• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BELAJAR DAN ID PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BELAJAR DAN ID PEMBELAJARAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Hakikat Kesulitan Belajar

Dosen Pengampu : Bapak Husamah S.pd,M.pd

Oleh :

1. Yudrika Oktaviana (201710070311091) 2. Widiya Yuliningsih (201710070311087) 3. Nuril Alfi Zuhroh (201710070311097) 4. Satya Rizki Nur Afni (201710070311116)

BIOLOGI 2 C

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang Hakikat Kesulitan Belajar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah belajar dan pembelajaran.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, walaupun banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bimbingan, arahan, koreksi, dan saran, untuk itu rasa terimakasih yang dalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini

2. Bapak Husamah S.pd,M.pd selaku dosen pengampu yang telah memberi wawasan pada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

4. Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, serta masukan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 24 Mei 2018

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BABIPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1 1.3 Tujuan 1

BABIIPEMBAHASAN

A. Devinisi Kesulitan Belajar 2 B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar 3 C. Manifestari Kesulitan Belajar 7

D. Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar 10 E. Diagnosis Kesulitan Belajar 11

BABIIIPENUTUP

A. Kesimpulan 11

B. Kritik dan Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas belajar pada setiap individu, tidak selalu dapat berlangsung secara wajar dan lancar. Terkadang dapat dengan cepat dan mudah mempelajari sesuatu, kadang terasa amat sulit, kadang semangatnya tinggi, kadang juga sulit untuk konsentrasi. Demikianlah kenyataan yang sering dijumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar bisa dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks. Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

Terdapat berbagai macam definisi mengenai kesulitan belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut kami mencoba untuk menyimpulkan apa sebenarnya definisi dari kesulitan belajar, dan juga melalui makalah ini kami akan memaparkan mengenai seperti apa jenis-jenis kesulitan belajar, bagaimana manifestarinya, kemudian ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab kesulitan belajar dan diagnosa menganai kesulitan belajar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar? 2. Apa yang menyebabkan kesulitan belajar?

3. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah kesulitan belajar?

1.3 Tujuan

1. Memaparkan mengenai makna dari kesulitan belajar.

2. Memaparkan mengenai penyebab yang menimbulkan kesulitan belajar.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar atau learning disability, biasa juga disebut dengan istilah

learning disorder atau learning difficulty. Kesulitan belajar memang menjadi suatu masalah yang dialami siswa di sekolah dasar dan menengah maupun mahasiswa di level perguruan tinggi. Masalah kesulitan belajar dijumpai pada siswa sekolah perkotaan maupun siswa sekolah pelosok atau pedesaan.

Terdapat dua definisi tentang kesulitan belajar yang digunakan oleh Public Law: Education for All, Amerika Serikat. Definisi pertama dari Congress of the National Advisory Committee on Handicapped Children menghasilkan konsep-konsep sebagai berikut:

1. Adanya kesulitan belajar dalam salah satu atau beberapa proses psikologis yang melibatkan kemampuan memahami dan menggunakan bahasa yaitu memori, persepsi, penglihatan dan presepsi pendengaran.

2. Adanya hambatan dalam belajar antara lain membaca, berhitung, dan membaca. 3. Bukan disebabkan adanya gangguan-gangguan visual-auditoris, reterdasi mental,

gangguan emosional, serta kurangnya stimulus lingkungan, budaya, dan ekonomi. 4. Adanya perbedaan mencolok antara potensi siswa dengan capaian kecakapan siswa

pada taraf rendah.

Definisi kedua dari the National Joint Committee on Learning Disabilities, memulai konsep-konsepnya, yaitu :

1. Kesulitan belajar merupakan kelompok kelainan yang beragam.

2. Permasalahan yang dialami murni dipengaruhi oleh faktor internal siswa dan bukanlah faktor eksternal.

3. Perhatian sebaiknya ditujukan pada ketidakfungsian sistem saraf pusat, sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi biologis.

4. Gangguan dapat disertai dengan adnya kelainan lainnya, misalnya disleksia dan gangguan emosional.

Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh hambatan atau gangguan tertentu dalam proses pembelajaran siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang dialami siswa atau mahasiswa yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan belajar. Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila mereka mengalami kegagalan dalam mencapai tingkat penguasaan materi atau tujuan pembelajaran tertentu dalam suatu waktu yang telah ditetapkan.

Terkait permasalahan pembelajaran di kelas, kesulitan belajar merupakan suatu bentuk gangguan dalam satu atau lebih faktor fisik dan psikis mendasar. Hal ini meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, dengan sendirinya muncul sebagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau embuat perhitungan matematika. Termasuk dalam hal ini juga kelemahan motorik ringan dan gangguan emosional akibat keadaan ekonomi, budaya, atau lingkungan tidak menguntungkan. Batasan tersebut mencakup kondisi gangguan peseptual, trauma otak, dan disleksia.

(6)

B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

1. Prespektif Tugas-Tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan atau development taks yang perlu dituntaskan anak yaitu perhatian, mengingat, berpikir, bahasa, dan persepsi dan perseptual motor. a. Kesulitan dalam Pemusatan Perhatian

Ketidakmampuan menentukan pilihan perhatian akan menyebabkan anak tidak memproses stimulus dengan cermat dan tidak fokus. Ia mudah memindahkan perhatiannya sebelum dapat mengambil manfaat dari stimulus yang diperhatikan. Kesulitan dalam memusatkan perhatian penghambat proses selanjutnya. Kesulitan dalam memecahkan perhatian mengakibatkan anak sulit mengalihkan perhatian terhadap hal lain yang penting. Hal ini menjadi penyebab masalah penerimaan informasi dan kesulitan belajar. Kesulitan perhatian mencakup kesulitan memusatkan perhatian (inattention) dan kesulitan menghentikan perhatian (overattention).

b. Kesulitan dalam Mengingat

Kesulitan dalam menginat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang telah dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan dalam berfikir. Hal ini disebabkan kemampuan berfikir sangat erat hubungannya dengan kemampuan dalam mengingat halhal yang telah dialami yang memberi nformasi dalam mengoperasikan kemampuan berfikir. Kesulitan dalam mengingat akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan proses berfikir dan selanjutnya akan menyebabkan kesulitan belajar.

c. Kesulitan dalam Berfikir

Kemampuan berfikir adalah kemampuan mengoperasikan kemampuan kognitif yang mencakup kemampuan bertranformasi konsep dan mengasosiasikan formasi konsep dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah membantu individu dalam merenspon situasi baru dengan tindakan sesuai. Kemampuan berfikir sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengingat berbagai formasi konsep dan hubungan-hubungan dari formasi konsep tersebut. Kesulitan dalam berfikir aan menyebabkan kesulitan belajar.

d. Kesulitan dalam Bahasa

Kesulitan bahasa sudah dapat diidentifikasi sejak usia dini. Secara umum, anak yang mengalami kesuitan bahasa tidak dapat berbicara seperti anak-anak sebayanya dan tidak dapat merespon secara tepat terhadap berbagai pernyataan verbal, seperti sapaan, perintah, dan permintaan

e. Kesulitan dalam Persepsi dan Perseptual Motor

(7)

Environment menyimpan informasi, dan c) kesulitan dalam memberikan respon terhadap informasi yang diterima (output). Hal ini secara ringkas dapat dilihat pada gambar 9.2.

a. Mengintegrasikan Input Informasi

Siswa yang mengalami kesulitan mengintegrasikan input informasi akan mengalami kesulitan dalam bercerita dengan utrutan yang benar dan tidak dapat mengingat informasi sesuai dengan urutanya. Ia dapat memahami konsep baru, tetapi tidak dapat mengambil kesimpulan umum dari konsep yang baru diterimanya. Ia dapat mempelajari fakta baru, tetapi tidak dapat mengaitkan fakta tersebut dengan fakta lainya sehingga mengandung makna tentang suatu kejadian atau peristiwa.

b. Menyimpan Informasi

penyimpanan informasi erat hubunganya dengan ingatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Umumnya, kesulitan dalam mengingat terjadi pada area yang berkaitan dengan ingatan jangka pendek, menyebabkan individu bersangkutan sulit mempelajari hal-hal baru tanpa pengulanganyang lebih baik dari biasanya. Kesulitan dalam ingatan visual mnyebabkan ksulitan belajar mengeja kata.

c. Memberikan Respon yang Sesuai dengan Informasi yang Diterima

kesulitan memberikan respon terhadap informasi yang diterima melalui bahasa disebabkan oleh kesulitan berbahasa secara lisan. Hal ini karena dalam menjawab suatu pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang seharusnya, dibutuhkan kemampuan dalam menggali informasi informasi yang relevan dan telah disimpan di schemata. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menjalin pikiran yang diungkapkan secara lisan. Oleh sebab itu, kesulitan dalam memproses informasi dapat menyebabkan kesulitan berbahasa lisan. Halini sama dapat pula terjadi dalam menulis dan menggambar.

(8)

Gambar Central Processing System

3. Perspektif Aktivitas Belejar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, di antaranya (a) learning disorder, (b) learning disfunction, (c) underarchiever, (d) slow learner, dan (e) learning disabilities. Manifestasi dari kesulitan belajar tersebutdan dapat bersifat psikologis, aspek kognitif, psikomotorik,konatif maupun afektif, dapat pula termanifestasi secara sosiologis, maupun fisiologis, sehingga akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai kriteria usia dan teman-teman di kelasnya (Nurmelly, 2012). Bagian dibawah ini akan menguraikan masing-masing pengertian tersebut.

a. Learning Disorder

Learning Disorder (LD) atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya , yang mengalami kekacauan belajar, potensidasarnnya tidak diragukan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya repon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olahraga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai (Nurmelly,2012).

Menurut Nurwidodo (2011) jenis kesulitan belajar ini adalah munculnya kekacauan belajar karena timbulnya respons yang bertentangan akibat telah dimilikinya kemampuan dan keterampilan sebelumnya. Sebernarnya siswa yang mengalami kekacauan belajar seperti ini,potensi dasarnya tidak dirugikan akan tetapi belajarnyaterganggu atau terhambat oleh respon respon bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Meskipun tidak akan merugikan secara potensial tetapi akan merugikan siswa dalam pretasi akademik. Misalnya, siswa yang sudah terbiasa dengan latihan menari dengan gerakan lemah gemulai, akan kesulitan dalam mempelajari olahraga dengan gerakan keras seperti yudo, taekwondo, dan sebagainya. Demikian pula kalau anak terbiasa bermain bulu tangkis dengan tumpuan pukulan ada pada sendi bahu. Jenis kesulitan belajar ini mudah untuk dideteksi tetapi dalam memberikan bantuan memerlukan psikologis lainya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volly, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volly, maka dia tidak dapat menguasai permainan volly dengan baik (Nurmelly, 2012).

(9)

senam atau tidak dapat melempar bola dengan arah yang tepat, karena koordinasi tubuhnya tidak berfungsi secara baik akibat kurangnya latihan (Nurwidodo, 2011).

c. Underachiever

Underachievermengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukan tingkat kecerdasaan tergolong sangat unggul (IQ= 130-140), namunprestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah (Nurmelly,2012)

Menurut Haniah (1993) anak yang termasuk Underachieverbiasanya menunjukkn ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kurang mampu menyusaikan diri , kurang percaya diri, banyak mengalami kekecewaan, dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya. 2) Anak kurang mampu mengikuti otoritas, seringkali juga kurang berhasil dalam

penerimaan sosial, karena kegiatan anak kurang berorientasi pada bidang akademik dan sosial.

3) Banyak mengalami konflik dan ketergantungan serta sering menunjukan gejala-gejala psikotik dan neorotik.

4) Bersikap negatif terhadap sekolah dan kurang berminat embaca dan berhitung. 5) Kurang mampu menggunakan waktu luang.

Penyebab anak Underachieverseringkali bersifat sosial diantarannya:

1) Rendahnya dukungan orangtua; harus dingat bahwa capaian prestasi siswa disekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam menghargai prestasi dan mendorong anak untu mencapaai keberhasilan.

2) Kebiasaan belajar; kualitas belajar yang biasa dilakukan siswa, baik di kelas maupun di luar kelas perlu mendapatkan perhatian, baik menyangkut kebiasaan mengikuti pelajaran, kosentrasi, waktu belajar, dan sebagainya. 3) Lingkungan belajar; siswa yang berkemampuan intelektual memiliki

dorongan untuk diakui, disayangi, diterima dan dihargai sebagai suatu ompleksitas kebutuhan, bila tidak terpenuhi oleh lingkungannya akan menjadi bumerang bagi prestasinya.

d. Slow Learner

Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama (Nurmelly, 2012). Siswa lambat belajar ditunjukkan dengan adanya kesulitan menyelesaikan tugas sekolah oleh karena hambatan dalam memproses informasi. Keberadaan siswa lambat belajar merupakan fenomena yang kurang mendapatan keturunan, sehingga guru dan orangtua tidak menaruh curiga karena ketiadaan perbedaan fisik dibandingkan siswa pada umumnya.

Anak yang lambat belajar dalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata, tetapi tidak sampa pada taraf imbisil atau idiot. Anak yang lambat belajar disebut juga anak yang “subnormal” atau “mentally retarted”. Gejala-gejala anak yang lambat belajar antara lain sebagai berikut :

1) Perhatian dan kosentrasi singkat dan reaksinya lambat.

2) Kembampuannya terbatas untuk mengerjakan hal-hal yang abstrak dan menyimpulkan, menghubungkan dan menilai bahan yang relevan.

3) Kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-kata. 4) Gagal mengenal unsur dalam situasi baru, karena elajar lambat dan mudah

lupa serta berpandangan sempit.

(10)

5) Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan berfikir kritis.

Gejala Slow Learnermenggambarkan kurang sempurnanya pusat susunan syaraf, kemungkinan ada syaraf yang tidak berfungsi kondisi ini pada umumnya merupakan faktor yang sudah dibawa sejak lahir. Bisa terjadi karena penyebab waktu anak dalam kandungan atau pada waktu dilahirkan, dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen).

e. Learning Disabilities

Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya (Nurmelly, 2012).

Menurut Nurwidodo (2011) ciri-ciri perilaku yang sering muncul pada anak-anak yang mengalami learning disabilitiesadalah sebagai berikut:

1) Daya ingatan terbatas (relatif kurang baik).

2) Sering melakukan kesalahan yang kosisten dalam mengeja dan membaca, biasanya huruf d dibaca b (misalnya duku dibaca buku atau sebaliknya), bila menefestasi ini yang muncul, anak ini termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar dislektif.

3) Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengn bunyi pengucapannya.

4) Bingung dengan oprasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika.

5) Kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar, padahal kemampuan berhitung tergantung pada urutan angka.

6) Sulit dala mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat.

7) Tidak stabil memegang alat tulis, sehingga sering menolak bersekolah

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan anak mengalami DL, ditengarai adanya beberapa penyebab yaitu karena faktor keturunan karena adanya gangguan koordinasi pada otak, dan bukan disebabkan pola asuh yang salah. Hal yang penting guru dan orang tua harus mengenali gangguan tersebut sejak dini untuk dapat membantu anak mengatasi kesulitan.

C. Manifestari Kesulitan Belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar dapat dideteksi dengan prestasi belajar yang tidak memenuhi harapan. Gejalanya akan tampak pada peilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif (Nurmelly, 2012). Terjadi penurunan kinerja akademik maupun prestasi akademik, serta munculnya kelainan perilaku

(misbehaviour) merupakan salah satu indikator terjadinya kesulitan belajar (Rahayu & sukarmin, 2014). Berikut adalah gejala yang merupakan manifestasi yang berlaku umum anatara lain (Nurwidodo, 2011; Nurmelly, 2012):

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

(11)

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap yang tidak wwajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mngerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam ataupun diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dlam menghadapi saituasi terterntu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, menurut Syamsuddin (2003) Burton mengidentifikasi siwa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapi tujuan-tujuan belajar. Menurut Burton siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila,

1. Dalam batas tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang ditetapkan oleh guru (criterion reference). Contoh kasusnya dalam pembelajaran disekolah nampak pada anak yang tidak dapat mencapai KKM (Kriteria Ketentuan Minimal) yang ditetapkan.

2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimiliknya. Siswa ini dapat digolongka kedalam underachivier.

3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini digolongkan kedalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).

Menurut Nurwidodo (2011) terkait dengan anak usia sekolah dasar, kesulitan belajar yang dihadapi anak di kelas awal pada umumnya terkait dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, sedang pada anak kelas atas bisa lebih kompleks karena kompetensi dasar yang harus dikuasai juga semakin kompleks juga. Gejala kesulitan belajar yang dialami anak terkadang dimanifestasikan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, namun seringkali juga dalam manifestasi tidak langsung dalam bentuk penyimpangan perilaku, sosial dan emosional, diantaranya adalah

1. Distractibility Child: Dalam kegiatan belajar anak menunjukkan gejala cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek di kelas, mudah dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan yang berlangsung di kelas, dan mengganggu teman.

(12)

2. Hyperactif / hiperaktif: Anak kesulitan belajar dengan gejala ini memiliki ciri tidak bisa duduk diam dikelas, terus bergerak. Seringkali berteriak-teriak, berlarian dan meloncat, tanpa kooordinasi, sehingga kadang sulit untuk melakukan aktivitas secara teratur dan tertib. Anak ini suka mengganggu teman sekelasnya. Gejala ini sering diikuti dengan sikap agresif kearah negatif, suka membanting atau melempar, mudah tersinggung dengan tempramen yang tinggi dan merusak.

3. Poor Self Consept: Anak yang tidak memiliki konsep diri yang baik, ciri anak ini pendiam, sangat sensitif, mudah tersinggung, bersikap pasif dan cenderung tidak berani bertanya, karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul, secara umum anak ini mersa tidak aman secara sosial.

4. Impulsive: Gejala ini nampak pada perilaku bereaksi secara spontan. Anak serupa ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan pertanyaan guru, kurang didukung kemampuan berfikir logis. Anak ini berteriak pada saat menjawab, ingin menunjukkan diri sebagai anak pandai, namun jaban/reaksinya mencerminkan ketidakmampuannya, karena jawaban yang diberikan sering tidak kotekstual.

5. Dependency: Anak ini tidak mau tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya. Hal ini sering disebabkan sikap orang tua yang sangat melindungi anak sehingga saat anak ke sekolah harus ditemani orang tuanya, sikap ini sering pula dibarengi dengan ciri anak yang pemalu dan menganggap dirinya bodoh, sehingga malu pergi ke sekolah. Harga diri yang rendah menyebabkan dia menarik diri dari bergaulan dengan teman (Withdrawl).

6. Underachivier: Semangat belajarnya sangat rendah sehingga prestasinya rendah meskipun tidak termasuk anak “bodoh” atau “tolol”, sering melupakan PR, dam hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya diatas rata-rata.

7. Overachivier: Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dan acapkali enggan untuk menerima kritik.

Sementara itu, menurut Adillida et al (2003) khusus bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), kesulitan belajar disekolah dapat bermanifestasi sebagai berikut.

1. Gangguan fungsi visual motor; anak-anak BBLSR memiliki fungsi visual motor yang rendah dibandingkan dengan teman sekelasnya yang lahir cukup bulan.

(13)

3. Kesulitan membaca dan gejala; dijumpai 66% anak-anak BBLSR mengalami kesulitan membaca. Kesulitan membaca ini dijumpai pada kelompok anak dengan riwayat masa neonatus memiliki deviasi pada tonus, postur, gerakan, refleks atau lingkar kepala, dan 80% pada anak serebral palsi.

4. Kesulitan berhitung; anak-anak BBLSR mengalami kesulitan berhitung. Kesulitan berhitung merupakan tanda yang cukup sensitif untuk menilai danya gangguan kesulitan belajar.

5. Bahasa; tingkat kemampuan membaca anak-anak BBLSR lebih rendah daripada lahir normal. Masalah bahasa merupakan faktor yang paling menonjol, 75% dari anak BBLSR memerlukan terapi bicara, latihan membaca, atau bantuan belajar.

6. Gangguan tingkah laku; beberapa peneliti mendapatkan bahwa anak BBLSR sering disertai dengan tingkahlaku yang tidak sesuai dikelas. Hal ini dihubungkan dengan adanya masalah emosional (kecemasan, ketakutan, tidak bahagia, tics, dan cerewet) serta aktifitas berlebihan (gelisah, resah, dan tidak ada perhatian). Beberapa problem tingkah laku yang dinilai dengan the behaviour problem index ditemukan sikap antisosial, depresi/ansietas, keras kepala, hiperaktif, immature, dan konflik dengan temannya, sedangkan sikap hiperaktif anak tampak mencolok.

D. Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar

Para ahli seperti Cooney, Davis &Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitantersebut, di antaranya:

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan dengan kondisi fisik siswa seperti kerusakan yang terjadi pada saraf pusat, ketikseimbangan biokimia, keturunan genetic, nutrisi dan pengaruh teratogenic (zat kiia dan obat-obatan.)

2. Faktor Sosial

Faktor ini berkaitan dengan hubungan orang tua dengan anak dan tingkat keperdulian tentang masalah belajarnya disekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan menambah kesulitan belajar siwa. Faktor ini dapat bersumber antara lain dari :

a. Faktor keluarga yang terpengaruh oleh keadaan sosial ekonomi, situasi rumah tangga, pola pendididkan orang tua, pola pendidikan orang tua, dan harapan orang tua

(14)

b. Lingkungan masyarakat dapat bersifat positif maupun negatif yang dipengaruhi ileh teman sepermainan dan lingkungan sekitar.

3. Faktor Emosional Dan Psikologis

Dalam faktor ini masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan oleh obat-obatn tertentu(ekstasi,dll), kurang tidur, diet yang tidak tepat, hubungan yang renggang dengan teman terdekat dan masalah tekanan dari situasi keluarganya dirumah. Sedangkan fattor psikologis yakni situasi, kondisi serta peristiwa kejiwaan yang meliputi:

a. Bakat khusus (Abtitude) merupakan suatu kualitas potensial yang nampakpada perilaku anak pada suatu bidang tertentu

b. Minat terhadap pembelajaran (interest) merupakan gejala psiklis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menimbulkan rasa senang dan tertarik.

c. Kebiasaan dan cara belajar dianggap suatu yang dimiliki oleh seseorang yan menyatu dengan pribadi seorang siswa.

d. Kondisi psikologis temporal adalah kualitas yang tidak menetap sehingga banyak faktok yang dapat memicu munculnya kondisi psikologiayang negatif, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses dan hasil belajar.

4. Faktor Intelektual (kecerdasan/intelegensi)

Siwa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep atau prinsip maupun telah berusaha mempelajarinya.

5. Faktor pedagogis/pendidikan

Diantara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menetapkan metologi. kondisi dan situasi dapat pula menimbulkan kesulitan dalam belajar antara lain:

a. Strategi pembelajaran

Penggunaaan teknik mengajar yang tidak cocok dengan gaya belajar siswa, penyajiannya bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan anak, sedangakan gaya mengajak yang monoton akan membuat anak bosan. b. Media dan sumber belajar

Kurangnya media belajar serta sumber belajar guru diharapkan guru dapat mensiasati dengan kekurangan yang ada untuk tetap melaksanakan proses pembelajaran.

(15)

Faktor situasi dan kondisi sekolah yang kurang menguntungkan diantaranya suasana yang gaduh karena dekat pabrik, dekat jalan raya, pasar atau mall akan mudah menggangu konsentrasi dan dan suasana belajar. d. Pengelolaan sekolah

seperti hal yang terkait dengan pengelolaan personel, keuangan yang tidak baik akan mempergaruhi semangat belajar anak.

e. Fasilitas sekolah

Fasilitas sekolah yang tidak memadai akan mempengaruhi semangat belajar siswa.

f. Teknik Evaluasi

Penggunann teknik evaluasi yang tidak dapat akan membuat anak malas dalam belajar.

E. Diagnosis Kesulitan Belajar

Seorang guru mempunyai peranan dan tanggung jawab yang lebih luas dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dia tidak sekedar sebagai pengajar tetapi lebih dari itu, membantu siswa dalam keseluruhan proses pemdidikannya untuk mencapai tingkat perkembangan optimal. Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi siswa (Junardi, 2004).

1. Ukuran kegagalan dan kemajuan belajar siswa

Terdapat 4 ukuran yang menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa, yaitu :

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan.

b. Kedudukan dalam Kelompok

Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar dibawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan.

c. Perbandingan antara potensi dan prestasi

(16)

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan atau bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula.

d. Kepribadian

Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Pengenalan Kesulitan Belajar Siswa

Menurut Sugihartono et al (2007) dan Putra et al (2010) untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, kita harus menentukan faktor penyebab dari kesulitan belajar tersebut.

A. Teknik Nontes (Asesmen Informal)

Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpilan data atu keterangan yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi. B. Teknik Tes (Asesmen Formal)

Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan. Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tes hasil belajar, yaitu tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran.

b. Tes intelegensi dan psikologi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat potensial.

3. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar

(17)

Upaya tersebut merupakan usaha untuk mengetahui dengan cermat dengan segala gejala atas fenomena kesulitan belajar yang melanda siswa (Syah, 2006).

Sehubung dengan itu, Sugihartono et al (2007) dan Putra et al (2010) menguraikan langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, yaitu :

a. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. b. Melokalisasi letak kesulitan belajar.

c. Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar. d. Memperkirakan alternatif bantuan.

e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya (Pemberian bantuan). f. Tindak lanjut.

Sementara itu, Widdiharto (2008) secara khusus menguraikan diagnosis kesulitan siswa yang terkait dengan kesulitan intelektual, yang pendekatan diagnosisnya pun ada berbagai macam. Berikut ini 5 pendekatan yang dalam implikasi dan implementasinya dikaitkan dengan pengembangan tes diagnostik dan penerapannya di kelas.

a. Pendekatan profil materi

b. Pendekatan prasyarat pengetahuan dan kemampuan c. Pendekatan pencapaian kompetensi dasar dan indikator d. Pendekatan kesalahan konsep

e. Pendekatan pengetahuan terstruktur

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar yang meliputi faktor intrinsik (dari dalam diri anak itu sendiri), faktor ekstrinsik (dari luar diri, berupa lingkungan sosial dan non-sosial) dan faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode anak untuk melakukan kegiatan belajar.

3. Selain banyaknya faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar, banyak pula upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar pada anak. Berdasarka pemaparan diatas sudah sepatutnya kita sebagai orang tua maupun pendidik untuk bisa membimbing dan mengarahkan siswanya untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Guru dan siswa harus saling menyadari adanya kesulitan yang dialami dan bersama-sama mencoba untuk memecahkan kesulitan siswa tersebut.

B. Kritik dan Saran

(18)

Kesulitan belajar ini masih menjadi masalah yang sebagian besar dialami anak-anak di Indonesia. Sudah sepatutnya para guru menyadari permasalahan ini dan berupaya untuk memperbaikinya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Degan disusunnya makalah ini selain untuk memenuhi Tugas Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat. Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha untuk yang sebaik-baiknya, meskipun kami juga sadar dahwa masih terdapat kekurangan. Kami akan menerima segala kritik dan saran atas makalah ini.

Daftar Pustaka

Husamah, Pantiwati, Y., Restian, A., & Sumarsono, P. (2018). Belajar dan Pembelajaran.

Gambar

Gambar  Central Processing

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam penelitian ini, telah berhasil dilakukan pengkopian/ mentransfer/ menulis ulang program perhitungan COBRA IV-I yang terdiri dari program utama (main program )

Koko ajatus siitä, että julkinen keskustelu on periaatteessa tärkeää, vaikka siihen ei haluaisikaan itse osallistua, oli niin kiinnostavan ristiriitainen, että halusin

Sedangkan love style eros (cinta romantik), mania (cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan dilakukan menurut (Moprhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016) dan (Bulechek, Butcher, Dochterman, &

murabahah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder yang data

Pada siklus I berdasarkan perhitungan dari lembar observasi aktivitas guru dan kreativitas belajar siswa pada pendekatan saintifik, skor perolehan aktivitas guru sebesar

Adanya hubungan yang signifikan antara peran PPL sebagai konsultan dengan tingkat kemampuan anggota menunjukkan bahwa kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penyuluh