• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok hutang luar negeri indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelompok hutang luar negeri indonesia "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

EKONOMI PEMBANGUNAN

“UTANG LUAR NEGERI INDONESIA DAN PEMBANGUNAN”

Anggota:

M. Saputro Hadi (11.6803)

Viola Rachma Safitri (12.7416) Wulan Mardhika Putri (12.7432) Yuliana Livi Andam Putri (12.7446)

TAHUN 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersyukur. Dengan petunjuk-Nya pula penulis dapat menyelesaikan paper Ekonomi Pembangunan dengan judul “Utang Luar Negeri Indonesia dan Pembangunan” sebagai salah satu tugas pelengkap mata pelajaran Ekonomi Pembangunan di kelas 2F Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyatakan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu mempersiapkan paper ini, khususnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Abuzar Asra selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi penyusunan maupun isi, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan paper ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Penulis mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan paper ini.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Sub Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

Alasan Melakukan Utang Luar Negeri ... 3

Daftar Pemberi Utang Luar Negeri Indonesia ... 3

Sektor-sektor Pengguna Utang Luar Negeri ... 4

Pengaruh Utang Pemerintah Terhadap Pembangunan Ekonomi ... 4

Dampak Positif Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia .. 5

Dampak Negatif Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia .. 5

Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi yang Terjadi di Negara Maju ... 6

Usaha Pemerintah Saat Ini Untuk Mengatasi Utang Luar Negeri ... 6

Rekomendasi Penanganan Utang Luar Negeri ... 9

Studi Kasus ... 10

BAB III PENUTUP ... 17

Kesimpulan ... 17

Saran ... 17

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, oleh sebab itu banyak negara yang ingin menguasai, memeras dan menguras bangsa Indonesia. Sejak kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mulai membangun negaranya agar menjadi negara yang mandiri, demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur.

Setelah merdeka, pemerintahan Indonesia memiliki warisan utang luar negeri yang diwariskan oleh pemerintahan Hindia Belanda, walaupun utang tersebut tidak pernah dibayar oleh pemerintahan Indonesia, akan tetapi pemerintah Indonesia memiliki utang yang baru. Utang pemerintah merupakan utang yang digunakan untuk melancarkan pembangunan perekonomian Indonesia.

Pembangunan perekonomian suatu bangsa merupakancarayang paling pertama dilakukan oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat suatu bangsa. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak hanya dapat dilakukan dengan bertekat dan semangat yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun, tetapi harus didukung juga oleh ketersediaan sumberdaya ekonomi, baik sumberdaya alam; sumberdaya manusia; dan sumberdaya modal yang produktif. Jadi, tanpa adanya daya dukung yang kuat dari sumberdaya ekonomi yang produktif, maka pembangunan ekonomi mustahil dapat dilaksanakan dengan baik dan memuaskan. Adapun kepemilikan terhadap sumberdaya ekonomi ini oleh negara-negara dunia ketiga atau negara-negara sedang berkembang tidaklah sama. Ada negara yang memiliki kelimpahan pada jenis sumberdaya tertentu, ada pula yang kekurangan.

(5)

Pinjaman-pinjaman dari negara-negara lain ini tidak bersifat cuma-cuma, tetapi dengan berbagai konsekuensi baik yang bersifat komersil maupun politis.

Pada satu sisi, datangnya pinjaman dari luar negeri tersebut dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan ekonomi nasionol pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional masyarakat meningkat. Tetapi pada sisi lain, diterimanya pinjaman dari luar dapat menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, dan akan menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyat.

Utang pemerintah sudah berawal sejak masa jabatan presiden Soekarno, dan berlanjut ke masa presiden Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, serta hingga sampai dengan presiden sekarang Soesilo Bambang Yudhoyono. Dalam artian bahwa sejak merdeka pemerintah Indonesia sudah memiliki pinjaman dari negara-negara lain (utang) yang wajib dibayar dan setiap pergantian kepala pemerintahan, pemerintahan baru tersebut sudah memiliki kewajiban terhadap negara pemberi pinjaman. Oleh sebab itu,kami ingin mengangkat masalah mengenai ” Utang Pemerintah Indonesia dan Pembangunan ”.

2. Perumusan Masalah

Utang pemerintah Indonesia sangat perlu diketahui mengingat sejak lahir kita semua sudah memiliki kewajiban utang kepada negara-negara pemberi pinjaman karena kita merupakan warga negara Indonesia. Oleh karena itu, yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimanakah Utang Pemerintah Indonesia ?

3. Sub Masalah

 Apa saja dampak yang disebabkan oleh utang luar negeri terhadap pembangunan Indonesia?

 Mengapa Indonesia melakukan utang luar negeri?  Bagaimana cara Indonesia mengatasi utang luar negeri?

 Apa pengaruh utang luar negeri terhadap pembangunan Indonesia?

(6)

PEMBAHASAN I. Alasan Melakukan Utang Luar Negeri

1) Banyak modal yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana.

Pemerintah merupakan penggerak utama perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, oleh karena itu pemerintah membutuhkan banyak modal untuk membangun berbagai prasarana dan sarana, namun kemampuan finansial atau keuangan yang dimiliki pemerintah masih terbatas atau kurang, disinilah munculnya utang kepada luar negeri.

2) Pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.

3) Datangnya modal dari luar negeri.

Modal dari luar negeri dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi pada sisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-negara yang sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.

II. Daftar Pemberi Utang Luar Negeri Indonesia

Hingga Oktober 2013, utang luar negeri Indonesia tembus USD 262,4 miliar (Rp 3.204 triliun) yang terdiri dari utang pemerintah dan swasta. Berdasarkan keterangan pers Bank Indonesia, pemberi utang luar negeri Indonesia terdiri dari 3 unsur, yaitu Negara memberi pinjaman, totalnya mencapai USD 190 miliar. Kemudian yang kedua adalah organisasi internasional yang total pinjamannya mencapai 26,2 miliar. Disusul sumber-sumber lainnya sekitar USD 46,2 miliar.

(7)

Untuk organisasi internasional pemberi pinjaman luar negeri ke Indonesia yang terbesar adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), anak usaha Bank Dunia, dengan total pinjaman mencapai USD 10,5 miliar. Disusul oleh Asian Development Bank (ADB) dengan total pinjaman USD 9,8 miliar. Selanjutnya adalah Dana Moneter Internasional (IMF) dengan total pinjaman mencapai USD 3 miliar. Masih ada pula organisasi lain yang memberi pinjaman dibawah USD 3 miliar seperti IDB.

Posisi utang luar negeri Indonesia yang mencapai USD 262,4 miliar terbagi utang luar negeri pemerintah dan bank central mencapai USD 125,8 miliar serta utang swasta sebesar USD 136,6 miliar.

III. Sektor-sektor Pengguna Utang Luar Negeri

Berdasarkan data BI yang dikutip merdeka.com, Minggu (22/12), sector ekonomi yang paling besar menggunakan adalah sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan seperti leasing dan business service. Posisi utang sector tersebut hingga Oktober 2013 adalah USD 111,7 miliar.

Kemudian sector kedua terbesar adalah sector manufaktur atau pengolahan yang mencapai USD 30 miliar. Lalu disusul sector pertambangan dan penggalian yang posisi utang luar negerinya sebesar USD 25,2 miliar. Sector ekonomi selanjutnya yang terbesar utang luar negerinya adalah sector gas, listrik dan air bersih dengan porsi USD 20,8 miliar.

Setelah itu disusul oleh sector jasa-jasa dan sector lain, posisi utang luar negerinya masing-masing USD 17,5 miliar dan 17 miliar. Serta sector lain seperti pengangkutan dan komunikasi yaitu USD 12,8 miliar dan sector pertanian sekitar USD 8,7 miliar dan terakhir sector perdagangan, hotel dan restoran yaitu USD 7,4 miliar.

IV. Pengaruh Utang Pemerintah Terhadap Pembangunan Ekonomi

(8)

kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena masyarakat tersebut tidak mampu membeli bahan pokok yang harganya melonjak pesat.

Dampak utang luar negeri pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi banyak dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan bukti empiris juga telah menunjukkan bahwa sejumlah Negara memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk melaksanakan pembangunannya dapat berhasil dengan baik. Dalam berbagai model analisis regresi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dengan model tertentu, terlihat bahwa utang luar negeri justru berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya saja terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, yaitu karena ekonomi nasional terlalu bergantung terhadap pinjaman luar negeri.

V. Dampak Positif Utang Luar Negeri terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara, akibat pembiayaan rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri tersebut menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia.

VI. Dampak Negatif Utang Luar Negeri terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia 1. Rakyat pembayar pajak harus merelakan sebagian pajak yang dibayarkannya

digunakan pemerintah untuk membayar cicilan pokok utang dan bunga. Rakyat harus ikhlas membiarkan pemerintah memotong jatah dana pembangunan dari APBN, yang semestinya bisa untuk membiayai program peningkatan kesejahteraan rakyat, terpaksa digunakan untuk membayar cicilan pokok utang dan bunga.

2. Utang menyuburkan lahan korupsi bagi aparat birokrasi terkait di Negara penerima. Semakin besar utang suatu Negara, semakin besar pula potensi korupsi dan penyalahgunaan dan utang tersebut. Lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF sebagai pemberi utang pun cenderung membiarkan saja dana yang diutangkan itu bocor dalam penggunaannya. Muncul tuduhan dan kritikan bahwa selama ini tujuan mereka memberikan utang kepada Indonesia semata-mata untuk meraup pendapatan bunga sebesar-besarnya,tanpa ambil pusing dana yang diutangkan tersebut mengalami kebocoran.

(9)

proyek-proyek pemerintah yang dibiayai oleh utang luar negeri, misal: proyek-proyek tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Negara pemberi utang. Biasanya Negara calon pemberi utang mengharuskan penggunaan komponen-komponen yang berasal dari negaranya sehingga menyebabkan kemencengan yang memungkinkan terjadinya inefisiensi proyek-proyek tersebut.

4. Komponen utang luar negeri justru mendominasi hampir seluruh pengeluaran pembangunan pemerintah sehingga menimbulkan tingkat ketergantungan yang tinggi pada utang luar negeri. Tidak ada tahun anggaran yang terlewatkan tanpa utang luar negeri. Sebagian besar pengeluaran rutin pemerintah tersedot untuk pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri sehingga mengurangi kemampuan pemerintah untuk berinvestasi. Penurunan investasi pemerintah tersebut akan berdampak pada menurunnya total investasi nasional sehingga juga akan mengurangi tabungan masyarakat melalui penurunan output nasional.

VII. Mengantisipasi dampak krisis ekonomi yang terjadi di Negara – Negara maju 1. Memperkuat cadangan dana krisis di suatu Negara untuk menahan gempuran krisis

keuangan. Misalnya saja The European Financial Stability Facility and European Stability Mechanism tercatat saat ini memiliki 740 miliar euro sebagai dana cadangan untuk menghadapi krisis ekonomi.

2. Menanggulangi krisis ekonomi dengan pengaturan sistem ekonomi maupun politik sehingga ekonomi sebuah Negara atau seluruh dunia dapat bertahan dan berjalan secara stabil

VIII. Usaha pemerintah Saat Ini Untuk Mengatasi Utang Luar Negeri

Pemerintah sendiri terbagi menjadi dua yaitu kebijakan pemerintah dalam ekonomi makro dan dalam ekonomi mikro. Ekonomi makro menganalisis masalah tentang keseluruhan kegiatan perekonomian sedangkan ekonomi mikro menganalisis mengenai bagian – bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.

1) Permasalahan Ekonomi Makro a) Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

(10)

Tertinggal), KUK (Kredit Usaha Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) PKT (Program Kawasan Terpadu), GN-OTA dan program wajib belajar.

b) Krisis Nilai Tukar

Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sektor swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.

c) Masalah Utang Luar Negeri

Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar AS yang relatif tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak.Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan Internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

d) Masalah Perbankan dan Kredit Macet

Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh masyarakat secara besar-besaran (rush).

Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bank yang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan suku bunga SBI.

e) Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi.

(11)

Yaitu segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.

Ø Kebijakan Fiskal

Yaitu kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

f) Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran

Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai lapangan kerja.

2) Permasalahan Ekonomi Mikro

a) Masalah Harga Dasar dan Harga Tinggi

Pengaruh dari krisis ekonomi yang melanda saat ini adalah melambungnya harga berbagai jenis barang yang di butuhkan oleh produsen dan kosumen. Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan pemerintah mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan penentuan harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk membantu konsumen.

b) Meningkatnya Permintaan Beras

Gagal panen akan menyebabkan berkurangnya penawaran beras sehingga harga beras akan naik. Tingginya harga beras akan menambah beban hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap. Untuk mengatasi pasokan beras ini, pemerintah melakukan program impor beras melalui tender terhadap beberapa perusahaan swasta nasional dan asing.

(12)

Sehubungan dengan naiknya harga BBM, para pengusaha angkutan umum penyesuaian tarif angkutan umum dengan menetapkan tarif resmi bagi para pengusaha bus kota, angkutan kota dan taksi. Besarnya tarif resmi ini tentu tidak memberatkan konsumen atau juga tidak merugikan pengusaha angkutan umum.

d) Masalah Monopoli

Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar terhadap barang atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Perusahaan yang melakukan praktik monopoli seringkali mempermainkan dan menetapkan harga tanpa mempertimbangkan kelompok masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal seperti ini akan menghancurkan para pesaing. Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli, pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

e) Masalah Distribusi

Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan tingkat harga barang menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen. Untuk itu, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk memperpendek jalur distribusi sehingga harga barang ketika sampai ke tangan konsumen tidak mahal.

IX. Rekomendasi Penanganan Utang Luar Negeri

1. Perlunya segera melepaskan ketergantungan terhadap utang luar negeri secara bertahap.

Kebijakan ini dilakukan dengan mengurangi jumlah utang, hal ini akan mengurangi beban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo.

(13)

Melakukan pemantauan (monitoring) dan kajian (assesment) terhadap risiko yang terkandung dalam struktur utang yang ada, dan merekomendasikan perbaikan dalam struktur utang di masa yang akan datang. Utang dan risiko tersebut diharapkan sesuai dengan arus kas untuk menghindari risiko kegagalan dalam memenuhi kewajiban. 3. Menjaga transparansi dan akuntabilitas publik.

Untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas publik, harus ada keterbukaan atas aspek-aspek penting operasi pengelolaan utang dan informasi mengenai kondisi keuangan pemerintah, aset dan kewajiban pemerintah, dan audit atas seluruh aktivitas pengelolaan utang.

X. STUDI KASUS

Sebagian besar Negara di dunia berupaya untuk mempercepat pembangunan negaranya. Pembangunan dilakukan dalam semua aspek. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas, pembangunan pendidikan dan kesehatan, dan pembangunan lainnya. Semua pembangunan yang dilakukan selalu merujuk kepada kesejahteraan rakyatnya.

Tidak semua capital yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga setiap Negara membutuhkan bantuan pihak lain dalam bentuk pinjaman, baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri. Begitu juga dengan Indonesia. Sebagai Negara berkembang, Indonesia berupaya untuk mempercepat pembangunan demi kemajuan bangsa. Indonesia melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral suapaya mendapatkan suntikan dana segar dengan bunga yang rendah sehingga tidak memberatkan Negara dalam membayarnya.

Sri Mulyani berpendapat bahwa utang adalah instrument untuk mencapai kesejahteraan (2009). Dengan utang Negara bisa membiayai defisit APBN sehingga tidak mengganggu pembangunan yang sedang berlangsung. Pengelolaan utang yang tepat sasaran dan transparan sangat diperlukan. Utang yang dilakukan bisa berdampak buruk bagi pekembangan perekonomian suatu Negara jika tidak diolah dengan baik.

Profil Utang Indonesia

Dalam beberapa tahun ini utang Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan nilai nominal utang Indonesia diakibatkan oleh beberapa factor, yaitu:

a. Akumulasi hutang di masa lalu (legacy dept) yang merupakan refinancing yang cukup besar.

(14)

 Depresi rupiah terhadap mata uang asing  BLBI dan Rekapitalisasi Perbankan,

c. Pembiayaan defisit APBN yang merupakan keputusan antara pemerintah dan DPR-RI. Hal ini dilakukan untuk:

 Menjaga stimulus fiskal misalnya pembangunan infrastruktur, pertanian dan energy, dan proyek padat karya.

 Pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat misalnya PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, Subsidi.

 Mendukung pemulihan dunia usaha termasuk misalnya intensif pajak.  Mempertahankan anggaran pendidikan 20%.

 Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista)  Melanjutkan reformasi birokrasi

Gambar 1. Utang Indonesia tahun 2000 sampai 2013

(15)

Gambar 2. Perkembangan Rasio utang Indonesia terhadap PDB.

Rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto dari tahun ke tahun menurun. Pada tahun 2008 berada pada angka 33%. Tahun 2009 turun menjadi 28,3%, 26.1 tahun 2010, 24.1 tahun 2011, 24% tahun 2012 dan kembali turun pada tahun 23.4%. Dari data di atas, kondisi utang Indonesia masih dibilang aman. Masih banyak Negara lain yang memiliki rasio utang-PDB tinggi. Negara maju pun tidak terlepas dari jeratan hutang. Rasio utang Amerika Serikat terhadap PDB sebesar 108%, Jepang 245%, Inggris 90,7%, Jerman 82,8% dan Perancis 89,9% terhadap PDB masing-masing.

(16)

cheque bahkan surat atau instrumen lainnya yaitu bilyet deposito berjangka, buku tabungan, surat angkutan udara dan bilyet giro.

Sumber : Kementrian Keuangan dan BPS, diolah 2. Likuiditas

(17)

Gambar 3. Defisit dan pembiayaan APBN 2008-2013

2008 2009 2010 2011 2012 2013 0

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

Perbandingan pengeluaran dan defisit Anggaran tahun 2008-2013

Ju

m

la

h

(

tr

il

iu

n

)

(18)

Persentase defisit anggaran pemerintah dari tahun ke tahun cenderung naik. Kenaikan itu mencapai puncaknya mencapai 12,99% dari total dari belanja Negara yang tidak bisa diatasi oleh pendapatan Negara. Kenaikan ini terjadi secara bertahap, mulai dari 0,42% pada tahun 2008 menjadi 9,45% di tahun 2009, selanjutnya turun 4,49% tahun 2010. Tetapi penurunan ini tidak bisa dipertahankan sehingga pada tahun 2011 kembali naik menjadi 6,52% dan tahun 2012 berada pada nilai 10,27%. Hal ini membuat Indonesia harus mencari dana segar dari pihak lain untuk menutupi lobang yang tidak bisa diisi lagi. Dana segar itu bisa berasal dari luar negeri berupa pinjaman multilateral dan bilateral, bisa juga berasal dari dalam negeri. Cara lain yang digunakan pemerintah adalah menerbitkan Surat Berharga Negara. Seperti yang digambarkan pada gambar 3, sebagian besar defisit anggaran belanja Negara ditutupi dengan Surat Berharga Negara.

Rating obligasi

Rating adalah suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya (Rudiyanto, 2011). Suatu rating terdiri dari 2 bagian Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan membayar hutang sedangkan Outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat apakah Rating akan naik, turun atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling tinggi hingga paling rendah secara umum adalah sebagai berikut

 Investment Grade o AAA atau Aaa

o AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2 dan Aa3 o A+, A, dan A- atau A1, A2 dan A3

o BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2 dan Baa3

 Non Investment Grade (junk Bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa o BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3

o B+, B dan B- atau B1, B2 dan B3

o CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3 o CC+, CC dan CC- atau Ca11, Ca2 dan Ca3

(19)

Investment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya. Sehingga bagi investor yang mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih rating Investment Grade. Praktek pada perusahaan lebih detail lagi. Ada perusahaan yang menerapkan screening yang lebih mendalam seperti harus BUMN atau kalaupun investment Grade minimal A. Rating BBB dianggap masih belum aman.

Non Investment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Supaya bisa berhasil umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi sehingga disebut juga dengan High Yield Bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif. Sebab jika ternyata perusahaan berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya, imbal hasil yang diterima bisa sangat tinggi.

Bagaimana dengan Indonesia?

(20)

BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN

1. Alasan Pemerintah melakukan utang luar negeri adalah banyak modal yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana, pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo, datangnya modal dari luar negeri.

2. Posisi utang luar negeri Indonesia yang mencapai USD 262,4 miliar terbagi utang luar negeri pemerintah dan bank central mencapai USD 125,8 miliar serta utang swasta sebesar USD 136,6 miliar. Negara pemberi utang terbesar ke Indonesia adalah Singapura, Amerika Serikat, dan Jepang.

3. Sektor-sektor pengguna utang luar negeri Indonesia adalah ekonomi, sektor manufaktur dan pengolahan.

4. Dampak positif utang luar negeri dalam jangka pendek menutupi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara, sedangkan dampak negatifnya adalah sebagian pajak yang dibayar rakyat harus digunakan untuk membayar utang, dan timbulnya ketergantungan Indoneesia terhadap utang.

5. Indikator baik buruknya kondisi utang suatu Negara dapat dilihat dari jumlah utang, solvabilitas, dan likuiditas.

II. SARAN

Dalam proses pembangunan negara menjadi lebih maju tentu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan jalan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan negara adalah dengan melakukan pinjaman ke luar negeri. Dengan modal tersebut negara bisa membangun berbagai sarana dan memajukan ekonomi bangsa.

Namun utang luar negeri selalu memiliki masalah tersendiri bagi suatu negara, apalagi berkaitan dengan pembangunan. Walaupun tak selamanya berdampak negatif, namun perlu adanya penanganan tersendiri untuk menghadapi masalah ini agar nantinya tidak menghambat pembangunan ekonomi suatu negara.

(21)

keterbukaan dalam pengelolaan utang dan informasi mengenai kondisi keuangan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

http://m.merdeka.com/uang/ini-pemberi-utang-luar-negeri-indonesia-hingga-rp-3148-triliun.html

(22)

http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/10/19/mengenal-rating-surat-hutang-negara/ http://reyhanaes.blogspot.com/2013/09/perbandingan-hutang-indonesia-dengan.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30164/3/Chapter%20II.pdf

Gambar

Gambar 1. Utang Indonesia tahun 2000 sampai 2013
Gambar 2. Perkembangan Rasio utang Indonesia terhadap PDB.
Gambar 3. Defisit dan pembiayaan APBN 2008-2013

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil analisis observasi yang dilakukan pada siswa kelas VIII-1 MTs N Tebing Tinggi sebagai kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata keseluruhan

diasumsi berasal dari kata klang. Klang berasal dari bahasa Thailand Tengah. 7) Paman atau Bibi keempat Sapaan nyang digunakan untuk menyapa paman atau bibi, anak

Ibu : Rara coba cocokkan kartu warnanya ke sini (menunjuk kertas warna), bisa sayang.. Rara : Bisa (mengambil kartu-kartu warna lalu mulai menyocokkannya dengan

“Pengaruh Indeks Hang Seng, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2018)”. Oleh karena itu untuk

Setelah dilakukan seleksi kandidat serta pemodelan diperoleh hasil nilai Exp (B) atau disebut juga Odds Ratio (OR) dari yang paling besar sebagai berikut : Variabel

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Selanjutnya melakukan pengambilan gambar dan melakukan pendeskripsian, yang terakhir melakukan pembuatan yang outputnya berupa poster dan brosur yang dimana dapat digunakan oleh

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul :