BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini menggambarkan keterkaitan antara variabel- variabel
independen dengan variabel dependen.
Gambar 3.1 Komitmen Organisasi
(Z)
Penyerapan Anggaran Belanja
(Y) Sumber Daya
Manusia (SDM) (X2) Perencanaan
(X1)
Dokumen Pengadaan
(X3)
Ganti Uang Persediaan
(X4)
Perubahan Anggaran
Stakeholder theory adalah teori yang menerangkan bagaimana sekelompok orang atau individu yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi dan dapat
dipengaruhi oleh suatu tujuan pencapaian tertentu (Ulum, 2009).
Pemerintah sebagai stakeholder memiliki peran penting dalam proses memajukan suatu daerah diharapkan mampu untuk melakukan upaya pembangunan
secara maksimal. Kemajuan suatu daerah dilihat dari bagaimana pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi suatu daerah harus mampu mengelola anggaran yang
ada untuk kepentingan rakyat di daerahnya. Kepentingan rakyat yang dimaksudkan
disini adalah bagaimana anggaran yang telah disahkan tersebut memang merupakan
representasi dari apa yang diinginkan oleh rakyat sehingga hasilnya akan kembali
kepada rakyat. Pelayanan, strategi dan operasi dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah menjadi tanggung jawab bersama antara Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai stakeholder pemerintah daerah. Tanggung jawab tersebut tercermin dalam proses penggunaan anggaran yang efektif dan efisien
guna tercapainya penyerapan anggaran secara optimal.
Perencanaan merupakan siklus penting dalam penyusunan anggaran karena
dapat menentukan arah dalam pelaksanaan anggaran dan dapat menentukan tercapai
tidaknya sebuah sasaran dengan baik. Perencanaan merupakan faktor yang paling
penting di tingkat pemerintah daerah dan dapat memperparah semua kesulitan lainnya
dalam penyerapan anggaran (Ministry of Finance, Planning and Economic
seorang principal (pemberi amanah) memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pemegang amanah (agent) untuk mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya termasuk dalam hal ini agent harus melaporkan kepada principal mengenai perencanaan atas program dan kegiatan yang telah mereka buat serta
melaporkan permasalahan-permasalahan yang muncul terkait dengan tingkat
penyerapan anggaran yang dicapai apakah telah sesuai dengan program atau kegiatan
yang direncanakan. Penelitian Herryanto (2012) menunjukkan bahwa faktor
perencanaan merupakan faktor yang paling berpengaruh dan signifikan terhadap
keterlambatan penyerapan anggaran.
Dalam teori stakeholder dapat dikatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai stakeholder pemerintah daerah bertanggungjawab dalam proses penggunaan anggaran yang efektif dan efisien. Pemerintah tentunya
membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan berkualitas yang
mampu mengelola anggaran dengan baik. Semakin baik kualitas sumber daya
manusia suatu satuan kerja maka penyerapan anggaran yang akan dicapai semakin
baik (Rifai dkk, 2016).
Dalam mekanisme pembayaran, dokumen pengadaan barang dan jasa
memiliki peran penting dimana pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa
dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi dokumen pencairan
rencana kerja dan anggaran. Hasni (2016) menyatakan bahwa dokumen pengadaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran. Penelitian yang
dilakukan oleh Fitriany (2014) juga menunjukkan bahwa faktor dokumen merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penumpukan penyerapan anggaran
belanja.
Ganti Uang Persediaan merupakan salah satu proses pertanggungjawaban
belanja kegiatan. Bendahara Pengeluaran diperkenankan melakukan pengisian
kembali UP (revolving) sepanjang masih tersedia dana dalam DPA. Pengelolaan uang persediaan secara tertib akan meningkatan penyerapan anggaran belanja karena
pelaksanaan kegiatan telah dipertanggungjawabkan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan secara tepat waktu. Herryanto (2012) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa ganti uang persediaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
keterlambatan penyerapan anggaran.
Perubahan Anggaran daerah dilakukan untuk tujuan menyesuaikan anggaran
berjalan terhadap perubahan-perubahan terkini, termasuk perubahan dalam peraturan
perundang-undangan dan kebijakan dari Pemerintah Pusat. Perubahan anggaran akan
mendekatkan jumlah yang direncanakan dengan jumlah yang direalisasikan karena
adanya penyesuaian terhadap perkembangan terkini yang pada akhirnya program dan
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Suatu kegiatan akan terlihat efektif ketika
target tercapai secara maksimal. Perubahan anggaran akan mempengaruhi penyerapan
direncanakan dengan jumlah yang direalisasikan, sehingga varian menjadi hilang atau
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian Murtini (2009) yang menyatakan
bahwa dengan seringnya diadakan revisi tidak dilengkapi dengan data pendukung
yang akurat sehingga memakan waktu yang cukup lama dengan departemen
keuangan. Jadi terlambatnya persetujuan perubahan anggaran akan berimplikasi
terhadap pelaksanaan anggaran sehingga tidak semua anggaran yang ada dapat
terserap. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa penyerapan anggaran dipengaruhi oleh
perubahan anggaran.
Komitmen Organisasi merupakan perjanjian atau keterikatan untuk
melakukan sesuatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu. Komitmen
organisasi ini tertuang dalam tanda tangan pakta integritas setiap awal periode
sebagai simbolis bahwa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang bersangkutan
mempunyai komitmen yang tinggi dalam merealisasikan target kinerja agar serapan
anggaran dapat tercapai sesuai target yang telah disepakati. Dengan demikian
komitmen organisasi seharusnya bisa menjadi faktor yang memperkuat/memperlemah
hubungan antara perencanaan anggaran, sumber daya manusia, dokumen pengadaan,
ganti uang persediaan dan perubahan anggaran dengan penyerapan anggaran belanja.
Penelitian yang dilakukan Arthana (2015) menunjukan bahwa komitmen organisasi
mampu memoderasi kompetensi pegawai terhadap kinerja penyerapan anggaran.
Perencanaan yang baik akan mempermudah implemetasi pelaksanaan
anggaran sehingga apabila dikaitkan dengan pengelolaan anggaran , hal ini akan
mempengaruhi besarnya penyerapan anggaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herryanto (2012) yang menyatakan bahwa perencanaan merupakan
salah satu faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran.
Kualitas sumber daya manusia sebagai aparat pengelola anggaran akan
menjadi faktor yang mampu meningkatkan penyerapan anggaran. Penelitian yang
dilakukan oleh Arif, Emkhad dan Abdul Halim (2013) menunjukan bahwa sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minimnya
penyerapan APBD dan penelitian fitriany (2014) yang menunjukkan bahwa faktor
sumber daya manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap penumpukan
penyerapan anggaran.
Faktor dokumen pengadaan sangat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan
anggaran. Hal ini terlihat dengan adanya keterlambatan proses kualifikasi, pemilihan
dan proses pencairan. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Fitriany
(2014) yang menyatakan bahwa faktor dokumen pengadaan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penumpukan penyerapan
anggaran.
Faktor ganti uang persedian juga merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap penyerapan anggaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Herryanto (2012)
pengadaan, ganti uang persediaan juga merupakan faktor yang berpengaruh positif
terhadap penyerapan anggaran.
Perubahan anggaran akan mendekatkan jumlah yang direncanakan dengan
jumlah yang direalisasikan, sehingga varian menjadi hilang atau semakin kecil. Hasil
penelitian Darma (2014) menunjukan bahwa perubahan anggaran berpengaruh
terhadap serapan anggaran.
Komitmen organisasi merupakan perjanjian atau keterikatan untuk melakukan
sesuatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu. Komitmen Organisasi
didefinisikan sebagai kuatnya keinginan untuk tetap sebagai anggota organisasi,
bekerja keras sesuai sasaran organisasi, serta menerima nilai dan tujuan organisasi
(Luthans, 2005). Komitmen Organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Jika pekerja merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasi yang ada maka dia akan merasa senang dalam bekerja
sehingga kinerjanya dapat meningkat (Taufik dan Kemala, 2013). Peningkatan
kinerja tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan anggaran yang akan
dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Dengan demikian komitmen organisasi
bisa menjadi faktor yang akan turut menginteraksi hubungan antara perencanaan,
sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan dan perubahan
anggaran dengan penyerapan anggaran belanja.
Berdasarkan pemaparan di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah
1. Perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan,
dan perubahan anggaran berpengaruh baik secara simultan dan parsial terhadap
penyerapan anggaran belanja pada SKPD Pemerintah Kota Medan.
2. Komitmen Organisasi mampu memoderasi hubungan perencanaan, sumber daya
manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan dan perubahan anggaran
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian dari peneliti
sebelumnya. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif yang bersifat
kausal, yaitu mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai variabel
(Erlina, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran belanja pada SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan variabel komitmen organisasi sebagai
variabel pemoderasi.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Pemerintah Kota Medan dan direncanakan mulai bulan Desember 2016
sampai dengan bulan Februari 2017.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PPK (Pejabat Penatausaha
Keuangan) dan bendahara pengeluaran SKPD yang ada di seluruh SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Medan. Jumlah SKPD yang ada di Pemerintah Kota
kuesioner yang akan diisi oleh responden yaitu PPK-SKPD dan bendahara
pengeluaran SKPD. Total responden yang menjadi anggota populasi dan akan
diberikan kuesioner sebanyak 122 (2x61) responden. Sampel penelitian menggunakan
metode sensus yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Daftar populasi dan
sampel dapat dilihat pada lampiran 2.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode
pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah mengunakan instrumen
kuesioner yang diisi oleh PPK-SKPD dan bendahara pengeluaran SKPD di
Pemerintah Kota Medan. Kuesioner penyerapan anggaran belanja, perencanaan
sumber daya manusia, dokumen pengadaan dan ganti uang persediaan di adaptasi dari
kuesioner Herriyanto (2012) dan kuesioner untuk variabel perubahan anggaran di
adaptasi dari kuesioner Kirnanda (2016) serta kuesioner komitmen organisasi sebagai
variabel moderating merupakan modifikasi dari kuesioner Shalikhah (2014) yang
dilakukan penyesuaian dengan objek yang diteliti.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional dari masing-masing varibel merupakan definisi yang
dijadikan sebagai dasar untuk menentukan besarnya nilai dari masing-masing variabel
baik variabel dependen yaitu penyerapan anggaran belanja (Y) dan variabel
(X3), ganti uang persediaan (X4) dan perubahan anggaran (X5) serta komitmen
organisasi sebagai variabel moderating (Z).
4.5.1 Penyerapan Anggaran Belanja (Y)
Penyerapan anggaran belanja dalam penelitian ini adalah kemampuan dari
masing-masing SKPD dalam menyerap anggaran belanja daerah. Indikator untuk
mengukur penyerapan anggaran adalah jumlah serapan anggaran SKPD setiap tahun.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode pembobotan
menggunakan skala sikap Likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah
pernyataan diberikan skor pengukuran: 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju),
skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat
Tidak Setuju).
4.5.2. Perencanaan
Perencanaan didefenisikan sebagai proses penentuan program-program utama
yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan
menaksir aktivitas atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan
penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan. Indikator pengukuran
perencanaan adalah: (1) kesesuaian antara perencanaan dengan kebutuhan organisasi
(2) penyusunan pagu anggaran dan (3) evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Skala
menggunakan skala sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah
pernyataan diberikan skor pengukuran; 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju),
skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat
Tidak Setuju).
4.5.3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud dalam penelitian ini kompetensi pejabat
pengelola keuangan SKPD. Indikator pengukuran sumber daya manusia adalah: (1)
kompetensi (2) rangkap tugas/jabatan dan (3) mutasi pejabat penatausahaan keuangan
(PPK). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode
pembobotan menggunakan skala sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap
sebuah pernyataan diberikan skor pengukuran; 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S =
Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS =
Sangat Tidak Setuju).
4.5.4. Dokumen Pengadaan
Dokumen pengadaan pada penelitian ini adalah jenis dokumen pengadaan
barang/jasa, pemborongan/jasa lainnya dan dokumen pengadaan jasa konsultansi.
Indikator pengukuran dokumen pengadaan adalah: (1) jenis dokumen dan (2)
kelengkapan berkas kontrak. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
responden terhadap sebuah pernyataan diberikan skor pengukuran; 5 (SS = Sangat
Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju)
dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
4.5.5. Ganti Uang Persediaan
Ganti uang persediaan didefinisikan sebagai uang muka kerja yang bersifat
daur ulang (revolving) untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. Indikator pengukuran ganti uang
persediaan adalah: (1) intensitas pengajuan permohonan GU, (2) peruntukan dana dan
(3) jadwal pengajuan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,
dengan metode pembobotan menggunakan skala sikap likert. Pernyataan sikap
responden terhadap sebuah pernyataan diberikan skor pengukuran; 5 (SS = Sangat
Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju)
dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
4.5.6. Perubahan Anggaran
Perubahan anggaran didefinisikan sebagai pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan maupun antar jenis belanja. Indikator pengukuran
perubahan anggaran yaitu keadaan yang menyebabkan harus dilakukannya
pergeseran-pergeseran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode pembobotan
menggunakan skala sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah
skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat
Tidak Setuju).
4.5.7. Komitmen organisasi
Komitmen organisasi didefenisikan sebagai perjanjian atau keterikatan untuk
melakukan sesuatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu. Indikator
pengukuran dalam komitmen organisasi adalah 1) Affective commitment; 2)
Continuance commitment; 3) Normative commitment. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode pembobotan menggunakan skala
sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah pernyataan diberikan skor
pengukuran; 5 (SS = sangat setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (N = netral), skor 2
(KS = kurang setuju), dan skor 1 (TS = tidak setuju).
Definisi operasional dan skala pengukuran secara singkat dijelaskan pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Penyerapan
Anggaran Belanja (Y)
Kemampuan dari masing-masing SKPD dalam menyerap anggaran belanja daerah.
Serapan anggaran SKPD setiap tahun
Perencanaan (X1)
Proses penentuan program- program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir, aktivitas, atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan
Jenis dokumen pengadaan yang terdiri dari dokumen pengadaan barang/jasa, pemborongan/jasa lainnya dan dokumen pengadaan jasa konsultansi.
1. Jenis Dokumen 2. Kelengkapan Berkas
Kontrak
Ganti Uang
1. Intensitas Pengajuan Permohonan GU antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja.
Interval
Interval
Komitmen Perjanjian atau keterikatan 1. Affective Interval Organisasi untuk melakukan sesuatu Commitment
(Z) yang terbaik dalam organisa 2. Continuence si atau kelompok tertentu. Commitment
3. Normative Commitment
Sumber: Hasil olahan Peneliti, 2016
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan pengukuran
sikap dengan metode likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) metode likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu. Metode Likert
dengan skala interval umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu dengan
skor 1 sampai 5, dimana skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS
= Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat Tidak
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk moderating variabel. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package
for Social Science (SPSS). Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih
variabel independen. Untuk menguji variabel moderating dipilih menggunakan uji
residual.
4.6.1 Uji Kualitas Instrumen
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat
dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut masing-masing
untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan
instrumen.
4.6.1.1. Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mendeteksi adakah pertanyaan-pertanyaan
pada kuesioner yang harus dibuang/ditukar karena dianggap tidak relevan (Umar,
2009). Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
Jika r hitung (dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation)lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut
dinyatakan valid (Ghozali, 2013). Kriteria suatu instrument sebagai berikut:
R hitung > r tabel (valid)
R hitung < r tabel (tidak valid)
4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari varibel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013: 47). Teknik yang digunakan
untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan uji statistik
cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
cronbach alpha > 0,6 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2011,42).
4.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik perlu dilakukan sebagai persyaratan dalam analisis
agar data dapat bermakna dan bermanfaat. Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas,
dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian Normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Pada penelitian digunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak (Ghazali, 2013). Uji normalitas data
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu:
a. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.
b. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
4.6.2.2Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen (Ghozali, 2013). Pengujian multikolonieritas dilakukan
dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak terjadinya multikolonieritas
adalah nilai tolerance harus ≥ 0,10 atau sama dengan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dari masing-masing variabel ≤ 10. 4.6.2.3Uji Heteroskedastisitas
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.3 Uji Regresi Linier Berganda
Pengujian regresi berganda dilakukan dengan penerapan uji persamaan regresi
linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4, …… Xn) dengan variabel dependen
(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan (Dwi, 2013:2 dalam Kuncoro,
2013:98). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model ini
digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel
untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu:
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan dan
perubahan anggaran terhadap suatu variabel dependen yaitu penyerapan anggaran
belanja. Adapun rumus yang digunakan:
Y = α + β1X1+β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ ε
Dimana:
X2 = Sumber Daya Manusia
X3 = Dokumen Pengadaan
X4 = Ganti Uang Persediaan
X5 = Perubahan Anggaran
α = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0)
β = Koefisien Regresi Variabel Independen
ε = Error yang ditolerir (5%)
4.6.4 Uji Hipotesis Penelitian
Uji Hipotesis berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau
nilai data yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti (Erlina, 2011).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi (R2-), uji
F, dan uji t dan uji residual.
4.6.4.1 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen am,at
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
4.6.4.2Uji Simultan (Uji F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara simulatan
terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan
untuk uji F adalah :
1. Jika F hitung > F tabel dan Sig < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika F hitung < F tabel dan Sig > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
4.6.4.3 Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel terikat.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah:
1. Jika t hitung > t tabel dan Sig < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara
2. Jika t hitung < t tabel dan Sig > α = 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa
secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
4.6.4.4. Uji Moderating (Uji Residual)
Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunkan untuk
mengatasi kecenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antar variabel
independen (Ghozali, 2013). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu model
regresi dengan melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukan oleh nilai residual. Kriteria uji residual adalah P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif maka dapat memoderasi. Tetapi apabila P-Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif maka tidak dapat memoderasi.
Persamaan regresi unutuk uji residual adalah sebagai berikut :
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskriftif Data Penelitian
Respoden penelitian ini adalah pelaksana anggaran Pemerintah Kota Medan.
Kuesioner disebarkan ke 61 SKPD dan setiap SKPD diberikan 2 (dua) kuesioner
yaitu kepada bendahara pengeluaran dan pejabat penatausahaan keuangan SKPD
Pemerintah Kota Medan. Pembagian kuesioner dilakukan dengan cara memberikan
sebanyak 122 set kuesioner. Distribusi kuesioner yang menggambarkan jumlah
kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
No Uraian Intansi Sebar Kembali Tidak
Kembali Baik Rusak
1 Sekretariat 3 6 6 - -
2 Badan 12 24 24 - -
3 Dinas 18 36 36 - -
4 Kantor 4 8 8 - -
5 BLU 1 2 2 - -
6 Kecamatan 21 42 42 - -
7 Inspektorat 1 2 2 - -
8 Satuan Polisi Pamong Praja
1 2 2 - -
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan diperoleh karakteristik
responden yang terdiri dari : (1) Usia, (2) Jenis kelamin, (3) Pendidikan, (4) Latar
belakang pendidikan dan (5) Intensitas kursus/diklat/bimtek di bidang akuntansi atau
pengelolaan keunagan daerah ataupun penyusunan laporan keuangan yang pernah di
ikuti, sesuai dengan Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Penelitian (n = 122)
No Demografi Responden Frekuensi Persentase I Usia IV Latar Belakang Pendidikan
1. Akuntansi V Intensitas Kursus/Diklat/Bimtek di Bidang Akuntansi atau Pengelolaan
Keuangan Daerah ataupun Penyusunan Laporan Keuangan yang pernah diikuti Responden
1. Tidak Pernah 2. 1-2 kali (Pernah) 3. 3-5 kali (Jarang) 4. 6-10 kali (Sering)
5. 11-20 kali (Sangat Sering)
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Dari tabel 5.2 diatas, gambaran umum respoden sebagian besar adalah pria
yaitu sebanyak 57 orang atau 47% sedangkan responden wanita sebanyak 65 orang
atau 53%. Usia responden rata-rata 30-50 tahun dan latar belakang pendidikan
responden umumnya Sarjana (S1) sebanyak 96 orang (79%). Sebagian besar
responden pernah mengikuti kursus/diklat/bimtek di bidang akuntansi, keuangan dan
penyusunan anggaran yaitu sebanyak 106 orang (86,89%) dan hanya orang 16
orang (13,11%) yang tidak pernah.
5.2. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melakukan proses penyeleksi
data (screening data), sehingga data-data yang dianalisis memiliki distribusi normal. Data yang diperoleh dari hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, minimum dan maksimum dari setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel independen, variable dependen maupun variabel moderating. Pada
Tabel 5.3 berikut dapat dilihat statistik deskriptif variable-variabel dalam penelitian
ini.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Penyerapan Anggaran Belanja 122 15 21 17,52 1,517
Perencanan 122 14 26 20,50 2,991
Sumber Daya Manusia 122 18 25 23,29 1,064
Dokumen Pengadaan 122 10 20 14,52 2,253
Ganti Uang Persediaan 122 10 20 15,28 2,312
Perubahan Anggaran 122 16 25 21,38 2,126
Komitmen Organisasi 122 19 29 23,78 1,243
Valid N (listwise) 122
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Jumlah data penelitian (N) adalah 122 observasi. Masing-masing variabel
memiliki nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan nilai standar yang bervariasi.
1. Penyerapan anggaran belanja (Y) memiliki nilai minimum sebesar 15 dan nilai
maksimum sebesar 21. Nilai rata-rata (mean) penyerapan anggaran belanja adalah 17,52 artinya persepsi responden terhadap penyerapan anggaran belanja
pada SKPD Pemerintah Kota Medan sudah cukup baik. Nilai standar deviasi
penyerapan anggaran belanja adalah 1,517 yang berarti bahwa penyimpangan
atas penyerapan anggaran belanja sangat kecil.
2. Perencanaan (X1) memiliki nilai minimum sebesar 14 dan nilai maksimum
sebesar 26. Nilai rata-rata (mean) perencanaan sebesar 20,50 artinya persepsi responden terhadap perencanaan anggaran pada SKPD Pemerintah Kota Medan
sudah cukup baik. Nilai standar deviasi perencanaan adalah 2,991 yang berarti
3. Sumber daya manusia (X2) memiliki nilai minimum sebesar 18 dan nilai
maksimum sebesar 25. Nilai rata-rata (mean) sumber daya manusia sebesar 23,29 artinya persepsi responden terhadap sumber daya manusia pada SKPD
Pemerintah Kota Medan belum cukup baik. Nilai standar deviasi perencanaan
adalah 1,064 yang berarti bahwa penyimpangan atas sumber daya manusia sangat
kecil.
4. Dokumen pengadaan (X3) memiliki nilai minimum sebesar 10 dan nilai
maksimum sebesar 20. Nilai rata-rata (mean) dokumen pengadaan sebesar 14,52 artinya persepsi responden terhadap dokumen pengadaan pada SKPD Pemerintah
Kota Medan belum cukup baik. Nilai standar deviasi dokumen pengadaan
adalah 2,253 yang berarti bahwa penyimpangan atas dokumen pengadaan sangat
kecil .
5. Ganti uang persediaan (X4) memiliki nilai minimum sebesar 10 dan nilai
maksimum sebesar 20. Nilai rata-rata (mean) ganti uang persediaan sebesar 15,28 artinya persepsi responden terhadap proses ganti uang persediaan pada
SKPD Pemerintah Kota Medan belum cukup baik. Nilai standar deviasi
dokumen pengadaan adalah 2.312 yang berarti bahwa penyimpangan atas ganti
uang persediaan sangat kecil .
6. Perubahan anggaran (X5) memiliki nilai minimum sebesar 16 dan nilai
Kota Medan belum cukup baik. Nilai standar deviasi perubahan anggaran adalah
2.126 yang berarti bahwa penyimpangan atas perubahan anggaran sangat kecil.
7. Komitmen organisasi (Z) memiliki nilai minimum sebesar 19 dan nilai
maksimum sebesar 29. Nilai rata-rata (mean) komitmen organisasi sebesar 23,78 artinya persepsi responden terhadap komitmen organisasi pada SKPD
Pemerintah Kota Medan sudah cukup baik. Nilai standar deviasi komitmen
organisasi adalah 1,243 yang berarti bahwa penyimpangan atas perubahan
anggaran sangat kecil.
5.3. Hasil Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
validitas dan uji reliabilitas.
5.3.1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation dengan batas angka kritis (α) adalah 0,05 (5%). Kriteria pengujian validitas dilakukan dengan
membandingkan antara r hitung dengan r tabel:
2. Jika r hitung < r tabel (degree of freedom) maka instrumen dianggap tidak valid (drof), sehingga instrument tidak dapat digunakan dalam penelitian.
3. Menurut Ghozali (2007:45) r tabel atau degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini (n) adalah jumlah sampel maka df untuk penelitian ini
adalah 122-2=120, (lihat r table pada df =120 dengan uji 2 sisi).
Berdasarkan pengujian validitas instrumen, dapat diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas
Instrumen Penelitian Butir
Instrumen r Hitung r Tabel Keterangan
3
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan hasil pengujian Tabel 5.4 diatas untuk variabel penyerapan
anggaran belanja (Y) menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel sehingga
dinyatakan valid. Variabel perencanaan (X1), sumber daya manusia (X2), dokumen
pengadaan (X3), ganti uang persediaan (X4), perubahan anggaran (X5), dan komitmen
organisasi (Z) menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf
signifikansi α = 5% sebesar 0,177 sehingga dinyatakan valid.
5.3.2. Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengukur
konsistensi alat ukur yang digunakan untuk suatu objek yang diteliti. Uji reliabilitas
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60.
Tabel 5.5
Perencanaan (X1) 0,616 0,60 Reliabel
Sumber Daya Manusia (X2) 0,617 0,60 Reliabel
Dokumen Pengadaan (X3) 0,651 0,60 Reliabel
Ganti Uang Persediaan (X4) 0,639 0,60 Reliabel
Perubahan Anggaran (X5) 0,690 0,60 Reliabel
Komitmen Organisasi (Z) 0,688 0,60 Reliabel
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Dari Tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas
menunjukkan angka Cronbach’s Alpha pada masing-masing kolom variabel tersebut
lebih besar dari 0,60 maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliable.
5.4. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
5.4.1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
residual memiliki distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan analisis grafik dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil analisis grafik terlihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 serta hasil uji K-S
Gambar 5.1 Histogram
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Gambar 5.1 diatas dapat dilihat bahwa histogram menunjukkan
pola terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari pola kurva yang tidak menceng ke
kiri ataupun menceng ke kanan sehingga dapat disimpulkan grafik histogram
Gambar 5.2 Normal P-P Plot
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Gambar 5.2 diatas dapat dilihat bahwa grafik normal P-P Plot
tersebar sepanjang garis diagonal. Titik-titik menyebar disekitar garis normal dan
mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 122
Normal Parametersa,b Mean 0,00000
Std. Deviation 1,24465959
Most Extreme Differences
Absolute ,043
Positive ,043
Negative -,030
Kolmogorov-Smirnov Z .043
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.6 hasil dari analisis Kolmogorov-Smirnov Z, menunjukkan bahwa nilai signifikannya sebesar 0,200 dimana nilainya lebih besar dari α = 0,05 (Asymp. Sig = 0,200 > 0,05) maka data tersebut terdistribusi secara
normal.
5.4.2. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk untuk membuktikan atau menguji ada
tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan
variabel bebas (independen) yang lainnya. Pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Data dikatakan tidak mengalami multikolinearitas apabila nilai Tolerance≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Penyerapan Anggaran Belanja ,788 1,269
Perencanaan ,934 1,070
Sumber Daya Manusia ,763 1,310
Ganti Uang Persediaan ,884 1,131
Perubahan Anggaran ,962 1,039
a. Dependent Variable: Penyerapan Anggaran
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa
seluruh variabel independen memiliki Tolerance≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.
5.4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas pada penelitian ini digunakan
analisis grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas dan jika ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 5.3
Gambar 5.3 Grafik Scatterplot Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Gambar 5.3 diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak, tidak membentuk suatu pola tertentu atau tidak teratur serta titik-titik tersebut
juga menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
5.4.4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda digunakan untuk memodelkan hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen, dengan jumlah variabel independen
lebih dari satu. Secara umum, analisis regresi biasanya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan
tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata populasi atau nilai
rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Persamaan hasil regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = 3,197 + 0,208X1 + 0,258X2 + 0,164X3 – 0,046X4 + 0,111X5
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan hasil uji regresi linear
berganda sebagai berikut:
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta sebesar 3,197 berarti jika variabel independen yaitu variabel
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan
2. Perencanaan (X1) terhadap penyerapan anggaran belanja (Y)
Nilai koefisien perencanaan sebesar 0,208 menunjukkan bahwa variabel
perencanaan bersifat positif yang berarti bahwa semakin meningkatnya
perencanaan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan penyerapan anggaran
sebesar 0,208 atau sebesar 20,8% dengan asumsi variabel independen yang lain
dalam model regresi adalah tetap.
3. Sumber daya manusia (X2) terhadap penyerapan anggaran belanja (Y)
Nilai koefisien sumber daya manusia sebesar 0,258 menunjukkan bahwa variabel
sumber daya manusia bersifat positif yang berarti bahwa semakin meningkatnya
kompetensi sumber daya manusia sebesar satu satuan maka akan meningkatkan
penyerapan anggaran sebesar 0,258 atau sebesar 25,8% dengan asumsi variabel
independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.
4. Dokumen pengadaan (X3) terhadap penyerapan anggaran belanja (Y)
Nilai koefisien dokumen pengadaan sebesar 0,164 menunjukkan bahwa variabel
dokumen pengadaan bersifat positif yang berarti bahwa semakin meningkatnya
kualitas dokumen pengadaan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan
penyerapan anggaran sebesar 0,164 atau sebesar 16,4% dengan asumsi variabel
independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.
5. Ganti uang persediaan (X4) terhadap penyerapan anggaran belanja (Y)
meningkatnya pertanggungjawaban belanja melalui ganti uang persediaan
sebesar satu satuan maka nilai variabel penyerapan anggaran belanja akan
menurun sebesar -0,046 atau sebesar 4,6% dengan asumsi variabel independen
yang lain dalam model regresi adalah tetap. Hal ini bisa terjadi apabila
mekanisme pertanggungjawaban belanja kegiatan melalui ganti uang persediaan
tidak berjalan secara teratur sehingga penyerapan anggaran menjadi tidak
optimal.
6. Perubahan anggaran (X5) terhadap penyerapan anggaran belanja(Y)
Nilai koefisien perubahan anggaran sebesar 0,111 menunjukkan bahwa variabel
perubahan anggaran berpengaruh positif mempengaruhi penyerapan anggaran
belanja. Nilai positif menujukkan bahwa dengan meningkatnya perubahan
anggaran sebesar satu satuan maka nilai variabel penyerapan anggaran belanja
akan meningkat sebesar 0,111 atau sebesar 11,1% dengan asumsi variabel
independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.
5.5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi
(Adjusted R2), uji simultan (uji F), uji parsial (uji t) dan uji moderating (uji residual).
5.5.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji
koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut: Tabel 5.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .572a .327 .298 1.271
a. Predictors: (Constant), Perubahan Anggaran, Perencanaan, SDM GU, Dokumen Pengadaan
b. Dependent Variable: Penyerapan anggaran belanja
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi (R)
mempunyai nilai sebesar 0.572 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi)
antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 57,2%. Artinya
koefisien pengaruh perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti
uang persediaan, dan perubahan anggaran mempunyai hubungan yang kuat terhadap
penyerapan anggaran belanja, karena diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar
57,2%.
Koefisien determinasi (Adjusted R2) mempunyai nilai sebesar 0.298 Artinya sebesar 29,8% faktor-faktor dari penyerapan anggaran belanja dapat dijelaskan oleh
variabel perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang
persediaan, dan perubahan anggaran. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 70,2%
5.5.2. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan (Uji F) pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut :
Tabel 5.9 Hasil Uji F ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 91,017 5 18,023 11,265 ,000b
Residual 187,450 116 1,616
Total 278,467 121
a. Dependent Variable: Penyerapan anggaran belanja
b. Predictors: (Constant), Perubahan Anggaran, Perencanaan, SDM ,GU, Dokumen Pengadaaan
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hasil
analisis ini diperkuat dengan mencari nilai F tabel dengan nilai df (n1) = 5, df (n2) =
116, dan taraf signifikansi 0,05 maka didapatkan nilai F tabel sebesar 2,29. Nilai F
hitung (11,265) > F tabel (2,29) dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hasil uji F
menunjukkan bahwa semua variabel independen (Perencanaan, Sumber Daya
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (penyerapan anggaran
belanja).
5.5.3. Hasil Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (Uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel
dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut :
Tabel 5.10 Hasil Uji t Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3,197 3,157 1,013 ,313
Perencanaan ,208 ,044 ,410 4,781 ,000
Sumber Daya Manusia ,258 ,112 ,181 2,299 ,023
Dokumen Pengadaan ,164 ,059 ,243 2,788 ,006
Ganti Uang Persediaan -,046 ,053 -,070 -,865 ,389
Perubahan Anggaran ,111 ,055 ,155 1,995 ,048
a. Dependent Variable: Penyerapan Anggaran Belanja
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.10 diatas dapat disimpulkan hasil signifikansi atau
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1. Nilai t hitunguntuk perencanaan adalah 4,781 dengan tingkat signifikansi 0,000
penyerapan anggaran belanja dengan nilai t hitung (4,781 > t tabel (1,980) dan
nilai signifikan (0,000) <0,05.
2. Nilai t hitung untuk sumber daya manusia adalah 2,299 dengan tingkat
signifikansi 0,023 maka variabel sumber daya manusia berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja dengan nilai t hitung
(2,299) > t tabel (1,980) dan nilai signifikan (0,023) < 0,05.
3. Nilai t hitung untuk dokumen pengadaan adalah 2,788 dengan tingkat
signifikansi 0,006 maka variabel dokumen pengadaan berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja dengan nilai t hitung
(2,788) > t tabel (1,980) dan nilai signifikan (0,006) < 0,05.
4. Nilai t hitung untuk ganti uang persediaan adalah (-,865) dengan tingkat
signifikansi 0,389 maka variabel ganti uang persediaan tidak berpengaruh
terhadap penyerapan anggaran belanja dengan nilai t hitung (-,865) < t tabel
(1,980) dan nilai signifikan (0,389) > 0,05.
5. Nilai t hitunguntuk perubahan anggaran adalah 1,995 dengan tingkat signifikansi
0,048 maka variabel perubahan anggaran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan anggaran belanja dengan nilai t hitung (1,995) > t tabel
(1,980) dan nilai signifikan (0,048) < 0,05.
5.5.4. Hasil Uji Moderating (Uji Residual)
dependen. Hasil uji residual komitmen organisasi (Z) dapat dilihat pada Tabel 5.11
dan Tabel 5.12 sebagai berikut :
Tabel 5.11
a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi Sumber : Hasil Penelitian, 2017(data diolah)
Berdasarkan hasil uji residual pada tabel 5.11 dan Tabel 5.12 diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Z = 21,340 + 0,095X1 - 0,114X2 - 0,009X3 + 0,005X4 + 0,150X5
| e | = 0,812 + 0,022Y
Suatu variabel dikatakan memoderasi jika P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif. Berdasarkan Tabel 5.12 hasil uji residual menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,812 lebih besar dari α = 0,05 (0,812 > α =
0,05) dan nilai koefisien positif yaitu (0,022) maka dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasi bukan merupakan variabel pemoderasi hubungan antara variabel
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan, dan
perubahan anggarandengan penyerapan anggaran belanja.
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan sebagai
berikut :
5.6.1. Pengaruh Perencanaan terhadap Penyerapan Anggaran Belanja
Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa perencanaan berpengaruh
positif signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja SKPD di pemerintah Kota
Medan, dengan menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 4,781
lebih besar dari t tabel 1,980 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α
variabel perencanaan berpengaruh positif signifikan terhadap variabel penyerapan
anggaran belanja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Herriyanto (2012), priatno
dan khusaini (2013) dan Hasni (2016) yang menyatakan bahwa faktor perencanaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja. Hal
ini menunjukan bahwa semakin baik perencanaan anggaran maka akan semakin baik
pula tingkat penyerapan anggaran belanja. Konsep perencanaan anggaran yang tidak
matang, jelas dan terukur tentu akan berdampak pada munculnya sejumlah kesulitan
dalam mengarahkan penggunaan anggaran dengan tepat sasaran (Zarinah, 2015).
Perencanaan anggaran merupakan hal yang penting di dalam organisasi sektor
publik (pemerintahan), hal ini terkait besarnya dana yang tersedia dan banyaknya
belanja/pengeluaran yang harus didanai oleh pemerintah yang akan digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus selalu
memperhatikan skala prioritas untuk membiayai pembangunan daerah. Pemerintah
daerah melalui SKPD harus mampu menyusun program-program strategis sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Program dan kegiatan yang disusun dengan baik
oleh SKPD tentu akan memberi pengaruh terhadap besarnya penyerapan anggaran
belanja SKPD.
Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa sumber daya manusia
berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja SKPD di
pemerintah Kota Medan, dengan menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung
sebesar 2,299 lebih besar dari t tabel 1,980 dan tingkat signifikansi sebesar 0,023 lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif 0,258 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan
terhadap variabel penyerapan anggaran belanja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herryanto
(2012) dan fitriany (2014), purwadi (2016) dan hasni (2016) yang menunjukkan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara sumber daya manusia terhadap
penyerapan anggaran belanja. Juga sejalan dengan penelitian Arief dan Halim (2013)
yang menyatakan bahwa faktor kapasitas sumber daya manusia merupakan salah satu
faktor yang paling mendominasi terjadinya minimnya penyerapan APBD tahun 2011.
Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia maka akan semakin baik pula tingkat
penyerapan anggaran belanja. Keberhasilan dalam pengelolaan penyerapan anggaran
didukung oleh faktor terjaminnya ketersediaan sumber daya manusia (Sumpikova,
Pavel & Klazar, 2003). Kompetensi SDM memegang peranan penting untuk
menentukan baik atau tidak jalannya roda pemerintahan. Fungsi pemerintah sebagai
sumber daya manusia dapat diwujudkan melalui kegiatan pemerintah sebagai
pengelola keuangan daerah dalam penggunaan anggaran secara efektif dan efisien.
pelaksanaan program kegiatan pemerintah dan pada akhirnya berdampak pada
penyerapan anggaran belanja yang tidak optimal.
5.6.3. Pengaruh Dokumen Pengadaan terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa dokumen pengadaan
berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja SKPD di
pemerintah Kota Medan, dengan menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung
sebesar 2,788 lebih besar dari t tabel 1,980 dan tingkat signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif 0,164 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel dokumen pengadaan berpengaruh positif signifikan
terhadap variabel penyerapan anggaran belanja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herryanto
(2012) dan fitriany (2014) yang menunjukkan bahwa faktor dokumen pengadaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran belanja.
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan dokumen pengadaan tentunya menjadi
hambatan yang signifikan untuk mencapai tingkat penyerapan anggaran belanja yang
optimal. Untuk variabel dokumen pengadaan mayoritas responden menyatakan masih
adanya dokumen kontrak yang belum ditandatangani karena terdapat berbagai
permasalahan seperti masih menunggu persetujuan tender, adanya berkas SPJ tidak
lengkap saat pengajuan GU/TU, dan adanya berkas Pengadaan Kontrak dan Lelang
merasa proses penataan dokumen pengadaan yang dilaksanakan di SKPD
masing-masing belum berjalan baik.
5.6.4. Pengaruh Ganti Uang Persediaan terhadap Penyerapan Anggaran Belanja
Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa ganti uang persediaan
tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja SKPD di pemerintah Kota
Medan, dengan menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar (-0,865)
lebih kecil dari t tabel 1,980 dan tingkat signifikansi sebesar 0,389 lebih besar dari α
= 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif (-0,046) sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel ganti uang persediaan tidak berpengaruh terhadap variabel
penyerapan anggaran belanja.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Herryanto (2012) yang menunjukkan bahwa faktor ganti uang persediaan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap keterlambatan penyerapan anggaran belanja
pada satuan kerja Kementerian/Lembaga di wilayah Jakarta. Pada Pemerintah Kota
Medan variabel ganti uang persediaan tidak berpengaruh terhadap penyerapan
anggaran belanja dimungkinkan karena mekanisme pertanggungjawaban pembayaran
kegiatan pada Pemerintah Kota Medan lebih dominan melalui pembayaran langsung
(LS) dibandingkan pembayaran melalui ganti uang persediaan sehingga wajar jika
variabel ganti uang persediaan tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran
5.6.5. Pengaruh Perubahan Anggaran terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa perubahan anggaran
berpengaruh terhadap penyerapan anggaran belanja SKPD di pemerintah Kota
Medan, dengan menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar (1,995)
lebih besar dari t tabel 1,980 dan tingkat signifikansi sebesar 0,048 lebih kecil dari α
= 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif (0,111) sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel perubahan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel penyerapan anggaran belanja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darma
(2014) yang menunjukan bahwa faktor perubahan anggaran memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap serapan anggaran kab/kota di Aceh. Penyesuaian dari
perubahan anggaran baik terhadap pertambahan maupun pengurangan dari rencana
sebelumnya bertujuan agar sebuah program dan kegiatan dapat dilaksanakan dengan
baik. Perubahan anggaran bermakna sebagai upaya pemerintah daerah untuk merevisi
rencana keuangannya dengan perkembangan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya
perkembangan tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya anggaran penerimaan
maupun pengeluaran atau sebaliknya serta untuk menampung dan mengakomodasi
pergeseran-pergeseran anggaran yang pada hakikatnya harus disesuaikan sehingga
kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan
5.6.6. Pengaruh Perencanaan, Sumber Daya Manusia, Dokumen Pengadaan, Ganti Uang Persediaan, dan Perubahan Anggaran terhadap Penyerapan Anggaran Belanja
Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa perencanaan,
sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang persediaan, dan perubahan
anggaran secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyerapan anggaran
belanja. Hal ini dapat dilihat melalui Tabel 5.11 dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < α = 0,05) dan nilai F hitung (11,265) > F tabel (2,29).
Seluruh variabel independen di dalam penelitian ini sangat wajar memiliki
pengaruh secara simultan, dikarenakan variabel-variabel tersebut merupakan bagian
yang dibutuhkan oleh SKPD untuk mencapai penyerapan anggaran belanja yang
optimal. Perencanaan anggaran yang akurat, kompetensi SDM yang baik,
kelengkapan dokumen pengadaan, proses pengajuan ganti uang persediaan yang
teratur dan perubahan anggaran yang berjalan tepat waktu merupakan bagian yang
dibutuhkan oleh pelaksana anggaran Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan
penyerapan anggaran belanja.
5.6.7. Pengaruh Komitmen Organisai sebagai Variabel Moderating
Hasil uji residual menunjukkan nilai koefisien positif sebesar (0,022) dan nilai signifikan 0,812 lebih besar dari α = 0,05 (0,812 > α = 0,05). Artinya komitmen
organisasi bukan merupakan variabel pemoderasi hubungan antara variabel
perubahan anggaran dengan penyerapan anggaran belanja. Komitmen organisasi
dianggap sebagai variabel moderating apabila nilai koefisien negatif dan nilai
signifikan lebih kecil dari α = 0,05
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arthana (2015) yang menunjukan bahwa komitmen organisasi mampu memoderasi
hubungan kompetensi pegawai dengan kinerja penyerapan anggaran lingkup
pembayaran kantor pelayanan perbendaharan negara Denpasar. Komitmen organisasi
merupakan variabel moderating yang pada dasarnya akan mampu direalisasikan
apabila para aparatur penyelenggara pemerintahan daerah yaitu pimpinan dan staf
SKPD bersinergi dan konsisten terhadap pakta integritas untuk mencapai target
kinerja yang telah disepakati bersama kepala daerah yang menjadi acuan dalam
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab
sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan,
ganti uang persediaan dan perubahan anggaran berpengaruh signifikan
terhadap variabel penyerapan anggaran belanja. Secara parsial variabel
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan dan perubahan
anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran
belanja sedangkan variabel ganti uang persediaantidak berpengaruh terhadap
penyerapan anggaran belanja.
2. Variabel komitmen organisasi tidak mampu memoderasi hubungan
perencanaan, sumber daya manusia, dokumen pengadaan, ganti uang
persediaan dan perubahan anggaran dengan penyerapan anggaran belanja,
karena memiliki nilai parameter positif dan tidak signifikan.
3. SKPD sebagai stakeholder pemerintah daerah berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dalam proses
penggunaan anggaran yang efektif dan efisien sehingga tercapai penyerapan
6.2. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih terdapat keterbatasan penelitian pada penelitian ini,
antara lain :
1. Penelitian ini hanya membahas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
penyerapan anggaran belanja, yaitu faktor perencanaan, sumber daya manusia,
dokumen pengadaan, ganti uang persediaan dan perubahan anggaran.
Sedangkan nilai adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian ini rendah sehingga ada variabel lain diluar model penelitian ini yang mampu
mempengaruhi penyerapan anggaran belanja.
2. Penelitian ini menggunakan metode survei berupa kuesioner sehingga
kemungkinan ada bias dari jawaban responden yang terjadi karena adanya
perbedaan interpretasi atas maksud dan tujuan pertanyaan.
3. Pengambilan objek penelitian hanya dilakukan di Kota Medan saja dengan
jumlah sampel sebanyak 2 orang untuk setiap SKPD.
6.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penyempurnaan yang disarankan peneliti
untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, maka bagi peneliti selanjutnya yang
seperti faktor waktu penetapan anggaran, regulasi keuangan daerah, sistem
pengendalian intern pemerintah dan monitoring dan evaluasi.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan selain menerapkan metode survei melalui
penyebaran kuesioner/angket juga melakukan wawancara untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel dari setiap SKPD
ditingkat Provinsi dan kabupaten/kota untuk memperoleh hasil yang lebih
representatif.
4. Kepada Pemerintah Kota Medan agar dapat memaksimalkan penyerapan
anggaran belanja dengan meningkatkan kualitas perencanan penyusunan
anggaran, meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, memaksimalkan
monitoring anggaran sehingga penerapan penganggaran berbasis kinerja