• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ijin poligami dengan alasan menghamili c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ijin poligami dengan alasan menghamili c"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGABULKAN

PERMOHONAN IJIN POLIGAMI MENURUT

UNDANG UNDANG NO. 1 TAHUN 1974

DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

(Studi Analisis Terhadap Keputusan Pengadilan Agama Batang

Nomor : 0984/PDT.G/2013/PA.BTG)

Guna memenuhi tugas :

Mata kuliah : Metodologi Penelitian Hukum Dosen : Andi Eswoyo S.A.g

Oleh :

Ahmad Zaenul Maarif

2011111 2004

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupkan sunatullah yang berlaku pada semua makhluk allah untuk memiliki keturunan dan melestarikan hidupnya.1Sebagaimana disampaikan

allah dalam firman-Nya :

م

م ككك

ك للععلعِ ن

ن ككيمج

ع ومزعِ َاككنعقملعخعِ ءْءي

م ككش

ع ِ ل

ل ك

ك ِ نمنوع

ن

ع ومركك

ل ذعتع

)

49

(

Artinya : “Dan segala sesuau kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”2

Pernikahan adalah sebuah proses awal di mana seseorang akan melanjutkan kehidupan bersama pasangannya dalam ikatan suatu rumah tangga, untuk menanamkan pondasi bagi terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang bahagia sesuai dengan aturan Allah SWT, masing-masing suami isteri mempunyai hak dan kewajiban yang saling berkaitan yang harus dipenuhi.

Ketentuan hukum yang mengatur mengenai tata cara perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 (ayat 1) bahwa suatu perkawinan baru dapat dikatakan sebagai perkawinan yang sah menurut hukum apabila perkawinan itu dilakukan menurut masing-masing agama dan kepercayaannya. Dan ayat (2) menentukan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.3

Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 menegaskan ada 6 asas yang prinsipil, di antaranya :

1Candra Sabita Irawan,Perkawinan Dalam Islam:Monogami Atau Poligami, Cet. Pertama (Yogyakarta: An Naba’, 2007), hlm. 01.

2 (QS.Adz-Dzaariaat:49)

(3)

1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

2. Perkawinan sah bilamana dilakukan menurut hukum masing agamanya.

3. Menganut Asas Monogami.

4. Calon suami isteri harus telah masak jiwa-raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan.

5. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dan sejahtara, maka undang-undang ini menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian.

6. Hak dan kedudukan isteri seimbang. (Hukum Perkawinan di Indonesia, 1978, 106)

Pada dasarnya asas dalam pernikahan adalah monogami, dengan kata lain asas monogami yaitu sistem yang hanya memperbolehkan seorang laki–laki hanya boleh menikah dengan satu istri pada jangka waktu tertentu.4 Namun pada

kenyataan tidak sedikit terjadi di masyarakat, seorang suami memiliki lebih dari seorang istri/poligami.

Islam memperbolehkan seorang laki-laki muslim kawin dengan empat orang perempuan dalam satu waktu apabila ia sanggup memelihara dan berlaku adil terhadap isteri-isterinya dalam soal nafkah, tempat tinggal dan pembagian waktu. Apabila khawatir tidak akan berlaku adil, maka dilarang kawin dengan perempuan lebih dari satu, sama seperti dilarang kawin dengan perempuan lebih dari empat. Dalam pengertian umum yang terjadi adalah pengertian poligami di mana seorang suami memiliki lebih dari seorang istri. Dalam prakteknya, awalnya seorang pria kawin dengan seorang wanita seperti layaknya perkawinan monogami, kemudian setelah berkeluarga dalam beberapa tahun, pria tersebut kawin lagi dengan istri keduanya tanpa menceraikan istri pertamanya. Meskipun demikian, sang suami mempunyai alasan atau sebab mengapa diambil keputusan untuk kawin lagi”.

(4)

Karena peristiwa tersebut di atas banyak terjadi di masyarakat, maka muncul beberapa pendapat dan pemahaman terhadap perkawinan poligami, baik itu dari masyarakat awam maupun kalangan intelektual. Di mana umumnya masyarakat masih banyak beranggapan bahwa perkawinan poligami tidak menunjukkan keadilan dan manusiawi. Permasalahan poligami dewasa ini semakin bertambah rumit karena banyak pertentangan oleh berbagai pihak dalam menyetujui diperbolehkannya poligami yang berupa diperketatnya persyaratan pelaksanaan poligami.

Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.Untuk kelancaran pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 19745, telah dikeluarkan peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 yang

mengatur ketentuan pelaksanaan dari Undang-Undang tersebut6. Dalam hal suami

yang bermaksud untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Pengadilan Agama, kemudian di Pengadilan Agama akan memberikan keputusan apakah permohonan tersebut dikabulkankan atau ditolak. Pengadilan Agama dalam tugasnya memberikan putusan tentang permohonan poligami, berpedoman pada aturan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 19747, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta

Kompilasi Hukum Islam pasal 55-598.

Adapun alasan-alasan berpoligami yang dapat diterima oleh Pengadilan Agama diantaranya adalah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 4 yaitu:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan. 3. Istri tidak bisa melahirkan atau mandul.

5 Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang pernikahan 6 Undang – Undang No. 9 Tahun 1974 Tentang pernikahan 7 Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang pernikahan

(5)

Dari kasus-kasus permohonan poligami yang diterima dan dikabulkan oleh Pengadilan Agama Batang ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para pihak mengajukan permohonan ijin poligami. Ada kalanya mereka mengajukan permohonan poligaminya tersebut karena istri mengalami cacat badan, dan ada pula yang beralasan istri tidak bisa melahirkan keturunan yang mana dari alasan-alasan tersebut memang sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam pasal 57 tentang poligami.

(6)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas ada beberapa masalah yang dikaji, yaitu : 1. Bagaimanakah konsep poligami dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam?

2. Apakah pertimbangan Hakim Pengadialan Agama Batang dalam mengabulkan permohonan ijin poligami dalam perkara Nomor 0984/PDT.G/2010/PA.BTG ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui konsep poligami dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

2. Mengetahui sejauh mana pertimbangan hakim Pengadilan Agama Batang dalam mengabulkan permohonan ijin poligami dalam perkara Nomor : 0984/PDT.G/2010/PA.BTG.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Manfaat penelitian dapat dirumuskan secara teoritis dan praktis. Secara teoritis berhubungan dengan metodologi dan secara praktis berhubungan dengan dampak hasil penelitian bagi user (pengguna) :

a. Secara Teoritis

a) Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami ilmu hukum khususnya tentang permohonan ijin poligami di Pengadilan Agama .

(7)

Perkawinan terutama terkait dengan masalah poligami masa kini dan masa yang akan datang.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a) Bagi Hakim.

Dapat menerapkan kaidah-kaidah hukum secara benar dan tepat dalam mempertimbangkan dan menetapkan dasar hukum yang dipakai dalam permasalahan pemberian ijin poligami.

b) Bagi Para Pihak.

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan pemberian ijin poligami. Serta dapat menjadi solusi masalah terkait dengan kasus poligami.

E. Telaah Pustaka

Sebagaimana diketahui bahwa judul skripsi ini adalah “Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Ijin Poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Keputusan Pengadilan Agama Batang Nomor : 0984/PDT.G/2010/PA.BTG)” tidak lain adalah penulis ingin mengungkapkan bagaimana kebijakan yang dilakukan pengadilan agama dalam menyelesaikan masalah ijin poligami, Konsep poligami menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta atas dasar kebijakan seperti apa yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Batang

Untuk membedakan kajian ini dengan kajian sebelumnya di bawah ini akan penulis sebutkan beberapa studi pustaka tentang ketentuan Poligami:

(8)

wanita yang telah dihamili dan calon bayi yang ada dalam janin tersebut. Jika permohonan dikabulkan, alasan suami diizinkan untuk berpoligami masahat wanita yang telah dihamili dan calon anak tersebut relatif terlindungi walaupun hal ini menyakiti dan merugikan istri pertamanya.Jika hal ini diizinkan dapat menjadi preseden buruk di masa depan bagi calon suami lain.Jika permohonan di tolak, maka nasib wanita dan janinnya dipastikan akan amat menderita di samping menderita aib malu, jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum jauh dari tangannya.selain itu terdapat kemungkinan sang suami main mata dengan wanita tersebut lewat jalan belakang alias berselingkuh.Dalam penelitian ini juga memotret poligami yang di praktekkan masyarakat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.Namun penelitian ini sama sekali tidak mengaitkan dengan putusan Pengadilan Agama apalagi sampai menganalisisnya.9

.Kedua, dalam sekripsi tentang alasan izin poligami menurut undang – undang no.1 tahun 1974, oleh Enawati (23108047) Mahasiswa STAIN Pekalongan jurusan syari’ah, menyebutkan bahwa seorang suami yang hendak akan berpoligami itu hendaknya harus mendapatkan izin dari pihak istrinya dan preseteruannya agar tidak menimbulkan kemudhorotan bagi pihak – pihak yang berkepentingan agar terciptanya kemaslahatan bagi semua pihak – pihak bagi istri istrin, suami – suami dan Anak – anaknya dan berkenaan sengan prosedur poligami dimana suami harus mendapatkan izin dari pengadilan.

Dalam undang – undang perkawinan di Indonesia tentang poligami sebenarnya telah berusaha mengatur agar laki – laki yang melakukan poligami adalah laki – laki yang benar benar – benar mampu secara ekonomi menghidupi dan mencukupi seluruh kebutuhan (sandang, pangan dan papan) keluarga, istri – istri dan anak – anak, serta mampu terhadap istri – istrinya sehingga istri – istri dan anak – anak tidak di sia – siakan.

Ketiga, buku ”Pedoman Hidup Berumah Tangga” dalam islam di terbitkan oleh pernada Media Group, kumpulan tulisan M. Ali Hasan, didalanya

(9)

dinyatakan: Masalah Poligami didalam kompilasi hukum islam di sebutkan dalam pasal 55:

1.Beristri lebih dari seorang pada waktu yang bersamaan terbatas hanya sampai emapat orang istri.

2.Sarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri – istrinya dan anak – anaknya.

3.Apabila syarat utama yang disebutkan pada ayat dua suami tidak mungkin temenuhi suami dilarang beristri lebih dari seorang.10

Keempat,

F. Kerangka Teori

G. Metode Penelitian

Penulisan proposal ini didasarkan pada suatu penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Batang di samping itu juga melalui study perpustakaan dengan pembahasan Poligami. Dalam menyusun proposal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Sehubungan dengan judul penelitian yaitu tentang Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Ijin Poligami Menurut Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Keputusan Pengadilan Agama Batang Nomor: 0784/PDT.G/2010/PA.BTG )”, maka metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakkan jenis penelitian kualitatif yakni menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan pengambilan keputusan mengenai hasil putusan Pengadilan Agama Batang.

2. Sumber Data

Dari data yang digali secara global, maka sumber datanya adalah ;

a. Sumber premier, yang terdiri dari ;

(10)

1) Al-qur’an.

2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 3) Intruksi Presiden Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam.

4) Keputusan Pengadilan Agama Batang dengan nomor perkara 0784/PDT.G/2010/PA.BTG.

b. SumberSekunder

Yaitu sumber data yang mendukung atau menunjang dengan penulisan proposal ini berupa buku-buku dan bacaan-bacaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Sebagai pendukung yaitu dokumen - dokumen tertulis yang resmi ataupun yang tidak resmi11. Dokumen yang dimaksud disini adalah

dokumen resmi, yaitu dengan mempelajari gugatan dan putusan Pengadila Agama kota Batang, dengan di damping petugas pemberi informasi di Pengadilan Agama kota Batang.

4. Teknik Analisis Data

Analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian (decomposition), sehingga susunan/ tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau dengan lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.12 Analisa

yang dimaksud disini adalah menganalisa informasi yang menitik beratkan pada penelitian dokumen, menganalisa peraturan dan putusan-putusan hakim. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan :

H. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan Proposal ini penulis menyusun dengan sistematika, dengan harapan agar pembahasan dalam Proposal ini dapat tersusun dengan baik dan memenuhi harapan sebagai karya tulis ilmiah Adapun sistematika dari susunan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I : Dalam bab pendahuluan akan penulis kemukakan mengenai latar

11 Prof.Dr.Djam’an satori,M.A, dan Dr.Aan Komariah,M.P.d, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung,Alfabeta,cv th 2009.)hlm.91.

(11)

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan proposal,

telaah pustaka, metode penulisan proposal dan sistematika

penulisan proposal.

DAFTAR PUSTAKA

Sabita Irawan. Candra. 2007.Perkawinan Dalam Islam:Monogami Atau Poligami, Yogyakarta: An Naba’ Cet. Pertama.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2000. Al-Qur’an dan

Terjemahannya Terjemahannya, Surabaya : Karya Utama.

Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang pernikahan.

Intruksi Presiden Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam. pasal 55-56 Tentang Beristri Lebih Satu Orang.

Ali Trigiyatno, Laporan Hasil Penelitian Poligami di kota pekalongan (studi atas putusan pengadilan Agama Pekalongan tentang izin poligami Tahun 2004 – 2006), (Pekalongan P3M STAIN PEKALONGAN, 2008), hlm.12-13

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga, (Jakarta: prenada Media Group, 2003).Hlm.272 – 273.

Prof.Dr.Djam’an satori,M.A, dan Dr.Aan Komariah,M.P.d, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung,Alfabeta,cv th 2009.)hlm.91.

Referensi

Dokumen terkait

1) nyeri diam, nyeri gerak pada sendi hip sinistra dan nyeri tekan pada otot piriformis , 2) penurunan lingkup gerak sendi hip sinistra, 3) penurunan kemampuan

1) Sistem pembuktian dalam perkara pidana di Indonesia adalah sistem pembuktian berdasarkan undang- undang secara negatif dimana pembuktian harus didasarkan pada

Permasalahan yang timbul seperti terganggunya kesehatan ibu hamil muda, polusi suara atau suara bising, dinding rumah warga yang retak di sekitar wilayah pita penggaduh,

Terkait dengan kriteria Desa Siaga disebutkan bahwa sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa

Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara teraupetik sebagai

Nurul Ulum Welahan tentang kemandirian belajar siswa, maka peneliti berusaha melihat perbedaan antara siswa yang tinggal di pesantren dan di rumah mengenai kemandirian

pengaruh utilitarian value terhadap buying decision pada CV Cahaya Listrik Sungailiat; dan 3) pengaruh hedonic value dan utilitarian value secara bersama-

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Senyawa Asam