• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bencana Alam Kegiatan terbaru situs Dunia Berpikir BencanaAlam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bencana Alam Kegiatan terbaru situs Dunia Berpikir BencanaAlam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Bencana Alam

Siswo Purnomo (0920903011)

Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.

Abstrak,

mitigasi bencana didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan baik pada saat sebelum, pada waktu maupun setelah (pasca) bencana. Mitigasi bencana alam tidak hanya berbicara tentang perangkat keras (peralatan, pembangunan fisik) namun juga terkait dengan proses, sistem dan “flow” (aliran kerja) misalnya bagaimana koordinasi antarinstansi tatkala untuk menangani korban bencana alam. konsep mitigasi bencana alam yang terintegrasi ini belum sepenuhnya mampu dijalankan. Banyak kasus terjadi di mana terjadi “overlapping” kebijakan di lapangan sehingga nasib korban bencana justru terlupakan. Masyarakat juga memainkan peran yang sangat signifikan dalam menekan timbulnya bencana alam, misalnya dengan tidak membuang sampah di sungai, tidak menebang pohon secara liar, sehingga keseimbangan alam tetap terjaga.

PENDAHULUAN

Bencana sering diidentikan dengan sesuatu yang buruk. Paralel dengan istilah disaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal dari kata DIS yang berarti sesuatu yang tidak enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti bintang (star). Dis-astro berarti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi).

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.

Dengan perkembangan cepat yang terjadi di perkotaan di seluruh belahan dunia, bencana alam seperti banjir dan curah hujan di atas normal, periode musim kering yang berkepanjangan, dan serangan angin taufan, tanah longsor dan gempa bumi adalah ancaman umum bagi umat manusia. Walaupun kemajuan mengenai pemahaman permasalahan bencana alam dan mitigasi bencana alam namun bagi sebagian besar orang masih banyak isu-isu yang belum terpecahkan.

Konsep manajemen bencana mengenai pencegahan (prevention) atas bencana atau kutukan penyakit (plague), pada abad-abad non-peradababan selalu diceritakan ulang dalam ‘simbol-simbol’ seperti kurban, penyangkalan diri dan pengakuan dosa. Early warning kebanyakan didasarkan pada Astrologi atau ilmu Bintang.

KEKERINGAN

Banyak sekali orang menganggap bahwa kekeringan merupakan proses yang langka atau

acak. Akan tetapi sebenarnya, kekeringan merupakan peristiwa yang terjadi sesuai dengan iklim, dan terjadi di semua zona iklim bervariasi menurut zona tersebut. Jadi kekeringan merupakan penyimpangan sementara pada daerah curah hujan rendah dan merupakan ciri permanen iklim.Kekeringan harus dianggap relatif terhadap rata-rata jangka panjang atau keseimbangan yang normal antara presipitasi dan evapo-transpirasi (penguapan + transpirasi) di wilayah tertentu.

Kekeringan seharusnya tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik atau peristiwa alam. Dampaknya terhadap masyarakat hasil dari interaksi antara peristiwa alam dan permintaan orang-orang yang tempat pada suplai air. Manusia sering memperburuk dampak kekeringan.

Mitigasi Kekeringan

Praktik mitigasi kekeringan ini sudah berusia lebih dari 4000 tahun. Konsep tentang sistim peringatan dini untuk kelaparan (famine) dan kesiapsiagaan (preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama kelimpahan pangan dan disimpan untuk digunakan selama tujuh tahun masa kekeringan sudah lahir pada tahun 2000 BC di Mesir.

(2)

menganalisis indeks vegetasi yang diolah dari data Satelit NOAA.

Pengolahan data satelit NOAA menjadi data indeks vegetasi menggunakan data NOAA-16 kanal 1 dan 2, dan dilakukan dengan uruturutan kegiatan sebagai berikut:

1. Cropping data NOAA (dilakukan tim ILC untuk pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera, format raw data, 8 bit, tanpa header dan berukuran 768 x 1024)

2. Konversi data menjadi format ER-Mapper 3. Koreksi geometrik, agar koordinat citra

sesuai dengan koordinat peta

4. Menghitung NDVI, dengan formula NDVI = (k2-k1)/(k2+k1)x100 +100

5. Membuat klasifikasi awan secara visual 6. Menggabung citra NDVI dengan citra awan 7. Hasil proses no.6 diperoleh citra NDVI

dengan objek awan dalam kelas tersendiri (1 kelas)

8. Hasil proses no.7 berlaku untuk P. Jawa, Sumatera dan Kalimantan

9. Melakukan overlay data harian menjadi lima harian untuk P. Jawa, dan mingguan untuk P. sumatera dan Kalimantan

10. Untuk P. Jawa analisis hanya dilakukan pada areal persawahan berdasarkan 7 kelas objek, yaitu:

11. Untuk Sumatera dan Kalimantanan analisis dilakukan di semua penutup lahan dengan menggunakan 7 kelas objek sebagai berikut:

Untuk pemantauan kekeringan dengan NDVI, selama ini belum ada pembandingnya, sehingga tidak dijumpai permasalahan sebagaimana data hot spot. Namun demikian, permasalahan utama yang terlihat dalam proses 8 pengolahan indeks vegetasi adalah tidak dilakukannya koreksi radiometrik. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang diperoleh, karena kondisi atmosfer setiap

harinya dianggap sama. Sedangkan kita ketahui bersama bahwa kondisi atmosfer selalu berubah-ubah. Disamping itu permasalahan lain yang dihadapi dalam pemantauan kekeringan dengan NDVI, adalah minimnya cek lapangan.

TANAH LONGSOR

Kejadian longsor disebabkan oleh ketidakstabilan lahan yang diakibatkan umumnya oleh ulah manusia. Ketidakstabilan lahan terjadi karena dua hal, pertama hilangnya tumbuhan atau pohon-pohon didataran tinggi yang memiliki fungsi mengikat butir-butir tanah sekaligus menjaga pori-pori tanah dibawahnya sehingga infiltrasi air hujan berjalan lancar.

Kedua akibat eksploitasi lahan miring yang tidak tepat misal pembangunan pemukiman dengan memotong tebing atau pengambilan tanah atau pasir didaerah bawah yang berlebihan. Kedua hal penyebab longsor tersebut dipacu oleh adanya hujan lebat yang datang tiba-tiba, sehingga tanah tidak mampu lagi menahan hantaman air hujan dan tergelincir ke bawah.

Mitigasi Tanah Longsor

Mitigasi untuk tanang longsor biasanya menggunakan tanaman tropis.

Penguatan Tanah (Earth Reinforcement) Penguatan tanah bertujuan untuk menambah kekuatan tanah pada lereng baik dengan cara biologis maupun mekanik. Penguatan secara biologis dapat dilakukan dengan cara menanami lereng dengan tanaman-tanaman yang dapat menguatkan tanah. Tanaman ini dapat menguatkan tanah dengan cengkeraman akarnya yang meningkatkan ikatan antar partikel tanah dan juga dapat mengurangi tingkat kejenuhan tanah pada lereng.

Tanaman tropis yang dapat menguatkan lereng terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tanaman berakar tunggang dalam dan akar cabang banyak dan tanaman-tanaman berakar tunggang dengan akar cabang sedikit

(3)

cabang banyak:

1. Kemiri (Aleurites moluccana) 2. Laban (Vitexpubercens)

3. Dlingsem (Homalium tomentisum) 4. Mindi (Meliaaledarach)

5. Johar (Cassa sianesa) 6.Acasiavillosa

7. Eucalyptus alba8. Leucana glauta 9.Paraserienthes falcataria

10. Bunggur (Lagerstroemiaspeciosa) 11. Banyan

Tanaman berakar tunggang dalamAkar cabang sedikit

1. Mahoni daun besar(Swietania macrophyla) 2. Renghas(Gluta reghas)

3. Jati (Tectona grandis) 4. Kesambi(Sehlechard)

5. Sono Kembang (Plerocoupus oleosa) 6.Sonokeling (Dalbegia latifolia) 7. Cassia fistuta

8.Trengguli (Bauhina hirsolt) 9. Tayuman (Tamarindusindieus) 10. Asam jawa (acacia leucophola) 11. Pilang (Albizzia lebbeck)

BANJIR

Banjir adalah peristiwa tergenang dan

terbenamnya daratan (yang biasanya kering)

karena volume air yang meningkat. Banjir

dapat terjadi karena peluapan air yang

berlebihan di suatu tempat akibat hujan

besar, peluapan air sungai, atau pecahnya

bendungan sungai.

Beberapa prediksi lokasi banjir yang bisa terjadi di pulau sumatera, jawa dan Kalimantan.

(4)

adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang.

Sebagai proses alam, banjir adalah hal yang biasa terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai ke hilir dalam jumlah yang luar biasa. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini, muatan sedimen itu disebarkan sehingga membentuk dataran. Perlu kita ingat, bahwa daerah persawahan kita hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir ini, dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk.

Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan. Daerah itu mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan atau perbukitan. Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah persawahan mengalami penyuburan kembali secara alamiah.

Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir itu membentuk delta di muara-muara sungai, dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang akhirnya menjadi lapisan-lapisan batuan sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan batuan itu manusia mendapatkan berbagai hal untuk kehidupannya. Sebaga contoh, minyak bumi banyak kita dapatkan dari endapan delta.

Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bagi manusia bila proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi. Dalam konteks sistem alam, banjir terjadi pada tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika mereka mendiami daerah yang secara alamiah merupakan dataran banjir. Jadi, bukan banjir yang datang, justru manusia yang mendatangi banjir. Apabila hal tersebut dapat kita terima, maka bencana banjir yang dialami manusia sebenarnya adalah buah dari kegagalan manusia dalam membaca karakter alam. Kegagalan manusia membaca apakah suatu daerah aman atau tidak untuk didiami. Misalnya, kegagalan manusia membaca karakter suatu daerah sehingga tidak mengetahui daerah tersebut

merupakan daerah banjir. Atau, sudah mengetahui daerah tersebut daerah banjir tetapi tidak peduli. Contoh ini bisa kita lihat dari orang-orang yang memilih tinggal di dengan membuat rumah panggung berkaki tinggi, atau membuat pengendali banjir berupa tanggul, kanal, atau mengalihkan aliran air. Selain itu, kita juga harus memahami karakteristik banjir. Ada banjir tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan dan seterusnya. Pengenalan karakter ulangan itu hanya dapat dilakukan dengan pengamatan yang panjang dan studi yang luas.

Banjir akibat kesalahan manusia setidaknya disebabkan oleh dua hal; pengelolaan daerah hulu sungai yang buruk, dan pengelolaan drainase yang buruk. terjadi berkaitan dengan pengembangan daerah pemukiman atau aktivitas lainnya. Akibat buruknya drainase, air permukaan tidak dapat mengalir dengan baik sehingga menggenang menjadi banjir.

Mitigasi Banjir

Banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun masyarakat dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya dengan melakukan tindakan- tindakan seperti:

1. Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir, sehingga dapat mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan maksimal.

(5)

3. Menambahkan katup pengaturan, drain, atau saluran by-pass untuk mengalirkan air keluar dari perumahan.

4. Memperkokoh bantaran sungai dengan menanam pohon dan semak belukar, dan membuat bidang resapan di halaman rumah yang terhubung dengan saluran drainase. 5. Memindahkan rumah, bangunan dan

konstruksi lainnya dari dataran banjir sehingga daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk mengalirkan air yang tidak dapat ditampung dalam badan sungai saat hujan.

6. Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan dapat diserap oleh pepohonan dan semak belukar.

7. Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.

8. Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi masyarakat di daerah lain.

Tindakan-tindakan pencegahan ini sebaiknya dimulai dan dilaksanakan 2-3 bulan sebelum musim hujan. Permohonan untuk dukungan dapat ditujukan kepada institusi pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

GEMPA BUMI

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa

bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari atau ke dalam bumi contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

Berikut ini beberapa tipe dari gempa bumi:

1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api) Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

2. Gempa bumi tektonik

(6)

dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.

3. Gempa bumi tumbukan

Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi.

4. Gempa bumi runtuhan

Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

5. Gempa bumi buatan

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Empat golongan kerusakan utama akibat gempa 1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur

2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang berpotensi liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya, atau cara lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar dari liquefaction

3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa. Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.

4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng.

TSUNAMI

Pengertian Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang artinya Tsu berati pelabuhan dan nami berarti gelombang. Kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang berarti gelombang tinggi atau besar yang menghantam pantai atau pesisir. Tsunami sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar di laut ( lebih besar dari 7.5 skala Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan terjadinya patahan atau rekahan vertikal memanjang sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara hukum fisika air laut tadi terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan. Kecepatan air atau gelombang yang sangat cepat terjadi. Antara terjadinya gempa dan Tsunami ada jeda waktu yang dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini pada masyarakat.

Tsunami adalah suatu gelombang laut yang memiliki daya perusak yang kuat. Aktivitas bumi seperti gempa bawah laut, letusan gunung berapi atau tanah longsor dan sebagainya kemungkinan juga akan mengakibatkan Tsunami.

(7)

permukaan mengalami “goncangan” keras. “Goncangan” ini tidak sama dengan gelombang yang biasa kita jumpai. Gelombang laut umumnya hanya naik di sekitar permukaan, tingkat kedalamannya tidak besar. Sedang “goncangan” air laut yang disebabkan gempa adalah fluktuasi segenap sistem air dari permukaan laut ke permukaan, energi yang terkandung didalamnya sangat mengejutkan.

Gelombang dahsyat menjulang tinggi saat Tsunami, ketinggiannya bisa mencapai lebih dari puluhan meter, membentuk “dinding air”. Selain itu, gelombang panjang Tsunami sangat besar, bisa menyebar ribuan km dengan pengikisan energi yang sangat kecil. Karena sebab di atas, jika Tsunami mencapai pesisir pantai, maka “Dinding air” akan menerjang ke daratan, dan menimbulkan ancaman serius terhadap jiwa dan harta benda manusia.

Sebelum terjadinya tsunami, ada tanda-tanda alami yang terjadi:

a. Gerakan tanah b. Tsunami forerunners c. Inisial permukaan air laut d. Tsunami bore

e. Timbulnya suara abnormal

f. Pengamat visual kea rah lepas pantai saat tsunami datang

g. Pengamatan melalui indra penciuman dan indra perasa

Gambar berikut ini memperlihatkan mekanisme pembangkitan sunami oleh gempa

Mitigasi Gempa bumi dan tsunami

Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri atau bagian atau elemen dari ancaman.

Beberapa hal untuk rencana mitigasi (mitigation plan) pada masa depan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan penempatan penduduk 2. Memperkuat bangunan dan infrastruktur

serta memperbaiki peraturan (code) disain yang sesuai.

3. Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas yang tinggi kedaerah yang lebih aman dengan mengembangkan mikrozonasi

4. Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan maksud menyerap energi dari gelombang Tsunami (misalnya dengan melakukan penanaman mangrove sepanjang pantai)

5. Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi penduduk didaerah area yang rawan Tsunami 6. Membuat early warning sistem

sepanjang daerah pantai atau perkotaan yang rawan Tsunami

Tindakan mitigasi yang banyak dilakukan sekarang ini secara garis besar meliputi: 1. Structural Measures:

a. Pembangunan struktur pelindung pantai

(8)

pantai yang padat penduduk. Namun ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi gelombang Tsunami mencapai 30m. Dinding penahan terlampaui namun tetap dapat mengurangi kecepatan dari Tsunami.

b. Penanaman vegetasi

Penanaman vegetasi merupakan salah satu mitigasi yang bias dipertimbangkan untuk wilayah Indonesia, karena

 Murah dan efektif

 Mendukung lingkungan dan vegetasi tersedia banyak di Indonesia

 Maintenance dalam jangka panjang

2. Nonstructural Mesaures

a. Pengkajian Hazard (identifikasi serta peta potensi rendaman tsunami)

b. Pembuatan Basis Data dan SIG

c. Monitoring secara real time terhadap tsunami serta sistem peringatan dini (pendistribusian informasi kepada penduduk)

Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang berada di sekitar kota atau pantai yang memiliki potensi Tsunami adalah memberi peringatan

melalui sirene atau televise atau radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan terjadinya Tsunami. Early warning system yang lebih sophisticated seperti pemasangan peralatan khusus baik dilaut maupun didarat perlu melibatkan semua unsur yang memiliki potensi untuk secara cepat memberikan peringatan dini.

(9)

d. Perencanaan tata-ruang akrab bencana tsunami

e. Perbaikan building code

f. Pendidikan masayarakat (respons komunitas dan awareness penduduk)

Perkembangan terbaru untuk meramalkan terjadinya gempa adalah dengan adanya awan di atas daerah terjadinya gempa. Menurut Sarmoko (peneliti di LAPAN) awan misterius tersebut tercipta akibat pergumulan uap air panas yang muncul dari rekahan permukaan bumi dengan udara dingin di angkasa. Uap air panas yang bertekanan tinggi melesak dari tanah sebagai dampak aktivitas seismik tingkat tinggi diperut bumi Memang hasilnya baru sekitar 60% kecocokannya dengan gempa yang terjadi. Sebagai contoh ketika terjadi gempa di Kobe pada tahun 1995 terjadi awan berbentuk seperti angin tornado terlihat dikota Kobe sebelum gempa terjadi. Meski terbukti kebenarannya para peneliti belum menggunakan prediksi gempa lewat awan yang terjadi untuk konsumsi publik. Gempa dapat terjadi 4-5 hari setelah penampakan awan gempa bisa juga terjadi setelah 130 hari kemudian melihat pengalaman yang terjadi di Jepang, AS dan China. Pemantauan satelit awan gempa merupakan terobosan besar untuk mitigasi bencana gempa. Penelitian lanjutan masih terus dikembangkan dengan megklarifikasi lewat satelit.

LETUSAN GUNUNG BERAPI

Gunung berapi bukan gunung yang menyemburkan “api”, yang disemburkannya adalah suatu zat kental bersuhu tinggi, dan zat ini disebut magma (lahar). Saat gunung berapi meletus, pemandangan akan tampak sangat menakjubkan. Karena suhunya yang tinggi, dan mendapat tekanan kuat dari kerak bumi, karena itu, jika bertemu dengan daerah yang agak tipis dan bercelah, maka laharnya akan meluncur ke permukaan dengan deras.

Terjadinya gunung berapi adalah di bawah permukaan bumi, daerah yang semakin dalam, maka suhunya juga akan semakin tinggi, di kedalaman sekitar 20 mil, tingginya suhu cukup melumerkan sebagian besar batuan. Saat batuan lumer akan mengembang dan perlu ruang yang lebih luas. Materi yang dilumerkan oleh suhu tinggi ini akan naik menelusuri celah. Saat tekanan lahar lebih besar dari tekanan batuan di permukaannya, akan meletus dan membentuk sebuah gunung berapi.

(10)

dan gunung ke tuo pa ke xi. Terkadang, bisa juga dalam sekejab menelan segenap desa dan kota kabupaten, seperti kota Longbei misalnya.

Jenis Letusan Gunung Berapi Letusan Plinial

Merupakan jenis letusan dahsyat yang mengakibatkan kerusakan parah terhadap wilayah di sekitarnya. Letusan ini pulalah yang telah mengubur kota Pompeii dan Herculaneam. Magma pada letusan Plinial sangat kental dan memiliki

kandungan gas yang sangat tinggi. Material piroklastik yang dihasilkan dalam letusan ini dapat terlempar sampai setinggi 48 km di udara, dengan kecepatan ratusan kilometer per detik.

Letusan Plinial dapat berlangsung selama beberapa jam, atau bahkan beberapa hari, dan mengeluarkan asap tebal yang membubung tinggi di udara. Material vulkanik yang terkandung dalam asap ini berjatuhan di wilayah-wilayah sekitar gunung tersebut. Kadang bukan hanya di satu sisi, tergantung dari arah angin yang menerbangkannya. Tambahan lagi, letusan Plinian dapat mengeluarkan aliran lava yang bergerak sangat cepat dan memusnahkan apa pun yang dilaluinya.

Letusan Hawaiian

Secara umum, letusan jenis ini tidak terlalu eksplosif juga tidak terlalu merusak. Letusan ini

tidak memancarkan terlalu banyak material piroklastik ke udara, melainkan lebih banyak mengeluarkan lava yang tidak terlalu kental dengan kandungan gas rendah. Lava mengalir dengan bermacam cara, namun yang paling menarik adalah air mancur api, yang sesuai namanya memang merupakan air mancur lava berwarna oranye terang yang memancar setinggi ratusan meter ke udara, kadang hanya terjadi sesaat, kadang juga bisa beberapa jam. Cara lainnya yang juga sering dijumpai adalah lava mengalir secara teratur dari satu lubang, yang akhirnya membentuk danau atau kolam lava pada kawah atau cekungan lainnya.

Lava yang mengalir dan memancar dari air mancur api dapat merusak tanaman dan pepohonan di sekitarnya, namun gerakannya cukup lamban sehingga memungkinkan penduduk sekitar untuk mengungsi dan menyelamatkan diri. Letusan ini dinamakan Letusan Hawaii karena jenis letusan ini memang umum dijumpai pada pegunungan berapi di Kepulauan Hawaii.

Letusan Strombolian

(11)

Letusan Strombolian, secara umum tidak menghasilkan aliran lava, namun sebagian lava mungkin akan menyertai proses letusan. Letusan ini juga mengeluarkan sejumlah kecil abu tepra.

Letusan Vulkanian

Seperti halnya letusan Strombolian, letusan Vulkanian juga disertai dengan ledakan-ledakan pendek. Namun diameter asap yang material piroklastik. Ledakan diawali dengan keluarnya magma kental dengan kandungan gas yang tinggi, dimana sebagian kecil tekanan gas mendorong magma terlempar ke udara.

Selain abu tepra, letusan Vulkanian juga meluncurkan gumpalan-gumpalan piroklastik seukuran bola sepak ke udara. Umumnya, letusan Vulkanian ini tidak disertai dengan aliran lava.

Letusan Hidrovulkanik

Bila letusan gunung berapi terjadi di dekat samudra, awan mendung, atau wilayah lembab lainnya, interaksi antara magma dan air dapat dari air ke uap dapat menyebabkan

Letusan hidrovulkanik sangat bervariasi. Sebagian lebih banyak diwarnai oleh letupan-letupan pendek, sebagian lainnya ditandai dengan munculnya bubungan asap yang

bertahan selama beberapa saat. Letusan ini juga dapat melelehkan salju dalam skala besar, yang mengakibatkan terjadinya tanah longsor dan banjir bandang.

Letusan Rekahan (Fissure Eruptions) Tidak semua letusan gunung berapi dimulai dengan ledakan yang disebabkan oleh tekanan gas. Letusan rekahan terjadi apabila magma mengalir ke atas melalui celah-celah di tanah dan bocor keluar ke permukaan. Ini seringkali terjadi pada lokasi dimana pergeseran lempeng menimbulkan retakan besar di penampang bumi, dan mungkin juga menciptakan landasan gunung berapi dengan sebuah lubang di bagian mengeluarkan aliran lava yang sangat berat, meskipun lavanya sendiri umumnya bergerak dengan sangat lamban.

Letusan gunung berapi yang keras bukan saja dapat menghancurkan kota kabupaten, bahkan bisa mengubah sebagian besar atau bahkan iklim sedunia. Karena itu, gunung berapi digolongkan dalam urutan pertama dan memang pantas mendapat sebutan penghancur ekstrem.

(12)

Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung

 Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).

 Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".

 Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuhtumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku)

dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.

 Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.  Tsunami, umumnya dapat terjadi pada

gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder) hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi

 Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.

 Membuat perencanaan penanganan bencana.

 Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.

(13)

Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi

 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.  Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu

letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.  Kenakan pakaian yang bisa melindungi

tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.

 Jangan memakai lensa kontak.

 Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung

 Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi  Jauhi wilayah yang terkena hujan abu  Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena

beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.

 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

Mitigasi Letusan Guning Berapi

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :

 Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.

 Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.

 Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi

pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.

 Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.

(14)

hujan, rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga, dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usaha-usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun meningkatkan fungsi kawasan

Hidrologi : Proses peredaran atau daur ulang air yang berurutan secara terus menerus. Infiltrasi : Proses meresapnya air ke dalam tanah melalui celah atau pori-pori batuan Mikrozonasi : Peta daerah gempa yang berfungsi untuk memberi batasan wilayah mana yang

terkena dampak paling besar jika nanti terjadi bencana gempa. Transpirasi : Proses kehilangan air dalam bentuk uap air.

Gambar

Gambar berikut ini memperlihatkan mekanismepembangkitan sunami oleh gempa

Referensi

Dokumen terkait

menganalisa faktor-faktor tambahan apa saja yang merupakan persyaratan, yang mempengaruhi pemilihan pemenang yang ditunjuk oleh ULP dan persentase perbandingan antara

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Berdasarkan hasil observasi PPL 1, kaitannya dengan pembelajaran bidang studi Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Semarang, saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah sarana

gunakan kipas atau bisa juga bila tidak ada kipas dengan kertas atau lap yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas... KEHADIRAN SEORANG

penelitian ini akan dibahas tentang penggunaan pestisida dengan menggunakan bahan dari daun srikaya dan dlingo sebagai pestisida alami untuk membasmi hama yang berupa belalang

Naskah drama Modus Spionase dalam proses penciptaannya melalui tahapan mengumpulkan data, bersumber pada peristiwa perilaku buruk seorang sipir kemudian dikembangkan

Menurut Pierre Bourdieu (dalam Wibowo, 2011), bahwa istilah habitus merujuk pada kondisi penampakan atau situasi yang habitual, khususnya pada tubuh, Habitus hanya

Pertama, dalam penelitian Ali Trigiyatno yang berjudul “Poligami di kota pekalongan (studi atas putusan pengadilan Agama Pekalongan tentang izin poligami Tahun 2004