersebut tidak melakukan gerak lurus (diam), dan sebaliknya untuk garis yang miring ke kiri atau miring ke kanan mereka berkesimpulan bahwa benda tersebut bergerak menjauhi atau mendekati titik acuana

Adanya peningkatan keterampilan berpikir logis yang lebih tinggi pada siswa kelas eksperimen dapat kita sadari sesuai dengan pendapat Poespoprodjo (Roslina, 1997:28) yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan kegiatan akal untuk mengolah pengtahuan yang telah diterima melalui panca indera dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenarana Sewaktu melakukan demonstrasi serta menganalisis gerak benda, siswa sebenarnya sedang menambah pengalaman dengan berpikir secara sistematis dalam upaya penyusunan jalan pikiran yang terarah, berdasarkan kaidah-kaidah pembenaran secara objektif, untuk mencari hakikat pengertian dari objek yang dipelajaria

Hal tersebut sejalan dengan Brotosiswoyo (Roslina, 1997:28) yang mengungkapkan bahwa dalam melakukan inferensi logika, siswa sebenarnya mempertanyakan apa saja konsekuensi logis yang dapat ditarik berdasaran gejala-gejala yang teramatia Konsekuensi logis yang muncul tersebut harus dapat dierjemahkan kembali dalam bentuk ungkapan-ungkapan rill sebagai gejala atau perilaku alam baru yang dapat teramati dan terukura Jika hasil pengamatan gejala atau perilaku tersebut benar, maka bertambahlah khasanah siswa tentang gejala dan perilaku alam yang dapat dirangkum dalam pemahamannyaa

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan VBL memberikan pengalaman yang berguna bagi siswa dalam mengembangkan kemahiran berpikir, mengarah pada pola pikir yang biasa dilakukan ilmuwana Pola pikir tersebut yaitu ketika menghadapi suatu gejala alam yang mengusik rasa ingin tahunya, dia akan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gejala tersebuta Setiap pertanyaan dibuat dugaan jawaban atau penjelasannyaa Dan selanjutnya memikirkan bagaimana menguji setiap jawaban tersebut dengan merancang percobaan, dan memprediksi gejala yang akan terjadi jika rancangan tersebut direalisasikana

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Peningkatan pemahaman grafk siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif menggunakan VBL secara signifkan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan VBLa Peningkatan rata-rata N-gain-nya tertinggi pada aspek G7 (memilih grafk yang berkaitan dengan kondisi gerak yang diberikan) dan peningkatan rata-rata N-gain terendah pada aspek G4 (menentukan perubahan kecepatan dari grafk a=f(t))a

(11)

aspek pengontrolan variabel dan peningkatan rata-rata N-gain terendah pada aspek penalaran korelasionala

Hampir seluruh siswa menyatakan bahwa penggunaan VBL pada pembelajaran konseptual interaktif materi kinematika gerak lurus, memperjelas fenomena gerak, sehingga memperbaiki cara berpikir, dan menumbuhkan pemahaman grafka Selain itu siswa merasa lebih difasilitasi untuk mengetahui cara memperoleh data secara akurat, cara menyajikan data posisi dan waktunya dari gerak benda, menampilkannya dalam bentuk tabel dan bentuk grafk serta bisa secara langsung mengetahui persamaan terkait gerak benda tersebuta

DAF

TAR PUSTAKA

Arifn, Mulyaniaet al.(2003)a Strategi Belajar Mengajar Kimiaa Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPIa

Bahri Nasution, Samsula (2000)a Kemampuan Siswa dalam Memahami Grafk tentang Konsep Kinematika Gerak Lurus. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkana

Beinchner, Robert Ja And David Sa Abbotta (1999)a Video Based Labs for Introductory Physics Coursees-Analyzing and Graphing Motion on Videoa JCST, November 1999a

_______________ (1994)a "Testing student interpretation of kinematies graphs," Ameriean Journal of Physies 62 (8), 750-762a

Berg, Craig Aa and Phillips, Darrell Ga (1994)a “An Iniestigation of the Relationship between Logieal Thinking Struetures and the Ability to Construet and Interpret Line Graph”a Journal of Research in Science Teachinga Vola 31 (4)a pp 11-344

Brasell, Ha Ma, & Rowe, Ma Ba (1993)a Graphing skills among high sehool physies studentsa School Science and Mathematics, 93(2), 63-70a

Bryan, Ja (2004)a Video analysis software and the iniestigation of the eonseriation ofmeehanieal energya Contemporary Issues in Technology and Teacher Education, 4(3), 284-298

Brasell, Ha Ma, & Rowe, Ma Ba (1993)a Graphing skills among high sehool physies studentsa School Science and Mathematics, 93(2), 63-70a

Cheng, Ka Et ala (2004)a “Using Online Homework System Enhanees Students’ Learning of Physies Coneept in an Introduetory Physies Course”a American Journal of Physicsa 72, (11), 1447-1453

Dahar, RaWa (1996)a Teori-Teori Belajara Jakarta: Erlanggaa

Danapelita, Pipina (1996)a Analisis Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal Bentuk Verbal, Tabel dan Bentuk Grafk pada Siswa SMAa Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandunga Tidak diterbitkana

Escalada, Lawrence Ta (1996)a An Iniestigation on the Efeets of Using Interaetiie Digital Video in a Physies Classroom on Student Learning and Attitudesa DalamJournal of Reseach in Science Teachinga John & Sons, Inca Hake, RaRa 1998a Interaetiie Engagement iersus tradition method: A six

thousand-students suriey of meehanies tes data for introduetory physies eoursea Am JaPhysic 66,(1),64-74

Hamalik, Oemar. (2007). Media Pembelajarana Jakarta: Bumi Aksara

Jeskova, Zuzanaa (2007)a “Video measurements as a means of physieal phenomena iisualization”.Dalam Conference proceedinga12th International

Conference on Multimedia in Physics Teaching and Learninga

(12)

Lawrence Ta Escalada, Dean Aa Zollmana (1997)a An Iniestigation on the Efeets of Using Interaetiie Digital Video in a Physies Classroom on Student Learning and Attitudesa Journal of Research Science Teachinga 34, (5), 467–489a

Lawson, AaEa (1980)a A ETS Yearbook, The Psyehology of Teaehing for Thinking and Creatiiitya Ohio: Clearing Housea

Matlina (2003)a Cognition. New York : Mc Graw Hilla Fifth Edition

Munandar, Ua (1999)a Pengembangan Kreatiiitas Anak Berbakata Jakarta: Rineka Cipta

Mundiria (1994)a Logikaa Jakarta: PT Raja Grafndo Persadaa

Poespoprodjo, Wa & Gilarso, Ta (1987)a Logika Ilmu Menalar: dasar-dasar berpikir logis, kritis, analitis, dialektis, mandiri dan tertiba Bandung: Remaja Karyaa Rahim, Utu & Hasnawatia (2007)a Perbandingan Hasil Tes Keterampilan

Penalaran Formal Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Pengantar Dasar Matematikaa Jurnal Penelitian MIPA FKIP Unhalua Vol 6 (1), 12-18a Roslinaa (1997)a Proses Berpikir Logis dan Penguasaan Konsep melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Cotextual Teaehing and Learninga Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkana

Sadiman, Arief aSa (2009)a Media Pendidikana Jakarta: PT Raja Grapindo Persada Savinaine, A and Scott, Pa, (2001)a Using The Foree Coneept Inientory to Monitor

Student Learning and to Plan teaehingPhysies Edueationa 37 (1) 53-58 Setyabudia (2000)a Kemampuan Berpikir Formal dalam Menguasai Konsep Fisika

Bidang Arus Listrik se-Arah Pada Siswa Jurusan Elektronika STM Pembangunan Bandunga Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkana

Suhandi, Aa, dkka (2009)a Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pedekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimakan Miskonsepsia Laporan Penelitiana Suriasumantri, Jujun, Sa (1978)a Ilmu dalam Perspektifa Jakarta: Gramedia

Syaodih Sukmadinata, Nanaa (2007)a Metode Penelitian Pendidikana Bandung: Remaja Karyaa

Tawil Muha & Suryansari, Kemalaa (2007)a Kemampuan Penalaran Formal dan Lingkungan Pendidikan Keluarga dikaitkan dengan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowaa Jurnal Penelitian MIPA FKIP Unhalua Vol 6 (1), 19-32a

Tobin, Ka & Capie, Wa (1984)a The test of logieal thinking: Deielopment and applieationsa The South East Asian Journal for Research in Science Educationa 7(1), 5-9

Gambar

Gambar 1. Persentase rata-rata N-gainG2Pemahaman Grafi
Gambar 2. Persentase rata-rata N-gain P1ieterampilan berpiiir logis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terhadap kambing Mongolia, Jepang, Korea, Indonesia, Bangladesh, dan Filipina diketahui terdapat 4 garis keturunan, yaitu A, B, C, dan D yakni haplogroup

Penyelesaian sengketa kon- sumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 43 Ayat (2) UUPK, tidak menutup kemungkinan di- lakukannya penyelesaian secara damai oleh para

Analisis ini dimulai dengan studi literatur tentang target Nd 2 O 3 dan Fasilitas Iradiasi CIP yang dimiliki RSG-GAS, kemudian dilanjutkan dengan penyiapan data input

Berdasarkan data pada Diagram 4.2 diperoleh rata-rata 93,64%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model B2LS sangat

Upaya yang dilakukan pemerintah Aceh dengan pemberian makanan tambahan pada balita kurus sebanyak 45,5%.Tujuan penelitian melakukan Evaluasi Program Pemberian Makanan

Kebun Raya Indonesia telah melakukan upaya konservasi anggrek yang semakin langka di alam melalui perbanyakan anggrek dengan teknik kultur in vitro untuk memperoleh bibit

Beberapa Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menghitung harga wajar saham pada Subsektor Batu Bara di BEI periode 2014-2016.. Variabel yang digunakan adalah

Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal;