• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

33

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal dengan Jalan Asia Afrika Bandung.

Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya penduduk serta berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di Karawang.

(2)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989, terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah 3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat 4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi.

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega

3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara 4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Cimahi.

(3)

Dalam perkembangannya, sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good governancedan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007 ditetapkanlah Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007 yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.

Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie (Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang. Untuk mengatasi kendala jauhnya jarak kantor dari wilayah kerja, KPP Pratama Sumedang membuka Pos Pelayanan yang beralamat di Jalan Mayor Abdurachman Nomor 232 Sumedang.

(4)

3.1.2 Struktur Organisasi dan Fungsi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah. Sebagaimana instansi-instansi lainnya, KPP Pratama Sumedang mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan yang dilaksanakan. Struktur organisasi KPP Pratama Sumedang sebagai berikut:

Gambar III.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang

(5)

A. Uraian Tugas atau Jabatan di KPP Pratama Sumedang

KPP Pratama Sumedang terdiri atas unit kerja. Adapun tugas pokok dari setiap unit kerja yang ada di KPP Pratama Sumedang adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang

b. Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten Sumedang c. Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang 2. Sub bagian Umum

Mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-spt dan e-filing dan penyiapan laporan kinerja kantor.

(6)

4. Seksi Pelayanan

Mengkoordinasi penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakannya wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan/himbauan kepada wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi dan wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan di KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial) tertentu.

(7)

8. Seksi Pemeriksaan

Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Pejabat Fungsional bertugas melakukan pemeriksaan perpajakan terhadap wajib pajak di lingkungan KPP Pratama Sumedang.

Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.

3.1.3 Aktifitas KPP Pratama Sumedang

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dibidang Administrasi Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Tidak Langsung di wilayah Sumedang berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Adapun aktifitas KPP Pratama Sumedang sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian perpajakan.

2. Melakukan urusan tata usaha wajib pajak.

(8)

3. Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

4. Melakukan urusan tata usaha penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan, dan restitusi PPh, PPN dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan memerlukan suatu metode sebagai langkah- langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif verifikatif.

Menurut Sugiyono (2017:8) penelitian kuantitatif adalah:

Metode penelitian kuantitatif dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2017:35) adalah:

Pendekatan metode penelitian deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada saat variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain.

Menurut Sugiyono (2017:8) mendefinisikan bahwa metode verifikatif adalah metode penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan variabel mandiri yaitu

(9)

mendeskripsikan periode penagihan pajak, e-filingĀødan penerimaan pajak, sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan sehingga dapat menghasilkan hipotesis yang sebenarnya . Penelitian verifikatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui periode penagihan pajak dan e-filing terhadap penerimaan pajak.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif verivikatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data yang berupa angka-angka dan analisis berupa statistik. Dengan demikian dapat diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang akan diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang akan diteliti.

Menurut Sugiyono (2015:207) deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Desain penelitian secara kuantitatif dapat digambarkan pada gambar berikut:

(10)

Sumber: Sugiyono (2017:30)

Gambar III.2 Desain Penelitian

3.2.2 Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2017:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiyono (2017:39) terdapat dua variabel yang dapat dibedakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Variabel Bebas/Independent (Variabel X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu:

Populasi dan Sampel

Landasan Teori

Perumusan Hipotesis

Analisis Data Pengumpulan

Data

Kesimpulan dan Saran Rumusan

Masalah

(11)

1. Penagihan Pajak (X1)

Penagihan Pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika sekaligus memberitahukan Surat paksa, mengusulkan pencegaham, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyaderaan, menjual barang yang telah disita (Mardiasmo 2018:142)

2. E-filing (X2)

E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online yang real time melalui website Direktorat Jendral Pajak (www.pahak.go.id) , penyedia jasa aplikasi, atau application service provider (ASP) dengan memanfaatkan akses internet (Sakti 2015:133).

B. Variabel Terikat/Dependent (Variabel Y)

Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah penerimaan Pajak KPP Sumedang (Rialdy et al., 2019).

Tabel III.1 Operasional Variabel

No Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

1

X1 Penagihan

Pajak

Penagihan pajak dengan mengingatkan, menegur

atau melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

Jumlah Realisasi Surat Teguran dan

Surat Paksa

Rasio

(12)

penyanderaan, penyitaan, melaksanakan serta menjual

barang yang telah disita (Paksa et al., 2018).

2 X2

E-filing

E-filing merupakan sistem penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik yang dilakukan melalui sistem online dan real time melalui

perusahaan penyedia jasa aplikasi yang ditunjuk oleh

Dirjen Pajak. Seperti yang dijelaskan oleh Pandiangan

dan diharapkan dapat meningkatkan penerimaan

pajak(Gunarso, 2016)

Jumlah Realisasi penerimaan E-filing

tahunan

Rasio

3

Y Penerimaan

Pajak

Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat

diperoleh secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan

pemerintah serta kondisi masyarakat (Rialdy et al.,

2019)

Jumlah Realisasi penerimaan Pajak

KPP Sumedang tahunan

Rasio

3.2.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu data sekunder dan data primer sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2015:187) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

(13)

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2015:187) merupakan data yang sumbernya tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Data penelitian yang akan dianalisis oleh peneliti diperoleh dari KPP Pratama Sumedang tahun 2014-2017 berupa laporan data target dan realisasi penerimaan Pajak KPP Sumedang , STP yang diterbitkan, jumlah pencairan Surat Teguran dan Surat Paksa , Pelaporan e-filing.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017:137) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuisioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

Bila dilihat dari sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif bertujuan untuk membuat deskripsi,

(14)

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data dari KPP Pratama Sumedang. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:

A. Field research (Penelitian Secara Langsung)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek peneliti. Data yang diperoleh merupakan data sekunder dengan cara dokumentasi. Penelitian secara langsung yang dilakukan penulis meliputi:

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2017:145) observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan mendatangi secara langsung di KPP Pratama Sumedang.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen instansi sesuai dengan data yang diperlukan. Penelitian yang dilakukan secara langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Peneliti melakukan dokumentasi dengan mempelajari dan mencatat mengenai laporan perpajakan. Dokumentasi yang dilakukan peneliti merupakan pengumpulan data laporan perpajakan yang dikelola KPP Pratama Sumedang.

(15)

B. Library Research (Studi Pustaka)

Penelitian kepustakaan yang dilakukan sebagai usaha memperoleh data-data dari literatur, sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah, membaca, dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan.

Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui jurnal yang berkaitan dengan variabel penelitian ini.

C. Riset Internet (Online Research)

Pada penelitian ini peneliti berusaha memperoleh data dan informasi dari berbagai situs-situs atau website di internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.2.5 Rancangan Analisis Data dan Hipotesis A. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017:199) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatannya berupa mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Data yang terhimpun dari hasil penelitian akan peneliti bandingkan antara data yang di lapangan dengan data kepustakaan yang kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Berdasarkan jenis data dan analisis, penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Dalam melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk mencapai suatu kesimpulan, peneliti melakukan perhitungan

(16)

pengolahan dan penganalisaan dengan bantuan dari program Eviews10 untuk meregresikan model yang telah dirumuskan. Langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017:147) mengemukakan bahwa analisis deskriftif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang akan diteliti, dianalisis kemudian diinterpretasikan sehingga memperoleh gambaran yang sebenarnya. Analisis deskriptif dengan penjelasan secara mendalam dengan menggunakan tabel dan grafik.

A. Rasio Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Efektivitas = Pencairan Tunggakan ST dan SP di KPP

Jumlah Tunggakan ST dan SP di Terbitkan KPP š‘„ 100%

Tabel III.2

Klasifikasi Pengukuran Efektivitas Persentase Kriteria

>100% Sangat efektif

90-100% Efektif

80-90% Cukup Efektif

60-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif Sumber: Kepmendagri

B. Rasio Kontribusi Penerimaan Tunggakan Pajak terhadap Penerimaan Pajak RPTP =Pencairan Tunggakan Pajak di KPP

Penerimaan Pajak di KPP š‘„ 100%

(17)

C. Rasio Kontribusi Penerimaan E-filing terhadap Penerimaan Pajak RPE =Pelaporan šø āˆ’ š‘“š‘–š‘™š‘™š‘–š‘›š‘” di KPP

Penerimaan Pajak di KPP š‘„ 100%

Tabel III.3

Klasifikasi Pengukuran Kontribusi Persentase Kriteria 0,00-10% Sangat kurang 10,10-20% Kurang 20,10-30% Sedang 30,10-40% Cukup baik 40,10-50% Baik

>50% Sangat baik Sumber: Kepmendagri

2. Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2017:6) mengemukakan bahwa penelitian verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat hasil yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan akan dijelaskan secara verifikatif yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Regresi Berganda

Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya.

Menurut Sugiyono (2015:277) analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turun) variabel dependent (kriterium), bila dua variabel atau lebih variabel independent sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kasual atau fungsional. Untuk menetapkan

(18)

kedua variabel mempunyai hubungan kausal atau tidak, maka harus didasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel tersebut (Sugiyono, 2015:269).

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan implementasi Penagihan Pajak dan E-filing terhadap penerimaan Pajak KPP Sumedang. Analisi regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunya) variabel dependent (penerimaan Pajak KPP Sumedang), bila dua atau lebih variabel independent (Penagihan Pajak dan E-filing) sebagai indikator. Analisis ini digunakan untuk melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependent (Y) dan setiap variabel independent (X) maka rumus regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2017:253)

Keterangan:

Y = Penerimaan Pajak a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X1 = Penagihan Pajak

X2 = E-filing

Īµ = Eplison (pengaruh faktor lain) atau standart error Y = a + b1X1 + b2X2 + Īµ

(19)

Regresi berganda merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel bebas secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel terikat. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian atau model penelitian.

Menurut Sugiyono (2015:66) paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis serta teknik statistik yang akan digunakan. Bentuk paradigma dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan dua variabel independent penelitian sebagai berikut:

r1 R r2

Gambar III.3

Paradigma Penelitian

b. Analisis Korelasi

Menurut Sugiyono (2014:240) mengemukakan bahwa hipotesis asosiatif diuji dengan teknik korelasi. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara tiga variabel. Korelasi juga tidak menunjukan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependent dan independent.

X1

X2

Y

(20)

1. Koefisien korelasi parsial antara X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstanta dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

rx1y = n( Ī£x1y ) ā€“ ( Ī£x1Ī£y1 ) āˆš{š‘›Ī£x12 ā€“ (Ī£x1)2}{nĪ£y2 ā€“ (Ī£y)2} Sumber: Sugiyono (2014:241)

2. Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, bila X1 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2014:241)

3. Koefisien korelasi secara simultan antar variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2015:241)

Besarnya koefisien korelasi adalah -1 ā‰¤ r ā‰¤1:

(a) Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.

(b) Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi:

(a) Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara tiga variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

rx2y = n(Ī£x2y) ā€“ Ī£x2Ī£y)

āˆš{š‘›Ī£x22 ā€“ (Ī£x2)2} {nĪ£y2 ā€“ (Ī£y)2)

rx1x2y = b1Ī£x1y + b1Ī£x2y Ī£y2

(21)

(b) Jika r = +1 atau mendekati -1, maka hubungan antara tiga variabel kuat dan mempunyai hubungan searah.

Sedangkan harga r akan dikondisikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:

Tabel III.4

Interprestasi i Koefisien Korelasi Interval

Koefisien

Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2014:242)

1. Koefisien determinasi

Menurut Sugiyono (2014:244) analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien (r2) yang ditemukan. Analisis koefisien determinasi (Kd) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independent (X) berpengaruh terhadap variabel dependent (Y) yang dinyatakan dalam presentase.

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2014:244) Keterangan:

Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan variabel X Kd = r2 X 100%

(22)

r2 = Kuadrat koefisien korelasi

Untuk memudahkan pelaksanaan analisis data, maka penelitian ini akan menggunakan program Eviews 10.

2. Rancangan Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh periode penagihan pajak dan e-filing terhadap penerimaan pajak secara parsial maupun simultan, maka dilakukan pengujian hipotesis. Berikut pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Pengujian Secara Parsial

Pengujian secara parsial untuk melihat lebih jelas variabel mana dari variabel bebas yang pengaruhnya signifikan terhadap persistensi laba untuk menguji koefisien masing-masing variabel bebas tersebut dilakukan uji t.

Menurut Ghozali (2013:98), uji t digunakan untuk:

"Menguji hipotesis secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen".

Langkah-langkah dalam uji t adalah sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis

Adapun hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1) Hipotesis parsial antara variabel bebas periode penagihan pajak terhadap variabel terikat penerimaan pajak.

H1 = Ho : Ī² = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak.

(23)

Ha : Ī² ā‰  0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak.

2) Hipotesis parsial antara variabel bebas efilling terhadap variabel terikat penerimaan pajak.

H2 = Ho : Ī² = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara e-filing terhadap penerimaan pajak.

Ha : Ī² ā‰  0 terdapat pengaruh yang signifikan antara e-filing terhadap penerimaan pajak.

b. Menentukan tingkat signifikansi

Uji signifikansi terhadap hipotesis yang telah ditentukan dengan menggunakan uji t. Menurut Sugiyono (2017:255) rumus untuk menguji t hitung adalah sebagai berikut :

Sumber : Sugiyono (2017:255) Keterangan :

t = Nilai Uji t

r = Koefisien Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah Sampel

Cara untuk melakukan uji t adalah dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

t =

š‘Ÿ āˆšn āˆ’ 2

āˆš1āˆ’ š‘Ÿ2

(24)

Sedangkan kriteria dari pengambilan hipotesis yang digunakan = 0,05 ataun 5%. Yang memiliki ketentuan sebagai berikut:

Jika thitung ā‰„ ttabel, dengan a = 5% maka Ho ditolak artinya signifikan

Jika thitung ā‰¤ ttabel, dengan a = 5% maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

2. Pengujian Secara Simultan

Dalam penelitian ini pengujian secara simultan menggunakan uji F.

melakukan uji F digunakan untuk menguji atau mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen uji F dilakukan dengan langkah membandingkan Fhitung

dan Ftabel. Maka pengujian menggunakan uji statistik F dengan langkah- langkah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

H3 = Ho : Ī² = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penagihan pajak dan e-filing terhadap penerimaan pajak.

Ha : Ī² ā‰  0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara penagihan pajak dan e- filing terhadap penerimaan pajak.

Menentukan tingkat signifikansi

Ditentukan dengan tingkat signifikansi dua arah (two tailed) sebesar 5% atau Ī± = 0,05, dengan rumus :

1) Df1 = k-1 (k = banyaknya variabel) 2) Df2 = n-k (n = jumlahnya sampel) b. Mencari nilai Fhitung

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak secara bersama-sama atau serentak. Jika Fhitung >

(25)

Ftabel, maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh signifikan secara bersama-sama antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak, sedangkan jika Fhitung < Ftabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara penagihan pajak dan e-filing terhadap penerimaan pajak.

Cara menghitung Fhitung yaitu sebagai berikut :

Sumber : Sugiyono (2017:252) Keterangan :

R2 = Koefisien Korelasi ganda (simultan) k = Jumlah variabel

n = Jumlah anggota sampel

Jika Fhitung ā‰„ Ftabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak dan sebaliknya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi, jika signifikansi > 5% maka Ha ditolak serta membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima dan begitupun sebaliknya. Adapun kriteria uji hipotesisnya yaitu sebagai berikut :

Jika Fhitung < Ftabel, dengan a = 5% maka Ha ditolak artinya tidak signifikan.

Jika Fhitung > Ftabel, dengan a = 5% maka Ha diterima artinya signifikan.

Fhitung = š‘…2 / š‘˜ ( š‘˜āˆ’š‘…2 )/ (š‘›āˆ’š‘˜āˆ’1)

Referensi

Dokumen terkait