• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH

Development Of Islamic Banking System

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Zein Muttaqin, S.E.I.,M.A.

Disusun oleh :

Nama NIM

Celine Junisyah Amarilis 14423185

Seri Aminah Harahap 14423101

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia mengenai Perkembangan Sistem

Perbankan Syariah ini.

Adapun makalah Bahasa Indonesia tentang Perkembangan Sistem Perbankan

Syariah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang

telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari

semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi

penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada

dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin

memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah

Bahasa Indonesia ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Bahasa Indonesia

ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan

inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 17 Desember 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Bank Syariah ... 3

B. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia ... 4

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah ... 5

BAB III PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi Islam akhir-akhir ini begitu pesat. Dalam tiga

dasawarsa ini mengalami kemajuan, baik dalam bentuk kajian akademis di

Perguruan Tinggi maupun secara praktik operasional. Dalam bentuk kajian,

ekonomi Islam telah di kembangkan di berbagai University, baik di

negara-negara muslim juga negara-negara barat. Misalnya di Inggris ada beberapa university

yang telah mengembangkan kajian ini seperti University of Durham,

University of Portsmouth dan yang lainnya. Di Amerika sendiri dikaji di

University of Harvard, bahkan Australia pun melakukan hal yang sama di

University of Wolongong. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam

berkembang dan menjadi pusat kajian dunia, terutama dalam

mengembangkan kegiatan dunia usaha yang semakin global dan kompleks.

Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan Syariah, pada awalnya

berkembang secara perlahan, namun kemudian mulai menunjukkan

perkembangan yang semakin cepat mencapai prestasi pertumbuhan jauh di

atas perkembangan perbankan konvensional. Di Indonesia perbankan Syariah

muncul sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha

perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Perbankan Syariah di

Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai dengan

berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Pada kesempatan ini akan membahas tentang perkembangan perbankan

syariah yang ada diseluruh penjuru dunia. Perbankan Syariah merupakan

suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam

(syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama

Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan

bunga pinjaman (riba),1 serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha

berkategori terlarang (haram).

1

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan

masalah dalam pembahasan ini adalah :

1. Bagaimana pengertian dari Bank Syariah ?

2. Bagaimana latar belakang berdirinya Bank Syariah ?

3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Bank syariah ?

4. Bagaimana Implikasi Kebijakan Pemerintah terhadap Perkembangan

Perbankan di Indonesia ?

C. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan

pembahasan, ada pun tujuannya yakni sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Bank Syariah secara umum.

2. Untuk mengetahui kapan Bank Syariah di dirikan.

3. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Bank Syariah.

4. Untuk mengetahui Implikasi Kebijakan Pemerintah terhadap

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak

istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank

Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa

Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank).2Bank islam adalah

lembaga keuanga/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan Al-quran dan Hadits Nabi Saw. Dengan kata lain, bank islam

adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan

jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Antonio dan

perwata admadja membedakannya menjadi dua pengertian yaitu bank islam

dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariat islam adalah :

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip islam

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al-quran dan Hadits.

Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam

adalah bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat

islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.

Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu mengikuti

ketentuan-ketentuan syariat islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah

itu harus diauhi oleh hal-hal dan praktek-praktek yang dikhawatirkan

mengandung unsur riba untuk di isi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas

dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah

mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah.

Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan

2

(7)

unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta

tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada

prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank

Umum Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah).3

B. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam

laulu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan

dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu

berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utamanya..

kegiatan dan usaha bank akan slalu berkaita dengan komoditas antara lain :

1. Pemindahan uang

2. Menerima dan pembayaran kembali uang dalam rekenig koran

3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berharga

lainnya

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel,surat wesel,kertas dagang

6. Memberi kredit, dan

7. Memberi jaminan kredit

Gagasan untuk mendirikan bank syariah di indonesia sebenarnya sudah

muncul sejak pertengahan tahun 1970an. Ini dibicarakan pada seminar

nasional hubungan indonesia timur tengah pada 1974 dan pada tahun 1975

dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh lembaga studi

ilmu-ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan Bhiineka Tunggal Ika. Namun ada

beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini.

(8)

2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis,

merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara islam

dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah.

3. Masih dipertanyakan siapa yang bersedia menaruh modal dalam

ventura semacam itu sementara pendiri bank baru dari timur tengah

masih dicegah, anatara lain pembatasanbank asing yang ingin

membuka kantornya di indonesia.

Di indonesia pelopor perbankan syariah adalah muamalat indonesia.

Berdiri tahun 1991, bank ini di prakarsi oleh Majelis Ulama Indonesia ( MUI)

dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (

ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis

moneter pada tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya sepertiga dari modal

awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan

menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di indonesia telah di atur

dalam undang-undang 7 tahun 1992 tentang perbankan. Hingga tahun 2007

terdapat 3 institusi bank syariah di indonesia yaitu bank muamalat indonesia,

bank syariah mandiri dan mega syariah sementara itu bank umum pada tahun

2016 yang telah memilih unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya

merupakan bank besar seperti bank negara indonesia ( persero), Bank Rakyat

Indonesia (Persero), Bank swasta Nasional, Sistem Syariah juga teah

digunakan oleh Bank Pengkreditan Rakyar, saat ini telah berkembang 165

BPR Syari’ah.

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah

Pada awalnya pembentukan bank islam banyak diragukan karena beberapa

alasan. Pertama, banyak orang yang beranggapan bahwa sistem perbankan

bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak mungkin dan tidak lazim.

Kedua, keraguan tentang bagaimana bank islam akan membiayai

operasionalnya.4

Berikut adalah tahapan sejarah dan perkembangan bank syari’ah :5

1. Praktik Perbankan di Zaman Rasulullah SAW dan Sahabat r.a.

4

Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 131.

5

(9)

Secara umum bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat

islam, pembiayaan yang di lakukan dengan akad sesuai syariah telah

menjadi bagian tradisi umat islam sejak zaman rasulullah saw.

Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk

keperluan bisnis dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman

uang, telah lazim dilakukan sejak zaman rasulullah saw. Dengan

demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima

deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak

zaman rasulullah saw.

Rasulullah saw yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh

masyarakat makkah menerima titipsn harta, sehingga pada saat terakhir

sebelum hijrah ke madinah, ia meminta Ali Bin Abi Thalib r.a. untuk

mengembalikan semua yang di titipi tidak dapat memanfaatkan harta

titipan. Seorang sahabat rasulullah saw, Zubai bin al-awwam r.a, memilih

tidak menerima titipan harta. Ia lebih suka menerimanya dalam bentuk

pinjaman. Tindakan titipan harta ia lebih suka menerimanya dalam

bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang

berbeda, yakni pertama, dengan mengambil uang itu sebagai pinjaman, ia

berkewajiban untuk mengembalikannya secara utuh. Dalam riwayat yang

lain disebutkan, ibnu Abbas r.a. juga pernah melakukan pengiriman uang

ke kufah dan abdullah bin Zubair r.a. melakukan pengiriman uang dari

makkah ke adiknya mis’ab bin Zubair r.a yang tinggal di irak.

Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya

perdagangan antara negeri syam dengan yaman, yang paling tidak

berlangsung dua kali dalam setahun. Bahkan, pada masa

pemerintahannya, khalifah umar bin al-Khattab r.a. menggunakan cek

untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan

menggunakan cek ini, mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang

(10)

modal kerja berbasis bagi hasil, seperti mudharabah, muzara’ah,

musaqah, telah dikenal sejak awal di antara kaum muhajirin dan kaum

anshar.

2. Praktik Perbankan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah

Di zaman Bani Abbasiyah, ketika fungsi perbankan dilakukan oleh

satu individu. Fungsi-fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu,

dalam sejarah islamtelah dikenal sejak zaman Abbasiyah. Perbankan mulai

berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu

sehingga oerlu keahlian khusus untuk membedakan antara satu mata uang

dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang

dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang

dengan mata uang lainnya. Hali ini diperlukan karena setiap mata uang

mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai

nilai yang berbeda pula. Peranan bankir pada zaman Abbasiyah mulia

populer pada pemerintahan khalifah muqtadir (908-932 M). Pada saat

itu,hampir setiap wazir(menteri) mempunyai bankir sendiri. Misalnya,ibnu

furat menunjuk Harun ibnu Imrandan Joseph ibnu wahab sebgai

bankirnya, Ibnu Abi Isa menunjukkan Ali ibn isa, Hamid Ibnu wahab

menunjukkan ibrahim ibn yuhana, bahkan abdullah al-baridi mempunyai

tiga orang bankir sekaligus dua yahudi dan satu kristen.

Kemajuan praktik perbahkan pada zaman itu ditandai dengan

beredarnya saq(cek) dengan luas sebagai media pembayaran. Bahkan,

peranan bankir telah meliputi tiga aspek, yakni menerima deposit,

menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini, uang

dapat ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa perlu

memindahkan fisik uang tersebut. Para money changer yang telah

mendirikan kantor-kantor di banyak negeri telah memulai penggunaan cek

sebagai media transfer uang dan kegiatan pembayaran lainnya. Dalam

sejarah perbankan islam. Adalah Sayf al-dawlah Hamdaniyang tercatat

sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring

antara baghdad ( irak ) dan Aleppo ( spanyol ).

(11)

Dalam perkembangan berikutnya, kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan (jihbiz) kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal

sebagai bank. Ketika bangsa eropa mulai menjalankan praktik perbankan,

persoalan timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen

bunga yang dalam pandangan fiqh adalah riba, dan oleh karenanya

haram.transaksi berbasis bunga ini semakin merebah ketika Raja Henri

VIII pada tahun 1545 membolehkan bunga ( interest) meskipun tetap

mengharamkan riba ( usury) dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat

ganda ( excessive). Setelah wafat, raja henry VIII digantikan oleh Raja

Edward VI yang membatalkan kebolehan bunga uang. Hal ini tidak

berlangsung lama, ketika wafat ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang

kembali memperbolehkan praktik pembungaan uang.

Ketika mulai bangkit dari keterbelakangannya dan mengalami

renaissance, bangsa eropa melakukan penjelajahan dan penjajahan ke

seluruh penjuru dunia, sehingga aktivitas perekonomian dunia didominasi

oleh bangsa-bangsa eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim

mengalami kemerosotan dan negara muslim satu persatu jatu ke dalam

cengkeraman penjajahan bangsa eropa. Akibatnya instittusi-institusi

perekonomian umat islam runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi

bangsa eropa. Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini.

Oleh karena itu, institusi perbankan yang ada sekarang di mayoritas

negara-negara muslim merupakan warisan dari bangsa eropa, yang

notabane berbasis bunga.

4. Perbankan Syariah Modern

Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama

kali dilakukan di malaysa pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini

tidak sukses. Eksperimen lain dilakukan di pakistan pada akhir tahun

1950-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirika di

peedesaan negara itu. Namun demikian, eksperimen pendirian bank

syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di

mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.

(12)

kalangan petani dan masyarakat pedesaan. Jumlah deposan bank ini

meningkat luar biasa dari 17,560 di tahun pertama ( 1963/1964) menjadi

251,152 pada 1966/1967. Jumlah tabungan pun meningkat drastis dari LE

40,944 di akhir tahun pertama ( 1963/1964) menjadi LE 1,828,375 di akhir

periode 1966/1967. Namun sayang, karena terjadi kekacauan politik di

mesir, Mit Ghamr mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya

diambil alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral mesir pada

tahun 1967. Pengambil alihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit

Ghamr mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi

berdasrkan bunga. Pada 1971, akhirnya konsep nir-bunga kembali

dibangkitkan pada masa rezim sadat melalui pendirian Nasser Social Bank.

Tujuan bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis berdasarkan

konsep yang telah di praktekkan oleh Mit Ghamr.

Pada perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk

mendirikan bank islam mulai menyebar ke banyak negara. Beberapa

negara seperti pakistan, iran dan sudan, bahkan mengubah seluruh sistem

keuangan di negara itu menjadi sistem nir-bunga, sehingga semua lembaga

keuangan di negra tersebut beroperasi tanpa menggunakan bunga. Di

negara islam lain-nya seperti malaysa dan indonesia, bank nir bunga

beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvesional. Kini perbankan

syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar

ke banyak negara, bahkan ke negara-negara barat. The Islamic Bank

International of Denmark tercatat sebagai bank syariah yang pertama yang

beropersi di eropa, yakni pda tahun 1983 di denmark. Kini, bank-bank

besar dari negara barat, seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan

Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic Window agar

dapat memberika jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat islam.

5. Pakistan

Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal

juli 1979, sistem bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi: National

Investment (Unit Trust), House Building Finance Corporation (

(13)

Corporation of Pakistan (kerja sama investasi). Pada 1979-80, pemerintah

mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan

nelayan.

Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya undang-undang

perusahaan mudharabah dan murabahah, mulailah beroperasi tujuh ribu

cabang bank komersial nasional di seluruh pakistan dengan menggunakan

sistem perbankan pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu

sistem perbankan syariah.

6. Mesir

Bank syariah pertama yang didirikan di mesir adalah Faisal Islamic

Bank. Bank ini mulai beroperasi pada bulan maret 1978 dan berhasil

membukukan hasil mengesankan dengan total aset sekitar 2 miliar dolar

AS pada 1986 dan tingkat keuntungan sekitar 106 juta dolar AS. Selain

Faisal Islamic Bank, terdapat bank lain, yaitu Islamic International Bank

for Investment and Development yang beroperasi dengan menggunakan

instrumen keuangan islam dan menyediakan jaringan yang luas. Bank ini

beroperasi, baik sebgaai bank investasi (investment bank), bank

perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial ( commercial

bank).

7. Uni Emirat Arab

Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan bank

syariah. Didirikan pada tahun 1975. Investasinya meliputi bidang

perumahan, proyek-proyek industri, dan aktivitas komersial. Selama

beberapa tahun, para nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih

besar dibandingkan dengan bank konvensional.

8. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Di indonesia bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1991

adalah bank muamalat indonesia ( BMI). Walaupun perkembangannya

agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya,

perbankan syariah di indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode

tahun 1991-1998 hanya ada satu unit bank syariah, maka pada tahun 2005,

(14)

bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah. Sementara itu, jumlah

perkreditan rakyat syariah ( BPRS) hingga akhir 2004 bertambah menjadi

88 buah.

Berdasarkan data bank indonesia, prospek perbankan syariah pada

tahun 2005 diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah di prediksi

masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.

Jika pada posisi november 2004, volume usaha perbankan syariah telah

mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi

pada tahun 2004 sebesar 88,6 %, volume usaha perbankan syariah di akhir

tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah. Dengan

volume tersebut, diperkirakan industri perbankan akan mencapau pangsa

sebesar 1,8 % dari industri perbankan nasional di bandikang sebesar 1,1 %

pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah

tersebut ditopang oleh rencana pembukaan unit usaha syariah yang baru

dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK)

diperkirakan akan mencapai jumlah 20 triliun rupiah dengan jumlah

pembiayaan sekitar 21 triliun rupiah di akhir tahun 2005.

Sementara itu, riset yang dilkukan oleh karin Business Consulting pada

tahun 2005 menujukkan bahwa total aset bank syariah di indonesia

diperkirakna akan lebih besar daripada apa yang diproyeksikan akan

mencapai antara 1,92% sampai 2,31% dari industri perbankan nasional.

Model ini dikembangkan dengan pendekatan rational ekpectation atau

dengan memanfaatkan all relevant informasi available dan

mensimulasikan proyeksi pertumbuhan aset masing-masing BUS/UUS

(organik) dan proyeksi BUS/UUS baru (non-organik) yang kemudian

dilahirkan agregasi pertumbuhan.

Hingga sekarang jumlah bank syariah indonesia saat ini berjumlah

sekitar 200 bank syariah, kiprah bank syariah di indonesia sudah

memasuki dekade ke 3. Sejak pertama kali dirintis pada tahun 1992 oleh

bank muamalat indonesia (BMI), bank syariah lainnya pun bermunculan.

Hal ini tidak terlepas dari adanya prospek yang cerah disektor keuangan

(15)

nomor 21 tentang perbankan syariah. Undang-undang ini menjadi payung

hukum serta bukti pengakuan akan kehaddiran perbankan syariah di

indonesia. Hingga april 2016 jumlah bank syariah di indonesia berjumlah

199 bank syariah yang terdiri dari 12 bank umum syariah (BUS), 22 unit

usaha syariah (UUS), dan 165 Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).

Berikut daftar lengkap bank syariah (BUS,UUS dan BPRS) yang

beroperasi di di indonesia hingga tahun 2016.

9. Implikasi Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkembangan

Perbankan Islam.

Kebijakan pemerintah tentang perbankan islam khususnya kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah pada periode 1998-1999 terdampak

terjadinya perkembangan lembaga perbankan islam yang cukup

menggembirakan di indonesia. Walaupun disadari bahwa perkembangan

tersebut tidak semarak dengan apa yang terjadi di negara-negara islam

lainnya, seperti malaysa. Sebab negara-negara lebih dahulu

mengembangkan dan menerapkan sistem perbankan islam dan praktiknya

perbankan.

Di samping itu, perangkat infrastruktur yang disediakan pemerintah,

khususnya yang ada di bank indonesia, sebagai lembaga pengawas dan

pembina perbankan indonesia, belum mundukung sepenuhnya bagi

pengembangaan perbankan islam. Perangkat-perangkat yang digunakan

bank indonesia yang masih menggunakan sistem konvensional sehingga

perbankan islam dinilai menurut ukuran konvensional pula. Ketiadaan

perangkat hukum itu menyebabkan perbankan islam harus menyesuaikan

produk-produknya dengan hukum yang berlaku. Hasil yang kurang

memuaskan dari kebijakan pemerintah tantang perbankan islam dalam

periode 1992-1998 dapat dilihat dari pertumbuhan lembaga perbankan

islam. Sampai tahun 1998, jumlah bank umum yang beroperasi dengan

sistem bagi hasil hanya satu, yaitu sebanyak 37 outlet, mulai dari kantor

cabang sampai kantor kas, yang tersebar di berbagai daerah di indonesia.

Demikian juga dengan tingakt pertumbuhan asset yang dimiliki bank ini

(16)

Sementara bank perkreditan rakyat menggunakan sistem bagi hasil hanya

berjumlah 73 buah.

Hal yang kurang memuaskan dari kebijakan pemerintah tentang

perbankan islam dalam periode 1992-1998 dapat dilihat dari pertumbuhan

lembaga perbankan islam. Sampai tahun 1998,sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 jumlah bank umum yang beroperasi

dengan sistem bagi hasil hanya satu, yaitu Bank Muamlat Indonesia. Bank

ini hanya mempunyai kantor sebanyak 37 outlet, mulai dari kantor cabang

sampai kanttor kas,yang tersebut di berbagai daerah di indonesia.

Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan asset yang dimiliki bank ini

sangat kecil, yaitu sekitar 0,01% dari total asset perbankan nasional.

Sementara bank perkreditan rakyat yang menggunakan sistem bagi hasil

hanya berjumlah 73 buah. Perbankan islam mengalami perkembangan

yang cukup menggembirakan menyusul diberlakukannya Undng-undang

No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan pemberlakuan undang-undang

No. 10 tahun 1999 tentang bank indonesia. Diberlakukannya dua

undang-undang tersebut memberi peluang besar bagi perkembangan perbankan

islam di indonesia.

Perkembangan perbankan islam pasca tahun 1998-1999 dapat dilihat

dari data yang dikeluarkan Bank Indonsia bulan Nopember 2001,

Perbankan Islam pada saat itu tercatat 2 buah Bank Umum Mandiri.

Sedangkan BPRS Syariah berjumlah 81 buah yang tersebar di 18 provinsi

di indonesia. Dibandingkan periode sebelumnya, 1992-1998, bank umum

syariah hanya bertambah 1 bank umum, sedangkan BPR Syariah

bertambah 8 buah. Sementara itu, Bank Umum Konvensional yang

membuka cabang Syariah adalan Bank IFI, Bank BNI, dan Bank Jawa

Barat. Bertambah menjadi 6 bank pada bulan Juli 2002, menyusul

masuknya bank-bank: Bank Danamon Indonesia, Bank Bukopin, dan Bank

BRI. Bank IFI dan Bank Jabar, masing-masing mempunyai 1 kantor

cabang yakni berkedudukan di Jakarta bagi Bank IFI dan Bandung bagi

(17)

di 7 kota, yaitu Jakrta, Yogyakarta, Jepara, Pekalongan, Malang, dan

Padang.

Perkembangan kantor cabang syariah yang cukup signifikan terjadi

pada Bank Syariah Mandiri. Bank inni baru 2 tahun setelah berdiri menjadi

Bank Umum Syariah, sejak tanggal 1 Nopember 1999, mampu mebuka 19

kantor cabang yang tersebar di berbagai kota besar di indonesia. Jumlah ini

melampaui kantor cabang yang dimiliki bank muamalat indonesia yang

hanya 13 buah kantor cabang pembantu dan kantor kas sebagaimana yang

dimiliki Bank Muamalat Indonesia. Keunggulan lain dari Bank Syariah

adalah jaringan kantor cabangnya yang lebih luas daerah jangkauannya

dibandingkan denan Bank Muamalat Indonesia, Kantor cabang Bank

Syariah Mandiri terdapat di kota : Aceh, Jakarta, Medan, Bandung,

Surabaya, Solo, Pekalongan, Pemekakasan, Makassar, Banjarmasin,

Bogor, Pekanbaru, dan Palembang. Sementara Bank Muamalat Indonesia

memiliki kantor kas( 27 buah ) berada di kota-kota seperti: jakarta,

Bandung,Semarang,Surabaya, makassar, Balikpapan, PekanBaru dan

pekalongan. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, terjadi

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Perbankan Syariah

adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan

jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.

Ide untuk mendirikan Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudah

muncul sejak 1970-an. Bank syari’ah pertama di Indonesia adalah Bank

Muamalat yang berdiri pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi

pada tanggal 1 Mei 1992. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri

yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti tersebut

merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara, yang

kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua

Indonesia. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian diikuti oleh

pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.

Perbankan syari’ah berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan

naik-turunnya peradaban umat muslim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

konsep bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat muslim, sehingga

proses ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan

syariah tidak perlu dimulai dari nol. Jadi, upaya ijtihad yang dilakukan insya

Allah akan menjadi lebih mudah.

Terkait dengan sejarah perkembangan perundang-undangan terjadi tiga

periodisasi diantaranya; Pertama, Periode 1992-1998: Peletakan Dasar Sistem

Perbankan Islam menghasilkan sebuah rumusan undang-undang No. 07 tahun

1992 tentang perbankan dengan sistem bagi hasil. Kedua peride 1998-1999:

Reformasi Kebijakan Perbankan Islam muncullah UU No. 10 tahun 1998

tentang Perubahan atas UU No. 07 tahun 1992. Ketiga periode 1999-2008

yang menghasilkan UU No. 21 tahun 2008. Yang menghambat

perkembangan Bank syariah adalah kurangnya jaringan bank syariah, hukum

(19)

SDM dan SDI umat islam mengenai Bank Islam. Strategi yang dilakukan

adalah peningkatan SDM, pengadaan hukumdan regulasi khusus yang

mengatur bank islam, peningkatan sosialisasi kepada masyarakat dan

peningkatan jaringan Bank syariah.

B. Saran

Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih

kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Dan masih banyak

lagi. Tapi jangan khawatir, karena seiring dengan waktu semua kekurangan

yang dimilikinya, bank syariah akan berusaha dan berupaya akan menutupi

dan bahkan menghilangkan semua kekurangan itu. Itu semua menjadi tugas

kita bersama-sama baik itu pemerintah maupun masyarakat luas. Walaupun

Negara kita ini bukanlah 100% Islam, tapi jangan khawatir bagi umat

nonmuslim untuk menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah

(islam) membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, 2006, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta

: PT Raja Grafindo Persada.

Muslimin Kara, 2005, Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta : UII Pres.

Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek,

Jakarta : Gema Insani Press.

Andri Soemitra, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta :

Kencana.

Kautsar Riza Salman, 2012, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK

Syariah, Jakarta : Indeks.

Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012), hlm. 33.

Nur Yasin, 2009, Hukum Ekonomi Islam, Malang: UIN Malang Press.

Veithzal Rivai dan Arvian Arifin, 2010, Islamic Banking, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Status kesehatan ibu hamil akan menunjukkan baik buruknya kondisi ibu dan juga terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung, bagi ibu sendiri kesehatan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap komponen dari kontrol diri, yaitu kontrol perilaku, kognitif, dan keputusan memiliki korelasi negatif dengan semua bentuk

stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya

1) Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada beberapa alternatif

Rumusan masalah pada penulisan skripsi ini adalah Pertama, karakteristik debitur dinyatakan wanprestasi akibat covid-19 dalam perjanjian jual beli secara angsuran Kedua,

Dengan dilakukannya pemetaan profil budaya saat ini dan harapan kedepan diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi perusahaan agar dapat siap menghadapi

Gejala yang ditimbulkan oleh keadaan ini berbeda antara satu pengguna dengan pengguna lainnya tergantung dari lamanya penggunaan metamfetamin, dosis metamfetamin

Yaitu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran untuk membeli produknya, hal ini