• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BISNIS BERBASIS UKHUWAH Studi Enti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL BISNIS BERBASIS UKHUWAH Studi Enti"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BISNIS BERBASIS UKHUWAH

(Studi Entitas Bisnis Pesantren Al-Ittifaq Kabupaten Bandung) Oleh Lukman Fauroni

Latar Belakang Masalah

Pesantren merupakan lembaga ortodoksi Islam yang selalu mengajarkan dan mensosialisikan ajaran-ajaran Islam dalam keseluruhan aktivitasnya. Pesantren hidup dan berkembang bersumber dan atas dasar cita Islam, yang telah menjadi salah satu kekuatan khazanah Islam dan berperan sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, sosial kemasyarakatan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, pesantren telah terbukti menjadi barometer pertahanan moralitas umat. Ia dapat mengadaptasi perubahan dan tantangan sosial baik konteks lokal, nasional, maupun global. Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, pesantren telah berperan multi fungsi meliputi fungsi hingga pengembangan kemasyarakatan. Peran multi fungsi pesantren dilakukan sebagai jawaban atas tantangan perubahan sosial.

Pengembangan pemberdayaan ekonomi muncul sebagai solusi atas permasalahan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi bertitik tolak dari pemberdayaan ekonomi santri dan masyarakat di lingkungannya. Pada sisi tertentu dapat diposisikan sebagai kritik atas pembangunan ekonomi yang kurang berorientasi kesetimbangan struktur ekonomi. Namun, pada realitasnya, belum semua pesantren telah melakukan pemberdayaan ekonomi. Fungsi pemberdayaan ekonomi dipahami sebagai perluasan fungsi yang dipengaruhi oleh perhatian dan jiwa kewirausahaan kepemimpinan pesantren sebagai social mover.

Dengan kekuatan potensial yang dimiliki pesantren itulah sejumlah pesantren dinilai telah cukup berhasil dalam pengembangan ekonomi. Pesantren Arrisalah Ciamis aktif dalam bidang ekonomi perikanan. Pesantren Darussalam Gontor bidang sektor riil, pertanian dan perkebunan. Pesantren Sidogiri Pasuruan bidang koperasi pondok pesantren, BMT, BPRS dan berbagai sektor riil. Pesantren Al-Amin Sumenep bidang ekonomi berbasis kelautan, pesantren Al-Ittifaq Rancabali Bandung bidang ekonomi berbasis agribisnis.

(2)

yang handal. Omzet setiap hari tercatat Rp 392.000.000,00-540.000.000,00 atau Rp 4,7 M - 6,4 M per tahun. Bahkan pada bulan-bulan tertentu dapat mencapai omzet Rp 500.000.000,00-600.000.000,00 per hari.

Fakta keberhasilan entitas bisnis Al-Ittifaq yang ditopang oleh sistem nilai tertentu, mengarahkan pada asumsi adanya suatu model bisnis berbasis ajaran agama. Pesantren dibangun oleh tiga elemen pokok sebagai subkultur. Pertama, pola kepemimpinan yang mandiri yang tidak terkooptasi oleh Negara. Kedua, kitab-kitab rujukan yang digunakan dari berbagai abad. Dan ketiga, sistem nilai yang digunakan sebagai bagian dari masyarakat luas.

Model bisnis merupakan konsepsi seperangkat elemen yang memungkinkan perusahaan dapat mengekspresikan logika bisnisnya dalam suatu arsitektur perusahaan beserta jaringannya. Arsitektur ini meliputi produksi, pemasaran, pemberian nilai tertentu kepada customer sehingga menghasilkan aliran pendapatan yang bernilai dan berkelanjutan. Model bisnis menggambarkan konsep bagaimana organisasi bisnis dapat menciptakan nilai-nilai, (ekonomi, social) dan merealisasikan dalam keseluruhan bisnisnya.

Berdasar konsep model bisnis, menarik diteliti bagaimana sistem nilai yang mendasari entitas bisnisnya. Bagaimana membangun budaya ekonomi bisnis, tata kelola dan daya saingnya. Berdasar pemahaman itu, diharapkan dapat memformulasi model bisnis Islam atau bisnis syariah. Adalah fakta yang tidak bisa dibantah, pesantren merupakan lembaga sosial ekonomi yang berazas ajaran Islam. Pesantren dapat diposisikan sebagai salah satu sumber referensi ekonomi bisnis Islam.

Rumusan Masalah, Tujuan dan Metode Penelitian

Berdasar pemikiran di atas, penelitian akan menjawab tiga masalah: pertama, bagaimana pesantren sebagai lembaga sosial ekonomi membangun model bisnis yang unggul dan berdaya saing? Kedua, mengapa entitas bisnisnya dapat menggapai keberhasilan, Ketiga, bagaimana dampak penerapan model bisnis terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat?

(3)

keunggulan daya saing entitas bisnis pesantren. Ketiga, menjelaskan pengaruh keberhasilan entitas bisnis pesantren terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Secara teoritis dan metodologis, pengembangan model bisnis dapat mendorong pengembangan ekonomi Islam pada tataran praksis. Sebagai ilmu yang relatif baru, ia membutuhkan sarana dan media bagi implementasinya. Sebagai lembaga sosial yang hidup, pesantren berpotensi kuat dan strategis dalam implementasi ekonomi bisnis Islam. Manfaat penelitian adalah mengembangkan model bisnis Islam bagi pemberdayaan ekonomi umat melalui pesantren. Model bisnis Islam dapat menjadi prototype model bagi pengembangan ekonomi bisnis kreatif di masyarakat.

Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan memilih desain studi kasus instrumental. Desain ini dinilai tepat guna mengungkap keseluruhan pengalaman entitas bisnis, mengeksplorasi hal ihwal meliputi nilai, norma, adat istiadat, sikap mental serta karakteristik budaya yang berlaku. Pesantren Al-Ittifaq dipilih sebagai lokasi penelitian dengan kasus penelitian keberhasilan pengembangan entitas bisnis dan pemberdayaan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Entitas bisnis telah mengalami forming, storming, norming dan performing atau transformation. Adapun metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi terlibat dan wawancara.

Kerangka Teori

Kerangka teori, pertama-tama ditelusuri dari perkembangan entitas bisnis di sejumlah pesantren. Entitas bisnis pesantren merupakan peran nyata kegiatan ekonomi yang dilakukan bertahap sebagai perluasan fungsi pesantren. Peran ini terkait modal sosial ekonomi yang dimiliki oleh pesantren. Dalam proses bersamaan, pemberdayaan ekonomi masyarakat muncul sebagai pilihan keberpihakan pesantren. Pemberdayaan ekonomi, telah cukup menyejarah dalam dinamika pesantren terutama pada sejumlah pesantren yang memilih peran penting ini, dalam bentuk-bentuk implementasi yang variatif.

(4)

model, value chain, cost structure and profit potential, value network, dan competitive strategy

Secara singkat, kerangka teori penelitian dapat disarikan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1

Model Bisnis pada Entitas Bisnis Pesantren

Model bisnis pada entitas bisnis pesantren bersumber dari prinsip-prinsip dan asas ekonomi bisnis Islam sebagai sumber rujukannya. Dari proses dan pengalaman dalam pengembangan ekonomi bisnis, melahirkan kristalisasi sistem nilai yang menggerakkan perilaku bisnis kolektif dalam naungan organ entitas bisnis pesantren. Paduan antara ajaran agama sebagai sumber rujukan, kristalisasi perilaku bisnis dan tempaan dunia bisnis, kemudian melahirkan suatu model bisnis tertentu, yang dapat disebut model bisnis Islam.

Model Bisnis Islam

Konsep Model Bisnis

Entitas Bisnis sebagai Organ

sistem nilai yang menggerakkan perilaku bisnis kolektif Prinsip n Asas

(5)

Hasil Penelitian

Penelitian menemukan konstruksi model bisnis berbasis ukhuwah dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 5.1

Konstruksi Model Bisnis Islam

Gambar 2

Model Bisnis Berbasis Ukhuwah dalam Tiga Unsur Utama

Pada gambar itu, elemen-elemen model bisnis dipetakan berdasar klasifikasi tiga unsur utama model bisnis, value chain and networking model, operating model dan value proposition. Dalam konsep model bisnis (konvensional), nilai proposisi ditempatkan sebagai unsur pertama (awal), kemudian mata rantai nilai dan model networking. Dalam model bisnis berbasis ukhuwah, yang menjadi basis fundamental adalah mata rantai nilai dan model networking. Sedangkan nilai proposisi merupakan buah atau konsekuensi dari kedua unsur lainnya. Inilah salah satu perbedaannya. Untuk memahami lebih lanjut dapat dijelaskan sebagi berikut:

OPERATING MODEL

 Asset sebagai Titipan

 Keuntungan Sepadan

 3 K (Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas)

VALUE PROPOSITION

VALUE CHAIN & NETWORKING MODEL

Ukhuwah Inpekbi

Silaturahmi Terpola

 Orientasi Pasar & Pelanggan

 Daya Saing

 Orientasi Keutamaan

Saling

(6)

Ukhuwah sebagai Episentrum

Ukhuwah merupakan episentrum dinamika dan inovasi budaya ekonomi bisnis pada entitas bisnis Al-Ittifaq. Episentrum ini diperkuat oleh nilai-nilai kearifan lokal ‘kasundaan’ seperti tri tangtu silih asah, asih dan asuh, jeung sasama kudu kawas dulur pet ku hinis, ulah untung sorangan, kudu repeh rapih dan lain-lain. Ukhuwah bermakna bukan sekedar persaudaraan, melainkan suatu ikatan perekat sosial ekonomi yang erat dan berpengaruh signifikan terhadap pencapaian kemajuan masyarakat. Ukhuwah terekpresi dalam sikap dan perilaku komunitas yang berkarakter kohesiv, saling percaya, memberi dan menerima, dan saling mengayomi untuk kemajuan bersama.

Di masyarakat, ukhuwah bukan hanya terlihat dalam ritme kehidupan sosial, namun berlaku dan mentradisi dalam relasi ekonomi dan bisnis. Mereka saling bertransaksi hasil panen, bibit tanaman, pupuk dengan mudah dan saling percaya. Mereka saling mendukung dalam aspek permodalan secara mudah, tanpa syarat dengan motif saling memajukan.

Keberadaan kopontren sebagai perusahaan inti, berfungsi bukan hanya membina, membimbing, mengembangkan anggotanya, tetapi juga sampai pada pertanggung-jawaban menjaga kesinambungan produksi dan menolong atau mengayomi anggota yang terkena kerugian. Secara psikologis, ukhuwah telah menjadi semacam pedal gas pelancar tindakan individu dan kolektif bagi kemajuan bersama. Pada sisi lain, ukhuwah menjadi rem sosial bila tergelincir pada hal-hal yang menimbulkan kekurang harmonisan. Dengan demikian, episentrum ukhuwah, melahirkan konsekuensi berbagai komitmen. Komitmen amanah saling percaya, saling mengayomi dan memajukan serta komitmen bersaing dalam kebajikan.

(7)

Gambar 3

Model Bisnis Berbasis Ukhuwah

Pada gambar itu, episentrum ukhuwah terekspresi menjadi mata rantai nilai meliputi tiga silih, yaitu silih asih silih asuh dan silih asah, saling mengayomi dan memajukan dalam kerjasama kemitraan yang kuat serta komitmen dwi khidmat. Dwi khidmat adalah komitmen masyarakat dalam kebajikan sebagai implementasi pengabdian kepada umat dan pesantren guna peningkatan kesejahteraan. Komitmen para pelaku ekonomi bisnis secara individual dan kolektif dengan tiga kekuatan mata rantai nilai itulah yang menyebabkan tercapainya performen keunggulan entitas bisnis pesantren Al-Ittifaq.

(8)

Model bisnis berbasis ukhuwah, memiliki persamaan dan perbedaan dengan model bisnis pada umumnya. Persamaannya terletak pada elemen dasar yang menopangnya yaitu, value proposition dan operating models. Value proposition mendefinisikan nilai yang diciptakan oleh perusahaan bagi customer. Sedangkan Operating models, menggambarkan bagaimana nilai tersebut diimplementasikan dalam ritme perusahaan dan diberikan kepada konsumen.

Sedangkan perbedaannya terletak terutama pada landasan nilai-nilai yang mendasari value proposition dan operating models serta aspek tujuannya. Tujuan utama model bisnis adalah tercapainya aliran pendapatan sebagai konsekuensi logis dari nilai tambah yang dipersembahkan kepada pelanggan, sehingga menjadikan kemampulabaan perusahaan (profitable). Kemampulabaan perusahaan, berdampak pada lingkungan internal perusahaan, bahkan berporos pada kepentingan pemilik modal.

Sebaliknya dalam model bisnis berbasis ukhuwah, kemampulabaan perusahaan tidak berporos kepada perusaahan dan pemilik modal semata, melainkan berdampak langsung pada keseluruhan pihak-pihak yang terlibat maupun pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung yaitu masyarakat. Dalam model bisnis ini, suatu keberhasilan tidak dimaknai keberhasilan, bila tidak membawa dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari tataran capaian seperti itu, pesantren dapat memfungsikan dirinya sebagai pesantren kesejahteraan, yaitu lembaga sosial ekonomi yang dapat menciptakan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kontribusi Penelitian

Penelitian mengukuhkan temuan keberadaan dan pengalaman model bisnis berbasis ukhuwah yang telah berjalan secara sistemik pada entitas bisnis pesantren Al-Ittifaq. Model bisnis ini bertumpu pada episentrum ukhuwah dengan unsur-unsur di dalamnya, yang berpengaruh kuat terhadap ekspresi budaya bisnis dari dan ke dalam terdiri dari unsur; trust yang tinggi, kerja sama kemitraan dan dwi khidmat.

(9)

saing dengan mengedepankan keutamaan, keuntungan sepadan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan umat. Kedua ekspresi itu dapat dinilai sebagai coorporate culture virtuous circle entitas bisnis pesantren Al-Ittifaq.

Coorporare culture virtuous circle, adalah budaya perusahaan yang secara cermat mempertimbangkan sikap dan perilaku informal demi kepuasan pelanggan, mengorganisasikanya secara tersistem dalam perusahaan. Dalam istilah Hampden-Turner, ia dapat diibaratkan roda lingkaran yang jari-jarinya sangat kuat sehingga roda dapat berputar dengan stabil dan terkendali, walaupun secepat apapun putarannya.

Budaya perusahaan yang kuat dapat diibaratkan sebagai magnet yang mempunyai kemampuan menarik benda yang berada di sekelilingnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki budaya perusahaan diibaratkan sebagai besi. Budaya perusahaan yang telah berfungsi mengendalikan individu dalam organisasi berujud menjadi kata hati. Sedangkan dalam lingkup organisasi berujud menjadi pola perilaku kolektif keseharian. Wujud pola perilaku kolektif inilah yang disebut sebagai wujud nyata budaya atau artefak. Cepat atau lambatnya proses perwujudan artefak ditentukan oleh kepemimpinan. Dengan demikian, kepemimpinan berpengaruh yang signifikan dalam perwujudan budaya perusahaan. Pimpinan pesantren Al-Ittifaq telah dapat memerankan kepemimpinan yang kuat dan berpengaruh.

(10)

Capaian kemajuan melalui budaya perusahaan yang berujud model bisnis, merupakan buah dari pendidikan budaya ekonomi yang terpadu dan berkesinambungan dalam ritme kehidupan pesantren. Suatu pembudayaan ekonomi meliputi pembelajaran, pelatihan, pengalaman dan peneladanan. Inilah ciri khas model bisnis berbasis ukhuwah yang berada dalam naungan kelembagaan pesantren. Meskipun telah memiliki entitas bisnis yang unggul, ia tidak melupakan jati diri dan fungsi utamanya sebagai lembaga pendidikan sosial dan pemberdayaan umat, bukan lembaga profit oriented.

Model bisnis berbasis ukhuwah dapat dimaknai sebagai model bisnis Islam. Hal ini didasarkan pada dua alasan; pertama, sistem nilai yang menjadi fondasi bangunan model bisnis itu bersumber dari ajaran Islam. Kedua, posisi pesantren merupakan representasi perilaku dan budaya umat Islam. Pesantren selalu bersumber dari pemahaman ajaran Islam yang diimplementasikan dalam keseharian.

Pada titik inilah, pesantren menjadi organisme yang hidup berdasar semangat keislaman. Pembelajaran, pembiasaan, peneladanan dan pengalaman atas keseluruhan ajaran Islam, termasuk dalam bidang ekonomi bisnis dapat tersublimasi melalui keseluruhan pendidikan kultur ekonomi di pesantren ini. Dengan pijakan ini, sejumlah pesantren yang memiliki kesamaan-kesamaan tertentu, berpotensi besar dalam pengembangan fungsi pemberdayaan ekonomi umat.

Keberhasilan suatu entitas bisnis setelah menerapkan model bisnis tertentu, mengandung esensi dan implikasi bagi tercapainya nilai tambah perusahaan dalam memberikan kepuasaan dan ekpektasi yang melebihi harapan pelanggan. Kelompok pelanggan atau masyarakat menerima value added perusahaan dengan senang hati dan otomatis. Konsekuensi penerimaan itu berdampak positif pada aliran pendapatan yang terus menerus sehingga menjadikan perusahaan itu unggul dan kompetitif.

(11)

Dalam model bisnis berbasis ukhuwah, tanggung jawab peningkatan kesejahteraan masyarakat, sejak awal ditekankan sebagai bagian inhern dalam prinsip bisnis sebagai ibadah, saling memajukan dan mengayomi. Dengan demikian, pengabdian kepada pesantren dan umat, lebih luas dari sekedar implementasi CSR. Tanggung jawab sosial merupakan bagian integral dari bisnis itu sendiri, sebagaimana motif mencari keuntungan dalam bisnis. Infak, shadaqah dan zakat merupakan suatu keniscayaan yang melekat pada setiap pendapatan.

Fakta kekuatan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui model bisnis berbasis ukhuwah, pada beberapa hal memiliki titik singgung dengan model bisnis sosial Muhammad Yunus di Bangladesh. Titik singgung, terutama terletak pada pilihan keberpihakan pemberdayaan ekonomi umat. Model bisnis sosial Grameen Bank secara tegas berpihak pada peningkatan kesejahteraan kaum miskin khususnya perempuan melalui pendidikan, manajemen koorporasi, hingga kepemilikan saham mayoritas yang keuntungannya diperuntukkan bagi pengembangan dan perluasan pengentasan kaum miskin. Sedangkan perbedaannya terletak pada pilihan model dan sistem operasional bisnis serta jangkauan wilayah geografisnya.

Dengan demikian, model bisnis berbasis ukhuwah atau model bisnis Islam memiliki implikasi yang lebih luas pada aspek jangkauan pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Demikian pula sebagai episentrum, ukhuwah memiliki daya dan kekuatan lebih dalam dan luas dampaknya dibanding kekuatan model bisnis atas dasar kesamaan keluarga, etnis, klan, sebagaimana kekerabatan pada pengusaha muslim Alabio atau aspek keluarga pada pengusaha Cina.

(12)

Kekuatan modal sosial dalam budaya bisnis Al-Ittifaq, dapat dinilai telah melahirkan komunitas social entrepreneur. Dalam social entrepreneur modal sosial seperti saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama (a culture of cooperation), merupakan bentuk yang paling penting yang dapat menguatkan kemitraan ekonomi. Demikian pula, penguatan modal sosial, meliputi jalinan mutual trust, mutual respect, mutual benefit, organisasi sosial, dan kepemimpinan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dijadikan indikator utama bagi keberlanjutan pembangunan secara keseluruhan.

Keberhasilan negara Jerman dan Jepang dalam perspektif ini, ditopang oleh akar long-term relationship dan etika kerjasama yang mampu menumbuhkan inovasi dan pengembangkan industrinya. Social entrepreneur sangat memahami permasalahan sosial dan menggunakan kemampuannya untuk perubahan sosial, terutama kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangan, maka social entrepreneur diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Dalam temuan Muhaimin, faktor keberhasilan pengusaha muslim Alabio di Banjarmasin, disamping adanya faktor etos kerja keras, rahasia strategi dagang turun temurun, hemat, rajin menabung, ekspektasi spiritual naik haji, juga didukung unsur kekerabatan klan Alabio di perantauan, sehingga berkomitmen saling memajukan, terutama dalam kontestasi dengan pengusaha Cina.

(13)

atau kerjasama yang kuat untuk saling memajukan. Di dalamnya terdapat pertimbangan ekonomi dan non ekonomi (intangible goals).

Temuan model bisnis Islam membawa implikasi, kekuatan ikatan hubungan kemasyarakatan dalam naungan pesantren atau jama’ah-jama’ah seperti majelis taklim dan majelis dzikir mempunyai potensi besar bagi pemberdayaan ekonomi umat. Pesantren memiliki peran sangat besar terutama dalam hal pendidikan moral dan pembinaan watak serta nilai-nilai kepribadian. Berperan pula dalam pengembangan bisnis kewirausahaan berdasar keimanan dan amal saleh sehingga menciptakan keseimbangan antara kebutuhan material-spiritual dan antara kepentingan individu dan masyarakat.

Kekuatan jama’ah, terbukti dalam capaian kemajuan ekonomi pada sebagian jama’ah pengajian di kota-kota besar yang didukung oleh manajerial, SDM dan dukungan media elektronik. Yayasan Daarul Qur’an Nusantara pimpinan Yusuf Mansur dapat disebut sebagai contoh. Dari jama’ah pengajian, rumah tahfid, dikembangkan program-program pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Pada sisi lain kekhawatiran munculnya efek negatif dari capaian kekayaan material sebagai rintangan pencapaian kemajuan kemanusiaan yang bermoral, dengan model bisnis ini dapat teratasi. Pencapaian kemajuan aspek material harus berjalan seimbang secara harmonis dengan pencapaian dan perkembangan aspek spiritual. Dengan demikian, pencapaian tingkat kesejahteraan dan kemakmuran secara integral merupakan perwujudan kesejahteraan yang utuh bagi manusia, baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan.

(14)

ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam. Perbedaannya, Irwan bertumpu pada pengaruh ajaran agama dalam proses pembaharuan pemikiran yang mendorong lahirnya perilaku ekonomi pebisnis muslim.

Temuan penelitian semakin menguatkan bahwa ajaran agama bukan hanya berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan ekonomi bisnis, dalam pengambilan keputusan mengenai jenis komoditi yang diproduksi, perilaku ekonomi dan kelembagaannya, melainkan dapat membentuk karakter perilaku kolektif ekonomi bisnis yang kokoh (budaya perusahaan). Dengan karakter perilaku kolektif itulah, entitas bisnis Al-Ittifaq dapat mencapai keberhasilan dan keunggulan daya saing yang lebih. Keberhasilan menguasai pasar tradisional, pasar induk, pasar-pasar modern di wilayah Bandung, Bogor, Jakarta, bahkan menembus pasar internasional Dubai merupakan di antara buktinya.

Secara teoritis, temuan penelitian ini membuktikan kebenaran asumsi dalam ekonomi Islam, perilaku ekonomi dipengaruhi secara kuat oleh tingkat kualitas keimanan. Semakin tinggi kualitas keimanan seseorang, akan semakin produktif perilaku ekonomi bisnisnya dan proporsional dalam perilaku konsumsinya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kualitas keimanannya, akan rendah pula tingkat produktivitas dan perilaku konsumsinya, yaitu masih besar pasak dari pada tiang. Dari pemahaman itu, dapat dimaknai, belum termasuk beriman secara baik, bila seseorang belum produktif secara ekonomi atau masih berperilaku konsumtif.

Keluasan cakupan kandungan ukhuwah, didukung bukti dan pengalaman dalam model bisnis berbasis ukhuwah, untuk pengembangan ilmu muamalat, maka ukhuwah dapat diposisikan sebagai asas pertama dan utama asas-asas mualamat. Asas-asas muamalat ada enam, meliputi tabadulul manafi’, pemerataan, ‘an taradin, ‘adamul gurar, birr wa al-taqwa, musyarakah. Dengan demikian, asas muamalat menjadi tujuh. Asas merupakan dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir dan bertindak. Sementara prinsip merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir atau bertindak.

Kesimpulan

(15)

pembudayaan ekonomi bisnis meliputi penanaman nilai, pembiasaan, peneladanan dan pengalaman. Ukhuwah merupakan episentrum dinamika dan inovasi ekonomi bisnisnya, terdiri dari tiga silih, kerjasama kemitraan saling mengayomi memajukan dan dwi khidmat sebagai ekspresi budaya kolektif ke dalam.

Tiga ekspresi budaya ke dalam, kemudian terekspresi menjadi ekspresi budaya ke luar sebagai model bisnis berbasis ukhuwah. Model bisnis berbasis ukhuwah terdiri dari lima elemen: ukhuwah, berorientasi pasar anti mengecewakan pelanggan, berdaya saing mengedepankan keutamaan, keuntungan yang sepadan dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Model bisnis berbasis ukhuwah adalah model bisnis Islam.

Kedua, keberhasilan dan keunggulan daya saing entitas bisnis pesantren, merupakan konsekuensi model bisnis berbasis ukhuwah dalam tempaan pengalaman, jejaring jama’ah pesantren dan kepemimpinan yang kuat. Model bisnis ukhuwah dapat pula dimaknai sebagai budaya perusahaan Islam yang menjadikan entitas bisnis sebagai perusahaan unggul dan berdaya saing lebih, dengan aliran pendapatan yang stabil (revenue stream) dan high profitable.

Ketiga, model bisnis berbasis ukhuwah dapat menggantarkan pesantren dan masyarakat pada keberdayaan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang baik melalui sistem pemanfaatan hasil sebagai optimalisasi pendayagunaan karunia rezeki Allah SWT secara tepat guna dalam naungan jama’ah atau simpatisan pesantren.

Paparan tiga kesimpulan di atas, mengarahkan pada tiga aksioma; pertama, keberhasilan entitas bisnis ditentukan oleh pembentukan budaya bisnis yang mensinergikan kesadaran berekonomi (Islam), pengalaman, jejaring, kepemimpinan, peneladanan dan modal sosial (kearifan lokal). Kedua, keunggulan daya saing akan lebih kokoh bila lahir sebagai konsekuensi kesadaran bisnis kolektif dari dalam kemudian ke luar. Ketiga, pencapaian kesejahteraan umat merupakan keniscayaan dari ekspresi logis-ideal bisnis Islam.

(16)

tataran ideal etis, bisnis merupakan optimalisasi keseluruhan sumber daya seorang mukmin yang berkonsekuensi spiritualitas, kemandirian dan kesalihan sosial ekonomi.

Pada tataran strategis, mengarahkan bisnis selalu berorientasi pasar, unggul dan berdaya saing tinggi. Sedangkan pada tataran implementatif, bisnis selalu sepadan antara material dan spiritual serta berdampak kesejahteraan sosial. Semakin sukses pebisnis muslim, maka akan semakin taqarrub kepada Allah. Perilaku keberagamaan Islam, bukan hanya berpengaruh terhadap perilaku ekonomi bisnis, melainkan dapat membangun kesadaran kolektif budaya perusahaan yang berdaya saing tinggi. Secara teoritis pula, berdasar kedalaman keluasan kandungan, bukti dan pengalaman sebagai episentrum model bisnis, maka ukhuwah layak menjadi salah satu asas muamalat yang utama.

Hasil penelitian berimplikasi, penerapan model bisnis berbasis ukhuwah pada kelembagaan sosial ekonomi umat, dapat mengantarkan pada penguatan dan perluasan fungsi kelembagaan yang berdampak pada kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan umat. Totalitas kesungguhan, konsistensi kelembagaan dan kepemimpinan menjadi syarat utamanya.

Implementasi pengembangan ekonomi bisnis melalui kewirausahaan yang dilakukan dengan pola cangkok atau copy paste dari keberhasilan entitas bisnis lain, akan sulit mencapai keberhasilan. Dibutuhkan pendidikan budaya ekonomi bisnis secara terpadu dan berkesinambungan. Setiap pesantren pada dasarnya telah memiliki potensi yang cukup kuat, namun seringkali ‘kalah’ oleh tempaan proses, pengalaman dan kurangnya keteladanan kepemimpinan.

Gambar

Gambar  1 Model Bisnis pada Entitas Bisnis Pesantren
Gambar: 5.1 Kesejahteraan Bersama
Gambar  3 Model Bisnis Berbasis Ukhuwah

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, jika variabel (X) mengalami penurunan nilai 0,629 maka akan diikuti juga dengan penurunan nilai 0,629 pada variabel (Y).. Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat diawali dengan melakukan koordinasi dengan perangkat pemerintahan (ketua RT) dan kepala panti untuk mendapatkan izin pelaksanaan

Area auditorik sekunder terletak di posterior dari area auditorik primer pada gyrus temporalis superior (area broadmann 22) yang menerima impuls dari area

Berbeda dari isi tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan pengungkapan hasil

Efektivitas anggaran daerah dapat diketahui dengan seberapa besar pemerintah daerah mengalokasikan besaran nilai belanja untuk kepentingan publik yang dapat

Sedangkan hasil Mean kelompok eksperimen adalah 4,0 dengan hasil p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil pre-post test kelompok

pendidikan politik bagi pemilih pemula di Kabupaten Gowa, untuk mengetahui faktor pendukung KPU Kabupaten Gowa dalam melaksanakan pendidikan politik bagi pemilih pemula di

† Tujuan Penelitian 1.Menganalisis simulasi perubahan beban suction ejector, terhadap tekanan outlet ejector yang dapat dicapai 2.Menganalisis hasil simulasi perubahan beban