• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa paradisiaca Linn.) sebagai Hair Tonic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa paradisiaca Linn.) sebagai Hair Tonic"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

a b

c d

e f

Keterangan: a. Batang pisang ditebang 30 cm dari tanah; b. Batang pisang

(4)
(5)
(6)

Lampiran 6. Foto alat

a b c

d e f

Keterangan: a. Jangka sorong; b. Timbangan analitik; c. Lumpang & alu;

(7)

Pohon pisang raja

Eksudat (air dan getah)

Ditebang sampai 20 cm mendekati bonggol

Dikerok bagian tengah batang sampai mendekati bonggol (membentuk lubang)

Ditutup lubang batang pisang raja

Didiamkan selama 2 hari

Disendoki

Dimasukkan ke dalam botol kaca bening

Sediaan uji hair tonic (konsentrasi 5%, 10%, 15%)

Diuji efektivitas pertumbuhan rambut terhadap 24 ekor hewan uji (tikus jantan) yang

(8)

Lampiran 8. Foto hasil uji stabilitas berbagai kelompok sediaan pada suhu kamar

selama 12 minggu

Kontrol (-) F1 F2 F3

Minggu 0

Minggu 4

Minggu 8

(9)

Dicukur rambut punggung tikus (Luas 4x4 cm)

Dioleskan hair tonic setiap pagi dan sore hari setelah 24 jam dicukur rambutnya.

Keterangan:

Kontrol normal: Tanpa treatment

Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)

Formula F1 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 5% Formula F2 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 10% Formula F3 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 15% Kontrol positif : Diolesi tonik rambut NATUR®

(10)

Lampiran 10. Foto hasil diameter rambut tikus kontrol normal

Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

21

(11)

7

14

21

(12)

Lampiran 12. Foto hasil diameter rambut tikus formula F1

Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

21

(13)

7

14

21

(14)

Lampiran 14. Foto hasil diameter rambut tikus formula F3

Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

21

(15)

7

14

21

(16)

Lampiran 16. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus kontrol normal

Tikus 21 Hari 28 Hari

1

2

3

(17)

1

2

3

(18)

Lampiran 18. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus formula F1

Tikus 21 Hari 28 Hari

1

2

3

(19)

1

2

3

(20)

Lampiran 20. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus formula F3

Tikus 21 Hari 28 Hari

1

2

3

(21)

1

2

3

(22)

Lampiran 22. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 7 hari (mm)

Kelompok No Panjang rambut (mm)

(23)
(24)

Lampiran 23. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 14 hari (mm)

Kelompok No Panjang rambut (mm)

(25)
(26)

Lampiran 24. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 21 hari (mm)

Kelompok No Panjang rambut (mm)

(27)
(28)

Lampiran 25. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 28 hari (mm)

Kelompok No Panjang rambut (mm)

(29)
(30)

Lampiran 26. Hasil pengukuran diameter rambut tikus setelah 7 hari (mm)

Kelompok No Diameter rambut (mm)

(31)
(32)

Lampiran 28. Hasil pengukuran diameter rambut tikus setelah 21 hari (mm)

Kelompok No Diameter rambut (mm)

(33)

Kelompok

Jumlah 10,6892 10,9008 10,5304 10,7686

Rata-rata 3,5631 3,6336 3,5101 3,5895

Jumlah 10,5040 11,0860 11,0331 11,0861

Rata-rata 3,5013 3,6953 3,6777 3,6954

Jumlah 10,7722 10,9802 11,5624 10,2923

Rata-rata 3,5907 3,6601 3,8541 3,4308

Jumlah 11,5093 11,6152 12,3561 12,1170

Rata-rata 3,8364 3,8717 4,1187 4,0390

(34)

Lampiran 30. Hasil penimbangan bobot rata-rata rambut tikus setelah 28 hari

pengolesan sediaan hair tonic air bonggol pisang

(35)
(36)
(37)
(38)

Lampiran 34. Tabel uji normalitas (Shapiro-Wilk) rata-rata diameter rambut

masing-masing kelompok

(39)
(40)
(41)

Kelompok Shapiro-Wilk Statistic df Sig.

Bobot rambut

Kontrol normal .970 4 .844

Formula F0 .900 4 .430

Formula F1 .930 4 .592

Formula F2 .935 4 .624

Formula F3 .880 4 .337

(42)

Lampiran 38. Tabel uji One Way ANOVA rata-rata bobot rambut

masing-masing kelompok setelah 28 hari

ANOVA

Rata-rata bobot rambut Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between Groups 3.672 5 .734 7.625 .001

Within Groups 1.734 18 .096

(43)

Tukey HSD

Rata-rata bobot rambut

Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol normal 4 .6150

Formula F0 4 .6900

Formula F1 4 1.3150

Formula F3 4 1.3950

Formula F2 4 1.5050

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Azis, S., dan Muktiningsih. S.R. (1999). Studi Kegunaan Sediaan Rambut. Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes. 9 (1): 6-13.

Bariqina, E., dan Zahida, I. (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Halaman 7-9, 11, 12, 30.

Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 97-100, 103.

Dalimartha, S., dan Soedibyo, M. (1998). Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Bogor: PT. Penebar Swadaya. Halaman 160.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 535.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Halaman 254-256.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1039.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 3.

Djajadisastra, J., Mun’im., dan Dessy, N.P. (2007). Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. 4(4): 210-216.

Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New York: Taylor and Francis Group. Halaman 191, 234- 235.

Feller, R.L. (1990). Evaluation of Cellulose Ethers for Conservation. America: Library of Congress Cataloging in Publication Data. Halaman 23, 24.

Flach, M., dan Rumawas, F. (1996). Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor: Prosea. Halaman 126-128.

(45)

Halaman 50.

Nusmara, K.G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia). Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia. Halaman 1, 30,31.

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Pt. Alex Media Komputindo. Halaman 55.

Priskila, V. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia. Halaman 62.

Rawlins, E.A. (2003). Betley of Pharmaceuttics. Edisi XVIII. London: Baillierre Tindall. Halaman 22, 31.

Rieger, M. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII. New York: Chemical Publishing. Halaman 110.

Rook, A., dan Robert, D. (1991). Disease of The Hair and Scalp. 2nd Edition. London: Blackwell Scientific Pub. Halaman 245-246.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exipient. 6th Edition. London: American Pharmaceutical Association. Halaman 119-120, 433-434, 442-443.

Shai, A., Howard I.M., dan Robert, B. (2009). Handbook of Cosmetic Skin Care. 2nd Edition. United Kingdom: Informa Healthcare. Halaman 221, 225, 226.

Sunarjono, H. (2004). Budi Daya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 16,17.

Tranggono, R.I., dan Fatma, L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-35.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 170, 436.

(46)

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. Halaman 59, 60.

(47)

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi, Laboratorium

Farmasi Fisik dan Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimental. Penelitian ini meliputi pengambilan sampel, formulasi

sediaan hair tonic, evaluasi stabilitas sediaan, dan uji efektivitas sebagai penyubur

rambut.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, gunting, pisau

silet (Gillette Goal®), timbangan analitik, pH meter (Hanna Instrument),

viskometer Brookfield, jangka sorong, lumpang dan alu, pipet tetes, spatula,

kertas saring, tisu lensa, objek gelas, mikroskop, dan alat-alat gelas di

laboratorium.

3.2Bahan

3.2.1 Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, metil

paraben, propil paraben, natrium metabisulfit, mentol, carboxy metil cellulose

natrium (CMC Na) dan aquadest.

3.2.2 Bahan uji

Pada penelitian ini akan digunakan air bonggol pisang raja yang diperoleh

(48)

Kotamadya Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Determinasi tanaman pisang raja

dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA

Universitas Sumatera Utara.

3.3Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan sebanyak 24

ekor yang dibagi ke dalam enam kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : Tanpa treatment (kontrol normal)

b. Kelompok II : Dioleskan sediaan blanko yang tidak mengandung air

bonggol pisang raja (formula F0)

c. Kelompok III : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 5% air

bonggol pisang raja (formula F1)

d. Kelompok IV : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 10% air

bonggol pisang raja (formula F2)

e. Kelompok V : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 15% air

bonggol pisang raja (formula F3)

f. Kelompok VI : Dioleskan tonik rambut NATUR® (kontrol positif)

3.4Prosedur Kerja

3.4.1 Pengolahan air bonggol pisang raja

Berdasarkan empiris, pengolahan air bonggol pisang raja adalah sebagai

berikut: pohon pisang raja ditebang sampai 20 cm mendekati bonggol. Dikerok

bagian tengah batang pisang raja sampai mendekati bonggol (diameter lubang: 11

cm; kedalaman lubang: 20 cm). Ditutup lubang batang pisang raja dan didiamkan

(49)

3.4.2 Formulasi sediaan hair tonic

Formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan hair tonic ini

menggunakan formula hair tonic menurut (Purnama dan Suhartiningsih, 2013)

yang kemudian dimodifikasi. Formula dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Formula sediaan hair tonic (Purnama dan Suhartiningsih, 2013)

No. Nama Bahan Jumlah

Tabel 3.2 Formula modifikasi

No. Nama Bahan F0 F 1 F 2 F 3

(50)

3.4.2.1 Perhitungan bahan

Perhitungan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan satu sediaan

hair tonic dalam 100 ml dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Jumlah bahan pada formula sediaan hair tonic

No. Nama Bahan F0 F 1 F 2 F 3

F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%

3.4.2.2 Cara pembuatan

Sebanyak 0,01 g natrium metabisulfit dilarutkan dalam 5 ml aquadest lalu

diaduk dan ditambahkan ke dalam air bonggol pisang raja (campuran I). Sebanyak

0,10 g metil paraben dan 0,01 g propil paraben yang masing-masing telah

dilarutkan dalam 5 ml etanol 96% ditambahkan ke dalam campuran I, lalu diaduk

(campuran II). Sebanyak 15,0 ml etanol 96% yang tersisa ditambahkan ke dalam

campuran II, lalu diaduk (campuran III). Sebanyak 0,50 g CMC Na ditaburkan

dalam air panas dimana banyaknya air panas adalah 20 kali dari jumlah CMC Na

yang ditimbang (10 ml). CMC Na dibiarkan sampai mengembang. Jika telah

mengembang CMC Na diaduk sampai diperoleh massa yang kental dan

(51)

dengan aquadest.

3.4.3 Evaluasi

3.4.3.1Sifat fisik sediaan hair tonic 3.4.3.1.1 Pengamatan organoleptis

Sediaan hair tonic diamati perubahan organoleptis, meliputi: bentuk, bau

dan warna.

3.4.3.1.2 Pemeriksaan pH

pH diukur dengan alat potensiometrik (pH meter). Alat terlebih dahulu

dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan

larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut,

elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel

dibuat dalam konsentrasi 1% (b/v) yaitu ditimbang 1 gram sediaan dilarutkan

dalam air suling ad 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.4.3.1.3 Penentuan viskositas

Penentuan viskositas sediaan hair tonic dilakukan dengan menggunakan

viskometer Brookfield. Spindel 61 dipasang pada tempatnya dan dimasukkan ke

dalam sediaan hingga tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 12 dan spindel

dibiarkan berputar, setelah jarum menunjukkan angka yang tetap maka

(52)

masing-masing formula. Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang

terbaca dengan nilai faktor yaitu 5 (Djajadisastra, dkk., 2007; Voigt, 1994).

3.4.3.2Uji stabilitas sediaan Penyimpanan pada suhu kamar

Sampel disimpan pada suhu kamar selama 12 minggu kemudian dilakukan

evaluasi fisik (organoleptis, pH dan viskositas) setiap 2 minggu (Rieger, 2000).

3.4.3.3Uji efektivitas terhadap pertumbuhan rambut 3.4.3.3.1 Rancangan penelitian

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini sebelum tikus

uji diberi perlakuan uji adalah rancangan acak lengkap. Jumlah tikus jantan yang

dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus empiris

Federer: (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n

merupakan jumlah hewan tiap perlakuan (Pratisto, 2009). Pada penelitian ini

terdapat 6 perlakuan, setelah dihitung dengan menggunakan persamaan di atas

maka pada tiap perlakuan masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus.

3.4.3.3.2 Penyiapan hewan uji

Sebelum pengujian efektivitas pada tikus dilakukan, tikus jantan yang

akan digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu, kemudian

tikus-tikus jantan tersebut dibagi menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompoknya

terdiri dari 4 ekor tikus, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Rambut pada bagian

punggung masing-masing tikus dicukur dengan menggunakan pisau silet Gillette

Goal® dengan luas 4x4 cm2. Tikus didiamkan selama 24 jam kemudian bahan uji

(53)

Tikus

Kontrol Normal 4 Tanpa treatment

Formula F0 4 Dioleskan sediaan blanko yang tidak mengandung air bonggol pisang raja

Formula F1 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%

Formula F2 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 10%

Formula F3 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 15%

Kontrol Positif 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®)

Keterangan:

F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%

3.4.3.3.3 Cara perlakuan

Sediaan uji dioleskan ke punggung tikus tiap pagi dan sore hari selama 28

hari. Kelompok 1 tidak diolesi sediaan hair tonic sebagai kontrol normal,

kelompok 2 diolesi blanko sebagai formula F0, kelompok 3 diolesi sediaan hair

tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5% (Formula F1), kelompok 4

diolesi sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 10%

(Formula F2), kelompok 5 diolesi sediaan hair tonic yang mengandung air

bonggol pisang raja 15% (Formula F3) dan kelompok 6 diolesi sediaan hair tonic

(54)

3.4.3.3.4 Penentuan panjang rambut

Penentuan panjang rambut yang tumbuh pada punggung tikus yang telah

dicukur dilakukan setelah 7, 14, 21, dan 28 hari. Rambut dicabut sampai ke akar

rambut dengan menggunakan pinset. Sebanyak 10 helai rambut tikus terpanjang

diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong. Data rata-rata panjang

rambut yang diperoleh diolah secara statistik untuk melihat apakah ada perbedaan

yang bermakna antara daerah uji dengan kontrol.

3.4.3.3.5 Penentuan diameter rambut

Penentuan diameter rambut dilakukan untuk mengetahui ketebalan rambut.

Pengukuran dilakukan pada rambut setelah 7, 14, 21, dan 28 hari. Rambut dicabut

sampai ke akar rambut dengan menggunakan pinset. Sebanyak 3 helai rambut

diamati diameternya pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x.

3.4.3.3.6 Penentuan bobot rambut

Penentuan bobot rambut dilakukan untuk mengetahui kelebatan rambut.

Pengukuran bobot dilakukan setelah 28 hari dengan cara mencukur rambut yang

tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang. Hasil yang diperolah dihitung secara

(55)

4.1 Hasil Pengolahan Air Bonggol Pisang Raja

Air bonggol pisang raja yang diperoleh setelah didiamkan selama 2 hari

adalah sebanyak 500 mL.

4.2 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual pada suhu kamar selama

12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4 minggu. Hasil pemeriksaan

organoleptis sediaan hair tonic air bonggol pisang raja dapat dilihat pada Tabel

4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan hair tonic

air bonggol pisang raja

Pengamatan Sediaan Lama Penyimpanan

Awal 4 minggu 8 minggu 12 minggu

F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15% b : Baik

t : Transparan

(56)

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil uji stabilitas organoleptis seluruh sediaan hair

tonic air bonggol pisang raja tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau

selama 12 minggu. Sediaan dinyatakan stabil jika tidak mengalami perubahan

bentuk, warna dan bau (Draelos dan Thaman, 2006). Seluruh sediaan dinyatakan

stabil.

4.2.2 Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna

instruments) selama 12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 2 minggu.

Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan hair tonic air bonggol pisang raja

Keterangan:

F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas pH dari masing-masing sediaan selama

penyimpanan terjadi peningkatan, hal ini disebabkan karena sifat dari CMC Na.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pH larutan CMC Na diperoleh sebesar

6,7, tetapi setelah penyimpanan selama 14 hari pada suhu kamar mengalami

kenaikan menjadi 7,0. Hal ini menunjukkan bahwa, pH larutan CMC Na

meningkat selama penyimpanan. Hasil uji pengukuran pH sediaan hair tonic air

(57)

aman yaitu keasaman dan kebasaan antara pH 3-6,9 dan pH 7,1-10 (Bariqina dan

Zahida, 2001).

Gambar 4.1. Hasil pengukuran pH selama penyimpanan pada suhu kamar 4.2.3 Pemeriksaan viskositas

Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer

brookfield spindel 61 speed 12 selama 12 minggu dengan rentang waktu

pemeriksaan 2 minggu. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Data pengukuran viskositas sediaan hair tonic air bonggol pisang raja

Keterangan:

(58)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa viskositas sediaan hair tonic air bonggol

pisang raja menurun selama penyimpanan. Hasil uji stabilitas terhadap viskositas

sediaan hair tonic air bonggol pisang raja baik kontrol negatif maupun sediaan

formula yang dibuat adalah berkisar (175,0 – 62,5 cPs). Penurunan viskositas ini

terjadi karena terjadi reaksi hidrolisis. Hidrolisis senyawa CMC Na menyebabkan

terputusnya ikatan antar molekul pembentuk CMC Na dan perubahan struktur

mempengaruhi viskositas dari suatu larutan (Feller, 1990). CMC Na memiliki

sifat aliran pseudoplastis, yang mana viskositas zat pseudoplastis berkurang

dengan meningkatnya rate of share dan shearing stress yang semakin bergeser ke

arah yang lebih tinggi (Martin, dkk., 2008).

Gambar 4.2. Hasil pengukuran viskositas selama penyimpanan pada suhu kamar 4.3 Uji efektivitas air bonggol pisang raja terhadap pertumbuhan rambut 4.3.1 Hasil perhitungan rata-rata panjang rambut

Hasil perhitungan rata-rata panjang rambut tikus tiap perlakuan per

(59)

Keterangan:

Kontrol normal: Tanpa treatment

Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)

Formula F1 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 5% Formula F2 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 10% Formula F3 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 15% Kontrol positif : Diolesi tonik rambut NATUR®

Gambar 4.3 Grafik rata-rata panjang rambut tikus setelah 7, 14, 21 dan 28 hari

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 rata-rata panjang rambut tikus setelah 28

hari kelompok kontrol normal, formula F0, formula F1, formula F2, formula F3

dan kontrol positif berturut-turut adalah12,71 ± 2,13; 14,25 ± 2,91; 17,60 ± 2,63;

20,13 ± 3,16; 22,93 ± 3,24 dan 24,87 ± 3,29 mm. Berdasarkan data tersebut

(60)

Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey

menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang rambut kelompok formula F1, F2

dan F3 yang berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal dan kontrol

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula hair tonic yang mengandung

air bonggol pisang raja memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan panjang

rambut. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,

kelompok formula F1 dan F2 belum mampu mengimbangi kelompok kontrol

positif dalam meningkatkan pertumbuhan panjang rambut, akan tetapi kelompok

formula F3 sudah mampu mengimbangi kelompok kontrol positif dalam

meningkatkan pertumbuhan panjang rambut. Hasil perhitungan statistik dapat

dilihat pada Lampiran 31-33, halaman 91-93.

4.3.2 Hasil perhitungan rata-rata diameter rambut

Hasil perhitungan rata-rata diameter rambut tikus tiap perlakuan per

minggu dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.5 Hasil rata-rata diameter rambut tiap perlakuan pada setiap minggu

Keterangan:

Kontrol normal: Tanpa treatment

Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)

(61)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 rata-rata diameter rambut tikus setelah 28

hari kelompok kontrol normal, formula F0, formula F1, formula F2, formula F3

dan kontrol positif berturut-turut adalah3,16 ± 0,16; 3,24 ± 0,34; 3,57 ± 0,24; 3,63

± 0,37; 3,64 ± 0,16 dan 3,97 ± 0,43 mm. Berdasarkan data tersebut terlihat adanya

peningkatan rata-rata diameter rambut.

Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey

menunjukkan rata-rata diameter rambut kelompok formula F1, F2 dan F3 yang

berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal dan kontrol negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa semua formula hair tonic yang mengandung air bonggol

pisang raja memiliki kemampuan meningkatkan diameter atau menebalkan

rambut, selanjutnya bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,

kelompok formula F1, F2 dan F3 belum memiliki kemampuan meningkatkan

diameter atau menebalkan rambut yang sebanding kemampuannya dengan

kelompok kontrol positif. Hasil perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran

(62)

4.3.3 Hasil perhitungan rata-rata bobot rambut

Hasil perhitungan rata-rata bobot rambut tikus tiap setelah 28 hari diberi

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil penimbangan bobot rata-rata rambut tikus setelah 28 hari

pengolesan sediaan hair tonic air bonggol pisang raja

Kelompok

Kontrol normal: Tanpa treatment

Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)

(63)

formula F3 dan kontrol positif berturut-turut adalah0,62 ± 0,7017; 0,69 ± 0,7396;

1,32 ± 0,2859; 1,40 ± 0,3243; 1,51 ± 0,1352 dan 1,60 ± 0,0909 gram. Berdasarkan

data tersebut terlihat adanya peningkatan rata-rata bobot pertumbuhan rambut.

Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan

rata-rata bobot rambut kelompok formula F1, F2 dan F3 yang berbeda signifikan

dengan kelompok kontrol normal dan formula F0. Hal ini menunjukkan bahwa

semua hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja memiliki kemampuan

dalam melebatkan rambut. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol positif, kelompok formula F1, F2 dan F3 memiliki kemampuan

melebatkan rambut yang sebanding dengan kontrol positif dan bila dilihat dari

data Tabel 4.7, kelompok formula F3 memiliki nilai bobot rata-rata rambut yang

mendekati nilai dari bobot rata-rata kelompok kontrol positif. Hasil perhitungan

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair tonic

dalam bentuk larutan.

b. sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan

15% stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.

c. sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 15% lebih

efektif menumbuhkan rambut dibandingkan dengan konsentrasi air bonggol

pisang raja 5% dan 10%, namun kurang efektif bila dibandingkan dengan

sediaan yang ada di pasaran (NATUR®), tetapi tidak berbeda signifikan

secara statistik.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

(65)

2.1 Kosmetik Perawatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998,

kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada bagian

luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi

dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan,

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit

(Tranggono dan Fatma, 2007).

Kosmetik berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan dan

dekoratif. Kosmetik perawatan misalnya kosmetik untuk membersihkan,

melembabkan, maupun melindungi bagian tubuh seperti kulit dan rambut,

sedangkan kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada

bagian tubuh sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik (Tranggono

dan Fatma, 2007).

2.2 Tonik Rambut (Hair Tonic)

Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan

kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau

merangsang pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Ditjen

POM., 1985).

Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat

(66)

larutan adalah air, alkohol dan gliserin (Ditjen POM., 1985).

Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar

alkohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut,

sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Ditjen POM., 1985).

Zat khasiat yang digunakan untuk tonik rambut mempunyai efek antara lain,

membersihkan, menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi

darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan

merangsang pertumbuhan rambut (Ditjen POM., 1985).

2.3 Rambut

2.3.1 Pengertian rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh

tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir (Djuanda, 2007).

Rambut tumbuh di atas kulit dan akarnya tertanam di dalam kulit, sel dan

perubahan biologis lainnya terdapat dalam akar yang menentukan pertumbuhan

dan perontokan rambut. Bagian rambut yang keluar dari kulit dinamakan batang

rambut (Tranggono dan Fatma, 2007).

Ada berbagai jenis rambut yang tumbuh di kepala dan tubuh kita, yaitu:

a. Rambut yang panjang dan kasar di kepala

b. Rambut yang kasar tetapi pendek berupa alis di atas mata.

c. Rambut agak kasar tapi tidak sepanjang rambut di kepala, yaitu pada ketiak

dan sekeliling alat kelamin pada orang yang sudah akil balik.

d. Rambut yang halus pada pipi, hidung, dahi, serta bagian tubuh lainnya (kulit

(67)

1. Rambut terminal, yang umumnya kasar, misalnya rambut kepala, alis,

rambut ketiak, dan rambut kelamin.

2. Rambut vellus, yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan

lengan (Tranggono dan Fatma, 2007).

Rambut sehat mempunyai struktur elastis, tidak mudah patah atau terlepas

dari akarnya, berkilap, dengan kontur rata mulai dari akar sampai ke ujung

rambut. Rambut dapat sedikit menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi

rambut terdiri atas zat karbon ± 50%, hidrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan

oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida,

misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar 2.1 Struktur rambut

(Sumber: Shai, et al., 2009)

2.3.2 Anatomi rambut

Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada

(68)

glikogen, asam sitrat, asam laktat, dan sejumlah garam mineral serta enzim.

Rambut terdiri dari dua bagian yaitu batang rambut dan akar rambut (Tranggono

dan Fatma, 2007).

2.3.2.1Batang rambut

Bagian rambut yang ada di bagian luar kulit dinamakan batang rambut. Jika

rambut dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:

a. Kutikula rambut, terdiri dari sel-sel keratin yang pipih, dan saling

bertumpuk seperti sisik ikan. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi

rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut.

Kutikula dapat rusak karena tekanan mekanik misalnya disisir.

b. Korteks rambut, adalah lapisan yang lebih dalam (antara kutikula dan

medula), terdiri dari sel-sel yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini

sebagian besar terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara.

c. Medula rambut, terdiri dari tiga atau empat lapis sel yang berbentuk kubus,

berisikan keratohialin, butir-butir lemak dan rongga udara (Tranggono dan

Fatma, 2007).

(69)

rambut tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kantong rambut (folikel

rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

a. Kantong rambut (folikel), merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung

dan berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit

sampai di bagian terbawah umbi rambut.

b. Papil rambut, ialah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di

bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi

rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi

bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya, sel-sel

tunas rambut, zat protein (zat korney) yang membentuk keratin, zat

makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin (zat

pigmen/ zat warna rambut), oksigen, karbon, zat lemak, dan lain-lain

(Bariqina dan Zahida, 2001).

Gambar 2.3 Struktur akar rambut

(70)

2.3.3 Siklus rambut

Siklus rambut ialah proses tumbuhnya rambut menjadi dewasa, rontok dan

kemudian berganti rambut yang baru. Dalam proses pertumbuhan rambut hingga

tua, terdapat beberapa fase pertumbuhan: anagen (masa pertumbuhan), katagen

(masa terhentinya pertumbuhan), dan telogen (masa istirahat) (Bariqina dan

Zahida, 2001).

Gambar 2.4 Siklus pertumbuhan rambut

(Sumber: Shai, et al., 2009)

2.3.3.1 Masa anagen

Masa anagen adalah masa pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus

membentuk sel rambut secara mitosis. Proses anagen membutuhkan waktu 2-3

(71)

dan jaringan ikat sekitar kandung rambut di daerah umbi rambut menebal,

sedangkan papil rambut mengeriput sehingga umbi rambut tidak lagi memperoleh

makanan. Pada masa ini, rambut tidak tumbuh lagi dan bagian terdalam pada akar

rambut membulat seperti gada (clubbed hair). Clubbed hair tidak segera rontok,

tetapi secara perlahan rambut-rambut ini terdorong ke atas dan akhirnya rontok.

Banyaknya rambut yang rontok disebabkan oleh siklus pertumbuhan rambut

normal yang tidak melampaui 40-80 helai rambut selama 24 jam. Masa peralihan

ini memerlukan waktu proses 2-3 minggu (Bariqina dan Zahida, 2001).

2.3.3.2Masa telogen

Masa telogen adalah masa istirahat ketika papil rambut yang mengeriput

selama masa katagen dan masih tinggal pada tempat semula, akan bekerja dan

berkembang kembali untuk membentuk umbi baru. Pada masa ini mulai terbentuk

proses karetinisasi, kemudian terbentuk tunas rambut baru yang semakin lama

semakin tumbuh ke atas, mendorong rambut lama hingga terlepas sendiri atau

lepas pada saat melakukan penyisiran rambut, setelah rambut yang lama terlepas

maka akan tumbuh rambut baru. Masa telogen memerlukan waktu proses 2-3

minggu (Bariqina dan Zahida, 2001).

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut 2.3.4.1 Faktor intrinsik

Faktor ini meliputi umur, genetik, imunologis, sirkulasi darah ke folikel dan

(72)

mempunyai peran penting pada pertumbuhan, distribusi dan pigmentasi rambut

manusia, terutama pada masa pubertas dimana hormon ini memicu pertumbuhan

rambut sekunder (Rook dan Robert, 1991).

Estrogen memperlambat pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi

memperpanjang durasi fase anagen. Tirosin mempercepat aktivitas anagen dan

kortison justru memperlambat aktivitas anagen (Rook dan Robert, 1991).

Androgen dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan rambut dan juga

ukuran diameter rambut. Namun pada kulit kepala yang memiliki alopesia

androgenik, androgen justru menurunkan diameter batang rambut, kecepatan

pertumbuhan rambut dan durasi fase anagen (Rook dan Robert, 1991).

Perubahan hormon testosteron menjadi 5α-dihidrotestoteron (DHT) pada

folikel rambut bergantung pada keberadaan enzim 5α-reduktase. DHT berikatan

dengan reseptor dalam sel, ditransportasi ke dalam nukleus kemudian akan

mengaktifkan gen spesifik yang menginduksi produksi protein tipe tertentu,

kemudian protein ini akan menghambat pertumbuhan rambut (Mitsui, 1992).

2.3.4.2 Faktor ekstrinsik

Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kulit kepala merupakan

faktor ekstrinsik pertumbuhan rambut. Faktor lingkungan tersebut meliputi

perubahan cuaca ekstrim, paparan ultraviolet, sinar-X, radioaktif, iritasi zat kimia

atau penutupan dan penekanan rambut serta kulit kepala (Ditjen POM., 1985).

Apabila faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, maka kulit kepala dapat

mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis yang menyebabkan kulit

(73)

sistein (Dalimartha dan Soedibyo, 1998).

2.4 Uraian Tumbuhan

2.4.1 Klasifikasi tumbuhan (Flach dan Rumawas, 1996)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca Linn.

2.4.2 Morfologi tumbuhan

Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.

Tingginya antara 2-9 meter, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol)

yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman

baru. Secara terinci, morfologi tumbuhan pisang dicirikan dengan struktur bagian

tanaman sebagai berikut:

1. Batang Semu. Pisang mempunyai batang semu yang sebenarnya tersusun

atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga

mencapai ketebalan 20-50 cm. Lapisan pada batang ini sebenarnya

merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpang banyak air

(74)

Terkadang pada satu tanaman terdapat dua batang semu atau sering disebut

berbatang ganda (Dalimartha, 2003).

2. Batang. Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu yang

sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat

mata calon tumbuh tunas anakan. Sementara pada bagian bawah bonggol

terdapat perakaran serabut yang lunak (Sunarjono, 2004).

3. Daun. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman,

keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara

progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah

koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang

tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan

menyirip, warnanya hijau (Dalimartha, 2003).

4. Bunga. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga

dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas

dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan

berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung

tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut

sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai

berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan

(Dalimartha, 2003).

5. Buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti

sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau cokelat. Tiap

(75)

2.4.3 Kandungan kimia tumbuhan

Akar mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitriptamin,

dopamin, vitamin A, B dan C. Buah mengandung flavonoid, glukosa, fruktosa,

sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap, kaya akan vitamin (A, B, C,

dan E), mineral, kalium (kalium, kalsium, fosfor, Fe), pektin, serotonin, 5-hidroksi

triptamin, dopamin dan noradreanalin. Kandungan kalium pada buah pisang

cukup tinggi yang kadarnya bervariasi tergantung jenis pisangnya. Buah muda

mengandung banyak tanin (Dalimartha, 2003).

Air yang terdapat pada bonggol pisang mengandung senyawa-senyawa

fitokimia, antara lain saponin, antrakuinon, kuinon, lektin dan tanin (Priskila,

2012).

2.4.4 Khasiat tumbuhan

Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astringen, melumas (lubricate)

usus, penawar racun, penurun panas (antipiretik), antiradang, peluruh kencing

(diuretik), laksatif ringan. Akar berkhasiat sebagai penawar racun, pereda demam

(antipiretik), mendinginkan darah, antiradang, dan peluruh kencing. Hati batang

pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan rambut. Cairan dari

bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan perdarahan

(hemostatik), penurun panas (antipiretik), serta penghitam dan mencegah rambut

rontok. Buah muda dan akar berkhasiat astringen. Buah muda berkhasiat antidiare,

(76)

2.5 Eksudat Tumbuhan

Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan

atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati

lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa

senyawa kimia murni (Ditjen POM., 2000).

2.6 Komponen Dalam Sediaan Hair Tonic 2.6.1 Etanol 96%

Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap, jernih dan

berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut organik. Dalam formulasi sediaan ini, etanol digunakan sebagai

pelarut (Rowe, et al., 2009).

2.6.2 Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfit merupakan kristal tidak berwarna, serbuk kristal

berwarna putih hingga putih krem yang berbau. Digunakan sebagai antioksidan

dalam sediaan oral, parenteral dan topikal. Natrium metabisulfit sedikit larut

dalam etanol (95%), mudah larut dalam gliserin dan air. Konsentrasi yang

digunakan sebagai antioksidan adalah 0,01-0,1% (Wade and Paul, 1994).

2.6.3 Metil paraben

Metil paraben merupakan hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal

putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol dan

eter, praktis tidak larut dalam minyak, dan larut dalam 400 bagian air. Metil

paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet antimikroba dalam

(77)

topikal umumnya metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3%

(Rowe, et al., 2009).

2.6.4 Propil paraben

Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak

berasa. Larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air. Propil

paraben memiliki aktivitas sebagai antimikroba, umumnya digunakan sebagai

pengawet untuk sediaan farmasi, kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang

digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6% (Wade dan Paul, 1994).

2.6.5 Mentol

Pemerian mentol ialah serbuk kristal tidak berwarna dengan bau dan rasa

khas. Mentol tidak tercampur dengan timol, resorsin, kloral hidrat dan pirogalol.

Kegunaan mentol ialah pemberi sensasi dingin pada sediaan topikal dan juga

memberi bau. Mentol larut dalam etanol dan dapat juga digunakan sebagai

peningkat penetrasi ke kulit. Pada sediaan kosmetik, penggunaannya berkisar

0,1-2,0% (Rowe, et al., 2009).

2.6.6 Carboxy Methyl Cellulose Natrium (CMC Na)

CMC Na merupakan serbuk granul berwarna putih atau hampir putih, tidak

berbau dan higroskopis. Tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluene.

Mudah terdispersi dalam air dalam segala temperatur. Memilik pH 6,0-8,0.

Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat. Kegunaannya adalah sebagai

suspending agent. Konsentrasi yang digunakan sebagai suspending agent adalah

(78)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rambut mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Rambut

berperan sebagai proteksi terhadap lingkungan yang merugikan, antara lain suhu

dingin atau panas, dan ultraviolet. Rambut juga berfungsi sebagai pengatur suhu,

pendorong penguapan keringat, dan sebagai indera peraba yang sensitif. Di era

sekarang ini, peranan rambut lebih condong pada keserasian dan estetika (Azis

dan Muktiningsih, 1999).

Rambut mengalami siklus pertumbuhan dan kerontokan yang berbeda pada

setiap helainya (Mitsui, 1992). Kerontokan merupakan siklus alami dari rambut,

namun terkadang kuantitas dan frekuensi kerontokan menjadi meningkat sehingga

terjadi kebotakan. Hal ini umumnya disebabkan oleh gangguan hormonal, efek

samping obat, makanan yang dikonsumsi dan stres (Nusmara, 2012).

Perawatan rambut tidak cukup hanya dengan menggunakan shampo yang

hanya bersifat sebagai pembersih, namun juga perlu dipelihara dan dirawat

sehingga lebih sehat dan indah. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan

hair tonic (Nusmara, 2012).

Perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan yang

mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut dan kulit

kepala (Tranggono dan Latifah, 2007). Sediaan hair tonic saat ini sudah banyak

(79)

Pisang (Musa paradisiaca Linn.) merupakan tanaman yang berbuah hanya

sekali, kemudian mati (Dalimartha, 2003). Air bonggol pisang (Musa paradisiaca

Linn.) secara empiris telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut,

dengan mengusapkan langsung pada rambut air bonggol pisang yang telah

tertampung beberapa hari dari hasil kerokan bagian tengah batang pisang sampai

mendekati bonggolnya.

Menurut Rikenawati, getah dari bonggol pisang tersebut mengandung

saponin, flavonoid, asam askorbat, antrakuinon, kuinon, lektin dan tannin. Zat

antrakuinon yang terkandung di dalam getah bonggol pisang bermanfaat untuk

menyehatkan sekaligus menumbuhkan, menyuburkan dan mengatasi kerontokan

rambut. Disamping itu, batang pisang mengandung protein, kalsium (Ca), zat besi

(Fe), fosfor (P), selenium, vitamin B, vitamin C, serta air dan lemak yang

merupakan nutrisi sehingga rambut menjadi tebal (Iffah, 2015).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priskila (2012) menyebutkan,

air yang terdapat pada bonggol pisang mengandung senyawa-senyawa fitokimia

antara lain saponin, antrakuinon, kuinon, lektin dan tanin. Air bonggol pisang raja

pada penelitian ini diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.

Sediaan hair tonic dalam bentuk larutan dipilih karena mudah diaplikasikan dan

tidak lengket seperti sediaan semisolid lain sehingga tidak meninggalkan kerak

yang dapat memicu terbentuknya ketombe.

Air bonggol pisang raja pada penelitian ini diformulasikan ke dalam sediaan

(80)

sediaan hair tonic yang dibuat, selanjutnya diuji efektivitasnya terhadap

pertumbuhan rambut tikus.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. apakah air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair

tonic dalam bentuk larutan?

b. apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil dalam

penyimpanan?

c. apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja memiliki efektivitas

terhadap pertumbuhan rambut tikus?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

a. air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair tonic

dalam bentuk larutan.

b. sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil dalam penyimpanan.

c. hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15%

memiliki efektivitas pertumbuhan rambut ditinjau dari rata-rata panjang

(81)

a. untuk mengetahui apakah air bonggol pisang raja dapat diformulasikan

sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.

b. untuk mengetahui apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil

dalam penyimpanan.

c. untuk mengetahui bagaimana efektivitas sediaan hair tonic air bonggol

pisang raja yang diformulasi bila dibandingkan dengan sediaan hair tonic

yang ada di pasaran.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman pisang.

b. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat mengenai pemanfaatan air bonggol pisang raja sebagai

(82)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.) SEBAGAI HAIR TONIC

ABSTRAK

Latar belakang: Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk

merangsang pertumbuhan rambut. Air dari bonggol pisang (Musa paradisiaca Linn.) telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut. Dalam penelitian ini air bonggol pisang raja diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.

Tujuan: Memformulasi air bonggol pisang raja sebagai sediaan hair tonic,

mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pertumbuhan rambut dari sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja dengan variasi konsentrasi 5%; 10% dan 15 %.

Metode: Sediaan hair tonic dibuat dengan air bonggol pisang raja dengan

konsentrasi 5%; 10% dan 15%, bahan tambahan natrium metabisulfit, metil paraben, propil paraben, mentol, CMC Na dan pelarut campuran etanol 96% dan aquadest. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi, uji organoleptis (bau, warna, dan homogenitas), pH dan viskositas. Untuk uji efektivitas pertumbuhan rambut, hair tonic diaplikasikan secara topikal pada pagi dan sore hari ke punggung tikus yang telah dicukur. Pengamatan dilakukan selama 28 hari. Efektivitas pertumbuhan rambut ditentukan melalui pengukuran rata-rata panjang, diameter dan bobot rambut tikus serta dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).

Hasil: Hair tonic yang dihasilkan berupa larutan yang transparan, homogen dan

sedikit kental, viskositas (175,0 – 62,5 cPs) dan pH (5,5 – 7,4). Uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan stabil secara organoleptis, sedangkan pH meningkat dan viskositas menurun setelah penyimpanan selama 12 minggu. Formula dengan konsentrasi air bonggol pisang raja 15% menunjukkan rata-rata panjang rambut yang tidak berbeda signifikan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®), sedangkan hasil rata-rata diameter dan bobot rambut semua formula hair tonic yang dibuat lebih kecil dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).

Kesimpulan: Air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair

tonic berbentuk larutan. Semua formula sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Formula hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15% memiliki kemampuan dalam menumbuhkan rambut.

(83)

Background: Water of the plantain hump (Musa paradisiaca Linn.) has been

used by the soecity as a hair fertilizer. Hair tonic is cosmetic that used to stimulate the growth of hair. In this research water of the plantain hump is formulated as a hair tonic in the form of a solution.

Aim: To formulate the water of plantain hump as a hair tonic, to know the

physical stability and the effectivity of the hair growth from a hair tonic which containing the water of the plantain hump with variaties concentrations of 5%; 10% and 15%.

Methods: Hair tonic was made by water of the plantain hump with concentration

5%; 10% and 15%, additives sodium metabisulfite, methyl paraben, propyl paraben, menthol, CMC Na and solvent mixture of 96% ethanol and aquadest. Physical stability test done during 12 weeks of storage at room temperature include, organoleptic test (odor, color, and homogeneity), pH and viscosity. To test the effectivity of the preparations, hair tonic was applied topically in the morning and afternoon on the back of the rat that had been sheared. Observation of the effectivity done for 28 days. The effectivity of hair growth is determined by measuring the average length, diameter, weight of rats’ hair and compared them with hair tonic in the market (NATUR®).

Results: The hair tonic was a transparent solution, homogeneous and slightly

viscous, viscosity (175.0 – 62.5 cPs) and pH (5.5 – 7.4). The organoleptic physical stability test showed stable, while pH increased and viscosity decreased after storage on 12 weeks at room temperature. Formula with 15% water of plantain hump showed the average hair length did not different significant with hair tonic in the market (NATUR®), while the results of average hair diameter and weight all formula of hair tonic had smaller than a hair tonic in the market (NATUR®).

Conclusion: Water of the plantain hump can be formulated as a hair tonic

solution. All formula which contains by water of the plantain hump are stable physically for storage 12 weeks at room temperature. Hair tonic formula with 5%: 10% and 15% water of plantain hump have the ability in growing hair.

(84)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR

BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.)

SEBAGAI HAIR TONIC

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

EKA DHARMA ISNI

NIM 111501027

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(85)

SKRIPSI

OLEH:

EKA DHARMA ISNI

NIM 111501027

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(86)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL

PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.)

SEBAGAI HAIR TONIC

OLEH:

EKA DHARMA ISNI NIM 111501027

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 07 Maret 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195201171980031002

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dr. Anayanti Arianto, M. Si., Apt. Drs. Surjanto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001 NIP 196106191991031001

(87)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa

paradisiaca Linn.) Sebagai Hair Tonic. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,

Apt., dan Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu

dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung

jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S.,

Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas

kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Ucapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku ketua

penguji, Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si.,

Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk

menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU

yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

(88)

mengajarkan penulis ilmu kehidupan semasa hidup beliau, semoga Allah ta’ala

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada beliau sebagaimana yang

telah beliau berikan kepada penulis, selanjutnya kepada Ibunda tersayang Nik

‘Ayah dan adik-adikku Nurul A Fahmi dan Abi atas curahan cinta dan kasih

sayang, semangat dan doa yang tak ternilai dengan apa pun. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurlaila Subagio, Kelas Inspirasi Medan

dan Binjai Raya, Turun Tangan Medan, Yuekeyueka Handicraft dan Kaos Medan

Cooy atas perhatian, dukungan dan doa, Bapak Suker, Fahrul Rozi, Muammar dan

adik Qori, sahabat-sahabat terdekat terutama Fitri Falah, Siti Kholijah, Ananda

Paradita, Afina Faza, Annisa Mulia Hapsari, Laili Safitri, sahabat 620 Pesantren

Ar- Raudhatul Hasanah Medan Estuadi Tatag Ramadhan, Dayat Hasugian, Iqbal

Ridwan, Zikra Bunaiya, Maysarah, Nur Arina Yunita, Yusrina Santri, Nurmala

Sari, Nurhidayani, Ivo Silviana, Lisda Aldina dan Laili Mafruhah yang telah

banyak membantu dan menyemangati sepenuh hati serta teman-teman

mahasiswa/i Farmasi Stambuk 2011 yang selalu mendoakan dan memberi

semangat yang tiada henti.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 07 Maret 2016 Penulis,

(89)

Nama : Eka Dharma Isni

NIM : 111501027

Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa

paradisiaca Linn.) sebagai Hair Tonic

dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan pekerjaan yang saya

lakukan sendiri dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis

telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi

ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia

menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 07 Maret 2016 Yang membuat pernyataan,

(90)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.) SEBAGAI HAIR TONIC

ABSTRAK

Latar belakang: Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk

merangsang pertumbuhan rambut. Air dari bonggol pisang (Musa paradisiaca Linn.) telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut. Dalam penelitian ini air bonggol pisang raja diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.

Tujuan: Memformulasi air bonggol pisang raja sebagai sediaan hair tonic,

mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pertumbuhan rambut dari sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja dengan variasi konsentrasi 5%; 10% dan 15 %.

Metode: Sediaan hair tonic dibuat dengan air bonggol pisang raja dengan

konsentrasi 5%; 10% dan 15%, bahan tambahan natrium metabisulfit, metil paraben, propil paraben, mentol, CMC Na dan pelarut campuran etanol 96% dan aquadest. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi, uji organoleptis (bau, warna, dan homogenitas), pH dan viskositas. Untuk uji efektivitas pertumbuhan rambut, hair tonic diaplikasikan secara topikal pada pagi dan sore hari ke punggung tikus yang telah dicukur. Pengamatan dilakukan selama 28 hari. Efektivitas pertumbuhan rambut ditentukan melalui pengukuran rata-rata panjang, diameter dan bobot rambut tikus serta dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).

Hasil: Hair tonic yang dihasilkan berupa larutan yang transparan, homogen dan

sedikit kental, viskositas (175,0 – 62,5 cPs) dan pH (5,5 – 7,4). Uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan stabil secara organoleptis, sedangkan pH meningkat dan viskositas menurun setelah penyimpanan selama 12 minggu. Formula dengan konsentrasi air bonggol pisang raja 15% menunjukkan rata-rata panjang rambut yang tidak berbeda signifikan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®), sedangkan hasil rata-rata diameter dan bobot rambut semua formula hair tonic yang dibuat lebih kecil dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).

Kesimpulan: Air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair

tonic berbentuk larutan. Semua formula sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Formula hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15% memiliki kemampuan dalam menumbuhkan rambut.

(91)

Background: Water of the plantain hump (Musa paradisiaca Linn.) has been

used by the soecity as a hair fertilizer. Hair tonic is cosmetic that used to stimulate the growth of hair. In this research water of the plantain hump is formulated as a hair tonic in the form of a solution.

Aim: To formulate the water of plantain hump as a hair tonic, to know the

physical stability and the effectivity of the hair growth from a hair tonic which containing the water of the plantain hump with variaties concentrations of 5%; 10% and 15%.

Methods: Hair tonic was made by water of the plantain hump with concentration

5%; 10% and 15%, additives sodium metabisulfite, methyl paraben, propyl paraben, menthol, CMC Na and solvent mixture of 96% ethanol and aquadest. Physical stability test done during 12 weeks of storage at room temperature include, organoleptic test (odor, color, and homogeneity), pH and viscosity. To test the effectivity of the preparations, hair tonic was applied topically in the morning and afternoon on the back of the rat that had been sheared. Observation of the effectivity done for 28 days. The effectivity of hair growth is determined by measuring the average length, diameter, weight of rats’ hair and compared them with hair tonic in the market (NATUR®).

Results: The hair tonic was a transparent solution, homogeneous and slightly

viscous, viscosity (175.0 – 62.5 cPs) and pH (5.5 – 7.4). The organoleptic physical stability test showed stable, while pH increased and viscosity decreased after storage on 12 weeks at room temperature. Formula with 15% water of plantain hump showed the average hair length did not different significant with hair tonic in the market (NATUR®), while the results of average hair diameter and weight all formula of hair tonic had smaller than a hair tonic in the market (NATUR®).

Conclusion: Water of the plantain hump can be formulated as a hair tonic

solution. All formula which contains by water of the plantain hump are stable physically for storage 12 weeks at room temperature. Hair tonic formula with 5%: 10% and 15% water of plantain hump have the ability in growing hair.

(92)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kosmetik perawatan ... 5

2.2 Tonik rambut (hair tonic) ... 5

Gambar

Tabel uji normalitas (Shapiro-Wilk) rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok setelah 28 hari
Tabel uji One Way ANOVA rata-rata bobot rambut masing-masing kelompok setelah 28 hari
Tabel 3.2 Formula modifikasi
Tabel 3.3 Jumlah bahan pada formula sediaan hair tonic
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui aktivitas pertumbuhan rambut marmut dari sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah apel dalam konsentrasi 1, 3, 5% dan sediaan yang di pasaran (.Notel

Juga diharapkan memberikan informasi tentang konsentrasi MOL bonggol pisang dan waktu fermentasi yang optimum dalam pengomposan sampah organik daun-daunan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil simpulan bahwa Sediaan gel yang mengandung ekstrak metanol bonggol pisang kepok 2%, 4%, dan 8% menunjukan kestabilan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembuatan salep bonggol pisang Ambon menghasilkan sediaan salep yang memenuhi syarat dan konsentrasi 10%, 15% dan 20%

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengarun tween 80, propilenglikol dan VCO dalam menghasilkan formula sediaan hair tonic nanoemulsi ekstrak daun mangkokan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan gel dari ekstrak bonggol pisang kepok (Musa Paradisiaca L.) dengan konsentrasi 5% dan 10% menggunakan carbopol

Seluruh formulasi hair tonic ekstrak daun kunyit yang dibuat memiliki aktivitas antioksidan, namun pada formula III nilai aktivitas antioksidan paling tinggi dari formula yang

Berdasarkan penelitian (saragih,2013), kepok memiliki kadar serat tertinggi (29,62%) dibandingkan dengan bonggol pisang varietas yang lain yaitu Ambon (24,06%) dan Raja