• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN KEGIATAN MUHADHOROH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh: Amatul Muinah

NIM. 11114100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERAN KEGIATAN MUHADHOROH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh: Amatul Muinah

NIM. 11114100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO













Sesungguhnya bersama kesulitan, pasti ada kemudahan”

(Q.S. al-Insyirah: 6)

Sertakan Allah dan ridho orang tua dalam setiap urusan

Selalu tersenyum menjalani hidup

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda Suwito dan Ibunda Wakini yang selalu membimbing, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis.

2. Pengasuh PPM Bina Insani abah K. Mukhsoni dan ibu Mir‟atul Munawarah beserta kepala sekolah PPM Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S. Ag., M. Pd. yang telah selalu menjadi teladan penulis.

3. Kedua saudaraku tersayang, Nia Lavenia dan Athiyyatul Wahhab Saliimah.

4. Sahabat dan teman, Aufy Millatana, Siti Sholihatul Mubarokah, Enjang , Dwi Setyani, Nurma Asma Umayah, dan Muchamad Chairul Umam yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat komunitas Gerakan Jumat Berbagi (GJB) yang memberikan banyak pelajaran dalam kebiasaan bersedekah membantu sesama.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحّرلا الله مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018 dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Bapak Achmad Maimun, M. Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 5. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Badwan, M. Ag., yang telah memberikan

banyak pengarahan dan motivasi selama 4 tahun menjadi mahasiswi IAIN Salatiga. 6. Kepada seluruh Dosen Tarbiyah khususnya pada Program Studi Pendidikan Agama

Islam di FTIK IAIN Salatiga.

(9)

ix

8. Pengasuh PPM Bina Insani abah K. Muchsoni dan ibu Mir‟atul Munawarah beserta kepala sekolah PPM Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S. Ag., M. Pd., yang selalu menjadi guru teladan dan telah memberikan ijin penelitian penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongannya.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... .... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kegiatan Muhadhoroh ... 11

(11)

xi

b. Bentuk-bentuk Muhadhoroh ... 12

c. Unsur-unsur Muhadhoroh ... 13

d. Jenis-jenis Muhadhoroh ... 14

e. Metode Pidato ... 15

f. Tujuan Pidato... 17

g. Kerangka Pidato ... 19

2. Kepercayaan Diri ... 19

a. Pengertian Kepercayaan Diri ... 19

b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri... 21

c. Ciri-ciri Kepercayaan Diri ... 22

d. Jenis Kepercayaan Diri ... 24

e. Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri ... 26

f. Mengembangkan Rasa Kepercayaan Diri ... 28

3. Peran Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri ... 30

B. Kajian Pustaka ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Kehadiran Peneliti ... 37

D. Sumber Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Analisis Data ... 41

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 42

(12)

xii BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Profil Pondok Pesantren Modern Bina Insani

a. Letak Sekolah Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 45

b. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 47

c. Dasar Pemilihan Nama Bina Insani ... 50

d. Makna Logo ... 51

e. Visi, Misi Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 52

f. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 54

g. Keadaan Santri ... 57

2. Hasil Penelitian a. Pelaksanaan Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 58

b. Peran Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... . 69

B. Analisis Data 1. Pelaksanaan Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 79

2. Peran Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani a. Karakteristik Kepercayaan Diri ... 85

b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 86

(13)

xiii BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 89 B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kode Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Transkrip Wawancara Lampiran 4 Catatan Laporan Pengamatan Lampiran 5 Foto

Lampiran 6 Data Sekolah

Lampiran 7 Daftar Peserta Muhadhoroh

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 11 Daftar Nilai SKK

(15)

xv ABSTRAK

Muinah, Amatul.2018. Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Pembimbing Achmad Maimun, M. Ag.

Kata Kunci: Muhadhoroh, Kepercayaan Diri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2018, bagaimanakah peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2018?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan ketekunan peneliti dan triangulasi. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini meliputi Tahap-tahap pra lapangan, Tahap-tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.

Hasil penelitian ini penyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan muhadhoroh bersifat wajib bagi seluruh santri, dilaksanakan rutin setiap Kamis malam pukul 20.30-22.30 secara berkelompok. Proses pelaksanaan dimulai dari pembuatan teks, menghafalkan, menyetorkan dan menyampaikan pidato. Adapun susunan acara: pembukaan pembacaan Al-Qur'an dan shalawat, acara inti, intisari, penutup dan lain-lain. peraturan dalam kegiatan ini meliputi peraturan sebelum dan saat pelaksanan. Dalam kegiatan ini terdapat

punishment (berdiri) dan reward (jajanan dan barang). Kendala yang dihadapi saat

muhadhoroh, yaitu dari segi santri (waktu, sarana prasana, cuaca) dan dari segi pengurus (ketidaktertiban santri). faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah faktor internal (minat, motivasi) dan eksternal (lingkungan). (2) Peran kegiatan muhadhoroh yaitu menjadi fasilitator (wadah) bagi santri dalam melatih kepercayaan diri untuk piawai tampil di depan publik yang meliputi: (a) Memberikan pengingkatan mental dalam segi karakteristik kepercayaan diri, (b) Memberikan peningkatan mental dalam segi aspek kepercayaan diri, (c) Memberikan peningkatan mental dengan adanya implikasi kegiatan

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang tidak hanya

mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan ajaran Islam pada dirinya

sendiri, melainkan juga harus menyebarkan atau mendakwahkan ajaran Islam

kepada umat manusia lainnya. Terdapat banyak nash dalam Al-Qur‟an yang

menunjukkan bahwa amal dakwah itu adalah suatu kewajiban,

memerintahkan agar umat Islam senantiasa menggerakkan dan menggiatkan

usaha dakwah. Salah satu firman Allah Swt yang berkenaan dengan dakwah,

yaitu Q.S. An-Nahl ayat 125:



pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl:125)

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim juga disebutkan:

...."

(17)

2

hendaklah ia mencegah dengan tangannya, apabila tidak mampu, hendaklah ia mencegah dengan lisannya, dan bila tak mampu juga, hendaklah ia mencegah dengan hatinya (berdoa), dan inilah selemah-lemahnya iman” (HR. Bukhori dan Muslim).

Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk

ber-amar ma‟ruf dengan kekuasaan, dalam arti kedudukan, kemampuan fisik dan

kemampuan finansial. Amar ma‟ruf dan khususnya nahi munkar yang dapat

diamalkan dengan lisan melalui nasehat yang baik, ceramah atau pidato,

sebab tidak seorang Muslim-pun yang tentunya ingin termasuk dalam

golongan yang lemah imannya.

Dakwah adalah pengkokoh agama Islam. Dengan terlaksananya jalan

dakwah eksistensi Islam bertahan dan menyebar hingga saat ini. Sejarah

menceritakan transformasi dakwah yang telah dilakukan Nabi Muhammad

Saw dalam penyebaran dakwah Islam, yaitu diawali saat beliau merintis

dakwah mulai dengan cara bersembunyi (sirriy), kemudian setelah

kondisinya kondusif, maka beliau mulai menyebarkan dakwah dengan

terang-terangan (jahr) (Ilaihi dan Polah, 2007:48-51).

Seorang da‟i dalam usahanya untuk menyebarkan dan merealisasikan

ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan manusia, dia akan menghadapi

masyarakat yang heterogen. Karena itu metode dakwah dalam proses

dakwahnya pun harus sesuai dengan kadar pengetahuan masyarakat

masing-masing. Adalah kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat beberapa

golongan yang harus dihadapi oleh da‟i dengan cara atau metode yang

(18)

3

Dibutuhkan suatu pembinaan keterampilan atau kecakapan dengan

proses latihan secara terus-menerus (continue) dalam mencapai keberhasilan

dakwah. Salah satunya adalah dengan mengadakan pembinaan dalam upaya

mengkaji dan mengembangkan metodologi dakwah sejak dini di

tempat-tempat pendidikan baik di sekolah maupun pondok pesantren, salah satunya

yaitu dengan mengadakan kegiatan muhadhoroh. Kata muhadhoroh berasal

dari bahasa Arab, yaitu al-muhadharatu yang berarti ceramah, kuliah

(Munawwir, 1990:295). Sebagaimana dipahami bahwa definisi muhadhoroh

diidentikan dengan kegiatan atau latihan pidato atau ceramah yang ditekankan

pada skill seseorang.

Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih mendidik para santri

agar terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk menyampaikan

ajaran-ajaran Islam di hadapan umum. Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan

berlatih ceramah dan kegiatan berbicara di depan umum atau bisa dikatakan

sebagai public speaking. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan santri khususnya dalam hal pidato juga berdakwah, mengasah

rasa percaya diri dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan banyak

orang. Mengingat dalam Islam berdakwah merupakan suatu yang harus

dilakukan seorang Muslim.

Demikian juga di Pondok Pesantren Modern Bina Insani, yang

memiliki serangkaian kegiatan ekstrakurikuler, terdapat beberapa kegiatan

yang mewajibkan para santrinya untuk mengikuti bidang pendidikan serta

(19)

4

kegiatan ektrakurikuler di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

menerapakan pelatihan muhadhoroh. Kegiatan muhadhoroh di Pondok

Pesantren Modern Bina Insani adalah termasuk ke dalam kegiatan

ekstrakurikuler wajib. Dengan pola komunikasi satu arah, maka diharapkan

dari muhadhoroh ini dapat memberikan manfaat bagi santri. Selain

pengembangan bakat dan ilmu muhadhoroh juga sebagai menjadi ajang

latihan mental rasa percaya diri untuk berorasi di depan khalayak pendengar,

juga meningkatkan kemampuan santri dalam mengeksplorasi dalam

tema-tema muhadhoroh.

Kegiatan muhadhoroh ini akan mengasah kepercayaan diri mereka

untuk dapat berbicara di depan orang banyak, melalui kegiatan

ekstrakulikuler muhadhoroh ini, para santri dilatih untuk berbicara

menyampaikan pidato di depan para santri yang lain secara bergantian

layaknya seorang da‟i yang sedang menyampaikan pesan-pesan dakwah yang

sebelumnya mereka diberi pengarahan dan pengetahuan teknik-teknik

dakwah pidato. Adapun pelaksanaanya diadakan secara rutin setiap minggu

sebanyak satu kali yaitu pada hari Kamis dengan menggunakan empat bahasa

yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis terinspirasi untuk

mengkaji lebih jauh mengetahui adanya peningkatan rasa kepercayaan diri

santri dengan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

dengan melakukan penelitian yang penulis beri judul "PERAN KEGIATAN

(20)

5

SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI

KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul penelitian di atas, maka peneliti dapat

menfokuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren

Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun

2018?

2.Bagaimanakah peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan

kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan

penelitian yang ingin dicapai, antara lain:

1.Untuk mengetahui kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern

Bina Insani Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.

2.Untuk mengetahui peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan

kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

yang jelas bagi pembaca. Penulis membagi menjadi dua manfaat, baik

(21)

6

1.Kegunaan Teoretik

a. Memberikan manfaat ilmu dan pengetahuan secara teoritis tentang

peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri

santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2018.

b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia

pendidikan untuk dijadikan sebagai rujukan atau bahan acuan dalam

penulisan lebih lanjut yang kritis dan representatif serta

disempurnakan oleh peneliti sebelumnya.

c. Memberikan sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi

Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di kampus IAIN

Salatiga.

2.Kegunaan Praksis

a. Tulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak Pondok

Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang. Dari hasil penelitian dapat memberikan gambaran dari

adanya peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan

kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang; dan

b. Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan

muhadhoroh sebagai fasilitator (wadah) dalam meningkatkan

kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani

(22)

7 E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul, maka

penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok

dalam penelitian ini.

1.Kegiatan Muhadhoroh

a. Kegiatan Muhadhoroh

Muhadhoroh merupakan isim maf‟ul dari kata hadhara,

yahdhuru yang berarti menghadiri. Muhadhoroh bisa juga diartikan

sebagai pidato seperti yang terdapat dalam kamus bahasa Arab

al-Munawwir (al-Munawwir, 1996:295) kata al-Muhaadhorotu berarti

ceramah, pidato atau kuliah.

Pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk

kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang

disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak, dengan maksud agar

pendengar dari pidato dapat mengetahui, memahami, menerima serta

diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan

kepada mereka (Rumpoko, 2012:12).

Kegiatan muhadhoroh adaah sebuah kegiatan yang

dilaksanakan diluar jam sekolah yang berbentuk kegiatan berbicara

di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pencapatnya, atau

(23)

8

2.Kepercayaan Diri

Aqib (2015:43) menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap

yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan.

Selain itu, Hakim sebagaimana dikutip oleh Rahayu (2013:63) percaya

diri juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang terhadap segala

aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk

mencapai berbagai tujuan hidup.

Dari uraian di atas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap

kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi

yang dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak

setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan

percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya.

Uraian di atas, penulis artikan bahwa rasa percaya diri sebagai

kepribadian kekuatan mental dan keyakinan terhadap kemampuan yang

dimiliki di dalam diri induvidu dalam mencapai sesuatu. Kepercayaan

diri berbicara di depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan

diri untuk berbicara di depan orang banyak.

3.Santri

Santri adalah murid yang mempelajari agama dari seorang kyai

atau syaikh di pondok pesantren. Pada umumnya mereka tinggal di suatu

komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, bale-bale, aula dan

masjid (Abdushomad, 2005:80). Santri disini adalah sebagai objek

(24)

9 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun

menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang

sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika dalam memahami

skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam penulisannya, sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini memuat Latar Belakang

Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Penegasan Istilah, Kajian Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, Bab ini merupakan bagian yang

menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang

berkaitan dengan Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan

Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan

Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.

BAB III METODE PENELITIAN, (Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur

Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap

Penelitian).

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS, bab ini berisi

menganai Hasil Penelitian dan Pembahasan. Hasil penelitian yang berisi

tentang paparan data dan temuan peneliti yang dilakukan untuk menjawab

(25)

10

sudah ada dengan jelas menjelaskan temuan penelitian dalam konteks

khasanah ilmu.

BAB V PENUTUP, Penutup memuat tentang: Kesimpulan dari

pembahasan hasil penelitian dan Saran-saran dari penulis sebagai sumbangan

pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada

bagian akhir, akan dilampirkan Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Hidup dan

(26)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kegiatan Muhadhoroh

a. Pengertian Muhadhoroh

Muhadhoroh berasal dari bahasa Arab, yaitu

al-muhadharatu yang berarti ceramah, kuliah (Munawwir, 1990:295).

Sebagaimana dipahami bahwa definisi muhadhoroh diidentikan

dengan kegiatan atau latihan pidato atau ceramah yang ditekankan

pada skill seseorang. Pidato bisa disamakan dengan Retorika

(Yunani) dan Pubic Speaking (Inggris). Pidato adalah suatu ucapan

dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang

banyak (Putranto, 2011:39). Pidato adalah sebuah kegiatan

berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapat

seseorang, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Hal ini

sependapat dengan yang disampaikan oleh Hakim (2010:3) bahwa

pidato merupakan penyampaian buah pikir dalam kemasan

kata-kata verbal kepada orang banyak untuk memberikan gambaran

suatu hal.

Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan

orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang

penting dan patut diperbincangkan. Dengan kata lain, pidato adalah

(27)

12

pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Pidato

juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni

membujuk/ mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan

retorika, yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato

bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato

menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar,

tujuan dan isi pidato, persiapan, teknik dan etika dalam berpidato,

serta masih banyak hal lain yang menjadi perhatian (Bahar,

2013:9).

Secara global kegiatan muhadhoroh dapat diartikan sebagai

ajang pengembangan diri dengan latihan pidato, latihan berbicara

dengan beberapa persiapan dan teknik, untuk melatih seseorang

agar dapat berbicara di depan umum untuk menyampaikan suatu

hal atau peristiwa.

b. Bentuk-bentuk Pidato (Muhadhoroh)

1) Sambutan. Sambutan merupakan jenis pidato yang dapat

disampaikan secara tertulis atau lisan. Sambutan biasa

disampaikan oleh orang-orang tertentu karena jabatan atau

kedudukannya (Putranto, 2012:6-7).

2) Pidato Pemerintahan. Pidato pemerintahan adalah pidato yang

berasal dari pemerintahan untuk rakyat. Pidato ini berisi hal-hl

(28)

13

Bentuknya berupa pengumumam, penjelasan, himbauan, dan

pesan pemerintah.

3) Pidato Instansi. Pidato instansi bersifat memberi penerangan,

penjelasan, dan pendidikan. Pidato ini dapat disampaikan

melalui berbagai media massa. Isi pidato harus jelas, tepat, dan

pasti (Putranto, 2012:19).

4) Ceramah. Ceramah merupakan jenis pidato untuk menjelaskan

sesuatu di hadapan pendengar (Putranto, 2012:25). Ada juga

ceramah yang diselingi sesi tanya jawab pendengar dengan

pemceramah. Masalah yang disampaikan dalam ceramah

bersifat umum.

c. Unsur-unsur dalam Pidato (Muhadhoroh)

Secara garis besar, pidato memiliki unsur-unsur dasar,

adapun unsur-unsur tersebut adalah (Hakim, 2010:9-10):

1) Pembicara atau orator. Berperan sebagai pemberi atau pengirim

pesan atau orang yang ingin melakukan komunikasi publik.

2) Pesan (message). Isi dari suatu pesan atau sesuatu yang ingin

diinformasikan atau disampaikan kepada orang lain. Hal yang

ingin disampaikan ini terkait dengan materi atau substansi

pembicaraan yang disampaikan kepada khalayak ramai

(publik).

3) Media (medium). Media yang digunakan untuk menyampaikan

(29)

14

biasa dalam sebuah acara besar (perayaan hari besar, seminar,

dan lain-lain).

4) Penerima pesan (receiver). Penerima pesan atau informasi

adalah khalayak yang dituju, termasuk latar belakang, umur

atau status sosial khalayak yang tersebut (Hakim, 2010:10).

5) Umpan balik (feedback). Pemahaman khalayak setelah

diberikan pesan atau harapan-harapan mereka ketika mengikuti

pidato dan respon mereka terhadap acara yang dilangsungkan.

d. Jenis-jenis Pidato (Muhadhoroh)

1) Khotbah. Berbicara di muka umum khususnya untuk

tujuan-tujuan penyampaian pesan-pesan agama dan merupakan orasi

satu arah, para audiens hanya mendengarkan saja.

2) Propaganda. Berbicara di muka umum untuk menyampaikan

ide dengan upaya keras menyakinkan pendegar dengan ide dan

gagasan kita.

3) Kampanye. Berbicara di depan umum untuk kelompok tertent

(partai) dengan memengaruhi massa dengan tujuan tertentu.

4) Penerangan. Berbicara di muka umum untuk menerangkan

sesuatu, misalnya program, permasalahan, pembangunan dan

lain sebagainya (Hakim, 2010:11).

5) Agitasi. Berbicara di muka umum dengan tujuan untuk

(30)

15

6) Orasi Ilmiah. Berbicara di muka umum, khususnya untuk

masarakat ilmuah, yang dilakukan oleh seorang ahli dengan

menggunakan bahsa teoritis, ilmiah dan rasional.

7) Reportase. Berbicara di muka umum untuk menyampakan

laporan tentang sesuatu kejadian secara terbuka.

e. Metode Pidato (Muhadhoroh)

1) Metode Impromtu

Metode ini merupakan salah satu metode berpidato

yang dilakukan secara spontanitas, serta merta tanpa adanya

persiapan terlebih dahulu. Metode ini sering disebut juga

dengan metode spontanitas (Adha, 2014:65-66). Metode ini

juga dapat disebut dengan metode langsung, yaitu berpidato

secara langsung dengan mengandalkan kemampuan, kemahiran

dan wawasan keilmuan, pidato impromtu juga disebut sebagai

metode serta merta, yaitu metode berpidato berdasarkan

kebutuhan sesaat seperti pidato-pidato pada acara-acara

pernikahan atau upacara kematian yang pertunjukannya

langsung. Oleh karena itu, metode ini tanpa ada persiapan

sebelumnya, kelemahan dari metode ini adalah orator

seringkali mendapatkan hasilnya yang kurang maksimal

(31)

16

2) Metode memoriter

Metode ini merupakan salah satu metode berpidato

yang dilakukan dengan cara pembicara menyampaikan isi

naskah pidato yang telah dihafalkan terlebih dahulu. Oleh

karena itu, metode ini lebih dikenal dengan metode menghafal

(Huda, 2014:67).

3) Metode Naskah

Pidato ini sering pula disebut pidato manuskrip (Huda,

2014:68). Berpidato atau berbicara di muka umum dengan

bantuan naskah atau teks yang ditulis terlebih dahulu sebagai

persiapan, hal ini dapat kita jumpai dalam pidato kenegaraan

yang dilakukan oleh pejabat-pejabat tertentu yang mereka

sendiri memiliki staf khusus untuk menulis naskah pidato yang

akan mereka sampaikan, selain itu, pidato-pidato yang

disiarkan langsung oleh televisi atau pidato-pidato dalam

acara-acara resmi.

Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi

kekeliruan-kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi

resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat

dan dikutip oleh mesia massa. Pidato-pidato yang seperti ini

biasa dilakukan oleh pejabat tertentu di pemerintahan atau

(32)

17

4) Metode Ekstemporan

Metode ekstemporan (metode dengan catatan kecil),

yaitu metode berpidato yang direncanakan dengan

menggunakan catatan kecil sebagai inti atau poin dari orasi.

Rangkaian pembicaraan yang akan disampaikan tergantung

dengan kecakapan orator dalam berorasi dengan menuliskan

pokok-pokok pikiran (outline) yang akan dipidatokan kepada

pendengarnya (Hakim, 2010:13-14).

Dalam penggunan beberapa metode di atas, pembicara

harus memperhatikan kapasitas diri dan pengalaman berpidato,

apabila pembicara sudah berpengalaman maka metode

impromptu dan metode ekstemporer cocok untuk digunakan,

bagi pembicara pemula dan belum pandai dalam mengolah kata

maka metode manuskrip dapat digunakan.

f. Tujuan Pidato

Tujuan kegiatan pidato, diantanya sebagai berikut:

1) Menghibur. Pembicara menyampaikan hal-hal yang

menyenangkan berkaitan dengan acara, tamu undangan, dan

yang lainnya. Gaya bicaranya pun gaya santai penuh

keakraban. Lebih baik lagi kalau pembicara terampil

menebarkan humor (Wiyanto, 2006:43-44).

2) Memberi Tahu. Pembicara berusaha menjelaskan suatu

(33)

18

paham. Pembicara menyampaikan contoh, perbandingan,

keterampilan, dan lain-lain yang semuanya itu sangat

mendukung penjelasan. Bahkan kalau perlu, pembicara juga

menyampaikan grafik, gambar, bagan, skema, denah, atau yang

lainnya. Semuanya itu dilakukan oleh pembicara agar tujuan

pidato tercapai, yaitu pendengar menjadi tahu dan memahami

apa yang disampaikan. Dalam hal ini Jayanti (2012:1)

berpendapat bahwa pidato bertujuan menyatakan pendapat atau

guna memberikan gambaran tentang suatu hal.

3) Mengajak. Pembicara berusaha menyakinkan dan

mempenaruhi pendengar untuk mau melakkan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki pembicara.

Untuk itu, pembicara menyampaikan banyak alasan, bukti, dan

contoh nyata yang bisa menyakinkan pendengar dan akhirnya

dengan sukarela pendengar mau mengikuti keinginan

pembicara.

4) Informatif atau Instruktif. Pidato informatif bertujuan untuk

menyampaikan informasi atau keterangan kepada pendengar

(Damayanti, 2013:130).

5) Persuasif. Pidato persuasif bertujuan ingin mengajak atau

(34)

19 g. Kerangka Pidato

1) Pembukaan. Pendahuluan atau pembuka bertujuan untuk

mempersiapkan pendengar pada pokok permasalahan yang

hendak dikemukakan. Pendahuluan berisi sapaan kepada

pendengar, ucapan syukur, dan latar belakang masalah (Fanani,

2013:79).

2) Isi. Isi biasanya terdiri gagasan-gagasan yang hendak dicapai.

Pada bagian ini, pembicara menerangkan secara sistematis

hal-hal yang ingin disampaikan sesuai poin-poin yang telah

ditetapkan.

3) Penutup. Berisi rangkuman, seruan, maupun penegasan

kembali. Penutup berupa kesimpulan, saran dan ucapan terima

kasih (Fanani, 2013:80). Penutup pidato merupakan akhir dari

rangkaian pembicaraan atau pidato. Sebelum salam penutup

diucapkan, terlebih dahulu harus menyimpulkan apa yang telah

diuraikan (Huda, 2014:73-76).

2. Kepercayaan Diri

a. Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Thantaway dalam kamus istilah bimbingan dan

konseling, percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri

seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk

berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak

(35)

20

kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Psikolog W.H.

Miskell di tahun 1939 telah mendefinisikan arti percaya diri

sebagai kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki, serta dapat

memanfaatkannya secara tepat. Psikolog Maslow menyebutkan

bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan

aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal

dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri

akan menghambat pengembangan potensi diri (Sarastika, 2014:50).

Percaya diri merupakan keyakinan yang kuat dalam diri

yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan

baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku

dengan penuh keyakinan. Seperti yang diungkapkan Hamdani

(2012:45), bahwa percaya diri merupakan salah satu pokok-pokok

yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara, selain

menetapkan sasaran, audiens, waktu, jangan cemas dan lainnya.

Secara khusus, Pearce mengemukakan bahwa kepercayaan

diri berasal dari tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak

bukan menghindari keadaan dan bersifat pasif. Pernyataan tersebut

kemudian diperkuat oleh Hakim yang menyatakan bahwa

kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek

kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk

(36)

21

Dengan kata lain, individu dapat dikatakan percaya diri jika

individu berani melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya

sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan diri. Selain itu,

individu mampu melakukannya tanpa ragu serta selalu berfikir

positif. Individu yang memiliki percaya diri mampu menyelesaikan

tugas sesuai tahap perkembangannya dengan baik dan tidak

bergantung pada orang lain (Rahayu, 2013:62-63).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis diri

seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk melakukan sesuatu

pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya

terdapat keyakinan akan kemampuan diri terhadap segala aspek

kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk

mencapai berbagai tujuan hidup.

b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Aspek-aspek kepercayaan diri, diantaranya (Widjaya, 2016:61-62):

1) Keyakinan kemampuan diri. Keyakinan kemampuan diri

adalah sikap positif seseorang tentang potensi diri sendiri. Ia

mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

2) Optimis. Optimis adalah sikap positif yang dimiliki individu

tentang berpandangan baik dalam menghadapi segala sesuatu

(37)

22

3) Objektif. Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu

sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut

kebenaran menurut dirinya sendiri.

4) Bertanggung jawab. Bertanggung jawab adalah sikap

kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang

telah menjadi konsekuensinya.

5) Rasional dan realistis. Rasional dan realistis adalah analisis

terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan

menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan

sesuai dengan kenyataan.

c. Ciri-ciri Percaya Diri

Menurut Sarastika (2014:55-57) sikap percaya diri bisa kita

amati baik secara verbal maupun non verbal, individu yang

memiliki rasa percaya diri secara verbal memiliki kebiasaan antara

lain:

1) Menggunakan pernyataan “saya”:” saya ingin... atau “saya

pikir...”

2) Menawarkan kritik membangun, tidak menyalahkan, atau

mengharuskan.

3) Mengajukan pertanyaan untuk menemukan pemikiran dan

perasaan orang lain.

(38)

23

5) Mengkomunikasikan sikap saling menghargai pada saat

kebutuhan dari orang sedang bertentangan, dan mencari

penyelesaian yang dapat di terima kedua belah pihak.

Sedangkan sikap percaya diri individu secara nonverbal

ditandai dengan:

1) Melakukan kontak mata yang intens dan pantas.

2) Bersikap terbuka dan mendukung komentar mereka.

3) Berbicara dengan tekanan yang jelas, mantap, dan tegas.

4) Ekspresi wajah santai, tersenyum ketika merasa senang.

5) Berbicara dengan mantap, teratur menekankan kata-kata

kunci.

Sedangkan sikap tidak percaya diri adalah keadaan di mana

orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap

dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut,

sehingga cenderung untuk menarik dirinya. Tanda-tanda seseorang

yang kurang percaya pada diri sendiri antara lain:

1) Perasaan takut atau gemetar disaat berbicara dihadapan orang

banyak.

2) Sikap pasrah pada kegagalan, memandang masa depan

suram.

3) Selalu berusaha menghindari tugas/tanggung

(39)

24

4) Sensitivitas batin yang berlebihan, mudah tersinggung, cepat

marah, dan pendendam.

5) Suka menyendiri dan cenderung bersikap egosentris.

d. Jenis Kepercayaan Diri

Percaya diri terdapat dua jenis, yaitu lahir dan batin. Untuk

lebih jelasnya bisa dilihat dalam uraian sebagai berikut (Widjaya,

2016:57-60):

1) Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang

memberikan kepada individu perasaan dan anggapan bahwa

individu dalam keadaan baik. Ada empat ciri utama yang khas

pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yaitu:

a) Cinta diri. Orang yang cinta diri adalah orang yang bisa

mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.

Orang yang percaya diri akan berusaha memenuhi

kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga kesehatan diri.

Ibnu Abbas (1997) menuliskan bahwa sosok pribadi yang

percaya diri selalu peduli akan dirinya dengan memelihara

dirinya sebagai salah satu cara untuk mempertahankan citra

kecintaan kepada dirinya (Syaifullah, 2010:54).

b) Pemahaman diri. Orang yang percaya diri batin juga sadar

diri, selalu intropeksi diri agar setiap tindakan yang

(40)

25

c) Tujuan yang jelas. Orang yang percaya diri selalu tahu

tujuan hidupnya, karena mereka mempunyai pikiran yang

jelas dan pemikiran yang jelas dari tindakkan yang lakukan

serta hasil apa yang didapatkan.

d) Berpikir positif. Orang yang percaya diri dapat menjadikan

hidup menyenangkan. Salah satunya ialah karena biasa

melihat kehidupannya dari sisi positif dan mereka

mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

2) Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil

dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar

bahwa individu yakin akan dirinya. Individu perlu

mengembangkan ketrampilan empat bidang yaitu:

a) Komunikasi. Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang

baik bagi pembentukkan skap percaya diri. Menghargai

pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum,

tahu kapan harus berganti topik pembicaan, dan mahir

dalam berdiskusi adalah bagian dari keterampilan

komunikasi yang dapat dilakukan jika individu tersebut

memiliki kepercayaan diri.

b) Ketegasan. Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan

juga diperlukan, agar terbiasa untuk menyampaikan

aspirasi. Sikap tegas juga dapat menghindari terbentuknya

(41)

26

c) Penampilan diri. Seseorang yang percaya diri selalu

memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian,

aksesoris dan gaya hidupnya.

d) Pengendalian perasaan. Pengendalian perasaan juga

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengelola

perasaan dengan baik, akan membentuk suatu kekuatan

besar yang akan menguntungkan.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal, sebagai berikut (Widjaya, 2016: 64-68):

1) Faktor Eksternal

a) Konsep Diri

Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali

dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam

pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan

tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa

rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif.

Sebaliknya, individu yang mempunyai rasa percaya diri

akan memiliki konsep diri positif.

b) Harga Diri. Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan

terhadap diri sendiri. individu yang memiliki harga diri

(42)

27

dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan

individu lain.

c) Kondisi Fisik. Perubahan kondisi fisik juga erpengaruh

pada rasa percaya diri. Ketidakmampuan fisik dapat

menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. Penampilan

fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan

percaya diri seseorang.

d) Pengalaman Hidup. Kepercayaan diri yang diperoleh dari

pengalaman mengecewakan, biasanya paling sering

menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika

pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang

kasih sayang, dan kurang perhatian.

2) Faktor Internal

a) Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi percaya diri

seseorang atau individu. Tingkat pendidikan yang rendah

cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan

yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya

lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak

perlu bergantung pada individu lain.

b) Pekerjaan. Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan

kemandirian serta rasa percaya diri. Rasa percaya diri dapat

(43)

28

diperoleh. Kepuasaan dan rasa bangga didapat karena

mampu mengembangkan kemampuan diri.

c) Lingkungan. Lingkungan disini merupakan lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik

yang diterima dari lingkuan keluarga seperti anggota

keluarga saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa

nyaman dan percaya diri yang tinggi.

f. Mengembangkan Rasa Kepercayaan Diri

Lindenfield dalam Kamil (1997:14) menjelaskan ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan

kepercayaan diri diantaranya sebagai berikut:

1) Cinta. Individu perlu terus merasa dicintai untuk

perkembangan harga diri yang sehat dan kontinu, mereka harus

merasa bahwa mereka dihargai karena keadaan mereka yang

sesungguhnya.

2) Rasa aman. Ketakutan dan kekhawatiran merupakan hal yang

berpengaruh terhadap kepercayaan diri individu. Individu yang

selalu merasa khawatir akan dirinya akan sulit

mengembangkan pandangan positif tentang diri mereka.

3) Model peran. Memberikan suri tauladan yang baik

merupakan cara efektif agar individu mengembangkan sikap

dan keterampilan social yang diperlukan untuk percaya diri.

(44)

29

dijadikan contoh bagi individu untuk mengembangkan

kepercayaan dirinya.

4) Hubungan. Dalam mengembangkan kepercayaan diri,

individu perlu mengalami dan bereksperimen dengan beraneka

hubungan, hubungan akrab di rumah, teman sebaya, maupun

dengan hal asing lainnya. Melalui beraneka hubungan individu

dapat membangun rasa sadar diri dan pengenalan diri yang

merupakan unsur penting dari rasa percaya diri batin.

5) Kesehatan. Agar kekuatan dan bakat individu dapat

digunakan dengan optimal, individu membutuhkan energi

maksimal yang dapat individu peroleh ketika dalam keadaan

sehat.

6) Sumber daya. Di zaman yang modern dan rumit ini individu

memerlukan beberapa sumber daya seperti buku, mainan, alat

musik, fasilitas olahraga dan sebagainya. Sumber daya tersebut

bukanlah keharusan bagi individu untuk mengembangkan rasa

percaya diri lahir maupun batin, akan tetapi bila sumber daya

tersebut dipergunakan dengan baik dan tepat, dapat memberi

dorongan yang kuat karena menyediakan jenis kesempatan

yang dapat mengembangkan kemampuan individu dan

memungkinkan individu memakai kekuatan mereka atau

(45)

30

7) Dukungan. Individu membutuhkan dorongan dan bimbingan

bagaimana mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang

mereka miliki. Individu membutuhkan pembimbing untuk

mengarahkan individu sehingga tampil percaya diri dan

terampil, yaitu orang yang dapat memberikan individu umpan

balik yang jujur dan membangun ketika mereka berhasil

maupun gagal. Dukungan merupakan faktor utama dalam

membantu individu bangkit dari krisis percaya diri yang

disebabkan pengalaman dimasa lalu.

8) Upah dan hadiah. Agar proses pengembangan rasa percaya

diri lebih menarik dan menyenangkan bagi individu diperlukan

adanya upah atau hadiah ketika individu berhasil dalam tugas

yang dilakukan.

3. Peran Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri

Muhadhoroh diindetikan dengan kegiatan atau latihan pidato

yang diletakkan pada skill peserta didik. Hakim (2010:3) bahwa pidato

merupakan penyampaian buah pikir dalam kemasan kata-kata verbal

kepada orang banyak untuk memberikan gambaran suatu hal.

Muhadhoroh dimaksudkan untuk mendidik seseorang agar

terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk

menyampaikan ajaran-ajaran Islam di hadapan umum. Kegiatan

muhadhoroh adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau

(46)

31

tentang suatu hal. Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina

Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ini adalah

salah satu kegiatan wajib santri untuk menyampaikan ide-ide atau

gagasan dalam bentuk pidato di depan publik. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk membantu pengembangan potensi dan mental

santriwati melalui pelatihan pidato atau mengemukakan pikiran dan

wacana yang telah disiapkan untuk diucapkan di khalayak ramai.

Apabila peneliti merujuk pada peran kegiatan yakni peserta

didik diarahkan pada upaya memantapkan pembentukkan kepribadian

siswa dan muhadhoroh dimaksudkan untuk mendidik para santri putri

agar terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk

menyampaikan ajaran-ajaran Islam di hadapan umum dengan percaya

diri, maka kegiatan muhadhoroh ini menuru peneliti memberikan

peran untuk meningkatkan kepercayaan diri santri, karena pengertian

percaya diri dimana seseorang mampu menyalurkan segala

kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan sesuatu secara

maksimal dengan keseimbangan antara tingkah laku, emosi dan

spiritual.

Kegiatan muhadhoroh inilah santri dibentuk untuk memiliki

rasa percaya diri, karena di dalam kegiatan muhadhoroh ini santri

dilatih untuk berani berdiri dan mampu berbicara di depan santri

lainnya dan pengurus yang mendampinginya dengan membaca teks

(47)

32

utama untuk penilaian. Maka dari sinilah santri dibentuk secara

langsung dan secara bersangsur dan dibiasakan supaya santri dapat

berlatih mental agar santri dapat menyalurkan kemampuan yang

dimilikinya untuk melakukan sesuatu secara maksimal.

B. Kajian Pustaka

Dalam menyempurnakan skripsi ini peneliti mencoba menggali

informasi dari penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan

pertimbangan, acuan atau pendukung bagi peneliti untuk membandingkan

masalah-masalah yang diteliti baik dari metode dan objek yang diteliti.

Kajian peneliti yang relevan yang digunakan peneliti, yaitu:

Skripsi yang ditulis oleh Dian Faishal Rahman dari Fakultas

Tarbiyah Jurusan Pedidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri

Salatiga dengn judul Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh

dengan Kepercayan Diri Berbicara di Depan Publik pada Santri Kelas 1

KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta tahun 2016. Jenis

penelitian skripsi ini adalah kuantittif. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh dengan

kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1KMI Pondok

Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Hasil penelitian menyimpulkan

intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh mempunyai hubungan positif

terhadap kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1 KMI

Ta‟mirul Islam. Bimbingan muhadhoroh merupakan salah satu upaya

(48)

33

berdasarkan hasil uji product moment diperoleh rxy sebesar 0,5249,

kemudian dikonsultasikan dengan r tabel product moment pada N= 61

dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,3223 dan taraf sifnifikan 1%

adalah 0,2480. Karena r hitung 0,5249 berarti r hitung ≥ r tabel. Hal ini

menunjukkan semakin sering mengikuti bimbingan muhadhoroh dan

berlatih pidato akan semakin menambah kepercayaan iri berbicara di

depan publik.

Skripsi Dwi Andriani dari Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakukultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwekerto yang berjudul

Pembentukkan Karakter Percaya Diri Santri dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler Muhadhoroh di Islamic Boarding School Al-Azhary Desa

Lesmana Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2017. Jenis

penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukkan karakter

percaya diri santri dalam kegiatan ekstrakurikuler muhadhoroh di Islamic

Boarding School Al-Azhary dilakukan melalui empat metode yaitu metode

keteladanan, metode pembiasaan atau pengulangan, metode pemantauan

dan metode pengajaran. Dari metode-metode yang telah diterapkan

tersebut, semuanya telah berjalan secara beriringan sehingga

pembentukkan karakter percaya diri pada santri dapat terbentuk.

Skripsi yang ditulis oleh Mutofa Rifki dari Fakultas Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Malang

(49)

34

Siswa di SMA Islam AlMaarif Singosari Malang Tahun 2008

menyebutkan bahwa faktor mendominasi atau yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar adalah percaya diri berupa sikap cinta diri, pemahaman

diri, tujuan yang positif, pemikiran yang positif, komunikasi yang baik,

ketegasan tidak ragu-ragu dan pengendalian diri/rasa. Terdapat pengaruh

antara keperayaan diri terhadap prestasi belajar, artinya semakin kuat atau

tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin tinggi prestasi prestasi

belajarnya. Dalam penelitian ini faktor kepercayaan diri dalam

mempengaruhi prestasi belajar cukup tinggi dengan prosentasi 11,3% dan

sisanya (88,7%) dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Skripsi Nor Nas Kurnia Nanisanti dari Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung dengan judul Pengembangan Karakter Religius Siswa

melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Muhadhoroh di Pondok Pesantren

Modern MTS Darul Hikmah Tulungagung 2014. Jenis penelitian ini adalah

kualitatif dengan menggunakan desain diskriptif kualitatif. Hasil dari

penelitian ini diperoleh bahwa karakter religius yang dikembangkan

melalui kegiatan ektrakurikuler muhadhoroh di MTs Darul Hikmah ada

tujuh karakter antara lain, Silaturahim, Al-Ukhuwah, Amanah, dan Iffah

atau ta‟afuf. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan karakter religius

siswa melalui kegiatan etrakurikuler muhadhoroh pada umumnya terjadi

karena kurangnya komunikasi terkait pemilihan tema atau isu-isu terkini

(50)

35

harus dilakukan adalah memperkuat koordinasi dan menetapkan kerangka

tema dan isu-isu aktual.

Berdasarkan temuan penelitiaan di atas, penulis ingin

mengemukakan bahwa penelitian yang akan dilaksakan ini memiliki

perbedaan yang mendasar dengan penelitian sebelumnya da belum ada

yang mengulasnya, yang membedakan adalah fokus kajian serta tempat

dari penelitian ini, yakni peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan

kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Oleh karena itu,

(51)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian

yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field

Research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini,

penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan

penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai

masalah yang terdapat relevansinya dengan penelitian ini. Dalam hal ini

peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu Pondok Pesantren Modern

Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang untuk

mencari data mengenai kegiatan muhadhoroh kepada narasumber.

Penelitian kualitatif memperoleh data-data yang dikumpulkan

melalui riset kepustakaan dengan membaca dan menelaah buku-buku,

tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti.

Selain itu data dikumpulkan melalui riset lapangan dengan mencari

informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian.

Setelah mendapatkan data atau informasi tentang peran kegiatan

muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri, maka langkah

selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan informasi

atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian dianalisis oleh

(52)

37

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam tentang

pelaksanan kegiatan muhadhoroh, peran kegiatan muhadhoroh dalam

meningkatkan kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina

Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pada

pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif

tentang santri sebagai bahan yang dijadikan subjek penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian langsung karena peneliti pergi

ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari konteks lingkungan pada

saat mana tingkah laku tersebut berlangsung. Meneliti fenomena yang

ada di lapangan dan memusatkan pada suatu kasus secara terperinci

mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani

Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih

lokasi tersebut karena lokasi pondok tersebut menjalankan sistem pondok

pesantren modern yang menerapkan kegiatan muhadhoroh 4 bahasa.

Selain itu, lokasi yang strategis dan mudah dijangkau menjadi alasan

penulis untuk mempermudah melakukan penelitian. Oleh karena itu,

peneliti tertarik dan melakukan penelitian di pondok tersebut tentang

peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri.

C. Kehadiran Peneliti

Peneliti adalah pengumpul data, orang yang ahli dan memiliki

(53)

38

sebagai instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan

data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain

selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang

keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen

pendukung. Adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah peneliti

menggunakan sistem wawancara tidak berstrukstur. Dengan pemahaman

tentang kepercayaan diri yang dimiliki oleh peneliti, sehingga

memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara

secara mendalam.

Peneliti mengadakan komunikasi kepada objek dengan

menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami,

sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan responden.

Peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci berkaitan

dengan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder.

a. Sumber data utama (primer) merupakan data yang diperoleh dari

sumber secara langsung. Data primer ini diperoleh sendiri oleh

peneliti untuk tujuan penelitian. Adapun data primer yang diambil

(54)

39

terhadap ustadzah, pengurus dan juga santri putri Pondok Pesantren

Modern Bina Insani tentang peran kegiatan muhadhoroh dalam

meningkatkan kepercayaan diri santri.

b. Sumber data tambahan (sekunder) merupakan data yang disusun

bukan untuk penelitian ini. Adapun data yang diambil dalam

penelitian ini adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa

catatan-catatan meliputi: Profil Pondok Pesantren Modern Bina Insani,

struktrur organisasi, data kegiatan muhadhoroh dan data santri.

Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

melalui wawancara langsung dengan para narasumber.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik penelitian yang

menggunakan cara mengamati secara langsung objek penelitian.

Mengamati bukan hanya melihat, tetapi juga merekam, menghitung,

mengukur dan mencatat gejala yang muncul. Teknik observasi

umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang bersifat memberi

gambaran atau deskrispsi (Muliawan, 2014:61). Dalam pengambilan

data dengan menggunakan metode observasi dapat dilakukan

dengan tiga macam, observasi terbuka, observasi tertutup dan

(55)

40

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi

partisipan. Pengamat berada di dalam subjek yang diamati dan ikut

dalam kegiatan muhadhoroh. Dengan demikian, pengamat akan

lebih mudah mengamati dan menemukan data yang diharapkan.

b. Wawancara

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara

(pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)

(Soehartono, 2008:68).

Arikunto (2014:270) secara garis besar ada dua macam

pedoman wawancara:

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman

wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan

ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat

diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini

lebih banyak bergantung dari pewawancara. Pewawancara

sebagai pengemudi jawaban responden.

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada

(56)

41

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak

terstruktur yang akan dilakukan kepada para narasumber,

diantaranya adalah ustadzah, pengurus dan santri putri. Peneliti

menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait peran kegiatan

muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok

Pesantren Modern Bina Insani putri Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2013:274). Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan

pada catatan dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk

melengkapi sebuah data yang diperlukan dalam penelitian.

Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto dan hasil wawancara

yang didapat dari informan.

F.Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi suatu yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009:247-248). Adapun

(57)

42

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dilakukan untuk menfokuskan data pada hal-hal

yang penting dari sekian banyak daya yang diperoleh dari data hasil

observai, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak terpola.

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data reduksi maka data yang diperoleh di-display,

yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang

sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah

kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verifikasi)

Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data

informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian

data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat dan menentukan

kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian karena penarikan

kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari

objek penelitian (Sugiyono, 2016:336-337).

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, sebagai upaya untuk membuktikan bahwa

data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka peneliti menggunakan

(58)

43

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Data ini digunakan untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada

empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan, yaitu sumber, metode,

penyidik, dan teori (Moleong, 2011:330-332).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoeh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber dapat ditempuh

dengan jalan sebagai berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dkatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

H. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang akan penulis lakukan ada empat yaitu:

tahap sebelum pelaksanaan penelitian lapangan, tahap pelaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

Solusi dalam menghadapi gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern berasal dari tiga pihak yang saling terkait, yaitu diri santri sendiri,

Karena jasa beliau yang telah memberikan contoh suri tauladan yang baik sehingga secara tidak langsung penulis termotivasi menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara metode sorogan dan metode hafalan dalam pembelajaran kitab kuning terhadap kepercayaan diri

Karena dengan beberapa motivasi tersebut santri akan lebih memiliki rasa percaya terhadap dirinya sendiri dari tertanamnyarasa kepercayaan yang dibrikam Kyai

Pengaruh Konsep Diri Dan Kepercayaan Diri Terhadap Kemampuan Komunikasi Interpersonal Santri Usia Dewasa Awal Di Pondok Pesantren Sunan Ampel Kediri, Skripsi,

Motivasi dapat berasal dari diri sendiri ataupun dari luar, seorang santri yang mempunyai motivasi kuat untuk masuk dan belajar di Pondok Pesantren tentu akan berbeda dengan

Brewer (2005:167) mendefinisikan kepercayaan diri sebagian “benar-benar yakin; pengharapan yang pasti; keberanian”. Tidak seorang pun dapat mengembangkan kepercayaan diri

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1 Permasalahan penyesuaian diri santri dipondok pesantren santri mengaku sulit menyesuaiakan diri dikarenakan belum terbiasa adanya peraturan dan