• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alasan Pemberian Izin Poligami di PEngadilan Agama Jakarta Selatan (Studi Putusan di PEngadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Alasan Pemberian Izin Poligami di PEngadilan Agama Jakarta Selatan (Studi Putusan di PEngadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2013)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2013)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Ahmad Pakhrusy Syauqi

1110044100063

K O N S E N T R A S I P E R A D I L AN A G A M A

PRODI HUKUM KELUARGA (AL-AKHWAL SYAKHSIYYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai kelengkapan tugas dan memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, terutama disebabkan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kamarusdiana, S.Ag, MH. dan Sri Hidayati, S.Ag, M.Ag. Selaku Ketua dan Sekretaris Program studi Ahwal Al-Syakhsiyah.

3. Dr. H. Umar Al Haddad, MA. Selaku Dosen pembimbing skripsi I.

4. Segenap bapak dan ibu dosen prodi Ahwal Syakhsiyah, khususnya pada konsentrasi Peradilan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung.

5. Segenap jajaran karyawan akademik fakultas dan universitas berikut jajaran karyawan perspustakaan fakultas dan universitas.

6. Umi dan Abiku, Hj. Tihamdah Binti Muslih dan H. Daswati Yahya bin H. Yahya yang dicintai yang tak perlu jemu mendoakan dan senantiasa memberikan didikan, kasih sayang, semangat, perhatian, dorongan serta bantuan keuangan dalam menyelesaikan proses penulisan ini.

7. Para staf di Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memberikan kerjasama yang amat memuaskan kepada penulis.

8. Kakakku, Syahri Fajriyah beserta suami, Maftuh Hafidz dan Pamanku H. Damanhuri beserta isteri, Sukardi beserta Isteri, dan Adik-adikku Faidah Sofwatunnida, Yasa Nabilah, Fajril Wahdi, Salsa, dan Karin yang selalu

memberikan motifasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Saw yang selalu memberi semangat dan mendo’akan agar skripsi ini

dengan mudah terselesaikan.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusun skripsi ini, dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, penulis berharap semoga hasil karya ini bisa bermanfaat bagi semua pihak baik berbagai kalangan.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi langkah awal untuk melakukan studi lanjutan dimasa yang akan datang khususnya berkaitan dengan perkembangan Peradilan Agama. Amin

Jakarta, 17 April 2015

Penulis

(7)

POLIGAMI DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN (STUDI PUTUSAN DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN TAHUN 2013). Skripsi Program Studi

Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 M/1436 H.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak izin poligami yang dikeluarkan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Tahun 2013, untuk mengetahui motif penyebab

terjadinya pemohon melakukan izin poligami, dan untuk mengetahui alasan majelis hakim

dalam memberikan izin poligami.

Penelitian ini menggunakan kualitatif yaitu deskripsi berupa kata-kata, ungkapan,

norma-norma, atau aturan-aturan dari kasus yang diteliti, oleh karena itu penulis berupaya

mencermati mengenai alasan pemberian izin poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Dilihat dari segi tujuan dalam penelitian termasuk penelitian yang bersifat deskriftif analisis.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa seyogyanya hakim tidak terlalu mudah

memberikan izin poligami kepada pemohon, karena mungkin saja si isteri mendapat tekanan

dari suami atau terdapat pemalsuan izin supaya suami dapat melakukan poligami.

Kata Kunci : Alasan Pemberian Izin Poligami

Pembimbing : Dr. H. Umar Al Haddad, MA.

(8)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI...vii

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

D. Studi Review Terdahulu...10

E. Kerangka Teori...11

F. Metode Penelitian...15

G. Sistematika Penulisan...17

BAB II : LANDASAN TEORITIS TENTANG POLIGAMI...19

A. Pengertian Poligami...19

B. Dasar Hukum Poligami...20

C. Syarat-Syarat Poligami...24

(9)

A. Pendapat Ulama Tentang Poligami...28

B. Poligami Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan...29

C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan...32

D. Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam...34

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI...37

A. Deskripsi Putusan Izin Poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pada Tahun 2013...37

B. Jumlah Permohonan Izin Poligami Pada Tahun 2013 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan...43

C. Motif Penyebab Terjadinya Pemohon Melakukan Izin Poligami...49

D. Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Izin Poligami...54

E. Analisis Penulis Tentang Alasan Pemberian Izin Poligami...63

BAB V PENUTUP...71

A. Kesimpulan...71

B. Saran-Saran...73

(10)

2. Surat Tanda Terima Perihal Permohonan Data dan Wawancara Pengadilan

Agama Jakarta Selatan

3. Surat Keterangan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

4. Laporan Tahunan 2013 Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tentang

Perkara Yang Diterima

5. Laporan Tahunan 2013 Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tentang

Perkara Yang Diputus

6. Laporan Perkara Khusus PP. 10 Tahun 1983 JO. PP. NO. 45 Tahun 1990

Bulan Januari sampai dengan Desember 2013

7. Salinan Putusan Tentang Perkara Izin Poligami DiPengadilan Agama

Jakarta Selatan :

a. 0097/Pdt.G/2013/PA JS

b. 0515/Pdt.G/2013/PA JS

c. 1061/Pdt.G/2013/PA JS

d. 1114/Pdt.G/2013/PA JS

(11)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan

manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk

keluarga, perkawinan juga merupakan kodrati manusia untuk memenuhi

kebutuhan seksualnya, sebenarnya sebuah perkawinan tidak hanya

mengandung unsur hubungan manusia dengan manusia yaitu sebagai

hubungan keperdataan tetapi disisi lain perkawinan juga memuat unsur

sakralitas yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya. Hal ini terbukti bahwa

semua agama mengatur tentang pelaksanaan perkawinan dengan peraturannya

masing-masing.1

Prinsip perkawinan menurut undang-undang perkawinan tahun 1974

adalah monogami, sedangkan poligami merupakan pengecualian. Poligami

merupakan salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam

masyarakat, karena mengundang pandangan yang kontroversial. Poligami

adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu

1

(12)

isteri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan perkawinan seperti

itu dikatakan bersifat poligami.2

Ada beberapa pandangan laki-laki dalam melakukan perkawinan

poligami, poligami dikampanyekan karena memiliki sandaran-sandaran

normatif yang tegas dan dipandang menjadi salah satu alternatif untuk

menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi. Tetapi di sisi lain poligami

di tolak dengan beberapa argumentasi, baik yang bersifat normatif,

psikologis, dan ketidakadilan jender.

Dalam syariat Islam, poligami disebabkan oleh beberapa hal yang

wajar, yaitu:

1. Terhalangnya reproduksi generatif, misalnya kemandulan

2. Istri tidak berfungsi sebagai istri

3. Suami yang hiperseks sehingga membutuhkan penyaluran yang

lebih dari seorang istri

4. Jumlah perempuan melebihi laki-laki, dan

5. Istri yang menyuruh suaminya untuk berpoligami Jumlah terkecil

di dunia.3

2

Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet ke 1, hal 43.

3

(13)

Jika ditelusuri alasan dan kepentingan masyarakat Islam Indonesia

melakukan poligami, setidaknya ada tiga faktor besar mengapa mereka

melakukan poligami:

1. Kuatnya budaya patriarkis yang kental dalam masyarakat

Indonesia. Dalam budaya patriarkis, laki-laki mendominasi

seluruh lini kehidupan, dan perempuan hanya merupakan

sub-ordinasi dari laki-laki. Dalam posisi seperti ini perempuan

seolah-olah “terkunci” dan tidak bisa melakukan apa-apa yang

bisa merubah nasibnya.

2. Pemahaman agama yang salah dalam poligami. Interpretasi

agama yang memosisikan isteri hanya sebagai obyek seksual,

tidak memiliki kemandirian sebagai manusia utuh. Ada

sebagian masyarakat yang menilai bahwa poligami itu

merupakan sunnah Rasulullah, bahkan menganggap sebagai

sunnah muakad karena Rasulullah sendiri juga berpoligami.

3. Lumpuhnya sistem hukum di Indonesia sehingga terjadi sikap

dualisme terhadap UU Perkawinan dan perturan-peraturan yang

lainnya.4

Dapat difahami mengapa data yang ada di Pengadilan Agama sedikit

sekali yang melakukan ijin poligami. Sebut saja di Pengadilan Agama Jakarta

4

(14)

Selatan Tahun 2013 tentang perizinan poligami terdapat 10 perkara yang

diterima, dan terdapat 6 perkara yang diputus.

Alasan pemohon terhadap izin poligami dan tidak sedikit dari mereka

memiliki alasan dan bertentangan dengan undang-undang nomor 1 tahun

1974 pasal 4 tentang perkawinan, yang dijadikan alasan pemohon poligami di

tahun 2013 adalah antara lain:

a. Termohon tidak bisa lagi melayani pemohon dalam hal

hubungan suami isteri/biologis pasca melahirkan 10 tahun yang

lalu, sementara pemohon masih muda dan memerlukan

kebutuhan itu.

b. Pemohon ingin memiliki putra (anak laki-laki) yang selama ini

didambakan oleh pemohon.

c. Termohon tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri

tidak dapat melahirkan banyak keturunan.

d. Pemohon ingin mempunyai keturunan

e. Termohon sudah tidak mampu lagi memberikan nafkah batin

kepada pemohon, dan calon isteri kedua pemohon mengatakan

pernah melakukan hubungan suami isteri sebelumnya.

Alasan yang umum dijadikan pemohon dalam melakukan izin

poligami yaitu “pemohon sangat khawatir apabila antara pemohon dengan

calon isteri pemohon tidak segera melangsungkan pernikahan akan terjadi

(15)

Pada faktanya, masih terdapat beberapa putusan yang dianggap di luar

ketentuan syarat pasal 4 ayat 2 UU no.1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Seharusnya salah satu dari ketentuan pasal 4 ayat 2 itu harus ada untuk dapat

mengajukan permohonan poligami.

Dalam hal ini isteri sudah memberikan izin kepada suami untuk

berpoligami dan si suami memberikan pernyataan akan menjamin berlaku

adil dengan melihat penghasilan yang dimilikinya. Kemudian pembuktian

yang hanya berdasarkan kesaksian kepada para saksi saja, padahal pernikahan

tersebut (pemohon & termohon) telah hidup rukun sebagaimana layaknya

suami isteri dan ingin memiliki keturunan laki-laki sedangkan pasangan ini

hanya dikaruniai keturunan perempuan. Dan ada juga yang hidup rukun tetapi

isteri merasa trauma apabila melakukan hubungan intim dan merasa trauma

apabila melahirkan.

Oleh sebab itu maka seyogyanya hakim tidak terlalu mudah

memberikan izin poligami kepada pemohon, karena mungkin saja si isteri

mendapat tekanan dari suami atau terdapat pemalsuan izin supaya suami

dapat melakukan poligami.

Didalam prosesnya pengadilan harus melakukan pemeriksaan sejak

diterimanya surat permohonan beserta lampiran-lampiranya. Pengadilan juga

harus memanggil dan medengarkan alasan-alasan isteri mengizinkan

suaminya melakukan poligami. Apakah itu alasan-alasan isteri sudah

(16)

maka pengadilan harus meneliti apakah ada atau tidaknya syarat-syarat

tertentu secara kumulatif.

Ada dua hal yang harus diberikan penegasan yakni:

1. Poligami hanya bisa dilakukan apabila memperoleh izin dari

pengadilan.

2. Pengadilan hanya akan mengeluarkan izin apabila poligami itu

dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutann ( isteri

pertama, isteri kedua dan atau seterusnya, dan suami ).

Adapun persyaratan yang harus dilengkapi oleh orang yang

mengajukan dispensasi poligami adalah cukup alasan. Alasan tersebut seperti

yang tercantum dalam pasal 4 ayat 2 undang-undang tentang perkawinan

adalah:

1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Dalam pasal 5 ayat 1 diperjelas lagi untuk dapat mengajukan

permohonan kepada pengadilan, sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 1 UU

ini, harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

(17)

2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.

3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anak mereka.5

Untuk membedakan persyaratan yang ada dalam pasal 4 dan 5 adalah,

pada pasal 4 disebut dengan persyaratan alternatif yang artinya salah satu

harus harus ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan

pasal 5 adalah persyaratan kumulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi

suami yang akan melakukan poligami.6

Untuk menjawab hal tersebut penulis menuangkan dalam sebuah

skripsi yang berjudul “ ALASAN PEMBERIAN IZIN POLIGAMI

DIPENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN (STUDI PUTUSAN DIPENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN PADA TAHUN 2013).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dan menimbulkan

interpretasi yang berbeda dari tujuan penulisan skripsi, maka penulis

membatasi masalah dalam skripsi ini pada persoalan berapa banyak izin

5

Yayan Sopyan, ISLAM NEGARA Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Jakarta: Pt Wahana Semesta Intermedia, 2012), Cet Ke 2, hal 162-163.

6

(18)

poligami pada tahun 2013 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, motif

penyebab terjadinya pemohon melakukan izin poligami, dan alasan majelis

hakim dalam memberikan izin poligami.

2. Perumusan Masalah

Seperti yang tercantum dalam pasal 4 ayat 2 undang-undang tentang

perkawinan adalah Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

isteri, Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

apabila seorang suami ingin melakukan poligami, Tetapi dalam hal ini tidak

ada penjelasan atau alasan yang signifikan dengan pasal 4 ayat 2

undang-undang tentang perkawinan. seperti karena isteri trauma dalam melakukan

hubungan intim dan melahirkan, dan isteri tidak bisa memiliki keturunan

laki-laki, padahal mereka sudah memiliki anak perempuan dan hidup rukun seperti

keluarga rukun pada umumnya.

Untuk memudahkan arah pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis

merinci masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

1. Berapa banyak izin poligami yang dikeluarkan Pengadilan

Agama Jakarta Selatan pada Tahun 2013?

2. Apa yang menjadi motif penyebab terjadinya pemohon

melakukan izin poligami?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui berapa banyak izin poligami yang

dikeluarkan Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Tahun

2013.

b. Untuk mengetahui motif penyebab terjadinya pemohon

melakukan izin poligami.

c. Untuk mengetahui alasan majelis hakim dalam memberikan

izin poligami.

2. Manfaat penelitian

a. Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dibidang

hukum perdata serta mengembangkan ilmu di bidang syariah,

khususnya dalam bidang perkwainan dan mengetahui dasar

hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara

pemberian izin poligami.

b. Secara praktis, agar masyarakat mengetahui gambaran

pengaturan poligami dalam hukum islam dan

(20)

D. Studi Review Terdahulu

Beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang

kajian yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah :

No Nama Penulis/Judul/Tahun Subtansi Pembeda

1. Anita Harun Tagun. Analisis

yuridis penetapan pengadilan

agama jakarta timur tentang

permohonan izin poligami.

Perkara

2. Awaludin. Urgensi

undang-undang no.1 tahun 1974

terhadap perilaku izin

poligami (studi kasus di

pengadilan agama Jakarta

Barat). Fakultas syari‟ah dan

(21)

hukum. 2007 dalam

Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

polus yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila

pengertian kata ini digabungkan, maka poligami akan berarti suatu

perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang. Pengertian poligami,

menurut bahasa Indonesia, adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak

memiliki/mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan.7

Poligami tidak lagi merupakan tindakan semata-mata urusan pribadi,

tetapi juga menjadi urusan kekuasaan negara yakni mesti ada izin Pengadilan

7

(22)

Agama. Tanpa izin Pengadilan Agama perkawinan itu dianggap poligami liar,

tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat walaupun dilakukan

dihadapan pegawai pencatat nikah.8

Islam membolehkan laki-laki tertentu melaksanakan poligami sebagai

alternatif ataupun jalan keluar untuk mengatasi penyaluran kebutuhan seks

laki-laki atau sebab-sebab lain yang mengganggu ketenangan batinnya agar

tidak sampai jatuh ke lembah perzinaan maupun pelajaran yang jelas-jelas

diaharamkan agama. Oleh sebab itu, tujuan poligami adalah menghindari agar

suami tidak terjerumus ke jurang maksiat yang dilarang islam dengan mencari

jalan yang halal, yaitu boleh beristri lagi (poligami) dengan syarat bisa

berlaku adil.9

Orang-orang menganggap poligami adalah suatu dosa, kenapa?

Karena banyak orang yang celaka dalam mempraktekkan poligami, dimana

dia hanya mengambil hukum Allah akan bolehnya poligami, dan

meninggalkan hukum Allah tentang kewajiban berlaku adil, sedangkan sistem

Ilahiyah harus diambil secara menyeluruh. Mengapa seorang istri tidak suka

dipoligami? Karena dia menyaksikan bahwa sang suami jika melakukan

poligami, maka suaminya akan meninggalkannya dengan segala kebaikan,

8

Tihami & Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Cet ke-1, hal 369.

9

(23)

perhatian, dan kelembutannya untuk istri barunya. Maka menjadi suatu yang

logis jika seorang wanita membenci dipoligami dengan wanita lain.10

Dasar pokok yang membolehkan poligami adalah firman Allah Swt

“ Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Salah satu syarat dalam poligami yaitu bisa berlaku adil, adil disini

meliputi semua aspek diantaranya ialah: aspek ekonomi, aspek jatah giliran,

aspek kasih sayang, aspek perlindungan, dan yang terpenting para istri

mempunyai hak yang sama “mempunyai suami”.11

Adapun penjelasan dalam pasal 4 dan 5 UU perkawinan dan juga

disebutkan beberapa aspek yang meliputi syarat poligami haruslah terpenuhi.

10

Karam Hilmi Farhat, POLIGAMI dalam pandangan islam, Nasrani, dan Yahudi, (Jakarta: Darul Haq, 2007), Cet ke-I, hal 38.

11

(24)

Bila syarat dan aspek tersebut terpenuhi dapat memungkinkan perizinan

dalam melakukan poligami.

Dan apabila perkawinan poligami itu tidak dilaksanakan sebagaimana

ketentuan UU Perkawinan, maka perkawinan poligami itu harus dinyatakan

tidak sah, dinyatakan batal demi hukum, dan dianggap tidak terjadi.12

Untuk bolehnya seseorang berpoligami, sebagai tambahan dari

syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam agama islam, tidak diperbolehkan

seseorang berpoligami, kecuali jika memang benar-benar ada motif yang

baik, yang mendorong dia untuk berpoligami. Dan ada tidaknya motif itu

diserahkan kepada penilaian dan pengawasan hakim. Jadi, jika ada orang

yang ingin berpoligami, maka ia diharuskan untuk menghadap Hakim di meja

hijau, untuk mengemukakan alasan-alasan, apa sebabnya ia ingin

berpoligami, dan bahwa alasan-alasanya itu merupakan motif yang benar

menurut agama, dan sesuai dengan syari‟at Islam.

Kemudian, menilai alasan-alasan yang dikemukakan orang yang ingin

berpoligami itu termasuk dalam wewenang Hakim. Jika Hakim merasa yakin

bahwa alasan yang dikemukakan oleh orang itu adalah benar, maka hakim

berhak untuk memberi izin kepada orang itu untuk berpoligami. Sebaliknya,

jika Hakim tidak percaya tentang alasan yang dikemukakannya itu, maka

Hakim berhak untuk menolak permintaannya untuk berpolgami. Dan

12

(25)

akibatnya orang itu dilarang berpoligami, berupa larangan menurut

Undang-Undang Negara.13

F. Metode Penelitian 1. Jenis Data

Dilihat dari segi datanya, penelitian ini merupakan kualitatif yaitu

deskripsi berupa kata-kata, ungkapan, norma-norma, atau aturan-aturan dari

kasus yang diteliti, oleh karena itu penulis berupaya mencermati mengenai

alasan pemberian izin poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dilihat

dari segi tujuan dalam penelitian termasuk penelitian yang bersifat deskriftif

analisis yaitu penelitian lapangan yang menggambarkan data-data dan

informasi di lapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam.

2. Sumber Data

Secara umum data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari

data primer dan data sekunder. Data primer sebagai data utama dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

wawancara terhadap pihak yang terkait dengan permasalahan yang penulis

bahas. Sedangkan data sekunder adalah putusan atau berkas perkara poligami

Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2013 dan beberapa

dokumentasi hukum yang terkait dengan permasalahan izin poligami.

13

(26)

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapunpengumpulan data yang penulis gunakan dalam menghimpun

seluruh data dan fakta yang menunjang permasalahan adalah sebagai berikut :

a. Studi Putusan Yurisprudensi

Studi putusan yurisprudensi yaitu teknik pengumpulan

putusan yang sistematis dari keputusan Mahkamah Agung dan

keputusan Pengadilan tinggi yang diikiuti oleh hakim lain

dalam memberikan keputusan sosial yang sama.14 Dalam hal

ini, studi putusan yurisprudensi yang dilakukan adalah studi

putusan tentang izin poligami di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pada tahun 2013.

b. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh

landasan teoritis berupa konsep dari beberapa literatul yang

terkait dengan materi pokok permasalahan yang akan penulis

bahas, baik dari buku-buku karangan ilmiah, Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Kompilasi Hukum Islam serta peraturan

lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

c. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan analisis yurisprudensi yang

14

(27)

dilakukan yaitu studi putusan tentang izin poligami di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2013, sehingga

didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten,

dan sistematis sesuai dengan tujuan yng dikehendaki penulis

dalam penulisan proposal skripsi ini.

d. Pedoman Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “buku

pedoman penulisan skripsi tahun 2012” yang diterbitkan oleh

fakultas Syariah dah hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

BAB perbab, dimana antara BAB yang satu dengan BAB yang lainnya

mempunyai keterkaitan. Sistematika yang dimaksudkan adalah sebagai

berikut:

BAB I merupakan bab pendahuluan yang memuat beberapa sub-bab, diantaranya adalah: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review terdahulu, kerangka

teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II didalamnya mengurai landasan teoritis mengenai poligami yang menyangkut tentang: Pengertian poligami, dasar hukum poligami,

(28)

BAB III mengurai tentang: pendapat ulama tentang poligami, poligami menurut Undang-Undang no.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan poligami menurut

Kompilasi Hukum Islam.

BAB IV menjelaskan tentang alasan pemberian izin poligami di pengadilan agama jakarta selatan yang didalamnya terdiri dari: deskripsi putusan

pengadilan agama jakarta selatan, berapa banyak izin poligami pada Tahun

2013 di pengadilan agama jakarta selatan, motif penyebab terjadinya

pemohon melakukan izin poligami, alasan majelis hakim dalam memberikan

izin poligami, dan analisis penulis tentang alasan pemberian izin poligami.

BAB V adalah penutup yang merupkan kesimpulan dari keseluruhan bab terdahulu yang mana didalamnya juga dikemukakan saran-saran sebagai jalan

pemikiran penulis dalam rangka membantu mengemukakan jalan keluar dari

(29)

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan

dari dua kata yakni “poli” atau “polus” yang artinya banyak, dan kata

“gamein” atau “gamos” yang artinya kawin atau perkawinan. Jika

digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. Kalau dipahami

dari definisi ini, maka sah untuk mengatakan bahwa arti poligami adalah

perkawinan banyak, dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas. Dari

uraian di atas dapat disimpulkan poligami adalah suatu sistem perkawinan di

mana seorang pria mengawini lebih dari seorang istri dalam waktu yang

bersamaan.15

Menurut Sayyid Sabiq, poligami adalah satu ajaran Islam yang sesuai

dengan fitrah kaum laki-laki. Laki-laki adalah makhluk Allah yang memiliki

kecenderungan seksual lebih besar dibandingkan dengan kaum perempuan,

dengan adanya poligami dapat menghindarkan kaum laki-laki melakukan

perzinaan, melatih menjadi pemimpin yang adil dalam kehidupan dan

pengelolaan keluarga dan rumah tangganya. Keadilan terhadap istri-istri

adalah barometer pertama pemimpin yang akan berlaku adil atas rakyat yang

dipimpinnya.16

15

Yayan Sopyan, ISLAM NEGARA Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Jakarta: Pt Wahana Semesta Intermedia, 2012), Cet Ke 2, hal 139-140.

16

(30)

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

pengertian poligami adalah “Ikatan perkawinan yang salah satu pihak

memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang

bersamaan.”17

Poligami merupakan salah satu bentuk pernikahan yang diatur dalam

hukum islam. Mengacu pada hukum islam (fiqih), poligami merupakan

bentuk pernikahan yang diperbolehkan. Mayoritas ulama memperbolehkan

pernikahan poligami, dan pandangan kebolehan pernikahan poligami ini

didasarkan pada ayat al-Quran yang menyatakan bahwa sorang muslim

laki-laki boleh melakukan pernikahan dengan satu, dua, tiga, dan empat wanita

yang baik, seperti tercantum dalam ayat keempat surat an-Nisa ayat 3. Ayat

tersebut kemudian dipahami sebagai sebuah dasar pembolehan praktik

pernikahan poligami secara umum. Dengan penekanan pada kalimat

berikutnya yang menyinggung tentang keadilan yang harus dipenuhi suami.18

B. Dasar Hukum Poligami

Poligami adalah sistem yang cukup dominan sebelum datangnya Islam,

kemudian datanglah Islam dengan membolehkan poligami ketika poligami itu

merupakan sistem yang sangat kuat di dalam kehidupan masyarakat Arab,

yang merupakan konsekuensi dari tabiat biologis dan realita sosial mereka.

Islam yang lurus tidak melarang poligami, tetapi juga tidak membiarkannya

tanpa aturan, akan tetapi islam mengaturnya dengan syarat-syarat Imaniyah

17

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 18.

18

(31)

yang jelas disebutkan dalam hukum-hukum Al-Qur‟an. Maka Islam

membatasi poligami hanya sampai empat orang, dimana di zaman jahiliyah

dulu tanpa batas.perhatikan Firman Allah Swt, dalam surat An-nisa Ayat 3,

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja,

atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat

kepada tidak berbuat aniaya.”

Di antara keagungan ayat ini tampak jelas bahwa bolehnya

poligami dan pembatasannya dengan empat orang, datang dibarengi

kekhawatiran berlaku zhalim kepada perempuan yatim.19

Dan di dalam Al-Qur‟an surat An-nisa ayat 129 menyebutkan:



(32)

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara

isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu

janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga

kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan

perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa keadilan tidak mungkin dapat

dicapai jika berkaitan dengan perasaan atau hati dan emosi cinta. Keadilan

yang harus dicapai adalah keadilan materiil semata-mata, sehingga seorang

suami yang poligami harus menjamin kesejahteraan isteri-isterinya dan

mengatur waktu gilir secara adil. Sayyid Sabiq (1987 : 172).20

Nabi Shallallahu „alaihi Wassalam menjelaskan hal ini dengan

sabda beliau:

ادبأ

َّ

دع

تْ ب

َّ

سر

تْ ب

ع تْجت

ل

َّ

ْ

،

ا ارح

حأ

ل

لاح

ُمّرحأ ُتْسل ىّنإو

“Sungguh aku tidak mengharamkan yang halal atau mengharamkan yang

halal, akan tetapi demi Allah, tidak akan berkumpul putri Rasul Allah dan

anak perempuan musuh Allah pada seorang laki-laki selamanya.” [HR.

Bukhari dan Muslim]”.

20

(33)

Mengomentari hadits di atas Ibnu At-Tîn berkata: “Pendapat paling

tepat dalam menafsirkan kisah ini adalah, bahwasanya Nabi Shallallahu

„alaihi Wassalam mengharamkan Ali mengumpulkan putri beliau dengan

anak perempuan Abu Jahal karena akan menyakiti beliau, dan menyakiti Nabi

hukumnya haram, berdasarkan ijma‟. Adapun sabda Nabi Shallallahu „alaihi

Wassalam: “Aku tidak mengharamkan perkara yang halal‟, maksudnya, dia

(anak perempuan Abu Jahal) itu halal dinikahi oleh Ali jika saja Fatimah

bukan istrinya. Adapun mengumpulkan keduanya akan menyakiti Nabi

Shallallahu „alaihi Wassalam karena merasa tersakitinya Fathimah, maka hal

itu tidak dibolehkan.”Pelarangan bukan karena “tersakitinya” Fathimah ra,

melainkan tersakitinya Nabi Shallallahu „alaihi Wassalam lantaran

tersakitinya Fatimah, dan umat sepakat tentang keharaman menyakiti Nabi

Shallallahu „alaihi Wassalam.21

َنْمَلْسَأَف ِةيِلِاَجْلا يِف ٍةَوْسِن ُرْشَع َُلَو َمَلْسَأ يِفَق ثلا َةَمَلَس َنْب َن ََْيَغ نَأ َرَمُع ِنْبا ْنَع

َُعَم

(

يديمرت اور

)

ََ

ّنُهْ ِم اًعَ بْرَأ

َر يَخَتَ ي ْنَأ َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص يِب لا َُرَمَأَف

"Dari ibnu Umar, bahwa Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam,

sedangkan ia mempunyai sepuluh orang istri pada zaman Jahiliyah, lalu

mereka juga masuk Islam bersamanya, kemudian Nabi SAW memerintahkan

21

(34)

Ghailan untuk memilih (mempertahankan) empat diantara mereka. (HR.

Tirmidzi)."

Hadits tersebut di atas, membicarakan tentang Ghailan Ats-Tsaqafi

yang mana sebelum masuk Islam mempunyai sepuluh orang istri. Ketika ia

masuk Islam ke sepuluh orang istrinya itu turut masuk Islam bersamanya.

Oleh karena dalam Islam seorang laki-laki tidak boleh beristri lebih dari

empat, maka Nabi menyampaikan hadits di atas. Yakni, menyuruh atau

memerintah mempertahankan empat diantara mereka dan menceraikan yang

lainnya.22

C. Syarat-syarat Poligami

Meskipun poligami menurut undang-undang diperbolehkan, beratnya

persyaratan yang harus ditempuh mengisyaratkan bahwa pelaksanaan

poligami di Pengadilan Agama menganut prinsip menutup pintu terbuka,

artinya poligami itu tidak dibuka, kalau memang tidak diperlukan dan hanya

dalam hal atau keadaan tertentu pintu dibuka (Rahmat Hakim, 2000: 121).23

Pasal-pasal dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang

berkaitan langsung dengan poligami adalah dalam pasal 4 dan pasal 5. Dalam

pasal 4 yang terdiri dari 2 ayat berisi sebagai berikut:

22

Journeylife-harun.blogspot.com,”poligami dalam perspektif hadits”, Artikel diakses pada 9 Februari 2015 dari http://journeylife-harun.blogspot.com/2009/11/poligami-dalam-perspektif-hadits.html

23

(35)

1. Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang

sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini,

maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan daerah

tempat tinggalnya.

2. Pengadilan dimaksud ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin

kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang

apabila;

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Di dalam pasal 5 dijelaskan bahwa untuk dapat mengajukan

permohonan ke pengadilan, sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1)

undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan dari istri-istri

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri

dan anak-anak mereka.24

24

(36)

Poligami merupakan pintu darurat [emergency exit] yang hanya

bisa dibuka dalam keadaan darurat saja.25

Jadi, jika ada orang yang ingin berpoligami, maka ia ditugaskan untuk

bersiap-siap menghadap pak hakim di meja hijau, untuk mengemukakan

alasan-alasan, apa sebabnya ia berpoligami, dan bahwa alasan-alasannya itu

merupakan motif yang benar menurut agama, dan sesuai dengan syari‟at

Islam.26

D. HIKMAH POLIGAMI

Sayyid Sabiq yang menerangkan hikmah berpoligami cukup panjang,

dan disini dikemukakan ringkasanya sebagai berikut:

1. Sebagai karunia dan rahmat Allah, dan menjadi diperlukan

untuk kemakmuran dan kemaslahatan.

2. Memperbesar jumlah umat karena “ Keagungan itu

hanyalah bagi yang berjumlah banyak.”

3. Mengurangi jumlah janda sambil menyantuni mereka.

4. Mengantisipasi kenyataan bahwa jumlah wanita berlebih

dibandingkan pria.

5. Mengisi tenggang waktu yang lowong berhubungan secara

kodrati pria itu lebih panjang masa membutuhkan

berhubungan seks baik karena dalam usia lanjut yang

25

Yayan Sopyan, ISLAM NEGARA Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Jakarta: Pt Wahana Semesta Intermedia, 2012), Cet Ke 2, hal 159.

26Abdul Nasir Taufiq Al „Athar, Polygami Di Tinjau Dari Segi Agama, Sosial, dan

(37)

wanita sudah tidak membutuhkan sementara pria tetap saja,

ataupun karena tenggang waktu sebab haid dan nifas.

6. Dapat mengatasi kalau istri (pertama) mandul, dan

7. Sebaliknya di tempat yang menganut pemaksaan monogami

terlahir banyak kefasikan, banyak wanita tuna susila, dan

banyak pula anak di luar nikah.27

Peraturan tentang poligami dan praktiknya di dunia Islam mempunyai

manfaat besar yang membersihkan masyarakat dan akhlak yang tercela dan

menghindarkan penyakit masyarakat yang banyak timbul di negara-negara

yang tidak mengenal poligami.28

27

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 1995), Cet ke I , hal 166.

28

(38)

BAB III

POLIGAMI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DI INDONESIA

A. Pendapat Ulama Tentang Poligami

Imam Syafi‟i, Hanafi, Maliki dan Hambali berpendapat bahwa seorang

suami boleh memiliki istri lebih dari satu, karena dalam agama Islam

seseorang laki-laki dibolehkan mengawini lebih dari satu tetapi dibatasi hanya

sampai empat orang istri. Akan tetapi kebolehannya tersebut memiliki syarat

yaitu berlaku adil antara perempuan-perempuan itu, baik dari nafkah atau

gilirannya. Para Imam di atas juga memberikan saran, apabila tidak bisa

berlaku adil, hendaknya beristri satu saja itu jauh lebih baik. Para Ulama Ahli

Sunnah juga telah sepakat, bahwa apabila seorang suami mempunyai istri

lebih dari empat maka hukumnya haram. Dan perkawinan yang kelima dan

seterusnya dianggap batal dan tidak sah, kecuali suami telah menceraikan

salah seorang istri yang empat itu dan telah habis pula masa iddah-nya.

Dalam masalah membatasi istri empat orang saja, Imam Syafi‟i berpendapat

bahwa hal tersebut telah ditunjukkan oleh Sunnah Rasulullah saw sebagai

penjelasan dari firman Allah, bahwa selain Rasulullah tidak ada seorangpun

yang dibenarkan nikah lebih dari empat perempuan.29

29 Rahmat Yudistiawan, “hukum poligami jumlah istri dan syarat adil dalam poligami”,

Artikel diakses pada 9 Februari 2015 dari

(39)

Perlu diketahui, poligami tersebut hanya dibolehkan dengan syarat,

yaitu bila suami yang melakukan poligami tersebut bisa berlaku adil terhadap

isteri-isterinya.30

B. Poligami Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Poligami di Indonesia juga disahkan Sesuai Ketentuan Pasal 3 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu :

Ayat 1 Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami.”

Ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan tersebut di atas membuka kemungkinan seorang suami

dapat melakukan poligami apabila dikehendaki oleh istri pertama tentunya

dengan ijin pengadilan.

Ayat 2a Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk

beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang

bersangkutan.”

Ayat 2b. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian,

atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2

30

(40)

(dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian

dari Hakim Pengadilan.

Adapun syarat utama yang harus dipenuhi adalah suami mampu

berlaku adil terhadap istri istrinya dan anak-anaknya, akan tetapi jika

si suami tidak bisa memenuhi maka suami dilarang beristri lebih dari satu.

Disamping itu si suami harus terlebih dahulu mendapat ijin dari pengadilan

agama, jika tanpa ijin dari pengadilan agama maka perkawinan tersebut

tidak mempunyai kekuatan hukum. Apabila seorang suami bermaksud untuk

beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara

tertulis kepada Pengadilan, sesuai yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu:

Ayat 1 : Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang,

sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-undang ini, maka ia

wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat

tinggalnya.”

Pengadilan agama, baru dapat memberikan ijin kepada suami untuk

berpoligami apabila ada alasan yang tercantum sesuai dengan

persyaratan-persyaratan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan yaitu:

Ayat 2 : Pengadilan dimaksud data ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin

kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila :

(41)

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak

dapat disembuhkan.

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.”

Untuk mendapatkan ijin dari pengadilan, suami harus pula memenuhi

syarat-syarat tertentu disertai dengan alasan yang dapat dibenarkan.

Tentang alasan yang dapat dibenarkan ini lebih lanjut diatur dalam Pasal

5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang

menentukan:

Ayat 1 : Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus

dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak

mereka.

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anak mereka.”

“Ayat 2 : Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian,

(42)

(dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat

penilaian dari Hakim Pengadilan.” 31

C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dalam PP No. 9 Tahun 1975 mengatur lebih terperinci tentang

Pelaksanaan poligami atas UUP no 1 tahun 1974 tentang Pelaksanaan beristri

lebih dari seorang. Yaitu :

Pasal 40

Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang

maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan.

Pasal 41

Pengadilan kemudian memeriksa mengenai:

1. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami

kawin lagi, ialah:

a. Bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya

sebagai isteri.

b. Bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang

tidak dapat disembuhkan.

c. Bahwa isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

2. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan

maupun tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan

lisan, persetujuan itu harus diucapkan didepan sidang

pengadilan.

3. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak, dengan

memperlihatkan:

31Manfiroceanscienceoflaw, “

(43)

a. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang

ditanda-tangani oleh bendahara tempat bekerja atau.

b. Surat keterangan pajak penghasilan atau.

c. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh

Pengadilan.

4. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil

terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan

atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan

untuk itu.

Pasal 42

1. Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada Pasal 40 dan

41, Pengadilan harus memanggil dan mendengar isteri yang

bersangkutan.

2. Pemeriksaan Pengadilan untuk itu dilakukan oleh Hakim

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya, surat permohonan

beserta lampiran-lampirannya.

Pasal 43

Apabila Pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon

untuk beristeri lebih dari seorang, maka Pengadilan memberikan putusannya

yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang.

Pasal 44

Pegawai Pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan

seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya izin

Pengadilan seperti yang dimaksud dalam Pasal 43. 32

32Manfiroceanscienceoflaw, “

(44)

D. Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam

Ketentuan pasal-pasal tentang poligami, sebagaimana diatur pada bab

IX KHI, ternyata syarat-syarat yang diberikan tidak hanya bersifat substansial

tetapi juga syarat-syarat formal.

Pertama, pasal 55 yang memuat syarat substansial dari pendapat

poligami yang melekat pada seorang suami yaitu terpenuhinya keadilan yang

telah ditetapkan, bunyi dalam pasal 55:

1. Beristeri lebih satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya

sampai empat isteri.

2. Syarat utaama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku

adil terhadap ister-isteri dan anak-anaknya.

3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin

dipenuhi, suami dilarang beristeri dari seorang.

Syarat ini adalah inti dari poligami, sebab dari sinilah munculnya

ketidak sepakatan dalam hukum akan adanya poligami. Dan dipertegas pula

didalamnya bahwa apabila keadilan tidak dapat dipenuhi maka seorang suami

dilarang berpoligami.

Kedua, pasal 56 yang berbunyi:

1. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin

dari Pengadilan Agama.

2. Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut

pada tata cara sebagaimana diatur dalam Bab.VIII Peraturan Pemeritah

No.9 Tahun 1975.

3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat

tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Pasal 56 diatas merupakan syarat-syarat formal poligami yang harus

dijalani seorang suami. Peraturan ini dibuat sebagai perlindungan hukum bagi

pelaku poligami karena di Indonesia adalah negara hukum sehingga segala

urusan hubungan manusia maka pelaksanaannya harus diketahui oleh instansi

yang berwenang yaitu Pengadilan Agama (PA).

(45)

Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang

akan beristeri lebih dari seorang apabila :

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri.

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan.

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 57 diatas merupakan syarat-syarat substansial yang melekat pada

seorang isteri yaitu kondisi-kondisi nyata yang melingkupinya sehingga

menjadi alasan logis bagi seorang suami untuk berpoligami.

Keempat, pasal 58 yang berbunyi:

1. Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk

memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat

yang ditentukan pada pasal 5 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yaitu :

a. Adanya pesetujuan isteri.

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

ister-isteri dan anak-anak mereka.

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anak mereka.

2. Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 41 huruf b Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975, persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat

diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada

persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan

isteri pada sidang Pengadilan Agama.

3. Persetujuan dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diperlukan bagi

seorang suami apabila isteri atau isteri-isterinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari isteri atau isteri-isterinya

sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab lain yang perlu

mendapat penilaian Hakim.

Pasal 58 diatas merupakan syarat-syarat formal yang diperankan

(46)

yang melibatkan instansi yang berwenang. Aturan-aturan ini sebagai

antisipasi untuk menjaga hubungan baik dalam keluarga setelah berjalannya

keluarga poligami.

Kelima, pasal 59 yang berbunyi:

Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan

izin untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan

yang diatur dalam pasal 55 ayat (2) dan 57, Pengadilan Agama dapat

menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar isteri

yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan terhadap

penetapan ini isteri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.

Bunyi pasal 59 diatas menjelaskan sikap Pengadilan Agama untuk

bertindak dalam menghadapi perkara poligami dari isteri yang saling

mempertahankan pendapatnya. Dengan demikian ketentuan poligami dalam

KHI tidak bertentangan dengan ruh nash.33

33pe adaris a.wordpress.co ,

(47)

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

A. Deskripsi Putusan Izin Poligami Dipengadilan Agama Jakarta Selatan Pada Tahun 2013

Dari perkara-perkara tersebut penyusun akan mendeskripsikan 5 (lima)

putusan yang bisa mewakili dari 7 (Tujuh) putusan sesuai dengan variasi

alasan suami mengajukan izin poligami, Namun karena beberapa kendala,

penyusun hanya mampu menemukan 7 putusan.34 sedangkan perinciannya

sebagai berikut:

1. Putusan Nomor : 0097/Pdt.G/2013/PA JS

Perkara ini didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan pada tanggal 11 Januari 2013, perubahannya pada

tanggal 31 Januari 2013, dan telah diputus pada tanggal 7 Februari

2013 dengan putusan mengabulkan permohonan pemohon yaitu

izin melakukan poligami. adapun perinciannya adalah:

Pemohon : Mz. Muttaqin, AMD bin Umar Hamid, umur 37

tahun, agama Islam, pekerjaan karyawan swasta, tempat tinggal di

jalan keuangan I No. 20B Komp. Keuangan Cilandak Jakarta

Selatan.

34

(48)

Termohon : Nurul Badriyah binti kusnan, umur 35 tahun,

agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di jalan

keuangan I No. 20B Komp. Keuangan Cilandak Jakarta Selatan.

Calon isteri kedua pemohon : Apridina Kurniawaty, SH.

Karyawan, Islam, Sarjana Hukum, palembang/29 april1976,

tempat tinggal jl. Tebet Barat Dalam IX D/ 18 RT 002/006 kel.

Tebet Barat Kec.Tebet Jakarta Selatan.

Pada tanggal 3 Maret 2002 pemohon dan termohon

melangsungkan pernikahan, pemohon dan termohon telah hidup

sebagaimana layaknya suami dan isteri dan telah lahir seorang

anak perempuan. Sejalan dengan pernikahan pihak isteri sudah 10

tahun tidak melayani suami dalam hal hubungan suami isteri

karena trauma setelah melahirkan. Termohon menyatakan rela dan

tidak keberatan apabila pemohon menikah lagi dengan calon isteri

kedua pemohon tersebut.

2. Putusan Nomor : 0515/Pdt.G/2013/PA JS

Perkara ini didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan pada tanggal 26 Februari 2013, dengan putusan

mengabulkan permohonan pemohon yaitu izin melakukan

poligami. adapun perinciannya adalah:

Pemohon : Umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan

(49)

008 RW 007 no. 88 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa,

JakartaSelatan.

Termohon : Susan Setiawati binti Adi Miharja, umur 37

tahun, agama Islam, pekerjaan Mengurus rumah tangga, tempat

tinggal di jalan sirsak Gg. Mangga RT 008 RW 007 no. 88

Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa, JakartaSelatan.

Calon isteri kedua pemohon : Pedih Priyatin binti Sumarjo,

umur 22 tahun, agama islam, pekerjaan karyawati, tempat tinggal

Pengadegan RT 002 RW 012, desa Pengadegan, Kecamatan

Wangon, Kota Banyumas, Jawa Tengah.

Pada tanggal 11 Juni 2000 Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan, pemohon dengan termohon hidup

rukun dan telah bergaul sebagaimana layaknya suami isteri dan

telah dikaruniai 5(lima) orang anak perempuan. Pemohon hendak

berpoligami karena beralasan ingin memiliki putra (anak laki-laki)

yang selama ini didambakan oleh pemohon. Termohon

menyatakan rela dan tidak berkeberatan serta ikhlas apabila

pemohon menikah lagi dengan calon isteri kedua pemohon.

3. Putusan Nomor : 1061/Pdt.G/2013/PA JS

Perkara ini didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama

(50)

mengabulkan permohonan pemohon yaitu izin melakukan

poligami. adapun perinciannya adalah:

Pemohon : Abu Haerah Bin Alwi, Umur 41 tahun, agama

Islam, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Pejaten Timur

Jalan Angsana I Rt.004 Rw.006 No.27 Kecamatan Pasar Minggu

Jakarta Selatan.

Termohon : Holilah binti Syd Husein Ali, Umur 42 tahun,

agama Islam, pekeerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Pejaten

Timur Jalan Angsana I Rt.004 Rw.006 No.27 Kecamatan Pasar

Minggu Jakarta Selatan.

Calon Isteri Kedua Pemohon : Chairunnisa binti Syd Saleh

Ahmad, Umur 42 tahun, agama Islam, pekerjaan Mahasiswi,

tempat kediaman di jalan kebon nanas utara Rt 011 Rw 004 Desa

Cipinang cempedak Kecamatan Jatinegara.

Pada tanggal 11 Oktober 1997 Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan, pemohon dengan termohon hidup

rukun dan telah bergaul sebagaimana layaknya suami isteri dan

telah dikaruniai 1 orang anak perempuan. Pemohon hendak

berpoligami karena beralasan isteri tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai isteri tidak dapat banyak melahirkan

keturunan, oleh karenanya pemohon sangat khawatir akan

melakukan perbuatan yang dilarang oleh norma agama apabila

(51)

4. Putusan Nomor : 1114/Pdt.G/2013/PA JS

Perkara ini didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan pada tanggal 29 April 2013, dengan putusan

mengabulkan permohonan pemohon yaitu izin melakukan

poligami. adapun perinciannya adalah:

Pemohon : Sarijo bin Wongso Karyo, umur 38 Tahun,

agama Islam, pekerjaan Wirswasta, tempat kediaman di Kebagusan

Besar No. 34 RT011 RW006, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Selatan.

Termohon : Fitiah binti Untung, umur 31 tahun, agama

Islam pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat kediaman di

Kebagusan Besar No. 34 RT011 RW006, Kecamatan Pasar

Minggu, Jakarta Selatan.

Calon Isteri Kedua Pemohon : Mesra Elita binti T. Khatio

Kayo, Umur 34 tahun, agama Islam, pekerjaan Wirswasta, tempat

kediaman Jl. Deperdag I RT 003 RW 002 Radio Dalam,

Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pada tanggal 10 Februari 2004 Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan, pemohon dengan termohon hidup

rukun dan telah bergaul sebagaimana layaknya suami isteri namun

(52)

5. Putusan Nomor : 1164/Pdt.G/2013/PA JS

Perkara ini didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan pada tanggal 30 April 2013, dengan putusan

mengabulkan permohonan pemohon yaitu izin melakukan

poligami. adapun perinciannya adalah:

Pemohon : Nugroho bin Tohari, Umur 52 tahun, agama

Islam, pekerjaan Karyawan Swasta, beralamat di Gang Mushallah,

RT 012, RW 001, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan

Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Termohon : Hartati Kamar binti Kamaruzzaman, umur 42

tahun, agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, beralamat di

Gang Mushallah, RT 012, RW 001, Kelurahan Lenteng Agung,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Calon Istri Kedua Pemohon : Shinta Rahayu, pekerjaan

Swasta, agama Islam, Pendidikan Sarjana, tempat/tanggal lahir

Jayapura/ 31 Mei 1975, alamat Gang Mushallah Rt 012 RW 001

No.06 Kelurahan Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan.

Pada tanggal 24 Agustus 1986 Pemohon dan Termohon

melangsungkan pernikahan, pemohon dengan termohon hidup

rukun dan telah bergaul sebagaimana layaknya suami isteri, telah

melahirkan empat orang anak, namun perjalanan rumah tangga dan

hubungan pemohon dan termohon menurut pemohon tidak atau

(53)

jaminan batin/hubungan biologis, sehingga pemohon atas

kesepakatan dan seizin termohon mau menikah lagi atau poligami.

B. Jumlah Permohonan Izin Poligami Pada Tahun 2013 Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pada Tahun 2013 Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah menerima

3458 perkara masuk dan 5387 telah berhasil diputus. Diantara 3458 perkara

tersebut yang tebanyak adalah perkara cerai gugat dengan jumlah 2144,

sedangkan perkara permohonan izin poligami sejumlah 10 perkara. Dari 10

perkara tersebut 6 di antaranya sudah diputus. Namun karena beberapa

kendala, penyusun hanya mampu menemukan 7 putusan dengan perincian

sebagai berikut35 :

Tabel 1

No NOMOR PERKARA ALASAN KETERANGAN

1 0097/Pdt.G/2013/PA JS Termohon tidak bisa lagi

melayani pemohon

dalam hal hubungan

suami isteri/biologis

pasca melahirkan 10

tahun lalu.

Dikabulkan

35

(54)

2 0515/Pdt.G/2013/PA JS Pemohon ingin punya

anak laki-laki sedangkan

termohon sudah disteril

sehingga tidk mungkin

dapat melahirkan anak

laki-laki sedangkan

pemohon masih

menginginkanya.

Dikabulkan

3 1061/Pdt.G/2013/PA JS Selama 14 tahun

pernikahan pemohon

dengan termohon hanya

mempunyai satu orang

anak/keturunan,

meskipun pemohon dan

termohon telah berusaha

berobat namun belum

juga berhasil dan

maksud pemohon

berpoligami adalah

untuk menambah

keturunan.

Dikabulkan

4 1114/Pdt.G/2013/PA JS Termohon sampai saat

ini belum mampu

(55)

memberikan keturunan

untuk pemohon padahal

pemohon dan termohon

telah menikah selama

lebih kurang 9 tahun

lamanya.

5 1164/Pdt.G/2013/PA JS Pemohon merasa tidak

dapat terlayani secara

sempurna dari termohon

terutama dalam hal

pelayan nafkah batin

atau pelayanan

kebutuhan biologis.

Dikabulkan

6 3011/Pdt.G/2013/PA JS Termohon sudah tidak

mampu lagi memberikan

nafkah batin kepada

pemohon.

Dikabulkan

7 0526/Pdt.G/2013/PA JS Pemohon dinyatakan

terdapat cacat formal

dan tidak memenuhi

syarat formil sebuah

permohonan oleh

karenanya permohonan

(56)

tersebut tidak dapat

diterima.

SUMBER :PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN36

Dari perkara permohonan izin poligami yang masuk di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan, alasan yang diajukan suami bervariatif. Diantara

alasannya adalah ingin memiliki anak lebih dari satu atau dengan alasan takut

terjerumus di lembah perzinaan. Hal ini menunjukan adanya kecenderungan

kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat yaitu dengan beralasan takut

melakukan hubungan seksual yang diharamkan (zina), apabila tidak

melakukan poligami.

36

(57)

Tabel 2

Laporan Tahunan Tahun 2013 Tentang Perkara Yang Diterima

SUMBER :PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN37

37

(58)

Tabel 3

Laporan Tahunan Tahun 2013 Tentang Perkara Yang Diputus

SUMBER :PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN38

38

(59)

Tabel 4

Data Perkara Izin Poligami Tahun 2013

No Bulan Diterima Diputus

1. Januari 1 -

2. Februari 3 1

3. Maret 1 -

4. April 2 1

5. Mei 2 2

6. Juni - 1

7. Juli - 1

8. Agustus - -

9. September - -

10. Oktober - -

11. November - -

12. Desember 1 -

Jumlah 10 6

SUMBER :PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN39

C. Motif Penyebab Terjadinya Pemohon Melakukan Izin Poligami

Dari beberapa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan tahun 2013

yang telah dijabarkan penyusun, motif-motif suami mengajukan izin poligami

di Pengadilan Agama Jakarta Selatan tahun 2013 adalah :

39

(60)

1. Isteri tidak bisa lagi melayani suami dalam hal hubungan suami

isteri/biologis pasca melahirkan 10 tahun lalu.

Alasan permohonan izin suami untuk berpoligami bahwa

isteri tidak bisa lagi melayani pemohon dalam hal hubungan suami

isteri/biologis pasca melahirkan 10 tahun lalu, tidak melayani

suami dalam hal hubungan suami isteri karena trauma setelah

melahirkan. Sementara suami masih muda dan memerlukan

kebutuhan itu, lagi pula suami telah menjalin hubungan dengan

calon isteri pemohon dan takut terjerumus keperbuatan zina.

majelis hakim berpendapat bahwa permohonan pemohon

telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud oleh pasal 5

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal

41 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 57

Kompilasi Hukum Islam ; a). Isteri tidak dapat menjalankan

kewajiban sebagai isteri, b). Isteri mendapat cacat badan atau

penyakit yang tidak dapat disembuhkan, c). Isteri tidak dapat

melahirkan keturunan.40

Dalam kasus ini isteri sudah bisa melahirkan anak, hanya

saja setelah melahirkan, isteri tidak melayani suami dalam hal

hubungan suami isteri karena trauma setelah melahirkan 10 tahun

lalu. Dengan demikian apabila poligami sudah menjadi keinginan

semua pihak, hal ini bisa dikabulkan.

40

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Laporan Tahunan Tahun 2013
Tabel 3 Laporan Tahunan Tahun 2013
Tabel 4 Data Perkara Izin Poligami Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh utilitarian value terhadap buying decision pada CV Cahaya Listrik Sungailiat; dan 3) pengaruh hedonic value dan utilitarian value secara bersama-

Malnutrisi energi protein pada lansia bisa jadi merupakan kondisi yang diperparah oleh dampak suatu penyakit yang diderita lansia dan jika tidak terdiagnosis dan diintervensi

Dari hasil analisis signifikansi budaya dan makna kultural, bentuk pelestarian Dusun Buntula’bi adalah konservasi, yaitu tetap mempertahankan kondisi fisik bangunan

Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara teraupetik sebagai

Permasalahan yang timbul seperti terganggunya kesehatan ibu hamil muda, polusi suara atau suara bising, dinding rumah warga yang retak di sekitar wilayah pita penggaduh,

kontrasepsi yang rasional, aman dan efektif bagi klien, dan memberikan pilihan-pilihan metode kontrasepsi yang tepat untuk klien, sehingga dapat memberikan keleluasaan klien

Beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat pijat bayi diantaranya; penelitian yang dilakukan oleh Field & Scafidi (1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada