• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab Iii Tinjauan Kasus Anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab Iii Tinjauan Kasus Anemia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme dalam tubuh.

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.

Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan/sitras natrikus. Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak ± 131 dari berat badan

atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Tentang viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu mempunyai BJ: 1,041-1,067 dengan temperatur 380C dan pH: 7,37-7,45.

Fungsi darah terdiri atas:

1. Sebagai alat pengangkut yaitu;

a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/alat tubuh.

d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat antiracun.

(2)

Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin, Globulin, protombin, dan fibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam Fosfat, Magnesium, Kalsium dan zat besi), Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam amino).

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat sel-sel darah, sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel–sel darah ada 3 macam (eritrosit, leukosit, trombosit) dan plasma darah.

1. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukurannya ±7,7 unit (0,007mm) diameter. Tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mm3 (4½ juta). Warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya banyak mengandung O2. Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah bersenyawa dengan O2 disebut Oksihemoglobin (Hb + O2 → HbO2) jadi O2 diangkat dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan, akan dilepaskan HbO2→ Hb + O2 dan seterusnya Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO2 dan disebut Karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 → HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan di paru-paru.

Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang merah, limpa, dan hati. Yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Hb yang keluar dari eritrosit akan mati terurai menjadi 2 zat yaitu hematinsit yang baru dan Hemoglobin yaitu: suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit yang berguna mengikat O2 dan CO2. Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-15gram dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki 13,0mg%.

(3)

2. Leukosit (Sel Darah Putih)

Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan dengan eritrosit. Bentuknya dapat berubah-ubah dn dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-9.000.

Fungsinya : 1. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (retikulum endoplasma/ sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe 2. Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.

Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh kemasukan kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut.

Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000mm3 disebut Leukositosis dan jika jumlah leukosit dalam darah ≤ 6.000mm3 disebut Leukositopenia.

3. Trombosit (Sel Pembeku)

Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000-300.000mm3

Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥ 300.000 disebut Trombositosis. Trombosit yang ≤ 200.000 dosebut Trombositopenia.

Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

(4)

akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di hati dan untuk pembuatannya diperlukan Vitamin K, karena Vitamin K penting untuk pembekuan darah.

4. Plasma Darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening ke kuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah kita harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus ke dalam darah,supaya darah tidak membeku sesudah itu campuran tadi dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-bagian atasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di dalamnya terdapat serum darah. Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang di dapat dengan membekukan darah.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:

a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh. d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).

e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh f. Antibodi/Antitoksin.

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat makanan, hormon antibodi dll. Sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.

B. Pengertian Anemia

(5)

Terdapat berbagai macam anemi. Sebagian akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi, dan sebagian lagi akibat sel darah merah prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainnya meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis. Anemia kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak diseluruh dunia.

Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus direabsorbsi setiap hari.

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya menderita ADB. ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya

C. Klasifikasi /Stage

Anemia dapat diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi

1. Anemia karena penurunan produksi sel eritrosit

a. Anemia defisiensi Besi

(6)

konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa 2 – 4 gram besi, kira – kira 50 mg/kg BB pada laki-laki dan 35 mg/kg BB pada wanita dan hamper 2/3 terdapat dalam hemoglobin. Absorbsi besi terjadi di lambung, duodenum dan jejunum bagian atas. Adanya erosive esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi arbsorbsi besi.

b. Anemia Megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (cobalamin) dan asam folat. Karakteristik sel SDMnya adalah mengaloblas (besar, abnormal, premature SDM) dalam darah dan sumsum tulang. Sel megaloblas ini fungsinya tidak normal, dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis tidak efektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan :  Leucopenia (menurunnya jumlah SDP)

 Trombositopenia  Pansitonemia  Gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi

c. Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Pernicious Anemia)

Merupakan gangguan autoimun karna tidak adanya intrinsic factor (IF) yang diproduksi di sel parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorbs vitamin B12.

d. Anemia Defisiensi Asam Folat

Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, akloholik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindome malabsorbsi.

e. Anemia Aplastik

(7)

2. Anemia karena meningkatnya kerusakan eritrosit.

a. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usia sel darah merah lebih pendek. b. Anemia Sel Sabit Anemia sel – sel sabit adalah anemia hemolitika berat ditandai SDM kecil sabit, dan pembesaran limpa akibat kerusakan molekul Hb.

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil samping, proses ini. Bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma, (konsentrasi normalnya 1mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada hasil tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar:

(8)

2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan

3. Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Eritropoesist (produksi sel darah merah) dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi eritrosit. Rentang hidup sel darah merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya.

Anemia

viskositas darah menurun ↓

resistensi aliran darah perifer ↓

penurunan transport O2 ke jaringan ↓

hipoksia, pucat, lemah ↓

beban jantung meningkat ↓

kerja jantung meningkat ↓

payah jantung

E. Etiologi

Penyebab tersering anemia defisiensi besi pada wanita pasca menopause adalah perdarahan (mis., malabsorpsi, terutamasetelah reseksi gaster. Besi tidak dapat diabsorpsi dengan baik bila pasien makan diet dengan serat sangat tinggi. Penyebab tersering anemia defisiensi besi pada wanita premenopause adalah menoragia (pendarahan mensturasi berlebihan). Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidakcukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari traktus gastrointestinal, menimbulkan anemia.

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :

1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :

Saluran cerna  Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang

(9)

Saluran kemih  hematuria

Saluran nafas  hemoptoe

2. Faktor nutrisi  akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)

3. Kebutuhan besi meningkat  seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan

4. Gangguan absorpsi besi  gastrekotomi, kolitis kronis

F. Manifestasi Klinik

Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala: 1. Kecepatan kejadian anemia, durasinya (mis., kronisitas)

2. Kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan 3. Adanya kelainan lain atau kecacatan,dan

4. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang mengakibatkan anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Paa orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat di toleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama,dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5g/dl, kelemahan hanya terjadi di bawah 6g/dl; Dispnea istirahat dibawah 3g/dl; dan gagal jantung, hanya pada kadar sangat rendah 2 sampai 2,5g/dl.

Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar Hb dibawah 10g/dl.

Akhirnya, berbagai kelainan anemia akan berkomplikasi dengan berbagai abnormalitas lain yang bukan diakibatkan oleh anemia tetapi menyertai penyakit ini. Abnormalitas tersebut dapat menimbulkan gejala yang secara sempurna menutupi gejla anemia, seperti pada penderita anemia lain yang mengalami krisis nyeri.

1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi

(10)

3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)

4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SS

5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <> 100 µg/dl eritrosit

Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :

a. Koilonikia  Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.

b. Atrofi papilla lidah  Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.

c. Stomatitis angularis  adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

d. Disfagia  nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring. e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

G. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa

Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).

 Pemberian preparat besi peroral

Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2

 Pemberian preparat besi parenteral

(11)

menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan : Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.  Transfusi darah

Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb.

2. Bedah

Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

3. Suportif

Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan). Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.

H. Komplikasi

(12)

I. Asuhan Keperawatan pada Pasien Anemia Defisiensi Besi 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Anamnesa

1) Identitas Pasien.

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing. 3) Riwayat Kesehatan.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.  Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia defisiensi besi yang cenderung diturunkan secara genetik.

b. Dasar data pengkajian pasien 1) Aktivitas/Istirahat

Gejala :

 Keletihan, kelemahan, malaise umum.

 Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja  Toleransi terhadap latihan ringan

 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak Tanda :

 Takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat

(13)

 Kelemahan otot dan penurunan kekuatan  Ataksia, tubuh tidak tegak

 Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan

2) Sirkulasi

Gejala :

 Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)

 Riwayat endokarditis infektif kronis  Palpitasi (takikardia kompensasi) Tanda :

 TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural

 Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T : takikardia

 Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)

 Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)

 Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)

 Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)

 Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)

 Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)

3) Integritas Ego

Gejala :

 Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal : penolakan transfuri darah

(14)

4) Eliminasi

Gejala :

 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal  Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)

 Hematemesis, feses dengan darah segar, melena  Diare atau konstipasi

 Penurunan haluaran urine Tanda :

 Destensi abdomen

5) Makanan/Cairan

Gejala :

 Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB)

 Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)  Mual/muntah dispepsia, anoreksia

 Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah liat dan sebagainya (DB)

Tanda :

 Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.  Membran mukosa kering pucat

 Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)  Stomatis dan glositis (status defisiensi)

 Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)

6) Higiena

Tanda :

 Kurang bertenaga, penampilan tak rapih

7) Neurosensori

Gejala :

 Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi  Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata

 Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP): KLAUD

(15)

Tanda :

 Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis  Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal  Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)

 Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)

 Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis (AP)

8) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)

9) Pernapasan

Gejala :

 Riwayat TB, abses paru

 Napas pendek pada istirahat dan aktivitas Tanda :

 Takipnea, ortopnea dan dispnea

10) Keamanan

Gejala :

 Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida, fenilbutazon, naftalen

 Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan  Riwayat kanker, terapi kanker

 Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas  Transfusi darah sebelumnya

 Gangguan penglihatan

 Penyembuhan luka buruk, sering infeksi Tanda :

 Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam  Limfadenopati umum

(16)

11) Seksualitas

Gejala :

 Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB)  Hilang libido (pria dan wanita)

 Impoten

Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat

c. Pemeriksaan SADT

Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik, kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit rendah sebanding dengan derajat anemia.

d. Pemeriksaan Fisik

 Anemis, tidak disertai ikterus.  Organomegali dan limphadenopati  Stomatitis angularis, atrofi papil lidah

 Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran  jantung

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau makan

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng kebutuhan miokard

e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh

(17)

J. Analisa Data

1. Nyeri pada anemia membuat hipoksia dan dapat menimbulkan infark.

2. Petunjuk non verbal yang dapat membantu mengevaluasi nyeri dan keefektifan terapi.

(18)

kelemahan umum selama 1 x 24 jam

 Beri pengalihan aktifitas bermain.

 Pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan minat yang sama.

 Pertahankan posisi fowler tinggi

 Ukur tanda vital selama istirahat

 Untuk mencegah kelelahan.

 Meningkatkan istirahat dengan tenang serta mencegah kebosanan dan menarik diri.

 Untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.

 Untuk pertukaran udara ug optimal.

 Untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama periode aktifitas. dari pada 3 kali dalam porsi besar.

 Instruksikan keluarga untuk

(19)

dibutuhkan missal (Fe)

 Tidak mengalami tanda malnutrisi.

makanan atau makanan tambahan.

 Berikan pilihan makanan yang mereka sukai.

 Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

kehilangan minat pada makanan serta mengalami mual.

 Makanan yang mereka makan pasti dihabiskan.

 Memberikan informasi tentang kebutuhan

(20)

5. Resiko tinggi

 Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur perawatan.

 Berikan perawatan kulit.

 Lindungi klien dari kontak dengan individu yang terinfeksi.

 Pantau suhu.

 Mencegah terjadinya kontaminasi bakterial.

 Menurunkan resiko infeksi bakteri.

 Menurunkan resiko kerusakan kulit atau

 Dorong menggunakan sikat gigi halus

 Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.

 Perubahan dapat menunjukkan perbahan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipoolemia, hipoksemia.

 Pada adanya gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan mukosa.

(21)

 Menunjukkan perilaku penurunan resiko

perdarahan.  Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bagian bekas suntikan.

 Hindarkan penggunaan produk yang

mengandung aspirin

kolaborasi

 Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan

 Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin tambahan (contoh: vit K, D, C)

menurunkan resiko perdarahan/hematoma

 Koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan.

 Indikator anemia, perdarahan aktif/

terjadinya komplikasi (contoh: KID)

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengaduk media tanam, chisel. mortisier sebagai alat pemotong tunas tebu, alat hot water treatment

Diisi dengan nama dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan Tidak Mengalihkan Harta Tambahan yang Telah Berada di Dalam Wilayah Negara

Present value atau nilai sekarang adalah besarnya jumlah uang pada awal periode dgn tingkat bunga tertentu dari suatu jumlah uang yang akan diterima/dibayarkan

[r]

Adapun yang menjadi tujuan Praktik Pengalaman Lapangan ini adalah agar mahasiswa sebagai calon pendidik dapat menerapkan dan mengaplikasikan berbagai kemampuannya secara utuh

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perbankan Pada Bank Umum di Propinsi Jawa Tengah tahun 1993-2008” bertujuan untuk menganalisis

Debit yang dihasilkan oleh sistem yang direalisasikan pada tugas akhir ini masih terlalu kecil untuk dapat mengoptimalkan kerja turbin untuk dapat menghasilkan tegangan

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Total Quality Management