PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL,
SIFAT SOMBONG TERHADAP NIAT
BELI PADA APPLE IPHONE
DI SURABAYA
A R T I K E L I L M I A H
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Manajemen
OLEH :
PRICILLIA PRATIDINA HERWANTO
2010210384
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama : Pricillia Pratidina Herwanto
Tempat, Tanggal Lahir : Raha, 03 April 1992
NIM : 2010210384
Jurusan : Manajemen
Program Pendidikan : Stata 1
Konsentrasi : Pemasaran
Judul : Pengaruh Persepsi Merek Mewah, Pengaruh
Sosial, Sifat Sombong terhadap Niat beli pada
Apple Iphone di Surabaya
Disetujui dan diterima baik oleh:
Dosen Pembimbing, Tanggal : 28 Maret 2014
(Drs. Irawan, M.M)
Ketua Jurusan Manajemen Tanggal : 28 Maret 2014
1
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL, SIFAT SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE
IPHONE DI SURABAYA
Pricillia Pratidina Herwanto STIE Perbanas Surabaya
Email : pricilliapratidinah@yahoo.com
The existence of purchase intention can not be separated from social influence and trait of consumers to buy luxury items with expensive prices. The purpose of this research was to examine whether there is a significant positive effect between each variables (luxury brand perception, social influence and trait of vanity) on purchase intention. To measure those variables, the researcher used a 5-point Likert scale. Methods of data collection in this study used questionnaires by non-random sampling technique (Judgement Sampling). The research object of this study are 115 respondents who have an Apple iphone in Surabaya. To answer the problem and test the hypothesis, the data were analyzed using SEM (Structural equation modeling). The researcher wanted to prove that the trait of vanity has a role in luxury brand purchase intention, so there should be re-evaluation on Apple iphone consumers in Surabaya. The expected result from this study is luxury brand perception, social influence and trait of vanity have a significant influence on purchase intention.
Keywords : luxury brand preception, social influence, trait of vanity, purchase intention
PENDAHULUAN
Adanya niat beli pengguna tidak terlepas dari adanya pengaruh sosial dan sifat dari pengguna untuk membeli barang bermerek mewah dengan harga mahal dan adanya nilai dari produk yang diberikan oleh perusahaan. Daya tarik barang mewah internasional dapat menjadi hasil dari persepsi kualitas premium, gaya ini yang menjadi lifestyle, reputasi, dan aksesibilitas terbatas. Dalam persepsi pemilik dan lain-lain, karakteristik ini menandakan emosional, pengalaman, dan nilai-nilai simbolik dari produk tersebut (Kuang-Peng Hung, 2011 : 457). Karena atribut-atribut, merek-merek mewah membantu membentuk pemilik identitas dengan menjembatani batin dan dunia luar (Belk, 1988; Jenkins, 2004).
2 mengganti handphone atau
smartphone. Kebiasaan orang indonesia yang senang mengganti-ganti handphone dan smartphone-nya membuat vendor berlomba-lomba meluncurkan produknya di Indonesia, pengguna di Indonesia akan rela menjual gadget lamanya dengan harga rendah dan membeli gadget yang baru.
Sebagian juga orang Indonesia memilih gadget bukan karena fungsi tetapi karena gengsi. Semakin mahal harga gadget yang dimiliki maka semakin terlihat kelas sosialnya termasuk jika seseorang memiliki gadget seperti iPhone, Samsung Galaxy S III, dan BlackBerry.
Tabel 1
MARKET SHARE KUARTAL 2012
Global Smartphone Q3'12 Q4'12
Apple Iphone 5 6.0 27.4
Apple Iphone 4S 16.2 17.4
Samsung Galaxy S3 18.0 15.4
Others 132.6 156.8
Total 172.8 217.0
Apple Iphone 5 3.5 % 12.6 %
Apple Iphone 4S 9.4 % 8%
Samsung Galaxy S3 10.4 % 7.1 %
Others 76.6 % 72.3%
Total 100% 100%
Sumber : http://www.makemac.com
Sebuah badan riset Strategy Analytics mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya, Apple berhasil mendominasi penjualan ponsel seluruh dunia pada kuartal ke–4 2012 lalu. Pada laporannya, mereka mengungkapkan penjualan iPhone 5 yang mencapai 27,4 juta unit tersebut berhasil mencapai 13 persen dari total marketshare smartphone di dunia. Ponsel empat inci keluaran Apple ini sendiri berhasil mengalahkan Samsung Galaxy S3 yang berada diposisi ketiga dengan jumlah penjualan sebanyak 15,4 juta unit. Di posisi kedua diisi oleh iPhone 4S dengan total penjualan 17,4 juta unit. Keberhasilan iPhone 4S ini diprediksikan terjadi berkat diskon yang dicantumkan Apple buat perangkat penerus iPhone 4 ini. Total, iPhone 4S
mencapai 8 persen dari keseluruhan market share smartphone dunia.
3 dengan total keuntungan bersih $7.5
milyar, serta keuntungan penghasilan saham $8.26 per lembar. Angka ini diketahui meningkat dari yang sudah diraih Apple saat kuartal ke–4 2012 yaitu dengan total pendapatan $36 milyar, keuntungan bersih $8.2 milyar dan penghasilan saham $8.67 per lembar.
Gross margin tahun ini sebesar 37 persen dibandingkan dengan 40 persen dengan yang didapat Apple pada kuartal tahun lalu. Sedangkan, penjualan internasional mewakili 60 persen dari seluruh pendapatan Apple kuartal ini.Sang raksasa teknologi juga mengumumkan jumlah penjualan produk-produk andalannya. Pada kuartal ini mereka berhasil menjual 33.8 juta unit iPhone, 14,1 juta unit iPad, dan 4,6 juta unit Mac. Dibandingkan dengan jumlah penjualan tahun lalu, angka tersebut diketahui mengalami peningkatan, khususnya iPhone. Pada kuartal ke–4 2012, Apple menjual 26,9 juta unit iPhone, 14 juta unit iPad dan 4,9 juta unit Mac.
LANDASAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sifat sombong
Sifat sombong adalah proses pengorganisasian motivasi emosi, persepsi dan kognitif bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya. Sifat adalah bagaimana kita berpikir, merasa dan berperilaku terhadap obyek tertentu dalam lingkungan. Sifat merupakan suatu kondisi psikologis yang mendahului tindakan dan setiap orang dapat memiliki sifat yang berbeda untuk sebuah obyek yang sama Erna Ferrinadewi (2008:94). Menurut Tatik Suryani (2008 : 64) sifat adalah sesuatu yang membedakan, relatif bertahan
yang ada pada diri individu dan dapat membedakan antara individu satu dengan individu lain.
Penelitian ini juga menunjukkan sifat sombong yang bisa memoderasi hubungan antara persepsi dan pengaruh konteks sosial terhadap niat pembelian. Feiereisen et al. (2009) dan Mandel et al. (2006) mempelajari bagaimana sifat sombong dapat mempengaruhi individu dengan jurusan dan gender yang berbeda yang menghasilkan dan menunjukkan sifat sombong tidak hanya bisa langsung mempengaruhi sifat sombong, tetapi juga bisa menjadi moderator. Dan hasilnya penelitian ini meneliti moderasi dampak sifat sombong pada suatu jenis merek-merek mewah.
Persepsi merek mewah
4 Menurut Berthon et al. (2009),
persepsi pengguna terhadap merek mewah untuk fashion memiliki simbolik, nilai pengalaman, dan fungsional dimensi. Akibatnya, Hipotesis pertama menguji dampak dari dimensi yang berbeda dari persepsi pengguna terhadap niat pembelian. Pada bagian pertama dunia merek mewah, kualitas adalah kunci untuk memenuhi pengguna harus memenuhi nilai fungsional. Dunia kedua merek-merek mewah berhubungan dengan pengalaman. Pengalaman melibatkan fantasi, perasaan yang menyenangkan. Selain itu melihat bagaimana nilai ini dapat mempengaruhi identifikasi individu dan sifat sombong. Terakhir, di dunia ketiga merek-merek mewah, ada dimensi makna simbolik (Berthon et al, 2009; Keller, 2003). Menurut Truong et al. (2008:191), beberapa individu menggunakan merek mewah untuk makna simbolis berkomunikasi dengan dunia tentang kekayaan pemilik dan nilai.
Menurut Erna Ferrinadewi (2008 : 42) bahwa persepsi mewah merupakan proses yang komplek, seringkali terjadi dimana pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya memasuki otak pengguna karena itu memahami proses persepsi sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan pengguna.
Pengaruh sosial
Menggambarkan bahwa keputusan belanja dipengaruhi oleh kepercayaan, sifat, dan nilai-nilai pelanggan dan faktor dalam lingkungan sosial pelanggan. Secara cermat proses keputusan memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi (internal) didalam diri seseorang. Faktor lingkungan terdiri dari keluarga, lingkungan, budaya dan
aspek pribadi (Christina Whidya, 2010 : 64).
5 mewah. Dengan mempelajari hubungan
antara individu yang rentan terhadap sifat sombong dan pengeluaran mereka pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini akan terus menginginkan dan mengkonsumsi produk baru, termasuk barang-barang ter-update, untuk memenuhi hasrat mereka yang mengatas namakan harga diri.
Niat beli
Niat beli akan timbul karena dorongan konsumsi yang tinggi dan adanya sifat tidak ingin kalah dengan orang lain dan adanya sifat sombong untuk memiliki barang barang bermerek yang dibentuk dari lingkungan sosial. Namun apabila pengguna sudah merasakan kenyamanan akan suatu produk tersebut, dengan adanya pandangan pengguna tentang merek yang dipilih itu baik, dan menurut persepsi pengguna merek tersebut sudah baik sehingga pengguna tidak merasa ragu lagi dengan pilihannya, maka pengguna tidak akan berpikir panjang akan menggantinya dengan merek lain sebagai pilihan untuk pembelian. Setelah pengguna membeli produk tersebut pengguna bisa puas atau tidak puas dan terlibat dalam sifat sombong paska pembelian, pelanggan yang puas akan kembali membeli produk dan memuji produk yang dibelinya dihadapan orang lain, sedikit menarik perhatian pada merek dan iklan pesaing dan membeli produk lain dari perusahaan yang sama (Kotler-Keller, 2007:244). Selain sifat yang menguntungkan menuju afektif, merek mempunyai tanggapan terhadap merek yang dapat mempengaruhi niat pembelian. Secara khusus, penelitian telah menunjukkan bahwa pengguna didorong oleh emosi mereka untuk membeli dan mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau barang.
Kesimpulannya niat untuk pembelian ulang barang yang dilakukan oleh pengguna dapat dirasakan apabila pengguna mendapatkan produk yang dapat memuaskan kebutuhan yang diinginkan dan dapat disediakan oleh perusahaan yang membuat pengguna akan mengingat-ingat merek tersebut sebagai pilihannya.
Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah
Adanya persepssi akan adanya merek mewah membuat seseorang cenderung mempunyai rasa untuk memiliki, dan ini didasari dari adanya sifat negatif yaitu sifat fombong yang tidak ingin kalah dengan orang. Rasa untuk memiliki barang-barang bermerek dengan harga yang mahal pasti akan dimiliki oleh seseorang yang memiliki sifat sombong. Karakter ini akan melakukan apa saja agar apa yang diinginkannya tercapai. Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan. Hipotesis 1 :Pengaruh sifat sombong
berpengaruh positif terhadap persepsi merek mewah.
Pengaruh sifat sombong terhadap niat beli
6 kesombongan fisik, dan tampilan
mencolok dari benda status, menandakan kesombongan berkaitan dengan status sosial dan kekuasaan. Untuk tujuan penelitian ini, kesombongan didefinisikan sebagai "memiliki kekhawatiran berlebih atau positif (dan mungkin meningkat) pandangan, penampilan fisik seseorang atau pribadi" menurut (Netemeyer, 1995. 612). Ciri-ciri dan perilaku diungkapkan oleh Netemeyer (1995) meliputi perhatian lebih bagi kemajuan diri, penampilan fisik dan status. Menganjurkan dapat diamati misalnya, dari penggunaan individu dan pilihan produk kosmetik, produk pakaian dan konsumsi yang mencolok pada umumnya. Dalam penelitian Durvasula (2001), lebih lanjut menyatakan penting terkait dengan konsumsi merek fashion mewah. Korelasi belum mendapat dukungan empiris yang luas (Park , 2008). Dari sedikit yang telah memeriksa ini hubungan. Menurut Sedikides ( 2007) penelitian berpengaruh dengan mempelajari hubungan antara individu yang rentan terhadap kesombongan dan pengeluaran mereka pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini akan terus menginginkan dan mengkonsumsi produk baru, termasuk barang-barang fashion untuk memenuhi hasrat yang dimiliki dan harga diri. Pengaruh sifat sombong terhadap sifat sombong berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan.
Hipotesis 2 : Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap niat beli
Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial
Penelitian ini label faktor eksternal yang merangsang niat individu untuk membeli sebuah merek mewah seperti pengaruh sosial. Tsai (2005 ) dan
Wiedmann (2009), dampak dari pengaruh sosial pada pengguna merek mewah terhadap niat beli dibahas dan nilai empiris didukung. Menurut Tsai (2005), sosial pengguna berorientasi termotivasi untuk memiliki merek-merek mewah untuk menampilkan status mereka dan sukses ditargetkan pada kelompok sosial. Ini akan menjadi sangat penting dalam kemewahan merek yang dikenal secara internasional.
Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan.
Hipotesis 3 : Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap pengaruh sosial
Pengaruh persepsi merek mewah terhadap niat beli
Selain persepsi pengguna yang bersifat internal dan faktor eksternal juga berkontribusi terhadap miliknya nilai yang dirasakan (Ahuvia, 2005; Jenkins, 2004 ; Truong, 2010). Hal ini karena nilai merek hampir tidak dapat beroperasi di luar komunitasnya (Algesheimer, 2005; .Lalwani , 2002;. Wilcox, 2009), dan ini sangat jelas ketika tujuan dari pembelian merek mewah adalah untuk menandakan kekayaan, perdagangan disosial status dan meminta persetujuan untuk menyatakan status sosial (Danziger , 2005; Silverstein dan Fiske , 2003). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek mewah terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan
Hipotesis 4 : Persepsi merek mewah tidak berpengaruh terhadap niat beli
Pengaruh sosial terhadap niat beli
7 tergantung pada dua hal, yang pertama
adalah intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang kita sukai dan memotivasi kita untuk mematuhi kehendak orang lain. Semakin intens sifat negatif ke orang lain dan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan kita, semakin besar kemungkinan kita menyesuaikan niat pembelian.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pengaruh sosial terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan.
Hipotesis 5 : Pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap niat beli.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi adalah sebagian wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Totok Amin, 2012 : 152).
Pengertian populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan atau individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Satuan atau individu disebut unit analisis, bisa berupa orang, rumah tangga, tanah pertanian dan sebagainya dalam bentuk yang bisa dipakai dalam survei (Danang Sunyoto, 2012 : 47). Populasi dari penelitian ini adalah pengguna sekaligus pemilik Apple iPhone di Kota Surabaya.
Sampel adalah sub kelompok elemen populasi yang terpilih untuk
8 Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan penelitian ini adalah teknik nonrandom sampling yaitu teknik pengambilan sampel dalam populasi yang dilakukan secara Judgement Sampling. Judgement Sampling atau pengambilan sampel keputusan merupakan pengambilan sampel yang terjadi ketika peneliti memilih anggota-anggota sampel utuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria (Danang Sunyoto, 2012 : 59). Adapun yang menjadi kriteria peneliti dengan menggunakan sampel judgement adalah sebagai berikut:
1. Sampel adalah individu yang tinggal Surabaya.
2. Sampel adalah individu mempunyai Apple iPhone.
3. Sampel adalah responden mulai dari umur 17tahun.
Penelitian ini akan mengambil sampel sebanyak 115 responden yang dilakukan dengan judgement sampling untuk mendapatkan sampel responden dengan distribusi yang mendekati karakteristik populasi statistik. Peneliti, dengan judgement memilih elemen-elemen yang akan dimasukkan ke dalam sampel, karena diyakini bahwa elemen-elemen tersebut mewakili atau memang sesuai dengan populasi yang sedang diteliti (Malhotra, 2009:373).
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, data yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan hasil jawaban para responden kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengajukan daftar pertanyaan tentang suatu hal atau suatu bidang. Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada didalam kuesioner.
Metode pengumpulan data melalui kuesioner, kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Daftar pertanyaan dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup (multiple choice). Daftar pertanyaan tersebut harus diisi oleh responden (Danang Sunyoto, 2012:47). Daftar pertanyaan bersifat tertutup, dimana alternatif-alternatif jawaban telah disediakan. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode ini cukup ekonomis, cepat, menjamin keleluasaan responden untuk menjawab dan mengumpulkan fakta-fakta yang diperlukan serta menjamin kerahasiaan identitas responden sehingga lebih mudah memberikan informasi atau jawaban. Menurut Lupiyoadi (2001:195), data yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu pertama, data harus memenuhi prinsip validitas seperti syarat-syarat sebagai data tepat waktu yang artinya data tidak kadaluarsa. Agar faktor biasnya kecil, serta data harus relevan, artinya ada hubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Kedua, data harus memenuhi prinsip reliabilitas, meliputi syarat sebagai berikut: data harus obyektif, artinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan data harus representatif, artinya data sample harus dapat mewakili seluruh populasi.
Variabel penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen yaitu persepsi merek mewah, pengaruh sosial, sifat sombong dan niat beli.
Defini Variabel Operasional Sifat Sombong
9 dengan menggunakan barang-barang
yang bermerek. Sifat ini juga muncul ketika bersama orang-orang disekitar dan ingin tampil beda dengan melebihkan keunggulan dari barang-barang bermerek yang dimiliki. Ini sebagai bukti pembeda atas suatu kelas sosial yang mampu memberi tanda akan status sosial seseorang.
Persepsi Merek Mewah
Persepsi merek mewah merupakan suatu sudut pandang seseorang akan suatu hal dilihat dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, bisa juga dari informasi yang ada. Persepsi merek mewah juga dapat diartikan dengan bagaimana seseorang memandang sebuah merek menjadi sesuatu yang bermakna. Bisa juga dengan melihat dari harga, prestice, kualitas, pelayanan yang diterima, pengalaman merek dan lain-lain. Persepsi adalah suatu titik dimana seseorang akan menggunakan logika dalam menanggapi merek. Hubungannya dengan barang mewah, rata-rata seseorang yang mengerti akan barang mahal maka mindset akan mengarah pada harga dan kualitas dari produk tersebut.
Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial ini merupakan adanya dorongan dari pihak luar (ekstrenal) untuk mempengaruhi suatu keputusan. Pengaruh sosial paling sering dirasakan oleh masyarakat karena itu bentuk pemasaran secara langsung secara yang cukup efektif dalam melakukan kegiatan promosi. Apalagi jika pengaruh sosial datang dari teman dekat, keluarga dan lingkungan sekitar maka akan dengan mudah untuk dapat mendekati.
Niat beli
Niat beli yang dimaksud pada penelitian ini adalah dalam hal pembelian yang terjadi, terciptanya kepuasan dalam pembelian produk Apple iPhone yang sebelumnya pernah dilakukan dapat membuat pengguna akan melakukan pembelian tanpa melihat kelebihan dan kekurangan namun hanya melihat merek, karena para pengguna sudah merasa tidak perlu mempertimbangkan merek lain selain Apple iPhone dengan
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM). Ghozali (2011:61) menyatakan bahwa langkah permodelan SEM (Structural Equation Modelling) adalah terdiri dari model pengukuran (measurin model) ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya dan yang kedua adalah model structural merupakan model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antar faktor (Ghozali 2011:61).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, analisis statistik yang digunakan adalah structural equation model (SEM) dengan menggunakan alat analisis program AMOS 21.0. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood (ML) karena sampel yang digunakan antara 100-200. Sebelum pengujian SEM, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi yang meliputi:
10 Pada penelitian ini menggunakan
115 responden dengan demikian memenuhi asumsi jumlah sampel yang digunakan.
b. Asumsi Normatif
Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun multivariate. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis, peneliti mengamati skewness value dari data yang digunakan dengan pengujian Assessment of Normality. Dimana nilai kritisnya ± 2.58 pada tingkat 0.01 (1%), yang berarti apabila nilai yang dihitung lebih besar dari 2.58 maka distribusi
data tidak normal. Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis ± 1.96 pada tingkat 0.05 (5%). Secara lengkap hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 4.15 dibawah ini. Terdapat dari dua indikator yang berdistribusi tidak normal yaitu SS1 dan SS2. Walaupun demikian indikator tersebut tetap dilakukan penelitian dikarenakan jumlah sampel sudah mencukupi syarat minimum sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hal ini berarti peneliti dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01 (1%).
Table 2
ASSESSMENT OF NORMALITY
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r. pmw6 1,000 5,000 -,220 -,962 -,719 -1,575
ps1 1,000 5,000 -,328 -1,437 -,522 -1,143 ps2 1,000 5,000 -,225 -,983 -,730 -1,599 ps3 1,000 5,000 -,006 -,027 -,702 -1,538 ss1 1,000 5,000 1,127 4,934 2,170 4,750 ss2 1,000 5,000 ,540 2,365 -,557 -1,220 ss3 1,000 5,000 -,687 -3,007 ,396 ,866 ss4 1,000 5,000 ,026 ,114 -,410 -,897 nb5 1,000 5,000 ,483 2,116 -,408 -,892 nb4 1,000 5,000 -,381 -1,668 ,213 ,467 nb3 1,000 5,000 -,331 -1,451 -,506 -1,107 nb2 1,000 5,000 -,779 -3,412 ,174 ,380 nb1 1,000 5,000 -,862 -3,772 ,216 ,474 pmw5 1,000 5,000 ,281 1,229 -,270 -,591 pmw4 1,000 5,000 -,414 -1,813 -,398 -,871 pmw3 1,000 5,000 -1,863 -8,155 5,144 11,260 pmw2 1,000 5,000 -1,043 -4,567 1,688 3,694 pmw1 1,000 5,000 -1,874 -8,204 4,870 10,660
Multivariate 52,345 10,460
c. Outliers
Outliers adalah kondisi obsevasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan
11
1. Univariate Outlier
Tabel 3
TABEL DESKRIPSI Z-SCORE
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Zscore(PMW1) 115 -3,75367 ,88797 ,0000000 1,00000000 Zscore(PMW2) 115 -3,71277 1,03133 ,0000000 1,00000000 Zscore(PMW3) 115 -4,09568 ,81060 ,0000000 1,00000000 Zscore(PMW4) 115 -2,40382 1,55947 ,0000000 1,00000000 Zscore(PMW5) 115 -1,85224 2,18582 ,0000000 1,00000000 Zscore(PMW6) 115 -2,09164 1,78801 ,0000000 1,00000000 Zscore(PS1) 115 -2,43199 1,78957 ,0000000 1,00000000 Zscore(PS2) 115 -2,56137 1,61675 ,0000000 1,00000000 Zscore(PS3) 115 -2,00283 1,90099 ,0000000 1,00000000 Zscore(SS1) 115 -1,22742 3,63992 ,0000000 1,00000000 Zscore(SS2) 115 -1,37787 2,22338 ,0000000 1,00000000 Zscore(SS3) 115 -2,67611 1,33369 ,0000000 1,00000000 Zscore(SS4) 115 -1,87140 2,04152 ,0000000 1,00000000 Zscore(NB1) 115 -2,58948 1,16812 ,0000000 1,00000000 Zscore(NB2) 115 -2,58544 1,22643 ,0000000 1,00000000 Zscore(NB3) 115 -2,26777 1,55338 ,0000000 1,00000000 Zscore(NB4) 115 -3,03245 1,52613 ,0000000 1,00000000 Zscore(NB5) 115 -1,64015 2,13220 ,0000000 1,00000000 Valid N (listwise) 115
2. Multivariate Outliers
Deteksi multivariate outliers dapat dilihat dari nilai mahalanobis distance. Berdasarkan nilai chi-squares pada Degree of Freedom 18 yaitu jumlah indikator pada signifikansi p<0,001. Nilai mahalanobis distance X2 (18; 0,001)= 42,312 Semua kasus yang mempunyai mahalonobis distance yang lebih besar dari 42,312 adalah multivariate outliers. Pada penelitian ini, terdapat data yang memiliki mahalanobis distance melebihi 42,312 yaitu 63, 93 dan 73. Outlier pada tingkat multivariate dalam penelitian ini tidak akan dihilangkan karena data tersebut
diperoleh berdasarkan informasi sesungguhnya dari responden.
4.2.2.1 Analisis Konfirmasi Faktor (CFA)
12
Gambar 2 CFA-Model Awal
Tabel 3
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AWAL)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 248,209 marginal 2 Probability ≥ 0.05 0,000 marginal 3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,924 baik
4 GFI ≥ 0.90 0,798 marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,732 marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,792 marginal
7 NFI ≥ 0.90 0,701 marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,90 marginal
Berdasarkan pada Tabel 3 diketahui bahwa nilai goodness of fit tidak sesuai yang diharapkan karena jika dibandingkan antara cut of value dengan hasilnya maka semuanya hasilnya masih marginal atau kurang memenuhi syarat uji hipotesis. Maka dari itu perlu di lakukan revisi model. Revisi atau
13
Tabel 4
MODIFICATION INDICES (MODEL CFA AWAL)
M.I. Par Change e10 <--> pengaruh_sosial 4,138 ,145 e13 <--> e10 5,684 ,177 e1 <--> persepsi_merek_mewah 6,722 -,093 e1 <--> e10 4,847 ,140 e1 <--> e11 4,140 ,112 e2 <--> e10 5,579 ,198 e2 <--> e1 7,035 ,171 e3 <--> sifat_sombong 4,846 -,120 e3 <--> persepsi_merek_mewah 4,246 ,085 e3 <--> e1 4,818 -,124 e4 <--> e1 4,348 ,114 e17 <--> e2 5,661 ,134 e16 <--> pengaruh_sosial 4,017 ,127 e16 <--> e1 4,707 ,122 e16 <--> e3 4,703 -,140 e9 <--> e10 10,063 ,244 e9 <--> e1 14,435 ,228 e8 <--> pengaruh_sosial 12,202 ,259 e8 <--> e13 6,281 ,193 e7 <--> e10 6,982 -,138 e7 <--> e1 7,809 -,114 e7 <--> e2 4,225 -,110 e7 <--> e3 5,951 ,115 e7 <--> e16 4,185 -,095 e7 <--> e9 5,636 -,116 e5 <--> e7 4,504 ,080
Setelah melihat Modification indices, selanjutnya dilakukan modifikasi dengan mengorelasikan dua pasang parameter yaitu e9-10 dan e9-e1 yang memiliki nilai tertinggi seperti yang
14
Gambar 3
CFA-Model Modifikasi 1
Tabel 5
Goodness of Fit Index (MODEL CFA MODIFIKASI)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 137,536 Marginal 2 Probability ≥ 0.05 0,058 Baik 3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,217 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,885 Marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,951 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,44 Baik
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai goodness of fit sesuai dengan yang diharapkan jika dibandingkan antara cut off values dengan hasil sudah memenuhi
syarat uji hipotesis. Secara keseluruhan nilai goodness of fit sesuai dengan kriteria karena memenuhi nilai cut of values maka disimpulkan bahwa model tersebut diterima
.
Tabel 6
HASIL ESTIMASI CFA - MODIFIKASI 1
Estimate Std .
Estimate S.E. C.R. P pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,675
15 Estimate Std .
Estimate S.E. C.R. P pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,808 ,473 ,186 4,349 *** nb1 <--- niat_beli 1,000 ,817
nb2 <--- niat_beli 1,127 ,937 ,095 11,922 *** nb3 <--- niat_beli ,791 ,648 ,105 7,501 *** nb4 <--- niat_beli ,743 ,730 ,086 8,655 *** nb5 <--- niat_beli ,174 ,143 ,118 1,478 ,139 ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,621
ss3 <--- sifat_sombong 1,174 ,747 ,233 5,044 *** ss2 <--- sifat_sombong ,769 ,449 ,194 3,963 *** ss1 <--- sifat_sombong ,325 ,258 ,127 2,570 ,010 ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,644
ps2 <--- pengaruh_sosial ,967 ,642 ,235 4,116 *** ps1 <--- pengaruh_sosial ,901 ,604 ,229 3,936 *** pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,720 ,409 ,190 3,800 ***
Pada Tabel 6 dilakukan analisis atas signifikansi loading factor dapat digunakan untuk menjelaskan faktor yang dianalisis. Pedoman analisis ini
adalah dibutuhkan nilai lamda yang ≥
0,40 atau memiliki nilai CR ≥ 2. Adapun setelah dilakukan modifikasi model jika masih terdapat indikator yang belum memenuhi kriteria analisis dalam loading factor maka indikator
tersebut harus dihilangkan. Setelah dilakukan proses modifikasi dan didapatkan hasil dari loading factor tersebut valid dan sesuai dengan standar maka dalam proses analisis selanjutnya tidak ada indikator dalam model yang dihapus dari model dikarenakan sudah memenui kreteria loading factor.
16
Tabel 7
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AKHIR)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 85,746 Marginal 2 Probability ≥ 0.05 0,208 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,128 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,913 Baik
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,977 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,34 Baik
Tabel 7 menunjukkan penilaian goodness of fit yang lebih baik dari sebelumnya dengan terpenuhinya empat kriteria yaitu Probability, CMIN/DF,
GFI, TLI dan RMSEA. Kriteria goodness of fit lainnya belum mampu terpenuhi pada tahapan analisis ini. Berikut adalah hasil CFA akhir :
Tabel 8
HASIL ESTIMASI CFA AKHIR
Estimate Std.
Estimate S.E. C.R. P pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,687
pmw2 <--- persepsi_merek_mewah ,962 ,674 ,163 5,886 *** pmw3 <--- persepsi_merek_mewah 1,116 ,808 ,157 7,084 *** pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,735 ,438 ,184 3,996 *** nb1 <--- niat_beli 1,000 ,818
nb2 <--- niat_beli 1,130 ,939 ,095 11,915 *** nb3 <--- niat_beli ,775 ,642 ,105 7,354 *** nb4 <--- niat_beli ,749 ,732 ,086 8,703 *** ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,616
ss3 <--- sifat_sombong 1,196 ,755 ,242 4,948 *** ss2 <--- sifat_sombong ,766 ,439 ,197 3,891 *** ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,697
ps2 <--- pengaruh_sosial ,873 ,646 ,193 4,517 *** ps1 <--- pengaruh_sosial ,822 ,614 ,192 4,282 *** pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,715 ,414 ,183 3,901 *** Sumber : Data Diolah
Tabel 8 menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan telah fit secara seluruhnya dengan sampel data.
Pengujian persamaan structural ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel dilakukan structural equation modeling (SEM) dengan metode estimasi maximum likelihood.
17
Gambar 5
Model Persamaan Struktural - Awal
Tabel 9
GOODNESS OF FIT MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AWAL)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 130,779 Marginal 2 Probability ≥ 0.05 0,001 Marginal
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,539 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,865 Marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,810 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,902 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,808 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,069 Baik
Sumber :Data diolah
Dari hasil Tabel 9 yang diloah dari Gambar 5 diketahui bahwa hasil dari goodness of fit tidak sesuai dengan syarat-syarat uji hipotesis karena nilai hasil pengujian belum memenuhi
kriteria dari nilai cut off values. Sehingga perlu adanya untuk modifikasi model. Adapun modification indices sebagai berikut.
Tabel 4. 10
MODIFICATION INDICES MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AWAL)
M.I. Par Change e10 <--> Z2 5,309 ,169 e13 <--> e10 6,614 ,194 e2 <--> e10 7,330 ,240 e17 <--> e2 5,148 ,134 e16 <--> e3 4,131 -,125
18 M.I. Par Change
e9 <--> e13 4,050 ,144 e7 <--> e10 5,690 -,125 e7 <--> e2 6,043 -,138 e6 <--> e15 4,127 -,071 Sumber :Data diolah
Setelah melihat modification indices model, peneliti harus melakukan korelasi antara variabel yang memiliki modification indices tertinggi sehingga didapatkan model yang sesuai dengan mengambil enam terbesar pada nilai
M.I. Modifikasi pada persamaan struktural ini dilakukan sebanyak lima kali hingga sampai pada akhirnya tercapai model modifikasi persamaan struktural terakhir yang terlihat pada gambar 6 berikut ini :
Gambar 6
Model Persamaan Struktural – Akhir
Tabel 11
GOODNESS OF FIT MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AKHIR) No. Analisis Kriteria Hasil Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 99,700 Marginal 2 Probability ≥ 0.05 0,058 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,262 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,902 Baik
5 AGFI ≥ 0.90 0,851 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,952 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,854 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,048 Baik
19 Dari Tabel 11 Goodness of Fit Full
Structural Model Akhir diketahui bahwa nilai yang memenuhi kriteria cut off values ada lima yaitu Probability, CMIN/DF, GFI, TLI dan RMSEA. Jadi
Tabel 11 menunjukkan bahwa uji kesesuaian model ini menghasilkan sebuah tingkat penerimaan yang fit, hal ini karena terdapat enam nilai goodness of fit.
Tabel 12
HASIL PERSAMAAN MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AKHIR)
Estimate Std.
estimate S.E. C.R. P Label persepsi_merek_mewah <--- sifat_sombong ,673 ,703 ,164 4,114 *** par_12 pengaruh_sosial <--- sifat_sombong ,445 ,375 ,173 2,568 ,010 par_13 pengujian structural equation model yang akan dibahas mengenai signifikansi pengaruh antar variabel. Jika variabel memiliki nilai probabilitas (ρ) dengan ρ < 0.05 menunjukkan tingkat signifikansi sehingga hipotesis diterima.
Hasil analisis dan pembahasan
Berdasarkan pengujian menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (***) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel sifat sombong terhadap persepsi merek mewah menunjukkan angka 0,703. Artinya ketika terdapat kenaikan senilai satu pada variabel sifat
sombong, maka akan
mengakibatkan kenaikan sebesar 0,703 pada variabel persepsi merek mewah. Dan maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang artinya sifat sombong memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi merek mewah. Dengan hasil yang ada menyatakan bahwa iPhone Apple memang mempunyai pangsa yang tepat pada
kalangan menengah keatas. Dilihat pada hasil responden bahwa responden ini menyukai dengan barang-barang bermerek atau branded juga adanya kenyaman yang dirasakan para pengguna iPhone dalam fungsinya. Dengan responden yang mengakui kualitas iPhone Apple yang terpercaya maka tidak adanya pandangan negatif akan produk Apple. Dilihat dari adaya kepeduliian pihak Apple dengan mengeluarkan produk terbaru yang memiliki bahan yang ramah lingkungan dengan harga lebih rendah selain itu fitur yang ditawarkan Apple pun lebih menarik.
2. Pengaruh sifat sombong terhadap niat beli
20 mengakibatkan kenaikan sebesar
0,545 pada variabel niat beli. Maka dapat disimpulkan bahwa H2 diterima yang artinya sifat sombong memiliki pengaruh signifikan terhadap niat beli.
Dilihat bahwa adanya suatu sifat yang mempengaruhi untuk membeli namun bukan karena ingin membeli tapi hanya sekedar mempurnyai karena ingin sama dengan orang lain. Terbukti dengan adanya kalangan masyarakat di Indonesia yang terkenal sekali akan hidup yang konsumtif. Selalu mengikuti perkembangan jaman, gaya baru yang moderen.
3. Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial
Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (0,010) < 0,05 dan nilai loading factor sebesar 0,173.Nilai loading factor pada variabel sifat sombong terhadap pengaruh sosial menunjukkan angka 0,375. Artinya ketika terdapat kenaikan senilai satu pada variabel sifat sombong, maka akan mengakibatkan kenaikan sebesar 0,375 pada variabel pengaruh sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa H3 diterima yang artinya sifat sombong memiliki pengaruh signifikan terhadap pengaruh sosial.
Menurut Tatik Suryani (2008:30) bahwa kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan membuat konsumen akan berinterasi dengan konsumen lain dan dari interaksi tersebut konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting
berkaitan dengan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Pada umumnya motif atau kebutuhan manusia memiliki sifat-sifat seperti: kebutuhan tidak terpuaskan , kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan yang lama terpenuhi, keberhasilan dalam mencapai tujuan akan mempengaruhi tujuan berikutnya dan motif bersifat majemuk.
4. Persepsi merek mewah terhadap niat beli
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek mewah terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (0,135) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel persepsi merek mewah terhadap niat beli menunjukkan angka 0,250. Artinya ketika terdapat kenaikan senilai satu pada variabel persepsi merek mewah, maka akan mengakibatkan kenaikan sebesar 0,250 pada variabel niat beli. Maka dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak yang artinya persepsi merek mewah tidak berpengaruh signifikan tehadap niat beli.
21 adalah usia 21-22 tahun dimana
pada usia ini adalah tahap remaja yang masih rentan atau emosi masih labil, karena kebanyakan remaja di Indonesia mengikuti mode atau tren yang ada saat ini. Dan di tinjau dari data yang mengisi kuesioner kebanyakan adalah pelajar atau mahasiswa dan kebanyakan dari mereka masih mengandalkan uang dari orang tua. Keputusan ini yang membuat persepsi merek mewah tidak berpengaruh pada niat beli karena kebanyakan mahasiswa masih belum bekerja dan menghasilkan pendapatan maka jelas sebagus apapun gadged yang di inginkan adanya keputusan untuk membeli akan berat pada kalangan mahasiswa kecuali adanya fasilitas dari orang tua atau lainnya.
5. Pengaruh sosial terhadap niat beli. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pengaruh sosial terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (0,343) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel pengaruh sosial terhadap niat beli menunjukkan angka -0,106. Artinya ketika terdapat kenaikan senilai satu pada variabel pengaruh sosial, maka akan mengakibatkan kenaikan sebesar -0,106 pada variabel niat beli. Maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak yang artinya pengaruh sosial tidak berpengaruh signifikan tehadap niat beli.
Menurut Tatik Suryani (2008:73) gaya hidup menunjukan pada
bagaimana seseorang
mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam satu
kategori jenis produk yang ada. Dalam pemasaran sangat jelas tampak bahwa konsumen yang memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya kedalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka minati. Adanya perubahan gaya hidup dari generasi ke generasi karena adanya perubahan sosial di masyrakat dan lingkungan ekonomi yang berubah, merupakan peluang bagi pemasar untuk menciptakan produk yang sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju. Dari adanya pengaruh sosial tidak semuanya berpengaruh pada niat pembeliannya karena pengaruh sosial ini hanya sementara tidak seberapa mempunyai peran yang kuat. Selain itu juga data penelitian ini menunjukan bahwa kebanyakan yang mengisi adalah mahasiswa yang belum bekerja maka walau sekuat apapun pengaruh sosial mempengaruhi seseorang namun tak akan mempengaruhi niat beli karena mahasiswa masih belum berpendapatan maka mereka tidak bisa menentukan keputusan untuk membeli.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :
22 2. Sifat sombong berpengaruh
terhadap niat beli. Dengan demikian hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa sifat sombong berpengaruh signifikan terhadap niat beli diterima.
3. Sifat sombong berpengaruh terhadap pengaruh sosial. Dengan demikian hipotesis tiga (H3) yang menyatakan bahwa sifat sombong berpengaruh signifikan terhadap pengaruh sosial diterima.
4. Persepsi merek mewah berpengaruh terhadap niat beli. Dengan demikian hipotesis empat (H4) yang menyatakan bahwa sifat sombong tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli ditolak.
5. Pengaruh sosial berpengaruh terhadap niat beli. Dengan demikian hipotesis lima (H5) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli ditolak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Terdapat kendala yang bersifat situasional yaitu pengisian kuesioner yang dapat mempengaruhi jawaban responden, seperti jawaban dari responden tidak jujur dan kurang telitinya responden dalam membaca pernyataan didalam kuesioner dikarenakan kurangnya keaktifan
peneliti dalam mengontrol
responden.
2. Komposisi responden dalam penelitian ini belum proporsional sebab mayoritas responden masih didominasi oleh Pelajar atau Mahasiswa.
3. Asumsi Goodness Of Fit Indices dalam SEM belum mampu terpenuhi seluruhnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan baik penelitian terdahulu maupun penelitian saat ini, maka peneliti memberikan saran yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya antara lain:
1. Saran bagi Perusahaan Apple
a. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable sifat sombong, nilai mean terendah terletak pada indikator SS1 yang
menyatakan bahwa “Saya merasa
malu jika tidak mempunyai Apple iPhone”. Hal tersebut menunjukan bahwa para pengguna memang tidak malu apabila tidak memkai iPhone Apple, karena mereka juga mempunyai smartphone yang lainnya.
b. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable persepsi merek mewah, nilai mean terendah terletak pada indikator PMW5 yang menyatakan bahwa “Ketika saya memakai Apple iPhone saya merasa mewah”. Hal tersebut menunjukan bahwa para pengguna merasa biasa saja saat memiliki iPhone Apple, mereka menganggap bahwa smartphone merupakan kebutuhan dan tidak terlalu berlebihan jika memilikinya.
c. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable pengaruh sosial, nilai mean terendah terletak pada indikator PS3 yang
menyatakan bahwa “Memakai Apple iPhone membuat orang lain tekesan dengan saya”. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak ada keistimewaan saat orang lain melihat smartphone apa yang sedang digunakan.
23
bahwa “Keputusan saya dalam
membeli karena adanya dorongan dari orang-orang terdekat”. Hal tersebut menunjukan bahwa keputusan pembelian adalah dari sendiri dan sedikit adanya sangkut paut orang lain.
2.
Saran bagi Penelitian yang akan datanga.
Sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dan menambah jumlah indikator dengan tujuan agar lebih mengeksplorasi hasil penelitian dan meminimalisir kemungkinan adanya hasil yang tidak signifikan antar variabel. b. Sebaiknya komposisi respondenyang digunakan lebih proporsional dan tidak terpusat pada satu kelompok responden tertentu atau lebih mengenderilisasi semua segmen.
c. Sebaiknya menetapkan kriteria responden yang lebih detail (baik dengan konfirmasi tanggapan ketika telah mengisi kuisoner online), sehingga lebih fokus dan mampu mewakili karakteristik sampel yang diinginkan secara akurat.
DAFTAR RUJUKAN
Christina Whidya. 2010. Manajemen Riset “Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Riset Modern di Indonesia”. Jakarta : Salemba Empat
Danang Sunyoto.2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Pengguna.Yogyakarta : CAPS
Hermawan Kertajaya. 2009. Brand Operation. Jakarta : Markplus
Junghwa Son dan Byoungho Jin. 2013.
“Consumer’s purchase intention toward foreign goods”. Journal ofManajemen Decition. Vol. 51 No.2, Pp 435-450.
Imam Ghozali.2013. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver 21.0. Semarang : BP.UNDIP
Kotler, Philip dan Keller. 2007, Manajemen Pemasaran. Edisi ke 12 jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. Indeks. Upper saddle river, New Jersey, 07458.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Edisi ke 13 Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Kuang Peng Hung dan Annie Huiling
Chen. 2011. “Antenceden of
luxury brand purchase
intention”. Journal of Product & Brand Management.Vol. 20 No.6, Pp 457-467
Lupiyoadi Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Indonesia. Jakarta : Indeks.
24 Purbayu Budi dan Ashari. 2005.
Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. ANDI. Semarang.
Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta.
Tatik Suryani. 2008. Perilaku konsumen “implikasi pada strategi pemasaran”. Yogyakarta : Graha Ilmu
Totok Amin dan Ika Karlina. 2012. Integrated Marketing Communication “Komunikasi Pemasaran Indonesia”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Uma Sekaran. 2009. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta Salemba empat.
www.citizenjurnalism.com
(online).“Laporan Keuangan Penjualan Apple iPhone kuartal ke-4 2012”.Diakses 20 April 2013.
www.makemac.com (Online).
“Penjualan Terbaik Di Dunia”