PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Disusun oleh :
1. Akhmad Jauhari Septiadi (02)
2. Andito Nindyo Nurharyanto (06)
3. Othniel Hart Stephanus Purba (17)
4. Razes Ronal Pasaribu (20)
5. Rihasto Juli Sulistiaji (24)
Kelompok 2 - Kelas 8B
Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus
Tahun Pelajaran 2013/2014
PEMBAHASAN
A. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan standar yang digunakan dalam pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. Sedangkan untuk penyajian laporan keuangan diatur tersendiri pada PSAK 1.
PSAK 1 menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Ruang lingkup dari PSAK 1 ini adalah penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah. Penyajian Laporan Keuangan Syariah diatur tersendiri dalam PSAK 101.
B. Revisi PSAK 1 Tahun 2013
Penyusunan PSAK 1 mengadopsi standar-standar yang terdapat pada IAS 1 (Internatioanl Accounting Standard). Dalam perkembangannya, PSAK mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi. Terkait penyusunan PSAK 1, revisi terakhir dibuat pada tahun 2013 dan akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2015.
Perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK sebelumnya yaitu PSAK No. 1 Tahun 2009 didasarkan atas:
1. Perbaikan dengan penggunaan istilah yang lebih tepat
2. Pengaruh perkembangan PSAK lain yang belum dikeluarkan tahun 2009
3. Mengikuti perubahan terakhir IAS 1 Tahun 2010 yaitu pemisahaan penghasilan komprehensif lain dan penyajian informasi komparatif
5. Pendekatan penyajian standar dengan revisi – tidak menyajikan ulang semua standar 6. Efektif berlaku 1 Januari 2015, tidak ada penerapan dini
7. Terdapat perbedaan IAS 1 dengan PSAK 1.
Perubahan PSAK No. 1 Tahun 2013 pada dasarnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perubahan judul Laporan Pendapatan Komprehensif Lain menjadi Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. Perubahan judul ini mengikuti perubahan terakhir IAS 1 tahun 2010 yang memisahkan penghasilan komprehensif lain dari laporan laba rugi.
2. Penambahan pengaturan mengenai persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi komparatif minimun dan informasi komparatif tambahan.
3. Penyajian laporan dalam dua bagian yaitu Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. Hal tersebut juga terkait dengan perubahan terakhir IAS 1 tahun 2010 yang memisahkan penghasilan komprehensif lain dari laporan laba rugi.
4. Pemisahan penghasilan komprehensif yang akan direklasifikasi ke laporan laba rugi periode berikutnya setelah penghentian pengakuan dengan OCI yang tidak akan direklasifikasi ke laporan laba rugi.
5. Pemisahan pajak pengasilan atas pos yang disajikan dalam OCI yang akan direklasifikasikan ke laporan laba rugi dan yang tidak direklasifikasi ke dalam laporan laba rugi.
6. Sinkronisasi dengan terbitnya PSAK lain seperti PSAK 65 Konsolidasian dan PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri.
Secara umum perbedaan antara ED PSAK 1 (2013): Penyajian Laporan Keuangan dengan PSAK 1 (2009): Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Hal PSAK 1 2013 PSAK 1 2009
Judul Laporan
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan Laba Rugi Komprehensif Definisi Tidak memberikan definisi: Laba
Komponen Laporan keuangan
• Laporan posisi keuangan
• Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain 1. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi
2. Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi
Disajikan dalam kelompok Penghasilan komprehensif lain
Dalam PSAK 1 ini, terdapat perbedaan dengan ketentuan IFRS, dimana tidak semua ketentuan dalam IAS 1 diadopsi dalam PSAK 1. PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan mengadopsi IAS 1 Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2013 kecuali:
1. IAS 1 paragraf 2 yang menjadi PSAK 1 paragraf 02 tentang ruang lingkup dengan penambahan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas syariah, karena penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2. IAS 1 paragraf 5 yang menjadi PSAK 1 paragraf 05 tentang ruang lingkup dengan menghilangkan kemungkinan penerapan bagi entitas sektor publik karena pelaporan keuangan entitas sektor publik diatur dalam standar akuntansi pemerintah bukan Standar Akuntansi Keuangan.
berada di bawah pengawasannya, karena untuk sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan di pasar modal.
4. IAS 1 paragraf 10 yang menjadi PSAK 1 paragraf 11 dengan menghilangkan kalimat yang memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk komponen laporan keuangan, supaya menciptakan keseragaman untuk judul komponen laporan keuangan.
5. Tambahan di paragraf 16 tentang tanggung jawab atas laporan keuangan, karena peraturan perundang-undangan tidak mengatur pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan untuk semua entitas, tetapi hanya untuk sebagian entitas.
6. IAS 1 paragraf 19–22 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar Akuntansi Keuangan tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks di Indonesia. Pengaturan IAS 1 paragraf 23–24 diadopsi menjadi PSAK 1 paragraf 21–22 mengenai pengungkapannya, tetapi dengan menghilangkan kalimat “but the relevant regulatory framework prohibits departure from the requirement” dalam IAS 1 paragraf 23.
7. IAS 1 paragraf 54(f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi.
8. IAS 1 paragraf 139 yang menjadi PSAK 1 paragraf 139 tentang tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya akan dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara bertahap.
9. IAS 1 paragraf 139A, 139B, dan 139C tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena paragraf tersebut tidak relevan.
10. IAS 1 paragraf 140 tentang penarikan IAS 1 (2003) karena hal tersebut tidak relevan.
C. Definisi
Dalam pernyataan Standar ini terdapat istilah-istilah yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan
3. Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai.
4. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. 5. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya.
6. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
7. Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
8. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya.
9. Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
D. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1. aset; 2. liabilitas; 3. ekuitas;
4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
6. arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
E. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan dianggap lengkap apabila memenuhi komponen-komponen sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif.
Semua komponen laporan keuangan tersebut harus disajikan oleh entitas secara lengkap dengan tingkat keutamaan yang sama. Selain keenam laporan tersebut, entitas diperbolehkan juga menyajikan laporan keuangan tambahan yang dinilai penting oleh entitas untuk disajikan. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas tersebut.
F. Karakteristik Umum Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki 8 (delapan) karakteristik umum, yaitu:
1. Penyajian secara wajar dan Kepatuhan terhadap SAK
a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.
b. Menyajikan informasi secara relevan, andal, dapat dibandingkan dan mudah dipahami.
c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan syarat khusus PSAK dinilai tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan.
Apabila entitas tersebut telah menyusun Laporan Keuangan sesuai dan patuh pada SAK, maka entitas tersebut membuat pernyataan eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.Dalam hal kebijakan akuntansi entitas yang digunakan tidak tepat, entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang digunakan maupun mengungkapkannya dalam CaLK ataupun materi penjelasan.
Pengecualian terhadap kepatuhan entitas terhadap aturan PSAK (kasus yang jarang terjadi) dapat dibolehkan apabila dengan dipatuhinya PSAK dapat memberikan interpretasi berbeda atas laporan keuangan, dan oleh karenanya, entitas harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan mengungkapkan nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu, entitas juga mengungkapkan untuk masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap masing-masing pos dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai penyajian yang wajar. Dalam hal ini, pihak manajemen harus mempertimbangkan alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut dan bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi persyaratan.
2. Kelangsungan Usaha
Dalam mempertimbangkan apakah dasar akrual kelangsungan usaha adalah tepat, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan.
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. 4. Materialitas dan Agregasi
Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material.Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam Laporan keuangan tetapi material untuk disajikan terpisah dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Saling Hapus
Entitas tidak diperbolehkan melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansitransaksi atau peristiwa.
6. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek daripada periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan:
a.alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan 7. Informasi Komparatif
Apabila entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan:
a.Sifat reklasifikasi;
b. jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan
c.alasan reklasifikasi
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas mengungkapkan alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara konsisten, kecuali setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 2009) tentang Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan atau perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.
G. Struktur dan Isi Laporan Keuangan
Pernyataan ini mensyaratkan pengungkapan khusus dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau laporan perubahan ekuitas dan mensyaratkan pengungkapan dari pos-pos lain dalam laporan keuangan.Pernyataan ini terkadang menggunakan istilah “pengungkapan” dalam arti luas, meliputi pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan.
1. Identifikasi Laporan Keuangan
menyajikan informasi berikut ini secara jelas, dan mengulang nya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami :
a. Nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan informasi dari akhir periode laporan sebelumnya
b. Apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas
c. Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan
d. Mata uang pelaporan
e. Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan
Entitas pada umumnya menyusun laporan keuangan dengan menyajikan informasi mata uang dalam unit ribuan atau jutaan.Hal ini diperkenankan sepanjang entitas mengungkapkan tingkat pembulatan dan tidak menghilangkan informasi yang material.
2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut : a. Aset tetap
b. Properti investasi c. Aset tidak berwujud d. Aset keuangan
e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas f. Persediaan
g. Piutang dagang dan piutang lainnya h. Kas dan setara kas
i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan asset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual: asset tidak lancer yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan
j. Utang dagang dan terutang lain k. Provisi
l. Liabilitas keuangan
m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini n. Liabilitas dan aset pajak tangguhan
p. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
q. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada penilaian dari :
a. Sifat dan likuiditas aset
b. Fungsi dari aset tersebut dalam entitas c. Jumlah,sifat dan jangka waktu liabilitas
Pembedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang :
Entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset dan liabilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau diselesaikan :
a. Tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan b. Lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan
Informasi mengenai tanggal perkiraan realisasi aset dan liabilitas berguna dalam penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. PSAK 50 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Penyajian dan Pengungkapan mensyaratkan pengungkapan tanggal jatuh tempo aset keuangan dan liabilitas keuangan.
1) Aset Lancar dan Tidak lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
a) Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakan dalam siklus operasi normal
b) Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan
c) Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan
d) Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas.Ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasikan secara elas, maka diasumsikan selama dua belas bulan.Aset lancar mencakup aset yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharakan untuk direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, aset lancar juga mencakup aset yang dimiliki untuk diperdagangkan.
2) Liabilitas
Liabilitas merupakan kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan adanya transaksi di masa lalu. Menurut Kieso (2008) liabilitas memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu:
a) Kewajiban sekarang
b) Diperoleh dari kejadian di masa lalu
c) Penyelesaiannya menggunakan sumber daya yang dimiliki entitas.
a. Liabiliitas Jangka Pendek
Menurut PSAK 01 terdapat 4 (empat) Kriteria Liabilitas Jangka Pendek, yaitu: Diselesaiakan dalam siklus operasi normal;
Tujuannya untuk diperdagangkan;
Jatuh tempo 12 bulan setelah periode pelaporan ; atau
Penyelesaian hutang tidak dapat ditunda sekurang-kurangnya dari 12 bulan setelah periode pelaporan.
Pengecualian terhadap kriteria tersebut antara lain:
Pengecualian untuk hutang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan, dan biaya operasi lain tetap digolongkan sebagai hutang jangka pendek meskipun jatuh temponya lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika Jatuh tempo kurang dari 12 bulan meskipun perjanjian awal pinjaman lebih dari 12 bulan dan terdapat perjanjian perpanjangan pembayaran setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan → hutang jangka pendek
Jika hutang jatuh temponya kurang dari 12 bulan lagi akan tetapi entitas menginginkan (dan memiliki diskresi) untuk memperpanjang selama min. 12 bulan setelah setelah periode pelaporan. → hutang jangka panjang
Macam-macam liabilitas jangka pendek a) Hutang dagang
b) Hutang berjangka
c) Bagian hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo d) Hutang deviden
e) Pendapatan diterima dimuka
f) Hutang Pajak Penjualan dan Pajak Penghasilan
Peristiwa yang terkait liabilitas jangka pendek yang memerlukan pengungkapan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian yaitu:
Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang
Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan
b. Liabilitas Jangka Panjang
Menurut PSAK 01, liabilitas yang tidak termasuk dalam kategori liabilitas jangka pendek maka akan diklasifikasikan sebagai sebagai hutang jangka panjang. Hutang jangka panjang antara lain:
a) Hutang wesel jangka panjang b) Hutang obligasi
c) Hutang hipotek
3) Ekuitas
Hal-hal yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas atau CALK :
a. Untuk setiap jenis saham i. Jumlah saham modal dasar
ii. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh dan yang diterbitkan tetapi tidak disetor penuh
iii. Nilai nominal saham
iv. Rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir periode v. Hak, keistimewaan, dan pembatasan setiap jenis saham
b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas
Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit perwalian, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan poin a di atas, yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis kepentingan ekuitas, serta hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap kepentingan ekuitas.
3. Laporan Laba Rugi Komprehensif
PSAK 1 dan IAS 1 merumuskan ketentuan yang serupa atas penyajian dalam Laporan Laba Rugi dan Komprehensif. Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode (Paragraf 79 PSAK, 81 IAS):
a. dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif; atau b. dalam bentuk dua laporan:
1. laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah) dan 2. laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut dalam satu periode (Paragraf 80 PSAK, 82 IAS): a. pendapatan;
b. biaya keuangan;
c. bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;
d. beban pajak;
e. suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
1. laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
2. keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan;
f. laba rugi;
g. setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf h;
h. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan
Selain 9 pos di atas, IAS menambahkan keuntungan dan kerugian dari pelepasan aset keuangan yang diukur dengan biaya amortisasi sebagai bagian dari pos yang disajikan.
Pos-pos di bawah ini diungkapkan dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode (Paragraf 81 PSAK, 83 IAS):
a. laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: 1. kepentingan non-pengendali; dan
2. pemilik entitas induk.
b. total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: 1. kepentingan non-pengendali dan
2. pemilik entitas induk.
Entitas dapat menyajikan pos-pos sebagaimana dimaksud dalam paragraf 80 huruf a-f PSAK dan 82 huruf a-f IAS dan pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 81a PSAK dan 83a IAS (Paragraf 82 PSAK, 84 IAS). Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul, dan sub jumlah lain dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman kinerja keuangan entitas (Paragraf 83 PSAK, 85 IAS). Karena dampak dari berbagai kegiatan, transaksi, dan peristiwa lain entitas berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian dan kemampuan untuk dapat diprediksi, maka pengungkapan unsur-unsur kinerja keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan yang dicapai dan dalam membuat proyeksi kinerja keuangan masa depan. Entitas memasukkan pos-pos tambahan dalam laporan laba rugi komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), perubahan istilah yang dipakai dan perubahan urutan dari pos-pos jika hal ini diperlukan untuk menjelaskan elemen kinerja keuangan. Entitas mempertimbangkan faktor-faktor termasuk materialitas, sifat, dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. Misalnya, suatu institusi keuangan dapat mengubah istilah untuk memberikan informasi yang relevan dengan operasinya. Entitas tidak diperkenankan melakukan saling hapus pendapatan dan beban kecuali memenuhi kriteria paragraf 30 (Paragraf 84 PSAK, 86 IAS). Entitas tidak diperkenankan untuk menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos-pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau dalam catatan atas laporan keuangan (Paragraf 85 PSAK, 87 IAS).
Beberapa SAK menentukan kondisi-kondisi kapan entitas mengakui pos-pos tertentu di luar laba rugi dalam periode berjalan. PSAK 25 menentukan dua kondisi tersebut, yaitu koreksi kesalahan dan dampak perubahan kebijakan akuntansi. SAK lainnya mensyaratkan atau memperkenankan suatu komponen pendapatan komprehensif lain yang memenuhi defenisi pendapatan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dikeluarkan dari laba rugi (Paragraf 87 PSAK, 89 IAS).
Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan (Paragraf 88 PSAK, 90 IAS). Entitas dapat menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain (Paragraf 89 PSAK, 91 IAS):
a. jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau
b. jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait dengan komponen tersebut.
Entitas mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi yang terkait dengan komponen pendapatan komprehensif lain (Paragraf 90 PSAK, 92 IAS). SAK lainnya menjelaskan bagaimana dan kapan jumlah yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain direklasifikasi ke laba rugi. Reklasifikasi yang dimaksud pada pernyataan ini adalah penyesuaian reklasifikasi. Penyesuaian reklasifikasi dimasukkan dengan komponen pendapatan komprehensif lain yang terkait pada periode dimana penyesuaian direklasifikasi ke laba rugi. Misalnya, keuntungan yang direalisasi dari pelepasan aset keuangan yang dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual” dimasukkan dalam laba rugi periode berjalan. Jumlah tersebut mungkin telah diakui dalam pendapatan komprehensif lain sebagai keuntungan yang belum direalisasi pada periode berjalan atau periode sebelumnya. Keuntungan yang belum direalisasi tersebut dikurangkan dari pendapatan komprehensif lain pada periode ketika keuntungan yang telah direalisasi direklasifikasi ke laba rugi untuk menghindari memasukkan keuntungan yang belum direalisasi tersebut dua kali dalam total laba rugi komprehensif. Entitas dapat menyajikan penyesuaian reklasifikasi di dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan. Entitas yang menyajikan penyesuaian reklasifikasi pada catatan atas laporan keuangan menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain setelah penyesuaian reklasifikasi tersebut. Penyesuaian reklasifikasi terjadi dalam hal:
a. pelepasan kegiatan usaha luar negeri;
c. lindung nilai atas prakiraan transaksi menimbulkan laba atau rugi. Penyesuaian ini tidak dilakukan terhadap:
a. perubahan surplus revaluasi yang diakui berdasarkan psak 16 (revisi 2007) atau 19; b. keuntungan dan kerugian aktuarial yang diakui dalam program dana pensiun manfaat
pasti yang diakui berdasarkan paragraf 93a dari psak 24 (komponen tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan tidak direklasifikasikan ke laba rugi periode berikutnya).
Ketika pos pendapatan dan beban bernilai material, entitas harus mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah (Paragraf 95 PSAK, 97 IAS). Pengungkapan terpisah tersebut disebabkan oleh keadaan (Paragraf 96 PSAK, 98 IAS):
a. penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah yang dapat dipulihkan kembali sebagaimana pemulihan atas penurunan tersebut;
b. restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan setiap liabilitas diestimasi atas biaya restrukturisasi;
c. pelepasan aset tetap; d. pelepasan investasi; e. operasi yang dihentikan; f. penyelesaian litigasi;
g. pembalikan liabilitas diestimasi lain.
Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, manapun yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan (Paragraf 97 PSAK, 99 IAS). Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis pada paragraf 97 pada laporan laba rugi komprehensif atau jika disajikan, pada laporan laba rugi terpisah (Paragraf 98 PSAK, 100 IAS). Beban disubklasifikasikan menjadi komponen utama dari kinerja keuangan yang dapat berbeda dalam frekuensi, potensi keuntungan atau kerugian, dan kemampuan untuk dapat memprediksi. Analisis ini diberikan dalam bentuk (Paragraf 99-102 PSAK, 101-104 IAS): a. Metode sifat beban
b. Metode fungsi beban (biaya penjualan)
Metode fungsi beban mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau biaya aktivitas distribusi (administratif). Berdasarkan metode ini, entitas sekurang-kurangnya mengungkapkan biaya penjualan secara terpisah dari beban-beban lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode sifat beban. Namun, pengalokasikan biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan alokasi secara arbiter dan pertimbangan yang matang. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan, amortisasi, dan beban imbalan kerja.
Pemilihan metode analisis (fungsi dan sifat) bergantung kepada faktor historis, industri, dan sifat entitas. Kedua metode tersebut memberikan indikasi tentang biaya-biaya yang mungkin berbeda (baik langsung maupun tidak langsung) dengan tingkat penjualan produk atau produksi entitas. Karena setiap metode penyajian memiliki manfaat untuk jenis entitas yang berbeda, pernyataan ini mensyaratkan manajemen untuk memilih penyajian yang andal dan lebih relevan. Namun, karena informasi atas sifat beban bermanfaat dalam memprediksi arus kas masa depan, maka pengungkapan tambahan diperlukan ketika metode fungsi beban digunakan (Paragraf 103 PSAK, 105 IAS).
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a. Total Laba Rugi Komprehensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah
total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan nonpengendali;
b. Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 :Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.
c. Untuk Setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
ii. Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
iii. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan
hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik
selama periode dan nilai dividen persaham pada laporan perubahan ekuitas atau catatan atas
laporan keuangan.
Perubahan ekuitas selama satu periode mencerminkan naik turunnya aset neto entitas
selama periode tersebut. Kecuali untuk perubahan:
1) Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan instrumen biaya
langsungnya
2) Perubahan keselurhan atas ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total
penghasilan dan beban yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut.
6. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi
tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan laba rugi
terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan memberikan penjelasan naratif dari pos-pos yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan
1) Stuktur
Catatan atas laporan keuangan berisi:
a. menyajikan informasi tentang dasar penyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang digunakan
b. mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan dibagian
manapun dalam laporan keuangan
c. memberikan informasi yang tidak disajikan dibgaian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan mempunyai urutan sebagai berikut:
a. Pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK
b. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
c. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi
keuangan dan laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing
pos
d. pengungkapan lainnya, termasuk:
a) liabilitas kontinjensi dan komitmen kontraktual yang belum diakui
b) pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan manajemen risiko
keuangan
Entitas dapat menyajikan catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi
tentang dasar penyusuan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu sebagai bagian
yang terpisah dalam laporan keuangan.
2) Pengungkapan kebijakan akuntansi
Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan:
b. kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan
Menuangkan dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan adalah hal
yang penting, karena dasar tersebut mempengaruhi analisis pengguna secara signifikan.
Entitas mengungkapkan kedalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan atau
catatan atas laporan keuangan lain yang telah dibuat manajemen dalam proses penerapan
kebijakan akuntansi dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah yang
diakui dalam laporan keuangan. Manajemen membuat beberapa pertimbangan yang secara
signifikan dapat mempengaruhi jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, misalnya:
a. apakah aset keuangan merupakan investasi yang dikategorikan sebagai "dimiliki hingga
jatuh tempo"
b. kapan secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan aset
keuangan dan aset sewa dialihkan kepada entitas lain;
a. apakah secara substansial penjualan produk tertentu merupakan perjanjian pembiayaan
dan dengan demikian tidak meningkatkan pendapatan;
b. apakah subtansi hubungan antara entitas dan entitas bertujuan khusus menunjukkan bahwa
entitas tersebut mengendalikan entitas bertujuan khusus.
3) Sumber estimasi ketidakpastian
Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan,
dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan, yang
memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah
tercatat aset dan laibilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan
laibilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas: 1) sifat dan 2)
jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
pengaruh ketidakpastian atas peristiwa masa depan terhadap aset dan liabilitas tersebut pada
akhir pelaporan. misalnya, dalam hal tidak tersedianya harga pasar kini yang diobservasi,
maka:
a. estimasi berorientasi masa depan diperlukan untuk mengukur jumlah terpulihkan
atas kelompok aset tetap,
b. dampak keusangan teknologi atas persediaan, provisi yang bergantung pada hasil
masa depan dari proses litigasi yang masih berjalan, dan
c. liabilitas imbalan kerja jangka panjang seperti kewajiban pensiun.
Estimasi tersebut memasukkan asumsi tentang penyesuaian risiko atas arus kas dan
tingkat diskonto, peubahan gaji di masa depan, dan perubahan harga dimasa depan yang
mempengaruhi biaya lain.
Asumsi dan sumber estimasi ketidakpastian lainnya membutuhkan pertimbangan
manajemen yang paling sulit, subjektif atau kompleks, sehingga potensi dilakukannya
penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas semakin meningkat.
Tidak disyaratkan bagi aset dan liabilitas dengan risiko signifikan bahwa jumlah
tercatat aset dan liabilitas tersebut dapat berubah secara material selama periode tahun
berikutnya, dan perubahan tersebut tidak berasal dari asumsi atau sumber estimasi
ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan.
Entitas menyajikan pengungkapan tersebut dalam suatu cara yang dapat membantu
pengguna laporan keuangan untuk memahami yang telah dibuat manajemen tentang masa
depan dan tentang sumber estimasi ketidakpastian lain, sifat dan luasnya informasi yang
diberikan bervariasi sesuai dengan sifat asumsi dan kondisi lainnya. contoh pengungkapan
yang dibuat adalah sebagai berikut:
b. sensitivitas jumlah tercatat terhadap metode, asumsi dan estimasi yang mendasari
penghitungan jumlah tercatat tersebut, termasuk alasan atas sensitivitas tersebut;
c. penyelesaian yang diharapkan atas ketidakpastian dan kisaran hasil yang mungkin
selama periode pelaporan berikutnya atas jumlah tercatat aset dan liabilitas yang
terpengaruh; dan
d. penjelasan tentang perubahan yang dilakukan terhadap asumsi sebelumnya yuang terkait
dengan aset dan liabilitas tersebut, jika ketidakpastian tetap belum dapat diselesaikan.
pernyataan ini tidak mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi anggaran atau
prakiraan dalam membuat pengungkapan tersebut. Pengungkapan mengenai pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh manajemen dalam rangka menerapkan kebijakan akuntansi tidak
terkait dengan pengungkapan sumber estimasi ketidakpastian.
4) Modal
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola
permodalannya.Entitas mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. informasi kuantitatif tentang tujuan, kebijakan, dan proses entitas dalam mengelola
permodalannya, termasuk:
1. uraian tentang apa yang dikelola sebagai modal;
2. ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyarata permodalan eksternal, sifat
persyaratan dan bagaimana persyaratan tersebut diimplementasikan dalam pengelolaan
permodalaan; dan
3. bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola permodalan.
b. ringkasan data kuantitatif mengenai apa yang dikelola sebagai modal. beberapa entitas
menganggap liablitas keuangan sebagian dari modal dan entitas lain menganggap modal
c. setiap perubahan 2 (dua) poin diatas dari periode sebelumnya.
d. apakah selama periode entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal.
e. ketika entintas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi
dari ketidakpatuhan harus dituangkan.
Entitas mendasarkan pengungkapan tersebut dari informasi yang diberikan secara
internal kepada personal manajemen kunci.Entitas dapat mengelola modal dalam beberapa
cara dan dapat bergantung pada persyaratan permodalan yang berbeda. misalnya, entitas
konglomerasi mungkin mencakup entitas yang melakukan kegiatan asuransi dan perbankan
dan aktivitas tersebut mungkin melakukan kegiatan operasi dibeberapa juridiksi. Ketika
pengungkapan keseluruhan atas persyaratan modal dan bagaimana modal dikelola tidak
memberikan informasi yang berguna atau dapat mengacaukan pemahaman pengguna laporan
keuangan atas sumber permodalan entitas, maka entitas mengungkapkan informasi terpisah
untuk setiap persyaratan modal yang berlaku bagi entitas.
5) Pengungkapan lain
Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
a. jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta
jumlah dividen pe lembar saham
b. jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian manapun
dalam informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. domisili dan bentuk hukum, negarea tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau
lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor)
b. keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama
d. bagi entitas yang mempunyai batasan umur, informasi tentang lama umur entitas
7. Informasi Komparatif
a. Informasi Komparatif Minimum
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan
lain oleh PSAK/ISAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan
keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan
keuangan periode berjalan.
Entitas menyajikan, minimal, dua laporan posisi keuangan, dua laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, dua laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), dua laporan
arus kas dan dua laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan yang
berhubungan.
Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
periode sebelumnya masih tetap relevan pada periode berjalan. Misalnya, entitas
mengungkapkan dalam periode berjalan rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi,
namun hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan masih
dalam proses penyelesaian. Pengguna laporan keuangan memperoleh manfaat atas
pengungkapan informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya dan
dari pengungkapan informasi tentang langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode
berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.
b. Tambahan Informasi Komparatif
Entitas dapat menyajikan informasi komparatif sebagai tambahan atas laporan
keuangan komparatif minimum yang disyaratkan PSAK/ISAK, sepanjang informasi tersebut
disusun sesuai dengan PSAK/ISAK. Informasi komparatif ini dapat berisi terdiri satu atau
terjadi, entitas menyajikan catatan informasi yang berhubungan dengan laporan tambahan
tersebut.
Misalnya, entitas dapat menyajikan tiga laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain (sehingga menyajikan periode berjalan, periode sebelumnya, dan satu
periode komparatif tambahan). Namun demikian, entitas tidak disyaratkan untuk menyajikan
tiga laporan posisi keuangan, tiga laporan arus kas, atau tiga laporan perubahan ekuitas (yaitu
laporan keuangan komparatif tambahan). Entitas disyaratkan menyajikan, dalam catatan atas
laporan keuangan, informasi komparatif yang terkait dengan laporan tambahan atas laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Entitas menyajikan tiga laporan posisi keuangan seperti pada awal periode sebelumnya
sebagai tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum yang diwajibsyaratkan dalam
paragraf 36A jika:
(a) entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian
kembali retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau reklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangan; dan
(b) penerapan retrospektif, penyajian kembali retropsektif atau reklasifikasi memiliki
dampak material atas informasi dalam laporan posisi keuangan pada awal periode
sebelumnya.
Dalam kondisi yang digambarkan dalam paragraf 38A, entitas menyajikan tiga laporan
posisi keuangan pada:
(a) akhir periode berjalan;
(b)akhir periode sebelumnya; dan
DAFTAR PUSTAKA
_____.2009. Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.1 : Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.
_____.2013. ED Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 1 : Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.
Laman online