i
PERAN KEGIATAN MUHADHOROH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Amatul Muinah
NIM. 11114100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
PERAN KEGIATAN MUHADHOROH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Amatul Muinah
NIM. 11114100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vii MOTTO
“
Sesungguhnya bersama kesulitan, pasti ada kemudahan”
(Q.S. al-Insyirah: 6)
Sertakan Allah dan ridho orang tua dalam setiap urusan
Selalu tersenyum menjalani hidup
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Suwito dan Ibunda Wakini yang selalu membimbing, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis.
2. Pengasuh PPM Bina Insani abah K. Mukhsoni dan ibu Mir‟atul Munawarah beserta kepala sekolah PPM Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S. Ag., M. Pd. yang telah selalu menjadi teladan penulis.
3. Kedua saudaraku tersayang, Nia Lavenia dan Athiyyatul Wahhab Saliimah.
4. Sahabat dan teman, Aufy Millatana, Siti Sholihatul Mubarokah, Enjang , Dwi Setyani, Nurma Asma Umayah, dan Muchamad Chairul Umam yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat komunitas Gerakan Jumat Berbagi (GJB) yang memberikan banyak pelajaran dalam kebiasaan bersedekah membantu sesama.
viii
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحّرلا الله مسب
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018 dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Achmad Maimun, M. Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 5. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Badwan, M. Ag., yang telah memberikan
banyak pengarahan dan motivasi selama 4 tahun menjadi mahasiswi IAIN Salatiga. 6. Kepada seluruh Dosen Tarbiyah khususnya pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam di FTIK IAIN Salatiga.
ix
8. Pengasuh PPM Bina Insani abah K. Muchsoni dan ibu Mir‟atul Munawarah beserta kepala sekolah PPM Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S. Ag., M. Pd., yang selalu menjadi guru teladan dan telah memberikan ijin penelitian penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongannya.
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ... i
LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ... .... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kegiatan Muhadhoroh ... 11
xi
b. Bentuk-bentuk Muhadhoroh ... 12
c. Unsur-unsur Muhadhoroh ... 13
d. Jenis-jenis Muhadhoroh ... 14
e. Metode Pidato ... 15
f. Tujuan Pidato... 17
g. Kerangka Pidato ... 19
2. Kepercayaan Diri ... 19
a. Pengertian Kepercayaan Diri ... 19
b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri... 21
c. Ciri-ciri Kepercayaan Diri ... 22
d. Jenis Kepercayaan Diri ... 24
e. Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri ... 26
f. Mengembangkan Rasa Kepercayaan Diri ... 28
3. Peran Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri ... 30
B. Kajian Pustaka ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 37
C. Kehadiran Peneliti ... 37
D. Sumber Data ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Analisis Data ... 41
G. Pengecekan Keabsahan Data ... 42
xii BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Profil Pondok Pesantren Modern Bina Insani
a. Letak Sekolah Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 45
b. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 47
c. Dasar Pemilihan Nama Bina Insani ... 50
d. Makna Logo ... 51
e. Visi, Misi Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 52
f. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 54
g. Keadaan Santri ... 57
2. Hasil Penelitian a. Pelaksanaan Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 58
b. Peran Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... . 69
B. Analisis Data 1. Pelaksanaan Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani ... 79
2. Peran Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani a. Karakteristik Kepercayaan Diri ... 85
b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 86
xiii BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 89 B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Transkrip Wawancara Lampiran 4 Catatan Laporan Pengamatan Lampiran 5 Foto
Lampiran 6 Data Sekolah
Lampiran 7 Daftar Peserta Muhadhoroh
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 11 Daftar Nilai SKK
xv ABSTRAK
Muinah, Amatul.2018. Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Pembimbing Achmad Maimun, M. Ag.
Kata Kunci: Muhadhoroh, Kepercayaan Diri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2018, bagaimanakah peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2018?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan ketekunan peneliti dan triangulasi. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini meliputi Tahap-tahap pra lapangan, Tahap-tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.
Hasil penelitian ini penyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan muhadhoroh bersifat wajib bagi seluruh santri, dilaksanakan rutin setiap Kamis malam pukul 20.30-22.30 secara berkelompok. Proses pelaksanaan dimulai dari pembuatan teks, menghafalkan, menyetorkan dan menyampaikan pidato. Adapun susunan acara: pembukaan pembacaan Al-Qur'an dan shalawat, acara inti, intisari, penutup dan lain-lain. peraturan dalam kegiatan ini meliputi peraturan sebelum dan saat pelaksanan. Dalam kegiatan ini terdapat
punishment (berdiri) dan reward (jajanan dan barang). Kendala yang dihadapi saat
muhadhoroh, yaitu dari segi santri (waktu, sarana prasana, cuaca) dan dari segi pengurus (ketidaktertiban santri). faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah faktor internal (minat, motivasi) dan eksternal (lingkungan). (2) Peran kegiatan muhadhoroh yaitu menjadi fasilitator (wadah) bagi santri dalam melatih kepercayaan diri untuk piawai tampil di depan publik yang meliputi: (a) Memberikan pengingkatan mental dalam segi karakteristik kepercayaan diri, (b) Memberikan peningkatan mental dalam segi aspek kepercayaan diri, (c) Memberikan peningkatan mental dengan adanya implikasi kegiatan
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang tidak hanya
mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan ajaran Islam pada dirinya
sendiri, melainkan juga harus menyebarkan atau mendakwahkan ajaran Islam
kepada umat manusia lainnya. Terdapat banyak nash dalam Al-Qur‟an yang
menunjukkan bahwa amal dakwah itu adalah suatu kewajiban,
memerintahkan agar umat Islam senantiasa menggerakkan dan menggiatkan
usaha dakwah. Salah satu firman Allah Swt yang berkenaan dengan dakwah,
yaitu Q.S. An-Nahl ayat 125:
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl:125)
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim juga disebutkan:
...."
2
hendaklah ia mencegah dengan tangannya, apabila tidak mampu, hendaklah ia mencegah dengan lisannya, dan bila tak mampu juga, hendaklah ia mencegah dengan hatinya (berdoa), dan inilah selemah-lemahnya iman” (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk
ber-amar ma‟ruf dengan kekuasaan, dalam arti kedudukan, kemampuan fisik dan
kemampuan finansial. Amar ma‟ruf dan khususnya nahi munkar yang dapat
diamalkan dengan lisan melalui nasehat yang baik, ceramah atau pidato,
sebab tidak seorang Muslim-pun yang tentunya ingin termasuk dalam
golongan yang lemah imannya.
Dakwah adalah pengkokoh agama Islam. Dengan terlaksananya jalan
dakwah eksistensi Islam bertahan dan menyebar hingga saat ini. Sejarah
menceritakan transformasi dakwah yang telah dilakukan Nabi Muhammad
Saw dalam penyebaran dakwah Islam, yaitu diawali saat beliau merintis
dakwah mulai dengan cara bersembunyi (sirriy), kemudian setelah
kondisinya kondusif, maka beliau mulai menyebarkan dakwah dengan
terang-terangan (jahr) (Ilaihi dan Polah, 2007:48-51).
Seorang da‟i dalam usahanya untuk menyebarkan dan merealisasikan
ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan manusia, dia akan menghadapi
masyarakat yang heterogen. Karena itu metode dakwah dalam proses
dakwahnya pun harus sesuai dengan kadar pengetahuan masyarakat
masing-masing. Adalah kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat beberapa
golongan yang harus dihadapi oleh da‟i dengan cara atau metode yang
3
Dibutuhkan suatu pembinaan keterampilan atau kecakapan dengan
proses latihan secara terus-menerus (continue) dalam mencapai keberhasilan
dakwah. Salah satunya adalah dengan mengadakan pembinaan dalam upaya
mengkaji dan mengembangkan metodologi dakwah sejak dini di
tempat-tempat pendidikan baik di sekolah maupun pondok pesantren, salah satunya
yaitu dengan mengadakan kegiatan muhadhoroh. Kata muhadhoroh berasal
dari bahasa Arab, yaitu al-muhadharatu yang berarti ceramah, kuliah
(Munawwir, 1990:295). Sebagaimana dipahami bahwa definisi muhadhoroh
diidentikan dengan kegiatan atau latihan pidato atau ceramah yang ditekankan
pada skill seseorang.
Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan berlatih mendidik para santri
agar terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam di hadapan umum. Kegiatan muhadhoroh adalah kegiatan
berlatih ceramah dan kegiatan berbicara di depan umum atau bisa dikatakan
sebagai public speaking. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan santri khususnya dalam hal pidato juga berdakwah, mengasah
rasa percaya diri dan juga mental santri dalam berbicara dihadapan banyak
orang. Mengingat dalam Islam berdakwah merupakan suatu yang harus
dilakukan seorang Muslim.
Demikian juga di Pondok Pesantren Modern Bina Insani, yang
memiliki serangkaian kegiatan ekstrakurikuler, terdapat beberapa kegiatan
yang mewajibkan para santrinya untuk mengikuti bidang pendidikan serta
4
kegiatan ektrakurikuler di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
menerapakan pelatihan muhadhoroh. Kegiatan muhadhoroh di Pondok
Pesantren Modern Bina Insani adalah termasuk ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler wajib. Dengan pola komunikasi satu arah, maka diharapkan
dari muhadhoroh ini dapat memberikan manfaat bagi santri. Selain
pengembangan bakat dan ilmu muhadhoroh juga sebagai menjadi ajang
latihan mental rasa percaya diri untuk berorasi di depan khalayak pendengar,
juga meningkatkan kemampuan santri dalam mengeksplorasi dalam
tema-tema muhadhoroh.
Kegiatan muhadhoroh ini akan mengasah kepercayaan diri mereka
untuk dapat berbicara di depan orang banyak, melalui kegiatan
ekstrakulikuler muhadhoroh ini, para santri dilatih untuk berbicara
menyampaikan pidato di depan para santri yang lain secara bergantian
layaknya seorang da‟i yang sedang menyampaikan pesan-pesan dakwah yang
sebelumnya mereka diberi pengarahan dan pengetahuan teknik-teknik
dakwah pidato. Adapun pelaksanaanya diadakan secara rutin setiap minggu
sebanyak satu kali yaitu pada hari Kamis dengan menggunakan empat bahasa
yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis terinspirasi untuk
mengkaji lebih jauh mengetahui adanya peningkatan rasa kepercayaan diri
santri dengan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
dengan melakukan penelitian yang penulis beri judul "PERAN KEGIATAN
5
SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI PUTRI
KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian di atas, maka peneliti dapat
menfokuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren
Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun
2018?
2.Bagaimanakah peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan
kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, antara lain:
1.Untuk mengetahui kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern
Bina Insani Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.
2.Untuk mengetahui peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan
kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
yang jelas bagi pembaca. Penulis membagi menjadi dua manfaat, baik
6
1.Kegunaan Teoretik
a. Memberikan manfaat ilmu dan pengetahuan secara teoritis tentang
peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri
santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2018.
b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia
pendidikan untuk dijadikan sebagai rujukan atau bahan acuan dalam
penulisan lebih lanjut yang kritis dan representatif serta
disempurnakan oleh peneliti sebelumnya.
c. Memberikan sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi
Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di kampus IAIN
Salatiga.
2.Kegunaan Praksis
a. Tulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak Pondok
Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang. Dari hasil penelitian dapat memberikan gambaran dari
adanya peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan
kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang; dan
b. Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan
muhadhoroh sebagai fasilitator (wadah) dalam meningkatkan
kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani
7 E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul, maka
penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok
dalam penelitian ini.
1.Kegiatan Muhadhoroh
a. Kegiatan Muhadhoroh
Muhadhoroh merupakan isim maf‟ul dari kata hadhara,
yahdhuru yang berarti menghadiri. Muhadhoroh bisa juga diartikan
sebagai pidato seperti yang terdapat dalam kamus bahasa Arab
al-Munawwir (al-Munawwir, 1996:295) kata al-Muhaadhorotu berarti
ceramah, pidato atau kuliah.
Pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk
kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang
disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak, dengan maksud agar
pendengar dari pidato dapat mengetahui, memahami, menerima serta
diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan
kepada mereka (Rumpoko, 2012:12).
Kegiatan muhadhoroh adaah sebuah kegiatan yang
dilaksanakan diluar jam sekolah yang berbentuk kegiatan berbicara
di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pencapatnya, atau
8
2.Kepercayaan Diri
Aqib (2015:43) menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap
yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan.
Selain itu, Hakim sebagaimana dikutip oleh Rahayu (2013:63) percaya
diri juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk
mencapai berbagai tujuan hidup.
Dari uraian di atas, penulis artikan sebagai keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki diri sendiri dalam mengekspresikan potensi
yang dimiliki. Untuk dapat percaya diri berbicara di depan orang banyak
setiap individu harus yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, dan
percaya akan potensi yang dimiliki di dalam dirinya.
Uraian di atas, penulis artikan bahwa rasa percaya diri sebagai
kepribadian kekuatan mental dan keyakinan terhadap kemampuan yang
dimiliki di dalam diri induvidu dalam mencapai sesuatu. Kepercayaan
diri berbicara di depan publik adalah suatu sikap yakin atas kemampuan
diri untuk berbicara di depan orang banyak.
3.Santri
Santri adalah murid yang mempelajari agama dari seorang kyai
atau syaikh di pondok pesantren. Pada umumnya mereka tinggal di suatu
komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, bale-bale, aula dan
masjid (Abdushomad, 2005:80). Santri disini adalah sebagai objek
9 F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan
mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun
menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang
sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika dalam memahami
skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam penulisannya, sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini memuat Latar Belakang
Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Penegasan Istilah, Kajian Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, Bab ini merupakan bagian yang
menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang
berkaitan dengan Peran Kegiatan Muhadhoroh dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018.
BAB III METODE PENELITIAN, (Pendekatan dan Jenis
Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap
Penelitian).
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS, bab ini berisi
menganai Hasil Penelitian dan Pembahasan. Hasil penelitian yang berisi
tentang paparan data dan temuan peneliti yang dilakukan untuk menjawab
10
sudah ada dengan jelas menjelaskan temuan penelitian dalam konteks
khasanah ilmu.
BAB V PENUTUP, Penutup memuat tentang: Kesimpulan dari
pembahasan hasil penelitian dan Saran-saran dari penulis sebagai sumbangan
pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada
bagian akhir, akan dilampirkan Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Hidup dan
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kegiatan Muhadhoroh
a. Pengertian Muhadhoroh
Muhadhoroh berasal dari bahasa Arab, yaitu
al-muhadharatu yang berarti ceramah, kuliah (Munawwir, 1990:295).
Sebagaimana dipahami bahwa definisi muhadhoroh diidentikan
dengan kegiatan atau latihan pidato atau ceramah yang ditekankan
pada skill seseorang. Pidato bisa disamakan dengan Retorika
(Yunani) dan Pubic Speaking (Inggris). Pidato adalah suatu ucapan
dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang
banyak (Putranto, 2011:39). Pidato adalah sebuah kegiatan
berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapat
seseorang, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Hal ini
sependapat dengan yang disampaikan oleh Hakim (2010:3) bahwa
pidato merupakan penyampaian buah pikir dalam kemasan
kata-kata verbal kepada orang banyak untuk memberikan gambaran
suatu hal.
Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan
orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang
penting dan patut diperbincangkan. Dengan kata lain, pidato adalah
12
pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Pidato
juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni
membujuk/ mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan
retorika, yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato
bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato
menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar,
tujuan dan isi pidato, persiapan, teknik dan etika dalam berpidato,
serta masih banyak hal lain yang menjadi perhatian (Bahar,
2013:9).
Secara global kegiatan muhadhoroh dapat diartikan sebagai
ajang pengembangan diri dengan latihan pidato, latihan berbicara
dengan beberapa persiapan dan teknik, untuk melatih seseorang
agar dapat berbicara di depan umum untuk menyampaikan suatu
hal atau peristiwa.
b. Bentuk-bentuk Pidato (Muhadhoroh)
1) Sambutan. Sambutan merupakan jenis pidato yang dapat
disampaikan secara tertulis atau lisan. Sambutan biasa
disampaikan oleh orang-orang tertentu karena jabatan atau
kedudukannya (Putranto, 2012:6-7).
2) Pidato Pemerintahan. Pidato pemerintahan adalah pidato yang
berasal dari pemerintahan untuk rakyat. Pidato ini berisi hal-hl
13
Bentuknya berupa pengumumam, penjelasan, himbauan, dan
pesan pemerintah.
3) Pidato Instansi. Pidato instansi bersifat memberi penerangan,
penjelasan, dan pendidikan. Pidato ini dapat disampaikan
melalui berbagai media massa. Isi pidato harus jelas, tepat, dan
pasti (Putranto, 2012:19).
4) Ceramah. Ceramah merupakan jenis pidato untuk menjelaskan
sesuatu di hadapan pendengar (Putranto, 2012:25). Ada juga
ceramah yang diselingi sesi tanya jawab pendengar dengan
pemceramah. Masalah yang disampaikan dalam ceramah
bersifat umum.
c. Unsur-unsur dalam Pidato (Muhadhoroh)
Secara garis besar, pidato memiliki unsur-unsur dasar,
adapun unsur-unsur tersebut adalah (Hakim, 2010:9-10):
1) Pembicara atau orator. Berperan sebagai pemberi atau pengirim
pesan atau orang yang ingin melakukan komunikasi publik.
2) Pesan (message). Isi dari suatu pesan atau sesuatu yang ingin
diinformasikan atau disampaikan kepada orang lain. Hal yang
ingin disampaikan ini terkait dengan materi atau substansi
pembicaraan yang disampaikan kepada khalayak ramai
(publik).
3) Media (medium). Media yang digunakan untuk menyampaikan
14
biasa dalam sebuah acara besar (perayaan hari besar, seminar,
dan lain-lain).
4) Penerima pesan (receiver). Penerima pesan atau informasi
adalah khalayak yang dituju, termasuk latar belakang, umur
atau status sosial khalayak yang tersebut (Hakim, 2010:10).
5) Umpan balik (feedback). Pemahaman khalayak setelah
diberikan pesan atau harapan-harapan mereka ketika mengikuti
pidato dan respon mereka terhadap acara yang dilangsungkan.
d. Jenis-jenis Pidato (Muhadhoroh)
1) Khotbah. Berbicara di muka umum khususnya untuk
tujuan-tujuan penyampaian pesan-pesan agama dan merupakan orasi
satu arah, para audiens hanya mendengarkan saja.
2) Propaganda. Berbicara di muka umum untuk menyampaikan
ide dengan upaya keras menyakinkan pendegar dengan ide dan
gagasan kita.
3) Kampanye. Berbicara di depan umum untuk kelompok tertent
(partai) dengan memengaruhi massa dengan tujuan tertentu.
4) Penerangan. Berbicara di muka umum untuk menerangkan
sesuatu, misalnya program, permasalahan, pembangunan dan
lain sebagainya (Hakim, 2010:11).
5) Agitasi. Berbicara di muka umum dengan tujuan untuk
15
6) Orasi Ilmiah. Berbicara di muka umum, khususnya untuk
masarakat ilmuah, yang dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan bahsa teoritis, ilmiah dan rasional.
7) Reportase. Berbicara di muka umum untuk menyampakan
laporan tentang sesuatu kejadian secara terbuka.
e. Metode Pidato (Muhadhoroh)
1) Metode Impromtu
Metode ini merupakan salah satu metode berpidato
yang dilakukan secara spontanitas, serta merta tanpa adanya
persiapan terlebih dahulu. Metode ini sering disebut juga
dengan metode spontanitas (Adha, 2014:65-66). Metode ini
juga dapat disebut dengan metode langsung, yaitu berpidato
secara langsung dengan mengandalkan kemampuan, kemahiran
dan wawasan keilmuan, pidato impromtu juga disebut sebagai
metode serta merta, yaitu metode berpidato berdasarkan
kebutuhan sesaat seperti pidato-pidato pada acara-acara
pernikahan atau upacara kematian yang pertunjukannya
langsung. Oleh karena itu, metode ini tanpa ada persiapan
sebelumnya, kelemahan dari metode ini adalah orator
seringkali mendapatkan hasilnya yang kurang maksimal
16
2) Metode memoriter
Metode ini merupakan salah satu metode berpidato
yang dilakukan dengan cara pembicara menyampaikan isi
naskah pidato yang telah dihafalkan terlebih dahulu. Oleh
karena itu, metode ini lebih dikenal dengan metode menghafal
(Huda, 2014:67).
3) Metode Naskah
Pidato ini sering pula disebut pidato manuskrip (Huda,
2014:68). Berpidato atau berbicara di muka umum dengan
bantuan naskah atau teks yang ditulis terlebih dahulu sebagai
persiapan, hal ini dapat kita jumpai dalam pidato kenegaraan
yang dilakukan oleh pejabat-pejabat tertentu yang mereka
sendiri memiliki staf khusus untuk menulis naskah pidato yang
akan mereka sampaikan, selain itu, pidato-pidato yang
disiarkan langsung oleh televisi atau pidato-pidato dalam
acara-acara resmi.
Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi
kekeliruan-kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi
resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat
dan dikutip oleh mesia massa. Pidato-pidato yang seperti ini
biasa dilakukan oleh pejabat tertentu di pemerintahan atau
17
4) Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan (metode dengan catatan kecil),
yaitu metode berpidato yang direncanakan dengan
menggunakan catatan kecil sebagai inti atau poin dari orasi.
Rangkaian pembicaraan yang akan disampaikan tergantung
dengan kecakapan orator dalam berorasi dengan menuliskan
pokok-pokok pikiran (outline) yang akan dipidatokan kepada
pendengarnya (Hakim, 2010:13-14).
Dalam penggunan beberapa metode di atas, pembicara
harus memperhatikan kapasitas diri dan pengalaman berpidato,
apabila pembicara sudah berpengalaman maka metode
impromptu dan metode ekstemporer cocok untuk digunakan,
bagi pembicara pemula dan belum pandai dalam mengolah kata
maka metode manuskrip dapat digunakan.
f. Tujuan Pidato
Tujuan kegiatan pidato, diantanya sebagai berikut:
1) Menghibur. Pembicara menyampaikan hal-hal yang
menyenangkan berkaitan dengan acara, tamu undangan, dan
yang lainnya. Gaya bicaranya pun gaya santai penuh
keakraban. Lebih baik lagi kalau pembicara terampil
menebarkan humor (Wiyanto, 2006:43-44).
2) Memberi Tahu. Pembicara berusaha menjelaskan suatu
18
paham. Pembicara menyampaikan contoh, perbandingan,
keterampilan, dan lain-lain yang semuanya itu sangat
mendukung penjelasan. Bahkan kalau perlu, pembicara juga
menyampaikan grafik, gambar, bagan, skema, denah, atau yang
lainnya. Semuanya itu dilakukan oleh pembicara agar tujuan
pidato tercapai, yaitu pendengar menjadi tahu dan memahami
apa yang disampaikan. Dalam hal ini Jayanti (2012:1)
berpendapat bahwa pidato bertujuan menyatakan pendapat atau
guna memberikan gambaran tentang suatu hal.
3) Mengajak. Pembicara berusaha menyakinkan dan
mempenaruhi pendengar untuk mau melakkan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki pembicara.
Untuk itu, pembicara menyampaikan banyak alasan, bukti, dan
contoh nyata yang bisa menyakinkan pendengar dan akhirnya
dengan sukarela pendengar mau mengikuti keinginan
pembicara.
4) Informatif atau Instruktif. Pidato informatif bertujuan untuk
menyampaikan informasi atau keterangan kepada pendengar
(Damayanti, 2013:130).
5) Persuasif. Pidato persuasif bertujuan ingin mengajak atau
19 g. Kerangka Pidato
1) Pembukaan. Pendahuluan atau pembuka bertujuan untuk
mempersiapkan pendengar pada pokok permasalahan yang
hendak dikemukakan. Pendahuluan berisi sapaan kepada
pendengar, ucapan syukur, dan latar belakang masalah (Fanani,
2013:79).
2) Isi. Isi biasanya terdiri gagasan-gagasan yang hendak dicapai.
Pada bagian ini, pembicara menerangkan secara sistematis
hal-hal yang ingin disampaikan sesuai poin-poin yang telah
ditetapkan.
3) Penutup. Berisi rangkuman, seruan, maupun penegasan
kembali. Penutup berupa kesimpulan, saran dan ucapan terima
kasih (Fanani, 2013:80). Penutup pidato merupakan akhir dari
rangkaian pembicaraan atau pidato. Sebelum salam penutup
diucapkan, terlebih dahulu harus menyimpulkan apa yang telah
diuraikan (Huda, 2014:73-76).
2. Kepercayaan Diri
a. Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Thantaway dalam kamus istilah bimbingan dan
konseling, percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk
berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak
20
kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Psikolog W.H.
Miskell di tahun 1939 telah mendefinisikan arti percaya diri
sebagai kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki, serta dapat
memanfaatkannya secara tepat. Psikolog Maslow menyebutkan
bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan
aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal
dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri
akan menghambat pengembangan potensi diri (Sarastika, 2014:50).
Percaya diri merupakan keyakinan yang kuat dalam diri
yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan
baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku
dengan penuh keyakinan. Seperti yang diungkapkan Hamdani
(2012:45), bahwa percaya diri merupakan salah satu pokok-pokok
yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara, selain
menetapkan sasaran, audiens, waktu, jangan cemas dan lainnya.
Secara khusus, Pearce mengemukakan bahwa kepercayaan
diri berasal dari tindakan, kegiatan, dan usaha untuk bertindak
bukan menghindari keadaan dan bersifat pasif. Pernyataan tersebut
kemudian diperkuat oleh Hakim yang menyatakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk
21
Dengan kata lain, individu dapat dikatakan percaya diri jika
individu berani melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya
sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan diri. Selain itu,
individu mampu melakukannya tanpa ragu serta selalu berfikir
positif. Individu yang memiliki percaya diri mampu menyelesaikan
tugas sesuai tahap perkembangannya dengan baik dan tidak
bergantung pada orang lain (Rahayu, 2013:62-63).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk melakukan sesuatu
pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya
terdapat keyakinan akan kemampuan diri terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk
mencapai berbagai tujuan hidup.
b. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Aspek-aspek kepercayaan diri, diantaranya (Widjaya, 2016:61-62):
1) Keyakinan kemampuan diri. Keyakinan kemampuan diri
adalah sikap positif seseorang tentang potensi diri sendiri. Ia
mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2) Optimis. Optimis adalah sikap positif yang dimiliki individu
tentang berpandangan baik dalam menghadapi segala sesuatu
22
3) Objektif. Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu
sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut
kebenaran menurut dirinya sendiri.
4) Bertanggung jawab. Bertanggung jawab adalah sikap
kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang
telah menjadi konsekuensinya.
5) Rasional dan realistis. Rasional dan realistis adalah analisis
terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan
menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan.
c. Ciri-ciri Percaya Diri
Menurut Sarastika (2014:55-57) sikap percaya diri bisa kita
amati baik secara verbal maupun non verbal, individu yang
memiliki rasa percaya diri secara verbal memiliki kebiasaan antara
lain:
1) Menggunakan pernyataan “saya”:” saya ingin... atau “saya
pikir...”
2) Menawarkan kritik membangun, tidak menyalahkan, atau
mengharuskan.
3) Mengajukan pertanyaan untuk menemukan pemikiran dan
perasaan orang lain.
23
5) Mengkomunikasikan sikap saling menghargai pada saat
kebutuhan dari orang sedang bertentangan, dan mencari
penyelesaian yang dapat di terima kedua belah pihak.
Sedangkan sikap percaya diri individu secara nonverbal
ditandai dengan:
1) Melakukan kontak mata yang intens dan pantas.
2) Bersikap terbuka dan mendukung komentar mereka.
3) Berbicara dengan tekanan yang jelas, mantap, dan tegas.
4) Ekspresi wajah santai, tersenyum ketika merasa senang.
5) Berbicara dengan mantap, teratur menekankan kata-kata
kunci.
Sedangkan sikap tidak percaya diri adalah keadaan di mana
orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap
dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut,
sehingga cenderung untuk menarik dirinya. Tanda-tanda seseorang
yang kurang percaya pada diri sendiri antara lain:
1) Perasaan takut atau gemetar disaat berbicara dihadapan orang
banyak.
2) Sikap pasrah pada kegagalan, memandang masa depan
suram.
3) Selalu berusaha menghindari tugas/tanggung
24
4) Sensitivitas batin yang berlebihan, mudah tersinggung, cepat
marah, dan pendendam.
5) Suka menyendiri dan cenderung bersikap egosentris.
d. Jenis Kepercayaan Diri
Percaya diri terdapat dua jenis, yaitu lahir dan batin. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat dalam uraian sebagai berikut (Widjaya,
2016:57-60):
1) Kepercayaan diri batin adalah kepercayaan diri yang
memberikan kepada individu perasaan dan anggapan bahwa
individu dalam keadaan baik. Ada empat ciri utama yang khas
pada orang yang mempunyai kepercayaan diri batin yaitu:
a) Cinta diri. Orang yang cinta diri adalah orang yang bisa
mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.
Orang yang percaya diri akan berusaha memenuhi
kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga kesehatan diri.
Ibnu Abbas (1997) menuliskan bahwa sosok pribadi yang
percaya diri selalu peduli akan dirinya dengan memelihara
dirinya sebagai salah satu cara untuk mempertahankan citra
kecintaan kepada dirinya (Syaifullah, 2010:54).
b) Pemahaman diri. Orang yang percaya diri batin juga sadar
diri, selalu intropeksi diri agar setiap tindakan yang
25
c) Tujuan yang jelas. Orang yang percaya diri selalu tahu
tujuan hidupnya, karena mereka mempunyai pikiran yang
jelas dan pemikiran yang jelas dari tindakkan yang lakukan
serta hasil apa yang didapatkan.
d) Berpikir positif. Orang yang percaya diri dapat menjadikan
hidup menyenangkan. Salah satunya ialah karena biasa
melihat kehidupannya dari sisi positif dan mereka
mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.
2) Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil
dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar
bahwa individu yakin akan dirinya. Individu perlu
mengembangkan ketrampilan empat bidang yaitu:
a) Komunikasi. Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang
baik bagi pembentukkan skap percaya diri. Menghargai
pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum,
tahu kapan harus berganti topik pembicaan, dan mahir
dalam berdiskusi adalah bagian dari keterampilan
komunikasi yang dapat dilakukan jika individu tersebut
memiliki kepercayaan diri.
b) Ketegasan. Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan
juga diperlukan, agar terbiasa untuk menyampaikan
aspirasi. Sikap tegas juga dapat menghindari terbentuknya
26
c) Penampilan diri. Seseorang yang percaya diri selalu
memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian,
aksesoris dan gaya hidupnya.
d) Pengendalian perasaan. Pengendalian perasaan juga
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengelola
perasaan dengan baik, akan membentuk suatu kekuatan
besar yang akan menguntungkan.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, sebagai berikut (Widjaya, 2016: 64-68):
1) Faktor Eksternal
a) Konsep Diri
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan
tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa
rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif.
Sebaliknya, individu yang mempunyai rasa percaya diri
akan memiliki konsep diri positif.
b) Harga Diri. Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan
terhadap diri sendiri. individu yang memiliki harga diri
27
dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan
individu lain.
c) Kondisi Fisik. Perubahan kondisi fisik juga erpengaruh
pada rasa percaya diri. Ketidakmampuan fisik dapat
menyebabkan rasa rendah diri yang kentara. Penampilan
fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan
percaya diri seseorang.
d) Pengalaman Hidup. Kepercayaan diri yang diperoleh dari
pengalaman mengecewakan, biasanya paling sering
menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika
pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang
kasih sayang, dan kurang perhatian.
2) Faktor Internal
a) Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi percaya diri
seseorang atau individu. Tingkat pendidikan yang rendah
cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan
yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya
lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak
perlu bergantung pada individu lain.
b) Pekerjaan. Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan
kemandirian serta rasa percaya diri. Rasa percaya diri dapat
28
diperoleh. Kepuasaan dan rasa bangga didapat karena
mampu mengembangkan kemampuan diri.
c) Lingkungan. Lingkungan disini merupakan lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik
yang diterima dari lingkuan keluarga seperti anggota
keluarga saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa
nyaman dan percaya diri yang tinggi.
f. Mengembangkan Rasa Kepercayaan Diri
Lindenfield dalam Kamil (1997:14) menjelaskan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
kepercayaan diri diantaranya sebagai berikut:
1) Cinta. Individu perlu terus merasa dicintai untuk
perkembangan harga diri yang sehat dan kontinu, mereka harus
merasa bahwa mereka dihargai karena keadaan mereka yang
sesungguhnya.
2) Rasa aman. Ketakutan dan kekhawatiran merupakan hal yang
berpengaruh terhadap kepercayaan diri individu. Individu yang
selalu merasa khawatir akan dirinya akan sulit
mengembangkan pandangan positif tentang diri mereka.
3) Model peran. Memberikan suri tauladan yang baik
merupakan cara efektif agar individu mengembangkan sikap
dan keterampilan social yang diperlukan untuk percaya diri.
29
dijadikan contoh bagi individu untuk mengembangkan
kepercayaan dirinya.
4) Hubungan. Dalam mengembangkan kepercayaan diri,
individu perlu mengalami dan bereksperimen dengan beraneka
hubungan, hubungan akrab di rumah, teman sebaya, maupun
dengan hal asing lainnya. Melalui beraneka hubungan individu
dapat membangun rasa sadar diri dan pengenalan diri yang
merupakan unsur penting dari rasa percaya diri batin.
5) Kesehatan. Agar kekuatan dan bakat individu dapat
digunakan dengan optimal, individu membutuhkan energi
maksimal yang dapat individu peroleh ketika dalam keadaan
sehat.
6) Sumber daya. Di zaman yang modern dan rumit ini individu
memerlukan beberapa sumber daya seperti buku, mainan, alat
musik, fasilitas olahraga dan sebagainya. Sumber daya tersebut
bukanlah keharusan bagi individu untuk mengembangkan rasa
percaya diri lahir maupun batin, akan tetapi bila sumber daya
tersebut dipergunakan dengan baik dan tepat, dapat memberi
dorongan yang kuat karena menyediakan jenis kesempatan
yang dapat mengembangkan kemampuan individu dan
memungkinkan individu memakai kekuatan mereka atau
30
7) Dukungan. Individu membutuhkan dorongan dan bimbingan
bagaimana mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang
mereka miliki. Individu membutuhkan pembimbing untuk
mengarahkan individu sehingga tampil percaya diri dan
terampil, yaitu orang yang dapat memberikan individu umpan
balik yang jujur dan membangun ketika mereka berhasil
maupun gagal. Dukungan merupakan faktor utama dalam
membantu individu bangkit dari krisis percaya diri yang
disebabkan pengalaman dimasa lalu.
8) Upah dan hadiah. Agar proses pengembangan rasa percaya
diri lebih menarik dan menyenangkan bagi individu diperlukan
adanya upah atau hadiah ketika individu berhasil dalam tugas
yang dilakukan.
3. Peran Muhadhoroh dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Santri
Muhadhoroh diindetikan dengan kegiatan atau latihan pidato
yang diletakkan pada skill peserta didik. Hakim (2010:3) bahwa pidato
merupakan penyampaian buah pikir dalam kemasan kata-kata verbal
kepada orang banyak untuk memberikan gambaran suatu hal.
Muhadhoroh dimaksudkan untuk mendidik seseorang agar
terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam di hadapan umum. Kegiatan
muhadhoroh adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau
31
tentang suatu hal. Muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina
Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ini adalah
salah satu kegiatan wajib santri untuk menyampaikan ide-ide atau
gagasan dalam bentuk pidato di depan publik. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk membantu pengembangan potensi dan mental
santriwati melalui pelatihan pidato atau mengemukakan pikiran dan
wacana yang telah disiapkan untuk diucapkan di khalayak ramai.
Apabila peneliti merujuk pada peran kegiatan yakni peserta
didik diarahkan pada upaya memantapkan pembentukkan kepribadian
siswa dan muhadhoroh dimaksudkan untuk mendidik para santri putri
agar terampil dan mampu berbicara di depan khalayak untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam di hadapan umum dengan percaya
diri, maka kegiatan muhadhoroh ini menuru peneliti memberikan
peran untuk meningkatkan kepercayaan diri santri, karena pengertian
percaya diri dimana seseorang mampu menyalurkan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan sesuatu secara
maksimal dengan keseimbangan antara tingkah laku, emosi dan
spiritual.
Kegiatan muhadhoroh inilah santri dibentuk untuk memiliki
rasa percaya diri, karena di dalam kegiatan muhadhoroh ini santri
dilatih untuk berani berdiri dan mampu berbicara di depan santri
lainnya dan pengurus yang mendampinginya dengan membaca teks
32
utama untuk penilaian. Maka dari sinilah santri dibentuk secara
langsung dan secara bersangsur dan dibiasakan supaya santri dapat
berlatih mental agar santri dapat menyalurkan kemampuan yang
dimilikinya untuk melakukan sesuatu secara maksimal.
B. Kajian Pustaka
Dalam menyempurnakan skripsi ini peneliti mencoba menggali
informasi dari penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan
pertimbangan, acuan atau pendukung bagi peneliti untuk membandingkan
masalah-masalah yang diteliti baik dari metode dan objek yang diteliti.
Kajian peneliti yang relevan yang digunakan peneliti, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Dian Faishal Rahman dari Fakultas
Tarbiyah Jurusan Pedidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Salatiga dengn judul Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Muhadhoroh
dengan Kepercayan Diri Berbicara di Depan Publik pada Santri Kelas 1
KMI Pondok Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta tahun 2016. Jenis
penelitian skripsi ini adalah kuantittif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan intensitas bimbingan muhadhoroh dengan
kepercayaan diri berbicara di depan publik pada santri kelas 1KMI Pondok
Pesantren Ta‟mirul Islam Surakarta. Hasil penelitian menyimpulkan
intensitas mengikuti bimbingan muhadhoroh mempunyai hubungan positif
terhadap kepercayaan diri berbicara di depan publik santri kelas 1 KMI
Ta‟mirul Islam. Bimbingan muhadhoroh merupakan salah satu upaya
33
berdasarkan hasil uji product moment diperoleh rxy sebesar 0,5249,
kemudian dikonsultasikan dengan r tabel product moment pada N= 61
dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,3223 dan taraf sifnifikan 1%
adalah 0,2480. Karena r hitung 0,5249 berarti r hitung ≥ r tabel. Hal ini
menunjukkan semakin sering mengikuti bimbingan muhadhoroh dan
berlatih pidato akan semakin menambah kepercayaan iri berbicara di
depan publik.
Skripsi Dwi Andriani dari Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakukultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwekerto yang berjudul
Pembentukkan Karakter Percaya Diri Santri dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler Muhadhoroh di Islamic Boarding School Al-Azhary Desa
Lesmana Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2017. Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembentukkan karakter
percaya diri santri dalam kegiatan ekstrakurikuler muhadhoroh di Islamic
Boarding School Al-Azhary dilakukan melalui empat metode yaitu metode
keteladanan, metode pembiasaan atau pengulangan, metode pemantauan
dan metode pengajaran. Dari metode-metode yang telah diterapkan
tersebut, semuanya telah berjalan secara beriringan sehingga
pembentukkan karakter percaya diri pada santri dapat terbentuk.
Skripsi yang ditulis oleh Mutofa Rifki dari Fakultas Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Malang
34
Siswa di SMA Islam AlMaarif Singosari Malang Tahun 2008
menyebutkan bahwa faktor mendominasi atau yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar adalah percaya diri berupa sikap cinta diri, pemahaman
diri, tujuan yang positif, pemikiran yang positif, komunikasi yang baik,
ketegasan tidak ragu-ragu dan pengendalian diri/rasa. Terdapat pengaruh
antara keperayaan diri terhadap prestasi belajar, artinya semakin kuat atau
tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin tinggi prestasi prestasi
belajarnya. Dalam penelitian ini faktor kepercayaan diri dalam
mempengaruhi prestasi belajar cukup tinggi dengan prosentasi 11,3% dan
sisanya (88,7%) dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Skripsi Nor Nas Kurnia Nanisanti dari Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung dengan judul Pengembangan Karakter Religius Siswa
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Muhadhoroh di Pondok Pesantren
Modern MTS Darul Hikmah Tulungagung 2014. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif dengan menggunakan desain diskriptif kualitatif. Hasil dari
penelitian ini diperoleh bahwa karakter religius yang dikembangkan
melalui kegiatan ektrakurikuler muhadhoroh di MTs Darul Hikmah ada
tujuh karakter antara lain, Silaturahim, Al-Ukhuwah, Amanah, dan Iffah
atau ta‟afuf. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan karakter religius
siswa melalui kegiatan etrakurikuler muhadhoroh pada umumnya terjadi
karena kurangnya komunikasi terkait pemilihan tema atau isu-isu terkini
35
harus dilakukan adalah memperkuat koordinasi dan menetapkan kerangka
tema dan isu-isu aktual.
Berdasarkan temuan penelitiaan di atas, penulis ingin
mengemukakan bahwa penelitian yang akan dilaksakan ini memiliki
perbedaan yang mendasar dengan penelitian sebelumnya da belum ada
yang mengulasnya, yang membedakan adalah fokus kajian serta tempat
dari penelitian ini, yakni peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan
kepercayaan diri santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Putri
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Oleh karena itu,
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field
Research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini,
penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan
penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai
masalah yang terdapat relevansinya dengan penelitian ini. Dalam hal ini
peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu Pondok Pesantren Modern
Bina Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang untuk
mencari data mengenai kegiatan muhadhoroh kepada narasumber.
Penelitian kualitatif memperoleh data-data yang dikumpulkan
melalui riset kepustakaan dengan membaca dan menelaah buku-buku,
tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti.
Selain itu data dikumpulkan melalui riset lapangan dengan mencari
informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian.
Setelah mendapatkan data atau informasi tentang peran kegiatan
muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri, maka langkah
selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan informasi
atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian dianalisis oleh
37
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam tentang
pelaksanan kegiatan muhadhoroh, peran kegiatan muhadhoroh dalam
meningkatkan kepercayaan diri santri di Pondok Pesantren Modern Bina
Insani Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pada
pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif
tentang santri sebagai bahan yang dijadikan subjek penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian langsung karena peneliti pergi
ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari konteks lingkungan pada
saat mana tingkah laku tersebut berlangsung. Meneliti fenomena yang
ada di lapangan dan memusatkan pada suatu kasus secara terperinci
mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani
Putri Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut karena lokasi pondok tersebut menjalankan sistem pondok
pesantren modern yang menerapkan kegiatan muhadhoroh 4 bahasa.
Selain itu, lokasi yang strategis dan mudah dijangkau menjadi alasan
penulis untuk mempermudah melakukan penelitian. Oleh karena itu,
peneliti tertarik dan melakukan penelitian di pondok tersebut tentang
peran kegiatan muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri.
C. Kehadiran Peneliti
Peneliti adalah pengumpul data, orang yang ahli dan memiliki
38
sebagai instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan
data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain
selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa
dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang
keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen
pendukung. Adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah peneliti
menggunakan sistem wawancara tidak berstrukstur. Dengan pemahaman
tentang kepercayaan diri yang dimiliki oleh peneliti, sehingga
memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara
secara mendalam.
Peneliti mengadakan komunikasi kepada objek dengan
menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami,
sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan responden.
Peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci berkaitan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
a. Sumber data utama (primer) merupakan data yang diperoleh dari
sumber secara langsung. Data primer ini diperoleh sendiri oleh
peneliti untuk tujuan penelitian. Adapun data primer yang diambil
39
terhadap ustadzah, pengurus dan juga santri putri Pondok Pesantren
Modern Bina Insani tentang peran kegiatan muhadhoroh dalam
meningkatkan kepercayaan diri santri.
b. Sumber data tambahan (sekunder) merupakan data yang disusun
bukan untuk penelitian ini. Adapun data yang diambil dalam
penelitian ini adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa
catatan-catatan meliputi: Profil Pondok Pesantren Modern Bina Insani,
struktrur organisasi, data kegiatan muhadhoroh dan data santri.
Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui wawancara langsung dengan para narasumber.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik penelitian yang
menggunakan cara mengamati secara langsung objek penelitian.
Mengamati bukan hanya melihat, tetapi juga merekam, menghitung,
mengukur dan mencatat gejala yang muncul. Teknik observasi
umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang bersifat memberi
gambaran atau deskrispsi (Muliawan, 2014:61). Dalam pengambilan
data dengan menggunakan metode observasi dapat dilakukan
dengan tiga macam, observasi terbuka, observasi tertutup dan
40
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
partisipan. Pengamat berada di dalam subjek yang diamati dan ikut
dalam kegiatan muhadhoroh. Dengan demikian, pengamat akan
lebih mudah mengamati dan menemukan data yang diharapkan.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)
(Soehartono, 2008:68).
Arikunto (2014:270) secara garis besar ada dua macam
pedoman wawancara:
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini
lebih banyak bergantung dari pewawancara. Pewawancara
sebagai pengemudi jawaban responden.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada
41
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak
terstruktur yang akan dilakukan kepada para narasumber,
diantaranya adalah ustadzah, pengurus dan santri putri. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait peran kegiatan
muhadhoroh dalam meningkatkan kepercayaan diri santri Pondok
Pesantren Modern Bina Insani putri Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2013:274). Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan
pada catatan dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk
melengkapi sebuah data yang diperlukan dalam penelitian.
Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto dan hasil wawancara
yang didapat dari informan.
F.Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi suatu yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009:247-248). Adapun
42
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dilakukan untuk menfokuskan data pada hal-hal
yang penting dari sekian banyak daya yang diperoleh dari data hasil
observai, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak terpola.
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data reduksi maka data yang diperoleh di-display,
yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang
sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah
kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verifikasi)
Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data
informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian
data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat dan menentukan
kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian karena penarikan
kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari
objek penelitian (Sugiyono, 2016:336-337).
G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, sebagai upaya untuk membuktikan bahwa
data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka peneliti menggunakan
43
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Data ini digunakan untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada
empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan, yaitu sumber, metode,
penyidik, dan teori (Moleong, 2011:330-332).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoeh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber dapat ditempuh
dengan jalan sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dkatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
H. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang akan penulis lakukan ada empat yaitu:
tahap sebelum pelaksanaan penelitian lapangan, tahap pelaksanaan