a b
c d
e f
Keterangan: a. Batang pisang ditebang 30 cm dari tanah; b. Batang pisang
Lampiran 6. Foto alat
a b c
d e f
Keterangan: a. Jangka sorong; b. Timbangan analitik; c. Lumpang & alu;
Pohon pisang raja
Eksudat (air dan getah)
Ditebang sampai 20 cm mendekati bonggol
Dikerok bagian tengah batang sampai mendekati bonggol (membentuk lubang)
Ditutup lubang batang pisang raja
Didiamkan selama 2 hari
Disendoki
Dimasukkan ke dalam botol kaca bening
Sediaan uji hair tonic (konsentrasi 5%, 10%, 15%)
Diuji efektivitas pertumbuhan rambut terhadap 24 ekor hewan uji (tikus jantan) yang
Lampiran 8. Foto hasil uji stabilitas berbagai kelompok sediaan pada suhu kamar
selama 12 minggu
Kontrol (-) F1 F2 F3
Minggu 0
Minggu 4
Minggu 8
Dicukur rambut punggung tikus (Luas 4x4 cm)
Dioleskan hair tonic setiap pagi dan sore hari setelah 24 jam dicukur rambutnya.
Keterangan:
Kontrol normal: Tanpa treatment
Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)
Formula F1 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 5% Formula F2 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 10% Formula F3 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 15% Kontrol positif : Diolesi tonik rambut NATUR®
Lampiran 10. Foto hasil diameter rambut tikus kontrol normal
Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4
7
14
21
7
14
21
Lampiran 12. Foto hasil diameter rambut tikus formula F1
Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4
7
14
21
7
14
21
Lampiran 14. Foto hasil diameter rambut tikus formula F3
Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4
7
14
21
7
14
21
Lampiran 16. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus kontrol normal
Tikus 21 Hari 28 Hari
1
2
3
1
2
3
Lampiran 18. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus formula F1
Tikus 21 Hari 28 Hari
1
2
3
1
2
3
Lampiran 20. Foto hasil pertumbuhan rambut tikus formula F3
Tikus 21 Hari 28 Hari
1
2
3
1
2
3
Lampiran 22. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 7 hari (mm)
Kelompok No Panjang rambut (mm)
Lampiran 23. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 14 hari (mm)
Kelompok No Panjang rambut (mm)
Lampiran 24. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 21 hari (mm)
Kelompok No Panjang rambut (mm)
Lampiran 25. Hasil pengukuran panjang rambut tikus setelah 28 hari (mm)
Kelompok No Panjang rambut (mm)
Lampiran 26. Hasil pengukuran diameter rambut tikus setelah 7 hari (mm)
Kelompok No Diameter rambut (mm)
Lampiran 28. Hasil pengukuran diameter rambut tikus setelah 21 hari (mm)
Kelompok No Diameter rambut (mm)
Kelompok
Jumlah 10,6892 10,9008 10,5304 10,7686
Rata-rata 3,5631 3,6336 3,5101 3,5895
Jumlah 10,5040 11,0860 11,0331 11,0861
Rata-rata 3,5013 3,6953 3,6777 3,6954
Jumlah 10,7722 10,9802 11,5624 10,2923
Rata-rata 3,5907 3,6601 3,8541 3,4308
Jumlah 11,5093 11,6152 12,3561 12,1170
Rata-rata 3,8364 3,8717 4,1187 4,0390
Lampiran 30. Hasil penimbangan bobot rata-rata rambut tikus setelah 28 hari
pengolesan sediaan hair tonic air bonggol pisang
Lampiran 34. Tabel uji normalitas (Shapiro-Wilk) rata-rata diameter rambut
masing-masing kelompok
Kelompok Shapiro-Wilk Statistic df Sig.
Bobot rambut
Kontrol normal .970 4 .844
Formula F0 .900 4 .430
Formula F1 .930 4 .592
Formula F2 .935 4 .624
Formula F3 .880 4 .337
Lampiran 38. Tabel uji One Way ANOVA rata-rata bobot rambut
masing-masing kelompok setelah 28 hari
ANOVA
Rata-rata bobot rambut Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between Groups 3.672 5 .734 7.625 .001
Within Groups 1.734 18 .096
Tukey HSD
Rata-rata bobot rambut
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol normal 4 .6150
Formula F0 4 .6900
Formula F1 4 1.3150
Formula F3 4 1.3950
Formula F2 4 1.5050
DAFTAR PUSTAKA
Azis, S., dan Muktiningsih. S.R. (1999). Studi Kegunaan Sediaan Rambut. Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes. 9 (1): 6-13.
Bariqina, E., dan Zahida, I. (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Halaman 7-9, 11, 12, 30.
Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 97-100, 103.
Dalimartha, S., dan Soedibyo, M. (1998). Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Bogor: PT. Penebar Swadaya. Halaman 160.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 535.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Halaman 254-256.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1039.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 3.
Djajadisastra, J., Mun’im., dan Dessy, N.P. (2007). Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. 4(4): 210-216.
Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New York: Taylor and Francis Group. Halaman 191, 234- 235.
Feller, R.L. (1990). Evaluation of Cellulose Ethers for Conservation. America: Library of Congress Cataloging in Publication Data. Halaman 23, 24.
Flach, M., dan Rumawas, F. (1996). Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor: Prosea. Halaman 126-128.
Halaman 50.
Nusmara, K.G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia). Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia. Halaman 1, 30,31.
Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Pt. Alex Media Komputindo. Halaman 55.
Priskila, V. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia. Halaman 62.
Rawlins, E.A. (2003). Betley of Pharmaceuttics. Edisi XVIII. London: Baillierre Tindall. Halaman 22, 31.
Rieger, M. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII. New York: Chemical Publishing. Halaman 110.
Rook, A., dan Robert, D. (1991). Disease of The Hair and Scalp. 2nd Edition. London: Blackwell Scientific Pub. Halaman 245-246.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Exipient. 6th Edition. London: American Pharmaceutical Association. Halaman 119-120, 433-434, 442-443.
Shai, A., Howard I.M., dan Robert, B. (2009). Handbook of Cosmetic Skin Care. 2nd Edition. United Kingdom: Informa Healthcare. Halaman 221, 225, 226.
Sunarjono, H. (2004). Budi Daya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 16,17.
Tranggono, R.I., dan Fatma, L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-35.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 170, 436.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. Halaman 59, 60.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi, Laboratorium
Farmasi Fisik dan Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimental. Penelitian ini meliputi pengambilan sampel, formulasi
sediaan hair tonic, evaluasi stabilitas sediaan, dan uji efektivitas sebagai penyubur
rambut.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, gunting, pisau
silet (Gillette Goal®), timbangan analitik, pH meter (Hanna Instrument),
viskometer Brookfield, jangka sorong, lumpang dan alu, pipet tetes, spatula,
kertas saring, tisu lensa, objek gelas, mikroskop, dan alat-alat gelas di
laboratorium.
3.2Bahan
3.2.1 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, metil
paraben, propil paraben, natrium metabisulfit, mentol, carboxy metil cellulose
natrium (CMC Na) dan aquadest.
3.2.2 Bahan uji
Pada penelitian ini akan digunakan air bonggol pisang raja yang diperoleh
Kotamadya Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Determinasi tanaman pisang raja
dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA
Universitas Sumatera Utara.
3.3Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan sebanyak 24
ekor yang dibagi ke dalam enam kelompok, yaitu:
a. Kelompok I : Tanpa treatment (kontrol normal)
b. Kelompok II : Dioleskan sediaan blanko yang tidak mengandung air
bonggol pisang raja (formula F0)
c. Kelompok III : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 5% air
bonggol pisang raja (formula F1)
d. Kelompok IV : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 10% air
bonggol pisang raja (formula F2)
e. Kelompok V : Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung 15% air
bonggol pisang raja (formula F3)
f. Kelompok VI : Dioleskan tonik rambut NATUR® (kontrol positif)
3.4Prosedur Kerja
3.4.1 Pengolahan air bonggol pisang raja
Berdasarkan empiris, pengolahan air bonggol pisang raja adalah sebagai
berikut: pohon pisang raja ditebang sampai 20 cm mendekati bonggol. Dikerok
bagian tengah batang pisang raja sampai mendekati bonggol (diameter lubang: 11
cm; kedalaman lubang: 20 cm). Ditutup lubang batang pisang raja dan didiamkan
3.4.2 Formulasi sediaan hair tonic
Formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan hair tonic ini
menggunakan formula hair tonic menurut (Purnama dan Suhartiningsih, 2013)
yang kemudian dimodifikasi. Formula dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Formula sediaan hair tonic (Purnama dan Suhartiningsih, 2013)
No. Nama Bahan Jumlah
Tabel 3.2 Formula modifikasi
No. Nama Bahan F0 F 1 F 2 F 3
3.4.2.1 Perhitungan bahan
Perhitungan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan satu sediaan
hair tonic dalam 100 ml dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Jumlah bahan pada formula sediaan hair tonic
No. Nama Bahan F0 F 1 F 2 F 3
F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%
3.4.2.2 Cara pembuatan
Sebanyak 0,01 g natrium metabisulfit dilarutkan dalam 5 ml aquadest lalu
diaduk dan ditambahkan ke dalam air bonggol pisang raja (campuran I). Sebanyak
0,10 g metil paraben dan 0,01 g propil paraben yang masing-masing telah
dilarutkan dalam 5 ml etanol 96% ditambahkan ke dalam campuran I, lalu diaduk
(campuran II). Sebanyak 15,0 ml etanol 96% yang tersisa ditambahkan ke dalam
campuran II, lalu diaduk (campuran III). Sebanyak 0,50 g CMC Na ditaburkan
dalam air panas dimana banyaknya air panas adalah 20 kali dari jumlah CMC Na
yang ditimbang (10 ml). CMC Na dibiarkan sampai mengembang. Jika telah
mengembang CMC Na diaduk sampai diperoleh massa yang kental dan
dengan aquadest.
3.4.3 Evaluasi
3.4.3.1Sifat fisik sediaan hair tonic 3.4.3.1.1 Pengamatan organoleptis
Sediaan hair tonic diamati perubahan organoleptis, meliputi: bentuk, bau
dan warna.
3.4.3.1.2 Pemeriksaan pH
pH diukur dengan alat potensiometrik (pH meter). Alat terlebih dahulu
dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan
larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut,
elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel
dibuat dalam konsentrasi 1% (b/v) yaitu ditimbang 1 gram sediaan dilarutkan
dalam air suling ad 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.4.3.1.3 Penentuan viskositas
Penentuan viskositas sediaan hair tonic dilakukan dengan menggunakan
viskometer Brookfield. Spindel 61 dipasang pada tempatnya dan dimasukkan ke
dalam sediaan hingga tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 12 dan spindel
dibiarkan berputar, setelah jarum menunjukkan angka yang tetap maka
masing-masing formula. Viskositas diperoleh dengan mengalikan angka yang
terbaca dengan nilai faktor yaitu 5 (Djajadisastra, dkk., 2007; Voigt, 1994).
3.4.3.2Uji stabilitas sediaan Penyimpanan pada suhu kamar
Sampel disimpan pada suhu kamar selama 12 minggu kemudian dilakukan
evaluasi fisik (organoleptis, pH dan viskositas) setiap 2 minggu (Rieger, 2000).
3.4.3.3Uji efektivitas terhadap pertumbuhan rambut 3.4.3.3.1 Rancangan penelitian
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini sebelum tikus
uji diberi perlakuan uji adalah rancangan acak lengkap. Jumlah tikus jantan yang
dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus empiris
Federer: (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n
merupakan jumlah hewan tiap perlakuan (Pratisto, 2009). Pada penelitian ini
terdapat 6 perlakuan, setelah dihitung dengan menggunakan persamaan di atas
maka pada tiap perlakuan masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus.
3.4.3.3.2 Penyiapan hewan uji
Sebelum pengujian efektivitas pada tikus dilakukan, tikus jantan yang
akan digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu, kemudian
tikus-tikus jantan tersebut dibagi menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompoknya
terdiri dari 4 ekor tikus, dapat dilihat pada Tabel 3.3. Rambut pada bagian
punggung masing-masing tikus dicukur dengan menggunakan pisau silet Gillette
Goal® dengan luas 4x4 cm2. Tikus didiamkan selama 24 jam kemudian bahan uji
Tikus
Kontrol Normal 4 Tanpa treatment
Formula F0 4 Dioleskan sediaan blanko yang tidak mengandung air bonggol pisang raja
Formula F1 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%
Formula F2 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 10%
Formula F3 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 15%
Kontrol Positif 4 Dioleskan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®)
Keterangan:
F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%
3.4.3.3.3 Cara perlakuan
Sediaan uji dioleskan ke punggung tikus tiap pagi dan sore hari selama 28
hari. Kelompok 1 tidak diolesi sediaan hair tonic sebagai kontrol normal,
kelompok 2 diolesi blanko sebagai formula F0, kelompok 3 diolesi sediaan hair
tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5% (Formula F1), kelompok 4
diolesi sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 10%
(Formula F2), kelompok 5 diolesi sediaan hair tonic yang mengandung air
bonggol pisang raja 15% (Formula F3) dan kelompok 6 diolesi sediaan hair tonic
3.4.3.3.4 Penentuan panjang rambut
Penentuan panjang rambut yang tumbuh pada punggung tikus yang telah
dicukur dilakukan setelah 7, 14, 21, dan 28 hari. Rambut dicabut sampai ke akar
rambut dengan menggunakan pinset. Sebanyak 10 helai rambut tikus terpanjang
diukur panjangnya dengan menggunakan jangka sorong. Data rata-rata panjang
rambut yang diperoleh diolah secara statistik untuk melihat apakah ada perbedaan
yang bermakna antara daerah uji dengan kontrol.
3.4.3.3.5 Penentuan diameter rambut
Penentuan diameter rambut dilakukan untuk mengetahui ketebalan rambut.
Pengukuran dilakukan pada rambut setelah 7, 14, 21, dan 28 hari. Rambut dicabut
sampai ke akar rambut dengan menggunakan pinset. Sebanyak 3 helai rambut
diamati diameternya pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x.
3.4.3.3.6 Penentuan bobot rambut
Penentuan bobot rambut dilakukan untuk mengetahui kelebatan rambut.
Pengukuran bobot dilakukan setelah 28 hari dengan cara mencukur rambut yang
tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang. Hasil yang diperolah dihitung secara
4.1 Hasil Pengolahan Air Bonggol Pisang Raja
Air bonggol pisang raja yang diperoleh setelah didiamkan selama 2 hari
adalah sebanyak 500 mL.
4.2 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual pada suhu kamar selama
12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4 minggu. Hasil pemeriksaan
organoleptis sediaan hair tonic air bonggol pisang raja dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan hair tonic
air bonggol pisang raja
Pengamatan Sediaan Lama Penyimpanan
Awal 4 minggu 8 minggu 12 minggu
F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15% b : Baik
t : Transparan
Berdasarkan Tabel 4.1 hasil uji stabilitas organoleptis seluruh sediaan hair
tonic air bonggol pisang raja tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau
selama 12 minggu. Sediaan dinyatakan stabil jika tidak mengalami perubahan
bentuk, warna dan bau (Draelos dan Thaman, 2006). Seluruh sediaan dinyatakan
stabil.
4.2.2 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna
instruments) selama 12 minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 2 minggu.
Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan hair tonic air bonggol pisang raja
Keterangan:
F0 : Sediaan tidak mengandung air bonggol pisang raja F1 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 5% F2 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 10% F3 : Sediaan mengandung air bonggol pisang raja 15%
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas pH dari masing-masing sediaan selama
penyimpanan terjadi peningkatan, hal ini disebabkan karena sifat dari CMC Na.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pH larutan CMC Na diperoleh sebesar
6,7, tetapi setelah penyimpanan selama 14 hari pada suhu kamar mengalami
kenaikan menjadi 7,0. Hal ini menunjukkan bahwa, pH larutan CMC Na
meningkat selama penyimpanan. Hasil uji pengukuran pH sediaan hair tonic air
aman yaitu keasaman dan kebasaan antara pH 3-6,9 dan pH 7,1-10 (Bariqina dan
Zahida, 2001).
Gambar 4.1. Hasil pengukuran pH selama penyimpanan pada suhu kamar 4.2.3 Pemeriksaan viskositas
Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
brookfield spindel 61 speed 12 selama 12 minggu dengan rentang waktu
pemeriksaan 2 minggu. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Data pengukuran viskositas sediaan hair tonic air bonggol pisang raja
Keterangan:
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa viskositas sediaan hair tonic air bonggol
pisang raja menurun selama penyimpanan. Hasil uji stabilitas terhadap viskositas
sediaan hair tonic air bonggol pisang raja baik kontrol negatif maupun sediaan
formula yang dibuat adalah berkisar (175,0 – 62,5 cPs). Penurunan viskositas ini
terjadi karena terjadi reaksi hidrolisis. Hidrolisis senyawa CMC Na menyebabkan
terputusnya ikatan antar molekul pembentuk CMC Na dan perubahan struktur
mempengaruhi viskositas dari suatu larutan (Feller, 1990). CMC Na memiliki
sifat aliran pseudoplastis, yang mana viskositas zat pseudoplastis berkurang
dengan meningkatnya rate of share dan shearing stress yang semakin bergeser ke
arah yang lebih tinggi (Martin, dkk., 2008).
Gambar 4.2. Hasil pengukuran viskositas selama penyimpanan pada suhu kamar 4.3 Uji efektivitas air bonggol pisang raja terhadap pertumbuhan rambut 4.3.1 Hasil perhitungan rata-rata panjang rambut
Hasil perhitungan rata-rata panjang rambut tikus tiap perlakuan per
Keterangan:
Kontrol normal: Tanpa treatment
Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)
Formula F1 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 5% Formula F2 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 10% Formula F3 : Diolesi sediaan yang mengandung air bonggol pisang raja 15% Kontrol positif : Diolesi tonik rambut NATUR®
Gambar 4.3 Grafik rata-rata panjang rambut tikus setelah 7, 14, 21 dan 28 hari
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 rata-rata panjang rambut tikus setelah 28
hari kelompok kontrol normal, formula F0, formula F1, formula F2, formula F3
dan kontrol positif berturut-turut adalah12,71 ± 2,13; 14,25 ± 2,91; 17,60 ± 2,63;
20,13 ± 3,16; 22,93 ± 3,24 dan 24,87 ± 3,29 mm. Berdasarkan data tersebut
Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey
menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang rambut kelompok formula F1, F2
dan F3 yang berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal dan kontrol
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula hair tonic yang mengandung
air bonggol pisang raja memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan panjang
rambut. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,
kelompok formula F1 dan F2 belum mampu mengimbangi kelompok kontrol
positif dalam meningkatkan pertumbuhan panjang rambut, akan tetapi kelompok
formula F3 sudah mampu mengimbangi kelompok kontrol positif dalam
meningkatkan pertumbuhan panjang rambut. Hasil perhitungan statistik dapat
dilihat pada Lampiran 31-33, halaman 91-93.
4.3.2 Hasil perhitungan rata-rata diameter rambut
Hasil perhitungan rata-rata diameter rambut tikus tiap perlakuan per
minggu dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.5 Hasil rata-rata diameter rambut tiap perlakuan pada setiap minggu
Keterangan:
Kontrol normal: Tanpa treatment
Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 rata-rata diameter rambut tikus setelah 28
hari kelompok kontrol normal, formula F0, formula F1, formula F2, formula F3
dan kontrol positif berturut-turut adalah3,16 ± 0,16; 3,24 ± 0,34; 3,57 ± 0,24; 3,63
± 0,37; 3,64 ± 0,16 dan 3,97 ± 0,43 mm. Berdasarkan data tersebut terlihat adanya
peningkatan rata-rata diameter rambut.
Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey
menunjukkan rata-rata diameter rambut kelompok formula F1, F2 dan F3 yang
berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal dan kontrol negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa semua formula hair tonic yang mengandung air bonggol
pisang raja memiliki kemampuan meningkatkan diameter atau menebalkan
rambut, selanjutnya bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,
kelompok formula F1, F2 dan F3 belum memiliki kemampuan meningkatkan
diameter atau menebalkan rambut yang sebanding kemampuannya dengan
kelompok kontrol positif. Hasil perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran
4.3.3 Hasil perhitungan rata-rata bobot rambut
Hasil perhitungan rata-rata bobot rambut tikus tiap setelah 28 hari diberi
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil penimbangan bobot rata-rata rambut tikus setelah 28 hari
pengolesan sediaan hair tonic air bonggol pisang raja
Kelompok
Kontrol normal: Tanpa treatment
Formula F0 : Diolesi blanko (tanpa air bonggol pisang raja)
formula F3 dan kontrol positif berturut-turut adalah0,62 ± 0,7017; 0,69 ± 0,7396;
1,32 ± 0,2859; 1,40 ± 0,3243; 1,51 ± 0,1352 dan 1,60 ± 0,0909 gram. Berdasarkan
data tersebut terlihat adanya peningkatan rata-rata bobot pertumbuhan rambut.
Uji dengan metode ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan
rata-rata bobot rambut kelompok formula F1, F2 dan F3 yang berbeda signifikan
dengan kelompok kontrol normal dan formula F0. Hal ini menunjukkan bahwa
semua hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja memiliki kemampuan
dalam melebatkan rambut. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol positif, kelompok formula F1, F2 dan F3 memiliki kemampuan
melebatkan rambut yang sebanding dengan kontrol positif dan bila dilihat dari
data Tabel 4.7, kelompok formula F3 memiliki nilai bobot rata-rata rambut yang
mendekati nilai dari bobot rata-rata kelompok kontrol positif. Hasil perhitungan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair tonic
dalam bentuk larutan.
b. sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan
15% stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.
c. sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 15% lebih
efektif menumbuhkan rambut dibandingkan dengan konsentrasi air bonggol
pisang raja 5% dan 10%, namun kurang efektif bila dibandingkan dengan
sediaan yang ada di pasaran (NATUR®), tetapi tidak berbeda signifikan
secara statistik.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
2.1 Kosmetik Perawatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998,
kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada bagian
luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan,
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
(Tranggono dan Fatma, 2007).
Kosmetik berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan dan
dekoratif. Kosmetik perawatan misalnya kosmetik untuk membersihkan,
melembabkan, maupun melindungi bagian tubuh seperti kulit dan rambut,
sedangkan kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada
bagian tubuh sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik (Tranggono
dan Fatma, 2007).
2.2 Tonik Rambut (Hair Tonic)
Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan
kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau
merangsang pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Ditjen
POM., 1985).
Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat
larutan adalah air, alkohol dan gliserin (Ditjen POM., 1985).
Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar
alkohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut,
sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Ditjen POM., 1985).
Zat khasiat yang digunakan untuk tonik rambut mempunyai efek antara lain,
membersihkan, menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi
darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan
merangsang pertumbuhan rambut (Ditjen POM., 1985).
2.3 Rambut
2.3.1 Pengertian rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir (Djuanda, 2007).
Rambut tumbuh di atas kulit dan akarnya tertanam di dalam kulit, sel dan
perubahan biologis lainnya terdapat dalam akar yang menentukan pertumbuhan
dan perontokan rambut. Bagian rambut yang keluar dari kulit dinamakan batang
rambut (Tranggono dan Fatma, 2007).
Ada berbagai jenis rambut yang tumbuh di kepala dan tubuh kita, yaitu:
a. Rambut yang panjang dan kasar di kepala
b. Rambut yang kasar tetapi pendek berupa alis di atas mata.
c. Rambut agak kasar tapi tidak sepanjang rambut di kepala, yaitu pada ketiak
dan sekeliling alat kelamin pada orang yang sudah akil balik.
d. Rambut yang halus pada pipi, hidung, dahi, serta bagian tubuh lainnya (kulit
1. Rambut terminal, yang umumnya kasar, misalnya rambut kepala, alis,
rambut ketiak, dan rambut kelamin.
2. Rambut vellus, yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan
lengan (Tranggono dan Fatma, 2007).
Rambut sehat mempunyai struktur elastis, tidak mudah patah atau terlepas
dari akarnya, berkilap, dengan kontur rata mulai dari akar sampai ke ujung
rambut. Rambut dapat sedikit menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi
rambut terdiri atas zat karbon ± 50%, hidrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan
oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida,
misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja, 1997).
Gambar 2.1 Struktur rambut
(Sumber: Shai, et al., 2009)
2.3.2 Anatomi rambut
Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada
glikogen, asam sitrat, asam laktat, dan sejumlah garam mineral serta enzim.
Rambut terdiri dari dua bagian yaitu batang rambut dan akar rambut (Tranggono
dan Fatma, 2007).
2.3.2.1Batang rambut
Bagian rambut yang ada di bagian luar kulit dinamakan batang rambut. Jika
rambut dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
a. Kutikula rambut, terdiri dari sel-sel keratin yang pipih, dan saling
bertumpuk seperti sisik ikan. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi
rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut.
Kutikula dapat rusak karena tekanan mekanik misalnya disisir.
b. Korteks rambut, adalah lapisan yang lebih dalam (antara kutikula dan
medula), terdiri dari sel-sel yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini
sebagian besar terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara.
c. Medula rambut, terdiri dari tiga atau empat lapis sel yang berbentuk kubus,
berisikan keratohialin, butir-butir lemak dan rongga udara (Tranggono dan
Fatma, 2007).
rambut tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kantong rambut (folikel
rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:
a. Kantong rambut (folikel), merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung
dan berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit
sampai di bagian terbawah umbi rambut.
b. Papil rambut, ialah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di
bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi
rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi
bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya, sel-sel
tunas rambut, zat protein (zat korney) yang membentuk keratin, zat
makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin (zat
pigmen/ zat warna rambut), oksigen, karbon, zat lemak, dan lain-lain
(Bariqina dan Zahida, 2001).
Gambar 2.3 Struktur akar rambut
2.3.3 Siklus rambut
Siklus rambut ialah proses tumbuhnya rambut menjadi dewasa, rontok dan
kemudian berganti rambut yang baru. Dalam proses pertumbuhan rambut hingga
tua, terdapat beberapa fase pertumbuhan: anagen (masa pertumbuhan), katagen
(masa terhentinya pertumbuhan), dan telogen (masa istirahat) (Bariqina dan
Zahida, 2001).
Gambar 2.4 Siklus pertumbuhan rambut
(Sumber: Shai, et al., 2009)
2.3.3.1 Masa anagen
Masa anagen adalah masa pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus
membentuk sel rambut secara mitosis. Proses anagen membutuhkan waktu 2-3
dan jaringan ikat sekitar kandung rambut di daerah umbi rambut menebal,
sedangkan papil rambut mengeriput sehingga umbi rambut tidak lagi memperoleh
makanan. Pada masa ini, rambut tidak tumbuh lagi dan bagian terdalam pada akar
rambut membulat seperti gada (clubbed hair). Clubbed hair tidak segera rontok,
tetapi secara perlahan rambut-rambut ini terdorong ke atas dan akhirnya rontok.
Banyaknya rambut yang rontok disebabkan oleh siklus pertumbuhan rambut
normal yang tidak melampaui 40-80 helai rambut selama 24 jam. Masa peralihan
ini memerlukan waktu proses 2-3 minggu (Bariqina dan Zahida, 2001).
2.3.3.2Masa telogen
Masa telogen adalah masa istirahat ketika papil rambut yang mengeriput
selama masa katagen dan masih tinggal pada tempat semula, akan bekerja dan
berkembang kembali untuk membentuk umbi baru. Pada masa ini mulai terbentuk
proses karetinisasi, kemudian terbentuk tunas rambut baru yang semakin lama
semakin tumbuh ke atas, mendorong rambut lama hingga terlepas sendiri atau
lepas pada saat melakukan penyisiran rambut, setelah rambut yang lama terlepas
maka akan tumbuh rambut baru. Masa telogen memerlukan waktu proses 2-3
minggu (Bariqina dan Zahida, 2001).
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut 2.3.4.1 Faktor intrinsik
Faktor ini meliputi umur, genetik, imunologis, sirkulasi darah ke folikel dan
mempunyai peran penting pada pertumbuhan, distribusi dan pigmentasi rambut
manusia, terutama pada masa pubertas dimana hormon ini memicu pertumbuhan
rambut sekunder (Rook dan Robert, 1991).
Estrogen memperlambat pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi
memperpanjang durasi fase anagen. Tirosin mempercepat aktivitas anagen dan
kortison justru memperlambat aktivitas anagen (Rook dan Robert, 1991).
Androgen dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan rambut dan juga
ukuran diameter rambut. Namun pada kulit kepala yang memiliki alopesia
androgenik, androgen justru menurunkan diameter batang rambut, kecepatan
pertumbuhan rambut dan durasi fase anagen (Rook dan Robert, 1991).
Perubahan hormon testosteron menjadi 5α-dihidrotestoteron (DHT) pada
folikel rambut bergantung pada keberadaan enzim 5α-reduktase. DHT berikatan
dengan reseptor dalam sel, ditransportasi ke dalam nukleus kemudian akan
mengaktifkan gen spesifik yang menginduksi produksi protein tipe tertentu,
kemudian protein ini akan menghambat pertumbuhan rambut (Mitsui, 1992).
2.3.4.2 Faktor ekstrinsik
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kulit kepala merupakan
faktor ekstrinsik pertumbuhan rambut. Faktor lingkungan tersebut meliputi
perubahan cuaca ekstrim, paparan ultraviolet, sinar-X, radioaktif, iritasi zat kimia
atau penutupan dan penekanan rambut serta kulit kepala (Ditjen POM., 1985).
Apabila faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, maka kulit kepala dapat
mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis yang menyebabkan kulit
sistein (Dalimartha dan Soedibyo, 1998).
2.4 Uraian Tumbuhan
2.4.1 Klasifikasi tumbuhan (Flach dan Rumawas, 1996)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca Linn.
2.4.2 Morfologi tumbuhan
Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.
Tingginya antara 2-9 meter, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol)
yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman
baru. Secara terinci, morfologi tumbuhan pisang dicirikan dengan struktur bagian
tanaman sebagai berikut:
1. Batang Semu. Pisang mempunyai batang semu yang sebenarnya tersusun
atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga
mencapai ketebalan 20-50 cm. Lapisan pada batang ini sebenarnya
merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpang banyak air
Terkadang pada satu tanaman terdapat dua batang semu atau sering disebut
berbatang ganda (Dalimartha, 2003).
2. Batang. Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu yang
sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat
mata calon tumbuh tunas anakan. Sementara pada bagian bawah bonggol
terdapat perakaran serabut yang lunak (Sunarjono, 2004).
3. Daun. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman,
keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara
progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah
koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang
tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan
menyirip, warnanya hijau (Dalimartha, 2003).
4. Bunga. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga
dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas
dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan
berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung
tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut
sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai
berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan
(Dalimartha, 2003).
5. Buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti
sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau cokelat. Tiap
2.4.3 Kandungan kimia tumbuhan
Akar mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitriptamin,
dopamin, vitamin A, B dan C. Buah mengandung flavonoid, glukosa, fruktosa,
sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap, kaya akan vitamin (A, B, C,
dan E), mineral, kalium (kalium, kalsium, fosfor, Fe), pektin, serotonin, 5-hidroksi
triptamin, dopamin dan noradreanalin. Kandungan kalium pada buah pisang
cukup tinggi yang kadarnya bervariasi tergantung jenis pisangnya. Buah muda
mengandung banyak tanin (Dalimartha, 2003).
Air yang terdapat pada bonggol pisang mengandung senyawa-senyawa
fitokimia, antara lain saponin, antrakuinon, kuinon, lektin dan tanin (Priskila,
2012).
2.4.4 Khasiat tumbuhan
Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astringen, melumas (lubricate)
usus, penawar racun, penurun panas (antipiretik), antiradang, peluruh kencing
(diuretik), laksatif ringan. Akar berkhasiat sebagai penawar racun, pereda demam
(antipiretik), mendinginkan darah, antiradang, dan peluruh kencing. Hati batang
pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan rambut. Cairan dari
bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan perdarahan
(hemostatik), penurun panas (antipiretik), serta penghitam dan mencegah rambut
rontok. Buah muda dan akar berkhasiat astringen. Buah muda berkhasiat antidiare,
2.5 Eksudat Tumbuhan
Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan
atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa
senyawa kimia murni (Ditjen POM., 2000).
2.6 Komponen Dalam Sediaan Hair Tonic 2.6.1 Etanol 96%
Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap, jernih dan
berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik. Dalam formulasi sediaan ini, etanol digunakan sebagai
pelarut (Rowe, et al., 2009).
2.6.2 Natrium metabisulfit
Natrium metabisulfit merupakan kristal tidak berwarna, serbuk kristal
berwarna putih hingga putih krem yang berbau. Digunakan sebagai antioksidan
dalam sediaan oral, parenteral dan topikal. Natrium metabisulfit sedikit larut
dalam etanol (95%), mudah larut dalam gliserin dan air. Konsentrasi yang
digunakan sebagai antioksidan adalah 0,01-0,1% (Wade and Paul, 1994).
2.6.3 Metil paraben
Metil paraben merupakan hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol dan
eter, praktis tidak larut dalam minyak, dan larut dalam 400 bagian air. Metil
paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet antimikroba dalam
topikal umumnya metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3%
(Rowe, et al., 2009).
2.6.4 Propil paraben
Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak
berasa. Larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air. Propil
paraben memiliki aktivitas sebagai antimikroba, umumnya digunakan sebagai
pengawet untuk sediaan farmasi, kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang
digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6% (Wade dan Paul, 1994).
2.6.5 Mentol
Pemerian mentol ialah serbuk kristal tidak berwarna dengan bau dan rasa
khas. Mentol tidak tercampur dengan timol, resorsin, kloral hidrat dan pirogalol.
Kegunaan mentol ialah pemberi sensasi dingin pada sediaan topikal dan juga
memberi bau. Mentol larut dalam etanol dan dapat juga digunakan sebagai
peningkat penetrasi ke kulit. Pada sediaan kosmetik, penggunaannya berkisar
0,1-2,0% (Rowe, et al., 2009).
2.6.6 Carboxy Methyl Cellulose Natrium (CMC Na)
CMC Na merupakan serbuk granul berwarna putih atau hampir putih, tidak
berbau dan higroskopis. Tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluene.
Mudah terdispersi dalam air dalam segala temperatur. Memilik pH 6,0-8,0.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat. Kegunaannya adalah sebagai
suspending agent. Konsentrasi yang digunakan sebagai suspending agent adalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Rambut mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Rambut
berperan sebagai proteksi terhadap lingkungan yang merugikan, antara lain suhu
dingin atau panas, dan ultraviolet. Rambut juga berfungsi sebagai pengatur suhu,
pendorong penguapan keringat, dan sebagai indera peraba yang sensitif. Di era
sekarang ini, peranan rambut lebih condong pada keserasian dan estetika (Azis
dan Muktiningsih, 1999).
Rambut mengalami siklus pertumbuhan dan kerontokan yang berbeda pada
setiap helainya (Mitsui, 1992). Kerontokan merupakan siklus alami dari rambut,
namun terkadang kuantitas dan frekuensi kerontokan menjadi meningkat sehingga
terjadi kebotakan. Hal ini umumnya disebabkan oleh gangguan hormonal, efek
samping obat, makanan yang dikonsumsi dan stres (Nusmara, 2012).
Perawatan rambut tidak cukup hanya dengan menggunakan shampo yang
hanya bersifat sebagai pembersih, namun juga perlu dipelihara dan dirawat
sehingga lebih sehat dan indah. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan
hair tonic (Nusmara, 2012).
Perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan yang
mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut dan kulit
kepala (Tranggono dan Latifah, 2007). Sediaan hair tonic saat ini sudah banyak
Pisang (Musa paradisiaca Linn.) merupakan tanaman yang berbuah hanya
sekali, kemudian mati (Dalimartha, 2003). Air bonggol pisang (Musa paradisiaca
Linn.) secara empiris telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut,
dengan mengusapkan langsung pada rambut air bonggol pisang yang telah
tertampung beberapa hari dari hasil kerokan bagian tengah batang pisang sampai
mendekati bonggolnya.
Menurut Rikenawati, getah dari bonggol pisang tersebut mengandung
saponin, flavonoid, asam askorbat, antrakuinon, kuinon, lektin dan tannin. Zat
antrakuinon yang terkandung di dalam getah bonggol pisang bermanfaat untuk
menyehatkan sekaligus menumbuhkan, menyuburkan dan mengatasi kerontokan
rambut. Disamping itu, batang pisang mengandung protein, kalsium (Ca), zat besi
(Fe), fosfor (P), selenium, vitamin B, vitamin C, serta air dan lemak yang
merupakan nutrisi sehingga rambut menjadi tebal (Iffah, 2015).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priskila (2012) menyebutkan,
air yang terdapat pada bonggol pisang mengandung senyawa-senyawa fitokimia
antara lain saponin, antrakuinon, kuinon, lektin dan tanin. Air bonggol pisang raja
pada penelitian ini diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.
Sediaan hair tonic dalam bentuk larutan dipilih karena mudah diaplikasikan dan
tidak lengket seperti sediaan semisolid lain sehingga tidak meninggalkan kerak
yang dapat memicu terbentuknya ketombe.
Air bonggol pisang raja pada penelitian ini diformulasikan ke dalam sediaan
sediaan hair tonic yang dibuat, selanjutnya diuji efektivitasnya terhadap
pertumbuhan rambut tikus.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. apakah air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair
tonic dalam bentuk larutan?
b. apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil dalam
penyimpanan?
c. apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja memiliki efektivitas
terhadap pertumbuhan rambut tikus?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
a. air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair tonic
dalam bentuk larutan.
b. sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil dalam penyimpanan.
c. hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15%
memiliki efektivitas pertumbuhan rambut ditinjau dari rata-rata panjang
a. untuk mengetahui apakah air bonggol pisang raja dapat diformulasikan
sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.
b. untuk mengetahui apakah sediaan hair tonic air bonggol pisang raja stabil
dalam penyimpanan.
c. untuk mengetahui bagaimana efektivitas sediaan hair tonic air bonggol
pisang raja yang diformulasi bila dibandingkan dengan sediaan hair tonic
yang ada di pasaran.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman pisang.
b. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat mengenai pemanfaatan air bonggol pisang raja sebagai
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.) SEBAGAI HAIR TONIC
ABSTRAK
Latar belakang: Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk
merangsang pertumbuhan rambut. Air dari bonggol pisang (Musa paradisiaca Linn.) telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut. Dalam penelitian ini air bonggol pisang raja diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.
Tujuan: Memformulasi air bonggol pisang raja sebagai sediaan hair tonic,
mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pertumbuhan rambut dari sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja dengan variasi konsentrasi 5%; 10% dan 15 %.
Metode: Sediaan hair tonic dibuat dengan air bonggol pisang raja dengan
konsentrasi 5%; 10% dan 15%, bahan tambahan natrium metabisulfit, metil paraben, propil paraben, mentol, CMC Na dan pelarut campuran etanol 96% dan aquadest. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi, uji organoleptis (bau, warna, dan homogenitas), pH dan viskositas. Untuk uji efektivitas pertumbuhan rambut, hair tonic diaplikasikan secara topikal pada pagi dan sore hari ke punggung tikus yang telah dicukur. Pengamatan dilakukan selama 28 hari. Efektivitas pertumbuhan rambut ditentukan melalui pengukuran rata-rata panjang, diameter dan bobot rambut tikus serta dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).
Hasil: Hair tonic yang dihasilkan berupa larutan yang transparan, homogen dan
sedikit kental, viskositas (175,0 – 62,5 cPs) dan pH (5,5 – 7,4). Uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan stabil secara organoleptis, sedangkan pH meningkat dan viskositas menurun setelah penyimpanan selama 12 minggu. Formula dengan konsentrasi air bonggol pisang raja 15% menunjukkan rata-rata panjang rambut yang tidak berbeda signifikan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®), sedangkan hasil rata-rata diameter dan bobot rambut semua formula hair tonic yang dibuat lebih kecil dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).
Kesimpulan: Air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair
tonic berbentuk larutan. Semua formula sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Formula hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15% memiliki kemampuan dalam menumbuhkan rambut.
Background: Water of the plantain hump (Musa paradisiaca Linn.) has been
used by the soecity as a hair fertilizer. Hair tonic is cosmetic that used to stimulate the growth of hair. In this research water of the plantain hump is formulated as a hair tonic in the form of a solution.
Aim: To formulate the water of plantain hump as a hair tonic, to know the
physical stability and the effectivity of the hair growth from a hair tonic which containing the water of the plantain hump with variaties concentrations of 5%; 10% and 15%.
Methods: Hair tonic was made by water of the plantain hump with concentration
5%; 10% and 15%, additives sodium metabisulfite, methyl paraben, propyl paraben, menthol, CMC Na and solvent mixture of 96% ethanol and aquadest. Physical stability test done during 12 weeks of storage at room temperature include, organoleptic test (odor, color, and homogeneity), pH and viscosity. To test the effectivity of the preparations, hair tonic was applied topically in the morning and afternoon on the back of the rat that had been sheared. Observation of the effectivity done for 28 days. The effectivity of hair growth is determined by measuring the average length, diameter, weight of rats’ hair and compared them with hair tonic in the market (NATUR®).
Results: The hair tonic was a transparent solution, homogeneous and slightly
viscous, viscosity (175.0 – 62.5 cPs) and pH (5.5 – 7.4). The organoleptic physical stability test showed stable, while pH increased and viscosity decreased after storage on 12 weeks at room temperature. Formula with 15% water of plantain hump showed the average hair length did not different significant with hair tonic in the market (NATUR®), while the results of average hair diameter and weight all formula of hair tonic had smaller than a hair tonic in the market (NATUR®).
Conclusion: Water of the plantain hump can be formulated as a hair tonic
solution. All formula which contains by water of the plantain hump are stable physically for storage 12 weeks at room temperature. Hair tonic formula with 5%: 10% and 15% water of plantain hump have the ability in growing hair.
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR
BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.)
SEBAGAI HAIR TONIC
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
EKA DHARMA ISNI
NIM 111501027
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
SKRIPSI
OLEH:
EKA DHARMA ISNI
NIM 111501027
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL
PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.)
SEBAGAI HAIR TONIC
OLEH:
EKA DHARMA ISNI NIM 111501027
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 07 Maret 2016
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195201171980031002
Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001
Dr. Anayanti Arianto, M. Si., Apt. Drs. Surjanto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001 NIP 196106191991031001
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa
paradisiaca Linn.) Sebagai Hair Tonic. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,
Apt., dan Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu
dan tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S.,
Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas
kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku ketua
penguji, Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si.,
Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., selaku dosen
pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU
yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga
mengajarkan penulis ilmu kehidupan semasa hidup beliau, semoga Allah ta’ala
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada beliau sebagaimana yang
telah beliau berikan kepada penulis, selanjutnya kepada Ibunda tersayang Nik
‘Ayah dan adik-adikku Nurul A Fahmi dan Abi atas curahan cinta dan kasih
sayang, semangat dan doa yang tak ternilai dengan apa pun. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurlaila Subagio, Kelas Inspirasi Medan
dan Binjai Raya, Turun Tangan Medan, Yuekeyueka Handicraft dan Kaos Medan
Cooy atas perhatian, dukungan dan doa, Bapak Suker, Fahrul Rozi, Muammar dan
adik Qori, sahabat-sahabat terdekat terutama Fitri Falah, Siti Kholijah, Ananda
Paradita, Afina Faza, Annisa Mulia Hapsari, Laili Safitri, sahabat 620 Pesantren
Ar- Raudhatul Hasanah Medan Estuadi Tatag Ramadhan, Dayat Hasugian, Iqbal
Ridwan, Zikra Bunaiya, Maysarah, Nur Arina Yunita, Yusrina Santri, Nurmala
Sari, Nurhidayani, Ivo Silviana, Lisda Aldina dan Laili Mafruhah yang telah
banyak membantu dan menyemangati sepenuh hati serta teman-teman
mahasiswa/i Farmasi Stambuk 2011 yang selalu mendoakan dan memberi
semangat yang tiada henti.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, 07 Maret 2016 Penulis,
Nama : Eka Dharma Isni
NIM : 111501027
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Efektivitas Air Bonggol Pisang Raja (Musa
paradisiaca Linn.) sebagai Hair Tonic
dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan pekerjaan yang saya
lakukan sendiri dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis
telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 07 Maret 2016 Yang membuat pernyataan,
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS AIR BONGGOL PISANG RAJA (Musa paradisiaca Linn.) SEBAGAI HAIR TONIC
ABSTRAK
Latar belakang: Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk
merangsang pertumbuhan rambut. Air dari bonggol pisang (Musa paradisiaca Linn.) telah digunakan oleh masyarakat sebagai penyubur rambut. Dalam penelitian ini air bonggol pisang raja diformulasi sebagai sediaan hair tonic dalam bentuk larutan.
Tujuan: Memformulasi air bonggol pisang raja sebagai sediaan hair tonic,
mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pertumbuhan rambut dari sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja dengan variasi konsentrasi 5%; 10% dan 15 %.
Metode: Sediaan hair tonic dibuat dengan air bonggol pisang raja dengan
konsentrasi 5%; 10% dan 15%, bahan tambahan natrium metabisulfit, metil paraben, propil paraben, mentol, CMC Na dan pelarut campuran etanol 96% dan aquadest. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar meliputi, uji organoleptis (bau, warna, dan homogenitas), pH dan viskositas. Untuk uji efektivitas pertumbuhan rambut, hair tonic diaplikasikan secara topikal pada pagi dan sore hari ke punggung tikus yang telah dicukur. Pengamatan dilakukan selama 28 hari. Efektivitas pertumbuhan rambut ditentukan melalui pengukuran rata-rata panjang, diameter dan bobot rambut tikus serta dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).
Hasil: Hair tonic yang dihasilkan berupa larutan yang transparan, homogen dan
sedikit kental, viskositas (175,0 – 62,5 cPs) dan pH (5,5 – 7,4). Uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan stabil secara organoleptis, sedangkan pH meningkat dan viskositas menurun setelah penyimpanan selama 12 minggu. Formula dengan konsentrasi air bonggol pisang raja 15% menunjukkan rata-rata panjang rambut yang tidak berbeda signifikan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®), sedangkan hasil rata-rata diameter dan bobot rambut semua formula hair tonic yang dibuat lebih kecil dibandingkan dengan sediaan hair tonic yang ada di pasaran (NATUR®).
Kesimpulan: Air bonggol pisang raja dapat diformulasikan sebagai sediaan hair
tonic berbentuk larutan. Semua formula sediaan hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Formula hair tonic yang mengandung air bonggol pisang raja 5%, 10% dan 15% memiliki kemampuan dalam menumbuhkan rambut.
Background: Water of the plantain hump (Musa paradisiaca Linn.) has been
used by the soecity as a hair fertilizer. Hair tonic is cosmetic that used to stimulate the growth of hair. In this research water of the plantain hump is formulated as a hair tonic in the form of a solution.
Aim: To formulate the water of plantain hump as a hair tonic, to know the
physical stability and the effectivity of the hair growth from a hair tonic which containing the water of the plantain hump with variaties concentrations of 5%; 10% and 15%.
Methods: Hair tonic was made by water of the plantain hump with concentration
5%; 10% and 15%, additives sodium metabisulfite, methyl paraben, propyl paraben, menthol, CMC Na and solvent mixture of 96% ethanol and aquadest. Physical stability test done during 12 weeks of storage at room temperature include, organoleptic test (odor, color, and homogeneity), pH and viscosity. To test the effectivity of the preparations, hair tonic was applied topically in the morning and afternoon on the back of the rat that had been sheared. Observation of the effectivity done for 28 days. The effectivity of hair growth is determined by measuring the average length, diameter, weight of rats’ hair and compared them with hair tonic in the market (NATUR®).
Results: The hair tonic was a transparent solution, homogeneous and slightly
viscous, viscosity (175.0 – 62.5 cPs) and pH (5.5 – 7.4). The organoleptic physical stability test showed stable, while pH increased and viscosity decreased after storage on 12 weeks at room temperature. Formula with 15% water of plantain hump showed the average hair length did not different significant with hair tonic in the market (NATUR®), while the results of average hair diameter and weight all formula of hair tonic had smaller than a hair tonic in the market (NATUR®).
Conclusion: Water of the plantain hump can be formulated as a hair tonic
solution. All formula which contains by water of the plantain hump are stable physically for storage 12 weeks at room temperature. Hair tonic formula with 5%: 10% and 15% water of plantain hump have the ability in growing hair.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kosmetik perawatan ... 5
2.2 Tonik rambut (hair tonic) ... 5