Nim : 21109114
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 26 Oktober 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perum Griya Jatinangor 1 B-3 No. 14 RT/RW 05/09 Desa sukarapih, Kec. Sukasari, Kab.
Sumedang
e-mail : ifvie_suci@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
Tahun Pendidikan
1996-1997 TK Aisyah
1997-2003 SDN 2 Tanjungsari 2003-2006 SMPN 1 Tanjungsari 2006-2009 SMAN 1 Tanjungsari 2009-Sekarang UNIKOM Bandung
Pengalaman Organisasi :
Tahun Organisasi
2007-2008 Karang Taruna Griya Jatinangor 1
2010-2011 HIMA Akuntansi Unikom
Pengalaman Kerja :
Tahun Kerja
THE INFLUENCE OF EKSTERNAL AUDITOR COMPETENCE AND AUDIT TENURE ON AUDIT QUALITY
(Survey on Kantor Akuntan Publik of Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Ivie Suci Okterin
21109114
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga Skripsi ini dapat di
selesaikan dengan judul “PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR EKSTERNAL DAN MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT”.
Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Program studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Dalam penyusunan Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya Skripsi ini penulis merasa
patut menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
dorongan, bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Trisnawati Sule, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Dr. Surtikanti SE.,M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan selaku Dosen Wali Ak-3.
5. Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberikan
petunjuk yang sangat berharga demi selesainya Skripsi ini.
6. Seluruh Staff Dosen Pengajar Universitas Komputer Indonesia yang telah
membekali Penulis dengan pengetahuan
7. Staff Kesekertariatan Program Studi Akuntasi (Ibu Senny, Ibu Dona)
terimakasih banyak untuk pelayanan dan informasinya
8. Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendukung dan senantiasa
memberikan do’a dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran
serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi
semangat Penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini
9. Kepada kakak dan adikku, Wiwit Purnami Sari, Dina Dien Novita,
Muhamad Rizky Raffa Alif’ya dan semua keluarga yang sangat aku
sayangi, yang telah banyak mendukung dalam penulisan Skripsi ini.
10. Muhamad Asip Trisnawan dan Keluarga yang telah banyak memberikan
setiap perhatian, motivasi, dukungan, semangat, masukan dan bantuan
selama penyelesaian Skripsi ini.
11. Teman – temanku Julianet Farrah B, Gita Kania Mutiara, Isvihana Siti B,
Rio Chandra R, Dimas S, terimakasih untuk segala bentuk dukungannya
kepada penulis selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman AK-3 yang telah berjuang dan berusahan bersama dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, yang telah banyak
membantu penulis dalam menyusun usulan penelitian ini.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan
ikhlas kepada penulis, akan dibalas dengan pahala dan rejeki yang berlimpah oleh
Allah SWT Yang Maha Esa. Penulis menyadari dalam penyusunan Skripsi ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat
dan memberikan sumbangan pemikiran bagi kita semua.
Bandung, September 2013
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 11
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Kegunaan Penelitian ... 12
1.5.1 Kegunaan Akademis ... 12
1.5.2 Kegunaan Praktis ... 12
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
1.6.1 Lokasi Penelitian ... 13
1.6.2 Waktu Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15
2.1.1 Kompetensi Auditor Eksternal ... 15
2.1.1.1 Pengertian ... 15
2.1.3.1 Pengertian ... 22
2.1.3.2 Faktor-faktor Kualitas Audit Eksternal ... 24
2.1.4 Penelitian Terdahulu ... 26
2.2 Kerangka Pemikiran ... 28
2.2.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit ... 30
2.2.2 Pengaruh Masa Perikatan Audit (Tenure) Terhadap Kualitas Audit ... 32
2.3 Hipotesis ... 34
BAB III Objek Dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian ... 36
3.2 Metode Penelitian ... 37
3.2.1 Desain Penelitian ... 39
3.3 Operasionalisasi Variabel ... 43
3.4 Sumber Data ... 47
3.5 Alat Ukur penelitian ... 48
3.5.1 Uji Validitas ... 48
3.5.2 Uji Realibilitas ... 48
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 49
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.8 Metode Pengujian Data ... 54
3.8.1 Uji MSI (Methode of Successive Interval) ... 54
3.8.2 Uji Normalitas ... 54
3.8.3 Uji Multikolinearitas ... 55
3.8.4 Uji Heterokedastisitas ... 56
3.9 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 57
4.1.1.1 Sejarah Singkat perusahaan ... 70
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 73
4.1.1.3 Uraian Tugas Perusahaan (Job description) ... 75
4.1.1.4 Aktivitas Kantor Akuntan Publik ... 77
4.1.1.5 Karateristik responden ... 78
4.1.2 Pengujian Alat Analisis ... 82
4.1.2.1 Uji Validitas ... 82
4.1.22 Uji Reliabilitas ... 84
4.1.3 Analisis Deskriftif ... 85
4.1.3.1 Analisis Deskriftif Kompetensi Auditor Eksternal ... 86
4.1.3.2 Analisis Deskriftif Masa Perikatan audit ... 93
4.1.3.3. Analisis Deskriftif Kualitas Audit ... 97
4.1.4 Analisis Verifikatif ... 102
4.1.4.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit ... 108
4.1.4.2 Pengaruh Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit ... 111
4.1.4.3 Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal Dan Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit ... 114
4.2 Pembahasan Penlitian ... 117
4.2.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit ... 117
DAFTAR PUSTAKA
Aamir, Suhaib, and Umar Farooq. 2011. “Auditor – Clients Relationship, and
Audit quality”: the Effects Of Long – Term Auditor – Clients Relationship On Audit Quality, in Small and Medium – Sized Entities (SMEs), 1st Edition, LAP Lambert Gmbh & Co. KG, Germany.
Akmal. 2006. Sistem Pengendalian Intern. Percetakan Penebar Swadaya. Jakarta
Ali, M. Dan Ansori, M. 2009. Psikologi Remaja. Bandung : Bumi Aksara
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi
dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. SNA X. Makassar.
Al Rasyid, Harun, (Penyunting : Teguh Kismantoroadji, dkk). 1994. Dasar-Dasar
Statistika Terapan, Program Pascasarjana, Unpad : Bandung.
Arens, A. A., Elder, R. J., and Beasley, m.s,. 2012. “Auditing and Assurance Service – An Integrated Approach”. 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.
Ashton, A.H. 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review. April. p. 218-239.
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, (2002), Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua, Yogyakara; Penerbit BPEE UGM.
126
Bawono, Singgih, 2010. “Faktor-Faktor dalam Diri Auditor dan Kualitas Audit:
Studi Pada KAP Big four di Indonesia”. Skripsi. Jurusan Akuntansi.
UNSOED. Purwokerto
Bedard, J. and Chi, MT. 1993. Expertise in auditing. Auditing: Journal of Practice & Theory 12: 21-45.
Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan. 2009. Diakses melalui http://www.ppadepkeu.go.id/index.php?option=com_content&task=jew&d 156&temid=1.
Boyton, William C., Walter G. Kell, and R. N. Jhonson. 2006. Modern Auditing. Edition 7th, John Wiley and Sons Inc.
Carey, Peter. Simnett, Roger. 2006. Audit Partner Tenure and Audit Quality. The Accounting Review.
Casterella, J., W. R. Knechel, and P. L. Walker. 2002. The relationship of audit failures and auditor tenure.Working paper. University of Florida.
Christiawan, Y.J. 2002. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Journal Directory: Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2.
DeAngelo, L.E. 1981b. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accountingand Economics. December. pp. 183—199.
Deis, D.R. dan G.A. Groux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review. Juli. p. 462-479.
Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari, 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar 26 – 28 Juli 2007
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Ferdinan, Efraim. 2010. “Pengaruh Tenure Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor Di
Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Gaspersz, Vincent. 2000. Manajemen Produktivitas Total, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Geiger, Marshall A. and Raghunandan, K. 2002. Auditor Tenure and Audit Reporting Failures, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol 21 No 1: 67-78.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi.
Universitas Diponegoro.
Hayes, rick., roger dassen, arnold schilder and philip wallage. 2005. Principle of auditing : an introduction to international standards on auditing. 2nd edition. Prentice hall, pearson education limited.
Hendriksen E. and M. Van Breda. 1992. Accounting Theory, 5th edition, Irwin, Homewood, IL.
Hernadianto. 2002. ”Pengaruh Pengalaman Terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Intuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jateng dan DIY)”,
Universitas Diponegoro Semarang.
Husein Umar, 2011, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
128
Ida Rosnidah. 2008. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalama Audit dan Risiko Audit dan Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Terhadap Kualitas Audit dan Implikasinya pada Kepuasan Pengguna Jasa Audit (survei pada Emiten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.) Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad. http://ejournal.unud.ac.id
I Made Wirartha (2006:39) Wirartha, I Made. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset.
Johnson, v., i. Khurana, and j.k. reynolds. 2002. “audit firm tenure and the quality of accounting earnings,” contemporary accounting research, pp: 637-660.
Kane, Gregory D., Uma Velury. 2005. "The Impact of Managerial Ownership on the Likelihood of Provision of High Quality Auditing Services", Review of Accounting and Finance, Vol. 4, Number 2. 2005 ABI/ INFORM Global,
pp. 86-106.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topic penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember).
Manry, D. L., T.J. Mock, and J.L. Turner. 2008. Does Increased Audit Partner
Tenure Reduce Audit Quality? Journal of Accounting, Auditing &
Finance: 553-572.
Maradona, A.G. 2009. Tenur Auditor Dan Kualitas Audit: Suatu Pembuktian Bagi Kewajiban Rotasi Auditor Di Indonesia. Thesis. Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol.6 No.1 Januari.
Meier, Heidi Hylton and Fuglister, Jayne. 1992. “How to Improve Audit Quality: Perceptions of Auditor and Client”, The Ohio CPA Journal. June 1992.
Meinhardt, Joan, Joseph F. Moraglio dan Harold I. Steinberg (1987).
Governmental Audits: An Action Plan for Exellence” Journal of Accountancy. pp. 86-91.
Mock, T.J., and Samet, M. (1982). ‗A multi-attribute model for audit evaluation’. In
Moh. Nazir. Ph.D, 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta : Salemba Empat.
Mulyadi. 2009. Auditing. Cetakan keenam. Jakarta : Salemba Empat.
Nugrahaningsih, P. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor Individual: Locus of
Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender dan Equity Sensitivity). SNA VIII Solo. p. 617-630.
Nuratama, I Putu. 2011. Pengaruh Tenure dan Reputasi Kantor Akuntan Publik pada Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi. Universitas Udayana.
Paino, halil., m. Smith and z. Ismail. 2010. Impairment of audit quality. Published by LAP lambert academic publishing AG & Co, Germany.
130
Quick, reiner., stuart turley and marleen willekens. 2008. Auditing, trush and governance. 1st edition. Published by routledge, london.
Ririn Choiriyah. 2012. Pengaruh Time Budget Pressure dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali. Kajian
Pendidikan & Akuntansi Indonesia. Edisi III Volume I.
Roberta S.Russel, Bernard W.Taylor. 2000. Operations Management. Third
Edition. International Edition. Penerbit Prentice Hall International, Inc.
Russell, R.S. and Bernard W Taylor III. 2006. Operation Management : Quality and Competitiveness in A Global Environment, New York : John Willey and Sons Inc.
Simon, D. T., and J. R. Francis. 1988. The effects of auditor change on audit fees;
Tests of price cutting and price recovery. The Accounting Review
63(April): 255-269.
Singgih Santoso. 2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan Kedua Jakarta: Gramedia.
Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2009. Auditing Konsep Dasar Dan Pedoman Pemerikasaan Akuntan Publik. Yokyakarta : Graha Ilmu.
Sososutikno Christina. 2003. “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan
Perilaku Disfungsional Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit”.
Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Sugiyono. 2004. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. ALFABETA.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV ALFABETA.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV ALFABETA.
Independensi, Obyektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII.
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Sutton, S.G. 1993. Toward An Understanding of The Factors Affecting The Quality of The Audit Process. Decision Sciences. Vol. 24. p. 88-105.
Syaiful F Prihadi. 2004. Assesment Centre, Identifikasi Pengukuran dan Pengembangan Diri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Teoh, S. 1992. “Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market Reaction to Auditor Switches”. Journal of Accounting Research 30. pp 1 -23.
Teoh, S.H., and T.J. Wong. 1993. Perceived Auditor quality and the earnings response coefficient. The Accounting Reviews 68(2): 346-366.
Turban, Efraim, (2010) Decision Support System and Business Intelligence System. Ninth Edition, Pearson Educational International: Prentice Hall.
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung : Agung Media.
Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta : Genesis.
Wibowo. 2009. Manajemen Kerja. PT. Raja Grajindo Persada, Jakarta.
Widagdo, R, S. Lesmana, dan S.A.Irwandi. 2002."Analisis Pengaruh Atribut– atribut Kualitas Audit terhadap Kepuasan Klien (Studi Empiris pada
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)". SNA 5 Semarang.
132
Widiastuty, Erna dan Febrianto, Rahmat. 2003. Pengukuran Kualitas Audit:Sebuah Esai. Audi Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5 No2, Juli 2010.Denpasar: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kompetensi Auditor Eksternal 2.1.1.1 Pengertian
Standar umum pertama SA seksi 210 dalam SPAP (2001) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga SA
seksi 230 dalam SPAP (2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya
dengan cermat dan seksama (due professional care) (Arens dkk., 2008 : 5).
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan
dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan
dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu
(Arens dkk., 2008 : 5).
Menurut Bedard (1993) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai berikut
“Kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yangluas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit Bedard, dalam standar pengauditan, khususnya standar umum disebutkan bahwaaudit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor serta dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnyadengan
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:2) menefinisikan
kompetensi adalah sebagai berikut :
“Suatu kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam memahami kriteria
dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya”.
Menurut MC Acshan dalam Sutrisno (2010:203) mendefinisikan kompetensi
adalah sebagai berikut :
”Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat efektif
dengan sebaik-baiknya”.
Menurut menurut Wibowo (2007:86) mendefiniskan kompetensi adalah
sebagai berikut :
“Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh
sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut”.
Sedangkan menurut Umi Narimawati (2007:79) mendefinisikan kompetensi
adalah sebagai berikut :
“Karakter sikap dan perilaku atau kemampuan dan kemauan individual yang relatif stabil ketika mengahadapi situasi dan tempat yang terbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi, interval, serta kapasitas
pengetahuan konseptual”.
Menurut Iskandar Dinata (2006:36) kompetensi adalah sebagai berikut :
seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya”.
Menurut Ida Rosnidah (2005:118)menyatakan bahwa kompetensi adalah
sebagai berikut:
“Kompetensi sebagai keahlian professional yang dimiliki oleh auditor sebagai
hasil pendidikan formal, ujian professional maupun keikutsertaan dalam
pelatihan, seminar, symposium.”
Di dalam SPAP Seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1) yang tercantum dalam
standar umum pertama berbunyi :
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Ukuran kompetensi tidak cukup hanya penghalam tetapi diperlukan
pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik, karena pada
dassarnya manusia memiliki sejumlah unsure lain diselain pengalaman Ashton
(1991).
2.1.1.2 Komponen-komponen Kompetensi Auditor Ekternal
Kompetensi terbagi dalam beberapa komponen, yaitu pengetahuan,
pengalaman (SPAP, PSA No.04, 2001).
Berdasarkan komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengetahuan
“Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena
dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah
dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks”.
Pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Widhi,
2006). Adapun SPAP (2001) tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam
melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang
cukup (SPAP 2001). Pengetahuan diukur dari beberapa tinggi pendidikan seorang
auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai pengetahuan (pandangan)
mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah
secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti
perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004).
Pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan
menentukan kualitas audit (Harhinto, 2004).
Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan
lain-lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan
pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari
pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan
mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman.
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut
tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang
b. Pengalaman
Menurut Harhianto (2006:34) Pengalaman adalah sebagai berikut :
“Pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau
partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata”.
Pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem
dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak (Murphy dan Wright, 1984 dalam
Hernadianto, 2002). Masih menurut Murphy dan Wright (1984) dalam Hernadianto
(2002), Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari
lingkungan pengalaman langsung masa lalu, singkat kata, teori ini menjelaskan
bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan struktur pengetahuannya, auditor yang berpengalaman akan
memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan
auditor yang belum berpengalaman.
Seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan
pengalaman, seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang
lebih baik dalam mendefinisikan keliruan-keliruan daripada auditor yang kurang
berpengalaman (Libby, 1991).
Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik (Libby
dan Frederick, 1990). Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk
akal atas kesalahan-kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem
Dari karakteristik diatas, penulis dapat mengungkapkan pendapat tentang
pandangan mengenai kompetensi auditor berkenaan dengan masalah kemampuan
atau keahlian yang dimiliki auditor didukung dengan pengetahuan yang bersumber
dari pendidikan formal dan disiplin ilmu yang relavan dan pengalaman yang sesuai
dengan bidang pekerjaan (Syaiful F Pribadi, 2004:92).
2.1.2 Masa Perikatan Audit (Tenure) 2.1.2.1 Pengertian
Menurut Suhaib Aamir et.,al (2011:6) definisi jumlah masa perikata audit
berturut-turut (audit tenure) adalah sebagai berikut :
“Audit tenure is defined as the audit firm’s (auditor’s) total duration to hold
their certain or the number of consecutive years that the audit firm (auditor)
has audited it’s certain client”.
Johnson et.al (2002:640) mengemukakan jumlah masa perikatan audit
berturut-turut (audit tenure) adalah :
“Audit firm tenure is the number of consective years that the audit firm has
conducte audits for a particular client”.
Menurut Johnson et al (2002), menjelaskan tenure audit adalah sebagai
berikut:
“Tenur KAP adalah masa jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
dengan auditee yang sama”.
Tenur KAP diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang sama telah
pemerintah (Johnson et al., 2002). Masih menurut Johnson et al (2002) kualitas audit
dapat ditentukan antara lain oleh independensi auditor. Menurut Johnson et al (2002),
masa perikatan audit dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah pendek,
yaitu dua sampai tiga tahun. Masih menurut Menurut Johnson et al (2002) Kategori
kedua adalah medium atau sedang yang panjang perikatannya empat sampai delapan
tahun. Kategori ketiga adalah panjang, yaitu lebih dari delapan tahun (Johnson et al.,
2002).
Menurut Rick hayes et al (2005:51) menyatakan bahwa :
“Salah satu ciri dari panjang masa audit (audit Tenure) adalah keterlibatan tahun pertama audit (masa tenure pendek) dianggap kurang menyeluruh (kurang mendalam) karena hal ini membutuhkan waktu beberapa waktu untuk mengidentifikasi semua risiko audit potensial untuk klient baru, sehingga
mengurangi kualitas audit”.
Menurut Geigher dan Raghunandan (2002) mendefiniskan Tenure audit
sebagai berikut:
”Audit Tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur
dengan jumlah tahun”.
Menurut Deis dan Giroux (1992) mendefinisikan tenure sebagai berikut :
“Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan
pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi”.
Di Indonesia sendiri, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 42/KMK.06/2002, yang
dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
2.1.2.2 Indikator Masa Perikatan Audit (tenure)
Menurut Johnson et al (2002), telah mengembangkan model masa perikatan
audit (tenure) dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang
disajikan oleh Johnson et al (2002), dalam penelitian ini dijadikan sebagai dimensi
untuk masa perikatan audit (tenure), yaitu :
1. Audit firm tenure
2. Audit partner tenure
Berdasarkan dimensi diatas maka dalam penelitian ini dijadikan indikator
untuk masa perikatan audit (tenure), yaitu :
1. Lamanya kap melakukan perikatan audit dengan klien
2. Lamanya kap melakukan pergantian atas klien
3. lamanya partenr tetap melakukan penugasan audit
4. lamanya partner melakukan pergantian dalam pekerjaan audit.
2.1.3 Kualitas Audit 2.1.3.1 Pengertian
Menurut Mulyadi (2008:9) audit adalah :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
Menurut Boyton dkk (2006:7) menjelaskan bahwa :
“Kualitas jasa sangat penting untuk menghasilkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum dan aturan-aturan, kualitas audit mengacu pada standar yang berkenaan pada kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan
menggunakan prosedur yang berkaitan”.
Menurut Akmal (2006:65) kualitas audit adalah :
“Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk
memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat
subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut”
Arens et.,al (2012: 105) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut :
“Audit quality means how tell an audit detects an report material misstements
in financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethics or auditor integrity,
particulary independence.”
Sedangkan menurut penelitian Aamir et.,al (2011: 1-3) adalah sebagai berikut
:
“Audit quality is defined as a positive constructive process used to assess,
verify and validate the quality of audit process and activities performed by an
auditor.”
Menurut Sososutikno (2003), mendefinisikan kualitas audit adalah sebagai
berikut :
“Kualitas Audit adalah probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan
Menurut De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut :
“Kualitas audit adalah kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, temuan penganggaran tergantung pada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran
tersebut”.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesian (2001:20), mendefinisikan kualitas
audit adalah sebagai berikut :
“ Audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
auditing”.
Dari berbagai pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan kualitas audit
merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan
keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi yang terjadi dalam sistem
akuntansi dan melaporkannya dalam hasil audit, dimana dalam melaksanakan
tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan
publik yang relevan.
2.1.3.2 Faktor-faktor Kualitas Audit
Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya
meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel
KAP yang mengaudit institusi sektor publik, Studi ini menganalisis temuan-temuan
Quality Control Review, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan
dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review),
berhubungan dengan kualitas audit (Deis dan Giroux, 1992). Masih menurut Deis dan
Giroux, (1992) Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah
pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme
dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun,
sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien,
reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.
Menurut Ririn Choiriyah (2012), indikator kualitas audit adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan semua kesalahan klien.
2. Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien.
3. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit.
Berikut penjelasan dari indikator kualitas audit:
1. Melaporkan semua kesalahan klien.
Auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi dalam
sistem akuntansi klien, tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi yang
diterima.
2. Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien
Pemahaman yang mendalam terhadap sistem akuntansi klien sangat
membantu dalam pelaksanaan audit karena auditor akan lebih mudah dalam
menemukan salah saji laporan keuangan klien.
Auditor yang mempunyai komitmen tinggi dalam menyelesaikan tugasnya,
maka ia akan berusaha memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan anggaran
waktu yang ditetapkan.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Adapun tabel yang menjelaskan mengenai perbedaan dan perbandingan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu seperti dibawah ini:
Orientasi
Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen agar dapat dipercaya
oleh para pemakai laporan keuangan, maka diperlukan pengujian oleh pihak ketiga
yaitu akuntan publik atau auditor. Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah
menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan
Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor yang
kompeten adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam hal yang meteril,
posisi keuangan dan usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dengan demikian tujuan audit umum akan tercapai bila auditor yang
memeriksa adalah auditor yang kompeten.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely suhayati (2009;2) menjelaskan
kompetensi adalah sebagai berikut :
“Kompetensi artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan
berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan
diambil”
Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan,
pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang baik karena dengan hal itu auditor
menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya
dan akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Untuk menghasilkan audit yang
berkualitas seorang akuntan publik yang bekerja dalam suatu tim di tuntut untuk
memiliki kompetensi yang cukup.
Sebagai seorang auditor kualitas audit dapt dipengaruhi oleh masa perikatan
audit.
Menurut Johnson et al (2002), menjelaskan tenure audit adalah sebagai
berikut:
“Tenur KAP adalah masa jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang berkualitas
tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan
keuangan.
Menurut De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut :
“Kualitas audit adalah kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, temuan penganggaran tergantung pada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran
tersebut”.
Sehingga berdasarkan logika diatas maka kerangka pemikiran dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan
dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, Manajemen
Laporan Keuangan
Sebelum Diaudit Akuntan Publik
Kompetenai Auditor Eksternal
Masa Perikatan Audit (tenure)
cermat dan seksama Kompetensi Auditor merupakan kulaifikasi yang dibutuhkan
oleh auditor untuk melakukan audit dengan benar (Sukriah et al., 2009). Masih
menurut Sukriah et al (2009) Dalam melaksanakan audit seoranng auditor harus
memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, dan pengalaman
kerja yang cukup. Pada penelitian ini kompetensi akan diproksikan dengan variabel
masa perikatan terhadap kualitas auditor (Sukriah et al., 2009).
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan ( probability) dimana auditor
pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang
terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan
auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan, oleh karena itu dapat
dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih
mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks
dalam lingkungan audit kliennya (De Angelo, 1981).
De Angelo, (1981) menjelaskan bahwa :
“Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula
kualitas audit yang dihasilkannya”.
Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa :
“Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan
teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada
Alim Hapsari dan Purwanti (2007) dalam penelitiannya berkaitan kompetensi
dan indepedensi terhadap kualitas audit menjelaskan bahwa :
“Kompetensi Auditor yang berdimensi pengetahuan dan pengalaman kerja
auditor memiliki hubungan positif terhadap kualitas hasil auditor”.
Menurut Mulyadi (2008:58) terdapat hubungan antara kompetensi dan
kualitas audit antara lain sebagai berikut :
“Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang di berikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti di syaratkan oleh prinsip etika.”
2.2.2 Pengaruh Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit
Menurut Efraim (2010) Pengaruh tenur KAP dengan kualitas audit telah lama
menjadi debat. Debat mengenai tenur selalu dikaitkan dengan independensi.
Independensi auditor merupakan pondasi bagi laporan auditor yang reliable (Publik
Oversight Board, 2000 dalam Efraim, 2010). Efraim (2010) menyatakan bahwa tenur
memiliki hubungan erat dengan tindakan low-balling yang dilakukan oleh auditor.
Berdasarkan perspektif ekonomi, low-balling merupakan usaha auditor untuk
mendapatkan klien dengan menurunkan harga pada tugas audit awal dengan harapan
akan mendapatkan fee tambahan pada masa depan (Simon and Francis, 1988 dalam
Efraim, 2010). Masih menurut Simon and Francis (1988) dalam Efraim (2010)
Pendekatan ekonomi memandang bahwa independensi dan objektivitas auditor akan
rendah pada awal penugasan auditor. Dye (1991) dalam efraim (2010) berargumen
klien pada awal periode, dan kondisi ini digunakan auditor untuk memperoleh
pendapatan harapan dari klien pada periode selanjutnya.
Manry et al (2008) menemukan bahwa:
“Tenur auditor berhubungan negative dengan kualitas audit yang diukur
dengan discretionary accruals yang artinya kualitas audit meningkat sejalan
dengan peningkatan tenur”.
Menurut Efraim (2010) ada pandangan lain berhubungan dengan tenur yang
lama tenur audit lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang
auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang
efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi (Simon and
Francis, 1988 dalam Efraim, 2010).
Menurut Simon and Francis, (1988) dalam Efraim, (2010), menjelaskan
bahwa :
“kualitas audit akan semakin tinggi ketika tenur auditor semakin lama”.
Menurut Casterella et al. (2002), menjelaskan bahwa :
“Kualitas audit menjadi rendah ketika tenur auditor jangka panjang, sehingga
kegagalan audit kurang (lebih) mungkin terjadi ketika tenur auditor pendek
(panjang)”.
Penelitian Carey dan Simnett (2006), yang menemukan bahwa :
“tenur audit yang panjang berhubungan negatif terhadap kualitas audit”.
“Aturan rotasi secara wajib dilakukan untuk meningkatkan independensi dari
audit firm, dan juga untuk meningkatkan kualitas audit”.
Menurut Paino et al (2010:38) menjelaskan bahwa :
“faktor yang mempegaruhi kualitas audit adalah audit tenure (jangka waktu
audit) suatu audit firm”.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka paradigma penelitiannya adalah
sebagai berikut:
M. Nizarul Alim ( 2007)
Efraim (2010)
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis adalah sebagai
berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan
hipotesis:
Kompetensi Auditor
Masa Perikatan Audit
1. Kompetensi Audit Eksternal berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada KAP
yang terdapat di kota Bandung.
2. Masa Perikatan Audit berpengaruh terhadap Kualitas Audit pada KAP yang
terdapat di kota Bandung.
3. Kompetnsi Auditor Eksternal dan Masa Perikatan Audit berpengaruh terhadap
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan
jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2010:41), bahwa:
“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan
studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih
dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.”
Menurut Husein Umar (2005:303) pengertian objek penelitian menyatakan
bahwa :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek
penelitian dilakukan, bisa juga dirambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Sedangkan pengertian objek penelitian yang dikemukakan oleh I Made
Wirartha (2006:39), menyatakan bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor
atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang berbeda atau
Maka obyek dari penelitian ini adalah kompetensi Auditor Eksternal (X1),
Masa Perikatan Audit (X2), terhadap Kualitas Audit (Y). penelitian ini dilakukan
dengan mengambil sampel pada beberapa Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di
kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan
untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor
yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu
kebenaran atau data yang diperoleh.
Dalam proses penelitian untuk dapat memecahkan suatu permasalah antara
suatu kasus diperlukan cara yang sistematis, langkah penelitian yang harus dilakukan
adalah dengan menggunakan metode penelitian.
Menurut Umi Narimawati (2008:127) mendefinisikan metode penelitian
adalah sebagai berikut :
“Metode Penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010:2):
Menurut Sugiyono (2011:21) mendefinisikan metode deskriptif sebagai
berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Menurut Mashuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010:29)
mendefinisikan metode verifikatif sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Menurut Sugiyono (2011:8) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif
sebagai berikut:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk
menguji lebih dalam pengaruh kompetensi auditor eskternal dan masa perikatan audit
terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Kota bandung
3.2.1 Desain Penelitian
Desain Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan desain penelitian adalah
sebagai berikut:
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan
dan pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang
peneliti terapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
“1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori; 6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan;
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;
8. Melakukan analisis data;
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian”.
Menurut Moh. Nazir (2005:84) mendefinisikan desain penelitian adalah
sebagai berikut :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian”.
Menurut Sugiyono (2009:50) menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
“1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan”.
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah
diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu
pertanyaan yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka
peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah. Selain itu penemuan
penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk
memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah
teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar
untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung
oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual).
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif.
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner dan data sekunder. Sebelum
instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus
terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk
mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur
sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setalah data terkumpul maka
selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis
yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah.
Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi
Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan
Penelitian
Desain Penelitian Metode yang
digunakan
Unit analisis Time Horizon
T-1 Descriptive
Survey KAP Cross Sectional
T-2 Descriptive
Survey KAP Cross Sectional
T-3 Descriptive
Survey KAP Cross Sectional
Sumber : Umi Narimawati (2010:31)
Menurut Mudrajat Kuncoro (2003:3)
“Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang
ada, sehingga dapat diketahui penyebabnya untuk selanjutnya diambil soslusi
untuk menyelesaikannya”.
Menurut Mudrajat Kuncoro (2003:3) enjelaskan bahwa :
“Penelitian ilmiah adalah aplikasi secara formal dan sistematis dari metode
ilmiah untuk mempelajari dan menjawab permasalahan, dalam melakukan
penelitian ini penulis menggunakan metode asosiatif".
Menurut Sugiyono (2011:11) menjelaskan bahwa :
“Metode asosiatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan dua variabel atau lebih”.
Selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan uji validitas
dan uji reabilitas. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel X
terhadap variabel Y maka digunakan pehitungan koefisien determinasi.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2011:2) mendefinisikan Variabel penelitian adalah
sebagai berikut :
“Variabel penelitian pada dasarnya yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Umi Narimawati (2010:31) mendefinisikan operasionalisasi variabel adalah
sebagai berikut:
“Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.
Untuk mempermudah mendapatkan data yang diperlukan bagi penilaian
masalah yang diteliti, perlu adanya operasionalisasi variabel. Operasionalisasi
variable ini memecah variabel-variabel yang terkandung dalam masalah tersebut
diatas menjadi bagian-bagian yang paling kecil.
Pengertian variable menurut Sugiyono (2010: 31) adalah sebagai berikut :
“Sesuatuhal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan”.
Sedangkan definisi operasionalisasi variable menurut Nazir (2003: 126)
“Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variable tersebut”.
Didalam penelitian ini terdapat 3 variabel penelitian, yaitu :
1. Variabel Independen (variabel Bebas) yaitu X1 atau Kompetensi Auditor Eksternal
yaitu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor, hal ini berdasarkan
konstruk yang dikemukakan ole DeAngelo ( Kusharyanti, 2003). Kemudian X2
atau Masa perikatan audit KAP adalah masa jangka waktu perikatan yang terjalin
antara KAP dengan audite yang sama.
2. Variabel Dependent (Variabel tidak bebas)
Suatu variabel digolongkan ke dalam variabel tidak bebas adalah apabila dalam
hubungannya dengan variabel lain, variabel tersebut fungsinya diterangkan dengan
Tabel 3.2 Operasional Variabel
variabel Konsep Variabel Indikator No
Kuisioner Skala memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan
panjang masa audit (audit
Tenure) adalah
keterlibatan tahun pertama audit (masa tenure pendek) dianggap kurang menyeluruh (kurang mendalam)
karena hal ini
membutuhkan waktu beberapa waktu untuk mengidentifikasi semua risiko audit potensial untuk klient baru, sehingga mengurangi kualitas audit”.
Rick hayes et al (2005:51)
Kualitas dalam sistem akuntansi
klien, temuan
penganggaran
tergantung pada
dorongan auditor untuk mengungkapkan
pelanggaran tersebut “ .
De Angelo (1981)
Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel menggunakan skala
ordinal.
Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indrianto dan Bambang (2002:98)
adalah sebagai berikut:
“Skala Ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct diukur”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada
jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung
pernyataan (item negatif).
Tabel 3.3
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif
Jawaban Responden Score
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu – Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2010:94)
Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk
pernyataan negatif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif
Jawaban Responden Score
Sangat Setuju 1
Setuju 2
Ragu – Ragu 3
Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 5
Sumber : Sugiyono (2010:94)
3.4 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer.
Menurut Sugiyono (2010:137) mendefinisikan data primer adalah sebagai
“Data primer berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara
dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data
dapat direkam atau dicatat oleh peneliti”.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan
kuesioner dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu pada Kantor Akuntan Publik
yang terdapat di Kota Bandung.
3.5 Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 2 kategori,
diantaranya :
3.5.1 Uji validitas
Menurut Sugiyono (2011:348) menjelaskan sebagai berikut :
“Dalam penelitian yang menggunakan instrument, maka instrument penelitian tersebut harus memiliki syarat valid dan reliable, Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang dugunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan unuk mengukur apa yang hendak diukur”.
3.5.2 Uji Realibilitas
Menurut Purbayu (2005: 251) menjelaskan sebagai berikut :
3.6 Populasi Dan Penarikan Sampel
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersifat kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk penyebaran kuisioner yang dapat di
jadikan keputusan dalam mengambil hipotesis apakah ada keterkaita
dalamvariabel-variabel tersebut.
Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan dijadikan sampel,
terlebih dahulu dikemukan mengenai populasi dan sampel.
1. Populasi
Pada umumnya dalam sebuah penelitian para peneliti membutuhkan apa itu
populasi.
Menurut Umi Narimawati (2008:161), populasi adalah :
“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai
informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.
Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah KAP wilayah
Tabel 3.5
KAP wilayah Bandung yang menjadi populasi
No KAP Auditor Keterangan
1 KAP Achmad Rasyid, Hisbullah & Jerri 2 auditor Menerima
2 KAP. Sugiono Poulus - Tidak menerima
3 Af.Rachman& Rekan 1 Auditor Mnerima
4 Arifin, Halid, & Rekan - Tidak menerima
5 Drs. Bambang Budi Tresno 2 Auditor Menerima
6 Djoemarma, Wahyudin & Rekan 2 Auditor Menerima 7 Ekamasni Bustaman & Rekan(CAB) - Tidak ditemukan 8 Erwan, Sugandhi & Jajat Marjat (CAB) - Tidak ditemukan
9 Drs. Gunawan sudradjat - Tidak menerima
10 Dr. H.E.R. Suhardjadinata, Ak., MM - Tidak menerima 11 Prof. Dr. H. Tb. Hasanuddin & rekan 2 Auditor Menerima 12 Heliantono & Rekan (CAB) 1 Auditor Menerima 13 Hendrawinata gani & hidayat (CAB) - Tidak menerima
14 Drs. Joseph Munthe, MS. Ak. - Tidak ditemukan
15 Drs. Karel & Widyarta - Tidak menerima
16 Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 2 Auditor Menerima Kuisioner 17 Dr. La midjan & rekan 1 Auditor Menerima Kuisioner
18 Drs. Moch. Zainuddin - Tidak menerima
19 Dr. Moh. Mansur se. MM. Ak - Tidak menerima
20 Peddy Hf. Dasuki - Tidak ditemukan
21 Roebiandini & Rekan 2 Auditor Menerima kuisioner
22 Drs. Ronald Haryanto - Kuisioner tidak
kembali
23 Sahat p. Situmorang - Tidak menerima
24 Sanusi, Supardi & Soegiharto - Alamat tidak
ditemukan 25 DRS.Sehat, Bukit, Kataren &Rekan - Tidak menerima
26 Dra. Yati ruhiyati 2 Auditor Menerima Kuisioner,
Sumber telah diolah :(http://www.iapi.or.id/iapi/directory.php
2. Sample
Menurut Umi Narimawati (2008:161), sampel adalah:
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit
Penarikan sempel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan stratified
random sampling.
Menurut Vincent Gaspersz (2000:63), stratified random sampling adalah
sebagai berikut:
“Stratified random sampling adalah metode penarikan sampel dengan terlebih
dahulu mengelompokkan populasi ke dalam strata-strata berdasarkan kriteria
tertentu kemudian memilih secara acak sedehana setiap stratum”.
Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008: 122),
adalah:
“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.”
Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling
jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota
populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga
tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 26 KAP yang terdapat
Tabel 3.6
KAP yang menjadi Sampel
No Kantor Akuntan Publik Alamat
1 KAP Achmad Rasyid, Hisbullah
3 KAP. Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih
Jl.PH.Mustofa No. 58 Bandung 40124
4 KAP Roebiandini & Rekan Jl. Sidoluhur No.29 Bandung
5 KAP.Prof.DR.H.TB.Hasanuddin & rekan
Jl.Metro Trede Center Blob F No.29 Bandung 40286
6 KAP. Drs. Bambang Budi Tresno Pascal Hyper Square Blok B-61 Lantai 3 Jl. Pasir Kaliki, Bandung 7 KAP. Heliantono & Rekan (Cab) Jl. Sangkuriang No.B 1
Bandung 40135
8 KAP. Dra. Yati Ruhiyati Jl. Ujung Berung Indah Berseri I Blok 9 No.4
Komplek Ujung Berung Indah Bandung 40611
9 KAP. AF. Rachman & Soetjipto WS.
Jl. Pasir Luyu Raya No.36 Bandung 40254
10 KAP Djoemarma, Wahudin & Rekan
Jl. Dr. Slamet No.55 Bandung 40161
Sumber telah diolah :(http://www.iapi.or.id/iapi/directory.php)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa metode yang saya gunakan adalah
sensus atua jenuh, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, namun
setelah saya lakukan penelitian langsung ke lapangan, maka KAP yang bisa
menerima penelitian hanya 10 KAP, dengan perincian adalah sebagai berikut : 10
sedang berada diluar kota, 5 KAP tidak ditemukan, 1 KAP tidak mengembalikan
kuisioner dengan waktu yang telah ditetapkan.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
dengan dua cara, yaitu:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Metode pengamatan (Observasi), Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dalam penelitian ini bertintak sebagai nonpartisipan. Observasi
nonpartisipan adalah peneliti tidak terlibat langsung dengan objek yang diamati.
Peneliti hanya sebagai pengamat independen.
Menurut Umi Narimawati (2010:39) mendefinisikan observasi adalah sebagai
berikut :
“Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk
memperoleh data yang diperlukan”.
b. Kuesioner
Menurut Umi Narimawati (2010:40) mendefinisikan kuesioner adalah sebagai
berikut :
“Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
3.8 Metode Pengujian Data
3.8.1 Uji MSI (Methode of Successive Interval)
Menurut Harun Al Rasyid (1994:131) menjelaskan sebagai berikut :
“Karena penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dala operasionalisasi variabel sebelumnya, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval denganmenggunakan Method of Successive Interval. Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program software MSI”.
3.8.2 Uji Normalitas
Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai
berikut:
“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau
tidak”.
Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati
normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui
dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada
pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi tidak