• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Keberhasilan bidang kesehatan di Indonesia berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup (Nati, 2013). Suyono mengatakan pada tahun 1970-an usia harapan penduduk Indonesia hanya sekitar 45-50 tahun (Prawiro, 2012). Tahun 2011 United Nations Development Programme (UNDP) mencatat usia harapan hidup penduduk

Indonesia telah mencapai 69,4 tahun sedangkan CIA World Factbook mencatat

70,7 tahun (Prawiro, 2012).

Peningkatan usia harapan hidup akan berdampak pada peningkatan jumlah populasi lanjut usia (lansia). Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Darmojo, 2000). Prawiro (2012) menyatakan pada tahun 1970-an diperkirakan jumlah penduduk lansia hanya sekitar 2 juta, sedangkan pada tahun 1990-an meningkat hampir 6 kali lipat menjadi sekitar 11,3 juta atau 6,4% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2000 jumlah lansia telah mencapai angka 15,3 juta atau 7,4% dari total jumlah penduduk Indonesia (Prawiro, 2012). Peningkatan ini terus terjadi hingga tahun 2010 jumlah penduduk lansia mencapai angka sekitar 24 juta atau 10% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia (Prawiro, 2012).

Masyarakat umumnya mempersepsikan kelemahan dan kerapuhan sebagai kondisi yang normal pada lansia (Suryaningsih, 2012). Kelemahan dan kerapuhan

(2)

akan nutrisi yang baik merupakan kebutuhan dasar bagi kesehatan setiap manusia (Suryaningsih, 2012). Hal ini disebabkan karena nutrisi mampu mempengaruhi fungsi fisis dan kognitif, vitalitas, kualitas hidup secara keseluruhan dan panjangnya kehidupan sehingga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan di sepanjang kehidupan (Sari, 2009).

Seiring bertambahnya usia, akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan. Perubahan itu meliputi perubahan fisik, sosial ekonomi dan psikososial. Perubahan fisik pada tubuh akan berdampak pada fungsi dan respon tubuh. Skates & Anthony (2012) menyatakan perubahan fisik seperti sarcopenia (penurunan massa otot), penurunan kemampuan indra pengecap dan penghidu sering terjadi pada lansia. Perubahan sosial ekonomi maupun psikososial yang sering terjadi seperti perubahan pendapatan, transportasi dan peraturan hidup dapat memicu isolasi sosial (Skates & Anthony, 2012). Perpaduan antara perubahan fisik, sosial ekonomi dan psikososial akan mempengaruhi status nutrisi lansia (Skates & Anthony, 2012).

Status nutrisi merupakan keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi/nutrisi (Supariasa, 2002). Ketidakseimbangan intake

nutrisi dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi status nutrisi. Ketidakseimbangan itu bisa disebut malnutrisi. Setiati & Dinda (2010) menyatakan malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dibutuhkan oleh tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.

(3)

Malnutrisi dapat terjadi pada semua lansia. Konsultan Geriatri dari FKUI DR Dr Siti Setiati SpPD menyatakan bahwa malnutrisi merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang terjadi pada lanjut usia (Suryaningsih, 2012). Watson (2003) menyatakan malnutrisi energi protein merupakan kondisi yang paling banyak dialami lansia. Banyak penelitian yang sudah mendukung pernyataan Watson, salah satu diantaranya adalah Rianto (2004) dalam penelitiannya menggunakan MNA (Mini Nutritional Assessment) untuk menilai

status nutrisi lansia melaporkan bahwa dari 74 lansia di masing-masing tempat yaitu Panti Werdha Pucang Gading dan RW III Kelurahan Barusari Kecamatan Semarang Selatan angka kejadian malnutrisi di panti sebesar 43,2% sedangkan di non panti sebesar 1.4%, dan angka kejadian resiko malnutrisi di panti sebesar 48,6% sedangkan di non panti sebesar 9,5%. Malnutrisi yang terjadi pada lansia disebabkan oleh intake kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh.

Malnutrisi energi protein pada lansia bisa jadi merupakan kondisi yang diperparah oleh dampak suatu penyakit yang diderita lansia dan jika tidak terdiagnosis dan diintervensi akan menimbulkan dampak yang merugikan lansia (Skates & Anthony, 2012). Status nutrisi yang buruk seperti malnutrisi energi protein berhubungan dengan perubahan imunitas, penyembuhan luka yang terganggu, penurunan status fungsional, peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan peningkatan angka mortalitas (Martono, 2000 dalam Hardini, 2005). Schneider et al., ( 2004 dalam Skates & Anthony, 2012) mengkaitkan malnutrisi energi protein berhubungan dengan kelemahan fisik dan kehilangan massa otot yang sering memicu kejadian jatuh dan fraktur sebagai dampaknya.

(4)

Hampir setengah dari semua pasien lansia dengan fraktur pinggul terdeteksi malnutrisi dan lebih parah lagi pasien dengan malnutrisi tiga kali lebih beresiko mengalami infeksi (Schneider et al., 2004 dalam Skates & Anthony, 2012).

Setiati & Laksmi (2010) melaporkan kejadian jatuh terjadi pada sekitar 30% orang berusia 65 tahun keatas setiap tahunnya dan 40% sampai 50% dari mereka yang berusia 80 tahun keatas. Setiati & Laksmi (2010) menyatakan sepertiga dari mereka yang berusia 65 tahun keatas dan tinggal dirumah (komunitas) mengalami satu kali jatuh setiap tahun dan sekitar 1 dari 40 orang yang jatuh tersebut memerlukan perawatan dirumah sakit. Hanya sekitar setengah dari pasien lansia yang dirawat akibat jatuh akan hidup setahun kemudian (Setiati & Laksmi, 2010). Selain itu, di panti werda sekitar 50% penghuninya mengalami satu kali jatuh setiap tahunya; setengah dari jumlah tersebut mengalami jatuh berulang, 10 sampai dengan 25 % mengalami komplikasi serius (Setiati & Laksmi, 2010). Selanjutnya, Setiati menyatakan jatuh mengakibatkan dua per tiga kematian karena kecelakaan (accidental deaths).

Selain jatuh, fraktur dan infeksi masih ada beberapa dampak yang mungkin akan timbul akibat malnutrisi diantaranya adalah yang terjadi di komunitas seperti: penurunan fungsi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan aktivitas sehari-hari (Ödlund Olin, Koochek, Ljungqvist & Cederholm, 2005 dalam Skates & Anthony, 2012). Untuk perawatan dirumah, malnutrisi energi protein dikaitkan dengan ulkus dekubitus (Horn et al., 2004 dalam Skates & Anthony, 2012), infeksi (Hudgens, Langkamp-Henken, Stechmiller, Herrlinger-Garcia, & Nieves, 2004 dalam Skates & Anthony, 2012).

(5)

Tingginya prevalensi malnutrisi pada lansia serta banyaknya dampak yang ditimbulkan membuat penilaian status nutrisi menjadi penting untuk dilakukan dengan rutin karena menilai status nutrisi lansia adalah langkah awal untuk mempertahankan atau memperbaiki status nutrisi lansia. European Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN) merekomendasikan Mini Nutritional Assessment (MNA) untuk menilai status gizi lansia terutama bagi pasiendi rumah

sakit, home-care setting, lansia di panti (Kondrup et al., 2003 dalam Dewi, 2011).

Skates & Anthony (2012) menyatakan Mini Nutritional Assessment (MNA)

merupakan alat pengkajian paling baik yang direkomendasikan oleh organisasi internasional untuk menilai status nutrisi pada lansia yang berusia 65 tahun keatas karena hasilnya cepat didapat, mudah digunakan dan gratis. MNA dapat digunakan

untuk menilai lansia yang malnutrisi atau beresiko malnutrisi pada semua praktik keperawatan termasuk keperawatan komunitas.

Berdasarkan uraian mengenai malnutrisi dan dampak yang ditimbulkan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang status nutrisi lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana status nutrisi lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang”

(6)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengidentifikasi status nutrisi lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang.

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Bagi praktek keperawatan

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang keperawatan gerontik serta memberikan informasi tentang status nutrisi lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Medan khususnya Puskesmas di wilayah Kecamatan Medan Selayang sehingga MNA (Mini Nutritional Assessment) dapat digunakan untuk menilai status nutrisi lansia.

2. Bagi penelitian keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan status nutrisi lansia.

3. Bagi pendidikan keperawatan

Mini Nutritional Assessment dapat digunakan untuk melakukan penilaian

status nutrisi pada lansia di berbagai tempat seperti di komunitas, rumah sakit ataupun institusi seperti panti jompo atau werdha.

       

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan strategi pembelajaran bahasa (SPB) berasaskan kemahiran membaca menggunakan sama ada pendekatan, kaedah, dan teknik (a) abjad, (b) sebutan

Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan putusan sela sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak juga dilaksanakan oleh pengusaha, hakim ketua sidang

Data harian aliran sungai di dataran banjir dapat diramal dengan agak baik menggunakan nilai dimensi pembenaman optimum (m opt ) daripada kaedah Cao dan pendekatan songsang

Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu Mayjen Sungkono Surabaya yang sudah memberikan data-data dan informasi tentang Kredit Pemilikan Rumah

Hasil yang sama juga diperoleh setelah menghitung rata-rata jumlah sulur ujung jari tangan kanan maupun tangan kiri antara penderita hemofilia dengan tidak hemofilia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada tugas akhir ini akan mengkonfigurasikan sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk memonitoring jaringan,

Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat pusat perbelanjaan di sekitar kecamatan tersebut yang mendominasi (dalam hal ini luas) yakni Pakuwon Trade Center dan Lenmarc,

Penyusunan Recana Kerja (Renja) Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pasaman Barat disusun dengan maksud untuk menyediakan dokumen perencanaaan 1 (satu) tahunan