• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI REIZIA SP INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI REIZIA SP INDONESIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENERJEMAHAN NOVEL AL-MAR´AH WA AL-QI TTAH

KARYA LAILA AL-OTHMAN

Proposal Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Mata Kuliah Seminar Skripsi

Oleh : Reizia Savira Putri 111402400000014

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERITAS ISLAM NEGRI JAKARTA

(2)

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk ungkapan oleh seorang pengarang baik dalam persoalan kehidupan nyata maupun tidak nyata dituliskan dalam sebuah karya yaitu karya sastra. Karya sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang (Selden, 1985:2).1 Karya sastra dapat mencerminkan bagaimana seseorang itu memaknai suatu kehidupan.

Jika ditinjau dalam bahasa Arab, ungkap Partini, (2005; 6), dengan mengutip pendapat Teeuw, tidak ada sebuah kata yang artinya bertepatan dengan sastra. Kata yang paling dekat barangkali adalah kata adab (بدأ). Dalam arti sempit, adab berarti belles-lettres atau susatra, sekalis juga berarti kebudayaan(civilization) atau dalam kata Arab lain adalah tamaddun.2

Jenis karya sastra terdiri dari fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi seperti prosa, puisi, dan drama. Sedangkan karya sastra non-fiksi di antaranya biografi, esai, autobiografi, dan lain-lain. Novel termasuk ke dalam karya sastra fiksi dalam bentuk prosa modern.

Menurut Nurgiyantoro, Burhan (2009: 9) berpendapat bahwa istilah novella dan novelle

mengandung pengertian yang sama dengan istilah novellet (Inggris; novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.3

Menurut pendapat lain dalam buku karya Fahrurrozi, dan Andri Wicaksono (2016) yang berjudul “Sekilas tentang Bahasa Indonesia” menyatakan bahwa novel adalah suatu karya jenis sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang dan luas yang di

1Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), h.1

2Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006),

h. 29

(3)

dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya.4

Berkembangnya zaman ke zaman, karya sastra khususnya novel semakin digandrungi berbagai kalangan bahkan sampai kepada para peneliti bahasa. Suatu yang membuat berbeda dari sastra adalah bahasanya yang tidak membosankan yang ditulis pengarang sehingga kata-kata yang dituangkan dapat melebur ke dalam jiwa dan membangkit emosi pembacanya. Bahkan, jika pembaca itu merupakan pembaca yang sensitif dia akan menungkap ekspresi yang sama seperti apa yang dituliskan pengarang tersebut.

Seorang peneliti dalam hal ini adalah menerjemahkan suatu karangan dari seseorang perlu kecermatan dalam memadupadankan kata dari Tsu (teks sumber-bahasa Arab) kepada Tsa (teks sasaran bahasa Indonesia), karena tidak selalu kata yang ada dalam Bsu (bahasa sumber) sesuai dengan yang ada pada Bsa (bahasa sumber), apalagi Tsu ini adalah teks berupa novel yang mana peneliti harus mencari kata yang sesuai dengan bahasa sastra yang mengutamakan nilai keindahan yang benar tertuang tulus dari pengarangnya. Di sinilah letak peneliti mencari dan harus menemukan kata yang sesuai dengan yang dimaksud pengarang dengan pemilihan kata yang tepat, namun tidak menghilangkan apa yang hendak disampaikan pengarang dari terjemahan ini.

Memang, tugas penerjemah bukan hanya mengalih-bahasakan Bsu ke Bsa, tapi sepatutnya seorang penerjemahan tidak hanya mampu menguasai secara internal kebahasaan saja, namun juga harus menyadari sisi eksternal dari Bsu itu sendiri. Penerjemah harus memiliki wawasan dan mengetahui sisi budaya dua bahasa.

4Fahrurrozi, Andri Wicaksono, Sekilas tentang Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), h.

(4)

Peneliti mengambil sebuah novel karya Laila al-Othman karena terdapat sisi menarik yaitu sastra yang cenderung bertema keluarga. Dalam sinopsis novel ini membicarakan seorang wanita yang berdiri dengan tubuh indahnya, mempertanyakan bagaimana hari itu bisa datang. Dia menengadahkan wajahnya ke arah matahari dan sinaarnya membalas dengan pancaran yang memantulkan imajinasinya. Dia menginap di rumah bibinya yang tidak menyadari wanita itu di rumahnya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Masalah ini dibuat guna mempermudah pembaca mengenai pembahasan apa saja yang akan dibicarakan. Agar lebih fokus, masalah yang terkait dengan proposal skripsi ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan penerjemahan. Teori penerjemahan yang dipadukan dengan novel al-Mar'ah wa al-Qittah (ةطقلاو ةأرملا) terbitan Majalah Ibtesama (ةلجم هماستابلا) yang digunakan peneliti untuk menjadi bahan proposal skripsi.

Novel ini merupakan novel yang ditulis oleh Laila Al-Othman dengan berisi 87 halaman, yang akan menjadi penelitian yaitu berjudul “Gadis dan Si Kucing”.

Penerjemahan ini, peneliti mengambil dari metode penerjemahan komunikatif, yang umum digunakan untuk terjemahan puisi, drama, maupun certita, novel atau hikayat. Maka dari itu, pembahasan ini akan diperinci dalam rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan terjemahan novel dengan metode komunikatif?

C. Tujuan Penelitian

(5)

1. Untuk menjelaskan penerapan terjemahan novel dengan metode komunikatif.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bukan hanya dari segi teoritis saja, namun dapat digunakan dari segi praktis. Pertama, manfaat teoritis: penelitian yang dilakukan ini sebagai salah satu pembelajaran yang sangat berfaedah bagi perkembangan untuk peneliti sendiri, terutama dalam memahami sebuah novel yang dibaca oleh beberapa kalangan khususnya kalangan remaja. Selain itu, memberikan kepada peneliti supaya kedepannya dapat menghasilkan karya yang produktif di bidang penerjemahan ini.

Kedua, manfaat praktis, dapat digunakan bagi beberapa pihak, seperti: kalangan remaja atau dewasa. Penelitian ini sangat cocok khusunya untuk remaja, karena hasil penelitian ini secara umum mengambil tema tentang kehidupan seorang gadis dengan seekor kucing. Dalam sisi lain dalam terjemahan novel ini dihirapkan dapat memberi hikmah-hikmah yang dapat dipetik oleh pembacanya. Kemudian kepada peneliti sendiri. Sangat berguna untuk kemajuan masa depan, dan sebagai bentuk indikasi bagi peneliti yang sangat mengapresiasi sebuah novel yang mengandung nilai moral tinggi.

Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan para pembaca yang ingin memahami cerita dari segi kejujuran dan kemanusian.

E. Sumber Data

(6)

lembaga atau aplikasi buku majalah elektronik yang menyediakan hikayat-hikayat atau kisah-kisah Arab. Kitab ini, khususnya dibuat oleh penerbit al-Darul al-‘Arabiyyah lil ‘Ulumi Nasyirun.

Peneliti mengambil novel ini karena ingin memberikan kontribusi terjemahan pada novel karya Laila Al-Othman yang belum ditemukan adanya terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Laila Othman merupakan sastrawan yang berasal dari Kuwait. Beberapa karyanya yang dibuat itu berdasarkan kisah nyata. Karyanya yang lain terinspirasi dari isu-isu sastra, kisah penindasan suatu keluarga maupun sosial. Ia merintis usaha sastranya sejak tahun 1965. Ia tergabung dalam Asosiasi Sastra Kuwait dan menjadi sekretaris di sana.

F. Metodologi Penelitian

Sebagai seseorang peneliti perlu untuk mengetahui metode yang digunakan agar penelitian yang dilakukan tepat pada sasarannya. Metode ini sebagai alat untuk membantu peneliti mengungkap permasalahan dalam proses penelitian.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif-analitis. Metode kualitatif yaitu bahwa datanya selalu diperoleh dari tangan pertama dan berupa pengalaman langsung dari partisipan.5 Artinya, metode ini tidak didapat dari pihak lain. Metode kualitatif sesuai pada penelitian ini yang mana mengadopsi data yang telah ada di lapangan dan mengambil teori yang telah ada guna menunjang hasil penelitian ini. Jenis penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif-analitis yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan lalu diteliti dari data-data yang telah ada.

5J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif; Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya (Jakarta: Gramedia

(7)

G. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu mencari informasi tentang beberapa kajian yang terkait dengan penerjemahan novel beserta objek kajian yang dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya, karena penelitian mengenai terjemahan novel sudah cukup banyak dilakukan untuk sebuah penelitian. Beberapa peneliti tersebut di antaranya adalah Skripsi karya oleh Skripsi Gingin Ginanjar, Skripsi Virgina Jurnal karya Puji Laksono, Skripsi Lenny Haryanti, dan Jurnal Eddy Setia.

Gingin Ginanjar (2011) merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Padjajaran Jatinangor yang dalam skripsinya berjudul “Analisis Bentuk dan Terjemahan Frasa Nomina dalam Buku Halusinansi Karya Zuriyati terhadap Buku al-Kabuus Karya Najib Kailani”. Objek kajian yang diteliti adalah frase nomina dalam proses penerjemahan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Kelebihannya yatiu dalam sebuah pengumpulan data cukup lengkap dari teorinya. Namun, kekurangannya terdapat pada analisis mengenai frasanya tidak dijelaskan secara rinci.

(8)

seni dalam terjemahan Ali Audah. Namun kekurangannya yaitu pada referensi yang dirujuk kurang lengkap.

Puji Laksono (2014) merupakan mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) yang menyusun jurnalnya dengan judul “Analisis Metode Penerjemahan dalam Menerjemahkan Novel Revolusi di Nusa Damai ke Revolt in Paradise). Dalam jurnalnya, ia menjelaskan beberapa metode yang digunakan dalam menerjemahkan seperti metode peminjaman, calque6, harfiah, transposisi/pergeseran, modulasi, padanan, dan adaptasi. Selain memaparkan beberapa metode ia memberi analisisnya ketika salah satu metode yang digunakan dapat berpengaruh terhadap perubahan makna. Penelitian yang ia lakukan berjenis deskriptif kualitatif. Dari segi isi, jurnal ini mengandung karya ilmiah yang baik dan padat, misalnya saja kelebihan yang dimiliki dari jurnal ini menampilkan berbagai metode beserta contoh analisisnya, kelebihan yang lain yaitu analisis yang mengalami pergeseran makna juga dijelaskan secara terang. Namun, yang menjadi kekurangan dari jurnal ini adalah beberapa metode yang masih rampung dan perlu penjelasan (metode Calque, dan adaptasi) tidak menjadi bagian dari analisis, sehingga analasis metodenya masih kurang lengkap.

Lenny Haryanti (2015) merupakan mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjamah yang dalam kajiannya membahas tentang novel bahasa Arab yang berjudul Terjemahan Novel al-Zayni Barakat karya Gamal al-Ghitani: Analisis Ungkapan Eksprisif”. Objek kajiannya adalah membahas tentang kalimat-kalimat ungkapan ekspresif. Ia menggunakan pendekatan pragmatik (teori tindak tutur) dan analisis deskriptif dalam kajiannya untuk menjelaskan kalimat-kalimat ekspresif dalam novel tersebut. Kelebihan

6Menurut jurnal Puji Laksono, kata Calque merupakan metode yang hampir sama dengan metode

(9)

skripsi ini secara menyeluruh sangat layak untuk juga menjadi bahan bacaan dan referensi. Skripsi dalam segi isi sangat terlihat adanya penguasaan terhadap materi yang berkaitan dengan bahasa Arab seperti penguasaan ilmu nahwu dan balaghah, hal itu terlihat dari penjelasan yang diterangkan dalam analisis. Kekurangannya sangat sedikit yaitu pada teknik penulisan catatan kaki spasi antar nomor urut dengan nama pengarang tidak konsisten. Namun, kekurangan itu tidak berarti karena isinya sudah lengkap dan padat.

Eddy Setia merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang menggarap jurnal dengan judul “Terjemahan, Permasalahan, dan Beberapa Pendekatan”. Dalam jurnalnya, ia merumuskan tentang sejumlah permasalahan yang ditemui dalam sebuah penerjemahan. Selain itu, beberapa pendekatan juga termasuk dalam pembahasan jurnalnya. Di dalam pendekatan itu, ia menguraikan analasis yang ada pada terjemahan metode semantik dan komunikatif. Kelebihan skripsinya ia dapat memberikan penjelasan dan perbedaan antara metode semantik dengan metode komunikatif. Namun menurut saya jurnal ini terlalu banyak pembahasan yang ditulis, sehingga apa yang dirumuskan tidak mengkerucut pada intinya dan nilai dalam fokusnya menjadi berkurang.

H. Kerangka Teori

1. Definisi Penerjemahan

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Dari berbagai definisi yang ada, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah “proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) ke dalam bahasa yang lain (Bsa).7

7Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontamporer (Tangerang Selatan:

(10)

Menurut Robinson (1997: 49-51) berpendapat bahwa penerjemahan adalah kegiatan cerdas yang melibatkan proses pembelajaran sadar dan tak sadar yang kompleks; penerjemahan adalah kegiatan cerdas yang memerlukan pemecahan masalah kreatif dalam kondis baru, tekstual, sosial, dan budaya.8

Menerjemahkan merupakan keahlian yang butuh untuk terus diasah, dibimbing, dan dilatih. Itu saja belum cukup baik, karena kegiatan penerjemahan merupakan kajian antarilmu (interdisipliner). Itu berarti menerjemahkan memerlukan ilmu pengetahuan lain yang bersifat pendukung, seperta semantik, pragmatik, sosiolinguistik, budaya, pengetahuan umum, dan sebagainya.9

Menurut Harimurti Kridalaksana menerjemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-pertama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.10

2. Metode penerjemahan

Metode penerjemahan adalah teknik yang dipergunakan oleh seorang penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode penerjemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, di antara metode yang ada, metode yang ditawarkan Newmark dinilai sebagai paling lengkap dan memadai. Menurut Newmark (1988) mengajukan dua kelompok metode penerjemahan: (1) metode yang memberikan penekan terhadap Bsu; (2) metode yang memberikan penekanan pada Bsa.11

8Prayogo Kusumaryoko, Dwilogi Variasi Gaya Penerjemah; Landasan Teori (Diandra Creative, 2017), h.

34

9Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta:

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 166

10Vero Sudiati, Aloys Widyamartaya, Panggilan Menjadi Penerjemah (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,

2005), h. 7

(11)

Jenis-jenis metode penerjemahan yang pertama metode yang berorientasi pada keakuratan Tsu, yaitu:

a. Kata demi Kata

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah meletakkan kata-kata Tsa langsung di bawah versi Tsu. Kata-kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan apa adanya. Namun, metode ini biasanya digunakan oleh para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik, atau digunakan untuk kegiatan prapenerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu yang sukar dipahami.

b. Harfiah

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah mencarikan padanan konstruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa. Penerjemahan kata-kata Tsu masih dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal.12

c. Setia

Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalahkan makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemaha setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan ururtan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa.13

Selain melalui penekanan Bsu, metode penerjemahan dapat lebih ditekankan kepada Bsa. Ini berarti bahwa selain pertimbangan kewacanaan, penerjemah juga mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan Bsa.14

(12)

d. Semantik

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah telah lebih luwes dan lebih fleksibel daripada penerjemah yang menggunakan penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkrompomikan makna selama masih dalam batas wajar.

Kedua, jenis-jenis metode penerjemah yang berorientasi pada keterbacaan Tsa: a. Adaptasi

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya tidak terlalu memperhatikan keteralihan struktur Tsa. Ia hanya memperhatikan apakah terjemahannya dapat dipahami dengan baik oleh si penutur Bsa atau tidak. Karenanya, metode ini dianggap sebagai metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa.

Penerjemahan yang dilakukan untuk teks yang berbentuk, film, dongeng atau

hikayat ini, lebih sesuai dengan metode keterbacaan secara adaptasi atau saduran. Metode ini lebih mengutamakan perpindahan budaya Tsa kepada Tsu.

Peneliti menggunakan penerjamahan teks hikayat dengan metode ini. Metode ini juga digunakan dengan maksud menyajikan kepada pembaca, terutama anak-anak, agar lebih mudah mereka tangkap, tidak membuat mereka jenuh dan memacu imajinasi mereka.

(13)

budaya bahasa sasaran. Terlebih, agar teks yang diterjemahkan juga tidak menyimpang kepada teks aslinya. Misalnya, contoh teks di atas yang dicetak miring diterjemahkan sebagai berikut:

Kemudian, metode ini sangat membantu peneliti yang menerjemahkan hikayat ini, untuk menjadikan anak sebagai sasaran utama pembaca hikayat ini. Dengan metode ini peneliti dapat menerjemahkan sebagaimana budaya dan sesuatu yang dapat diterima anak, seperti pada contoh di atas pada frasa kata طقلا ‘kucing’, jika menerjemahkan dengan kata ‘kucing’ saja masih umum atau dengan frasa kucing itu sepertinya tidak menggambarkan bahwa terjemahan tersebut memberikan sajian untuk anak. Maka dari itu, peneliti menerjemahkan kata طقلا menjadi ‘si kucing’, sehingga anak dengan mudah membaca atau mendengar terjemahan tersebut tanpa rasa bosan.

b. Bebas

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya menggunakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Tak jarang bentuk retorik (seperti alur) atau bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali. Dalam metode ini, terjadi perubahan drastis antara struktur luar Tsu dan struktur luar Tsa. Metode ini biasanya berbentuk parafrasa yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.

c. Idiomatis

(14)

d. Komunikatif

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek bahasa dan aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi.15

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi Tsanya pun langsung berterima.16

3. Penerjemahan Sastra

Penerjemahan sastra merupakan pengalihan suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran yang khusus pada teks-teks sastra, dengan tanpa mengubah isi kandungan yang ada pada makna sastra tersebut.

Cara menerjemahkan teks sastra berbeda dengan teks umum ataupun ilmiah. Teks sastra lebih mementingkan emosi yang dirasakan oleh pembaca atau mendengarnya. Menurut Jones, teks sastra lebih mementingkan fungsi estetis/afektif daripada fungsi transaksional atau informatif.17

4. Gaya Bahasa Sastra

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai

trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Kata trope lebih dulu populer sampai dengan abad XVIII. Karena ekses

15Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk . . . , h. 60-63

(15)

yang terjadi sebelumnya, trope dianggap sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu, pada abad XVIII istilah itu diganti dengan figure of speech.18

Dari segi kata, karya sastra menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif, sedangkan kalimat-kalimatnya menunjukkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu menuansakan keindahan dan bukan nuansa makna tertentu saja.19

5. Proses Penerjemahan

Yang pertama, dilakukan peneliti dalam menerjemahkan yaitu menentukan tema teks yang akan diterjemahkan peneliti. Tema teks yang diterjemahkan hendaknya harus dikuasi oleh penerjemah, dan penerjemah perlu memiliki wawasan yang luas mengenai tema apa yang akan diambil.

Kedua, mencari teksnya sebagaimana yang sudah ditentukan peneliti. Peneliti memilih menerjemahkan kitab yang berbentuk novel tentang kehidupan wanita. Teks yang diterjemahkan peneliti sebanyak 87 halaman.

Ketiga, yaitu sebelum melakukan penerjemahan, tentu peneliti harus sudah mempersiakan metode apa yang akan dipilih untuk menerjemahkan, sehingga terjemahannya menjadi lebih terarah.

Keempat, baru peneliti mulai menerjemahkan kosakata tersebut. Untuk menerjemahkan kosakata perlu memperlihatkan adanya empat proses yang harus dilalui oleh suatu teks atau ujaran saat berbentuk struktur Bsu hingga akhirnya berubah menjadi struktur Bsa. (1) Proses yang pertama yaitu pemahaman leksikal dan gramatikal Bsu.

(16)

Pada tahap ini, penerjemah harus memiliki kepekaan leksikal, sehingga dapat memahami penggunaan makna kosakata yang terlihat pada teks atau ujaran dalam Bsu sesuai peruntukannya berdasarkan makna yang tersedia di kamus. (2) Proses kedua, yaitu pemahaman makna Bsu. Pada tahap ini, seorang penerjemah harus memahami struktur pemaknaan (semantik) yang berlaku pada teks atau ujaran dalam Bsu, juga pemaknaan (pragmatik) yang dikaitkan dengan konteks situasi yang berlaku pada teks atau ujaran dalam Bsa. (3) Proses yang ketiga adalah sinkronisasi dalam Bsu dan Bsa. Pada tahap ini, struktur luar Bsu telah bertransformasi menjadi sttruktur dalam. Di kepala si penerjemah, struktur dalam ini disinkronisasi untuk mendapatkan penyelerasan pemahaman teks atau ujaran dalam Bsu ke dalam teks atau ujaran dalam Bsa. (4) Proses yang keempat, pemadanan makna ke dalam Bsa. Pada tahap ini, hasil penyelarasan itu dikonversikan20 menjadi teks atau ujaran dalam Bsa yang bisa dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar Bsa yang bisa dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar Bsa, sebaik pemahan yang diperoleh pembaca atau pendengar Bsu. Dalam proses pemadanan ini, penerjemah tidak boleh hanya memperhatikan aspek leksikal atau gramatikal saja, tetapi harus benar-benar memperhatikan aspek semantis dan pragmatis pada teks atau ujaran dalam Bsu saat dihadirkan dalam bentuk struktur Bsa.21

Peneliti mengutamakan kalangan remaja sebagai sasarannya. Maka perlu juga, untuk mengetahui kosakata yang tepat dalam penerjemahannya. Perluasan kosakata yang lazim digunakan remaja untuk nominasi gagasan-gagasan yang konkret. Ia hanya memerlukan istilah untuk menyebutkan kata secara terlepas. Faktor ini menyebabkan bahwa

kata-20Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata dikonversikan berasal dari kata dasar konversi

yang berarti perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain.

(17)

kata itu hidup, dan bukan saja hidup tetapi juga aktif dipergunakan dalam komunikasinya yang masih sederhana itu.22

Yang terakhir, yaitu mengganti dengan kata-kata yang tepat untuk sebuah novel, serta menyusun, merapikan dan melakukan pengetikan teksnya sebagai sebuah penelitian dalam proposal skripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pertama terdiri dari latar belakang yang menjelaskan tentang pembahasan yang akan diteliti oleh peneliti yaitu mengenai penerjemahan novel karya Laila al-Othman, dan menjelaskan beberapa pengantar seputar karya sastra. Kemudian memaparkan batasan dan rumusan masalah yang meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya diikuti oleh tujuan penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan. Selain itu membicarakan mengenai manfaat penelitian dapat digunakan secara teoritis maupun praktis.

Kedua meliputi kajian pustaka tentang produk penelitian terhadap penerjemahan yang sebelumnya belum dilakukan oleh peneliti lain, serta membahas tentang gambaran umum mengenai hasil terjemahan.

Ketiga yaitu memaparkan teori yang berkaitan dengan penelitian hasil penerjemahan, di antaranya mengenai pengertian dan metode penerjemahan, tentang terjemahan sastra, gaya bahasa sastra, dan proses penerjemahan.

Terakhir yaitu sumber referensi yang peneliti gunakan meliputi buku fisik dan buku elektronik. Buku fisik sebagai rujukan materi di antaranya berjudul Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) karya Abdullah dan Moch. Syarif Hidayatullah, buku

(18)

Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia karya M. Zaka Al Farisi, buku Sekilas tentang Bahasa Indonesia karya Fahrurrozi dan Andri Wicaksono, buku Dwilogi Variasi Gaya Penerjemah; Landasan Teori karya Prayogo Kusumaryoko, buku Pedoman bagi Penerjemah karya Rochayah Machali, Majalah Ibtesama, “al-Mar'at wa al-Qittat,” artikel diakses pada 27 November 2017 dari http://www.ibtesamah.com/showthread-t_531845.html,

dan sejumlah referensi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Syarif Hidayatullah, Moch. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern).

Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

(19)

Fahrurrozi, Andri Wicaksono. Sekilas tentang Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Garudhawaca, 2016.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Kusumaryoko, Prayogo. Dwilogi Variasi Gaya Penerjemah; Landasan Teori. Diandra Creative, 2017.

Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemah dalam Lintas Bahasa. Jakarta: Kaifa Mizan Group, 2009.

Majalah Ibtesama, “al-Mar'at wa al-Qittat,” artikel diakses pada 27 November 2017 dari http://www.ibtesamah.com/showthread-t_531845.html

Minderop, Albertine. Psikologi Sastra: Karya, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010.

Muzakki, Akhmad. Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006.

Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif; Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.

Sayogie, Frans. Teori dan Praktek Penerjemah. Tangerang: Pustaka Anak Negri, 2009. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008. Syarif Hidayatullah, Moch. Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontamporer.

Tangerang Selatan: Al-Kitabah, 2014.

Vero Sudiati, Aloys Widyamartaya. Panggilan Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam penelitian ini fokus masalah adalah resiliensi Imelda Fransisca ditinjau dari aspek-aspek resilien yang dikemukakan oleh Reivich & Shatte yakni pengendalian

Hikmah berpuasa yang kita dapatkan ini tentunya berkaitan erat dengan amalan puasa yang kita jalani dan tentunya amalan pada puasa ramadhan bukanlah hanya

Dengan melakukan proses pengolahan seperti tahap-tahap di atas, maka diharapkan air hasil olahan sudah dapat digunakan kembali (reused) dalam kegiatan produksi, sehingga kebutuhan

3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia

- Yang hadir adalah nama yang tersebut di dalam Akte Pendirian Perusahaan dan / atau Akte Perubahan Perusahaan serta apabila tidak dapat hadir, maka harus membawa surat

Untuk menjadi anggota kehormatan tidak dianut stelsel aktif karena keberadaan yang bersangkutan ditentukan oleh penilaian pimpinan organisasi tingkat Pimpinan Cabang, Pimpinan

- Bentuk dan saluran media meliputi media cetak, media elektronik dan media online termasuk di dalamnya media sosial yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi kehumasan