• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Lingkungan atas Material

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Hukum Lingkungan atas Material"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Hukum Lingkungan atas Material Pasir (Tambang

Galian C) Ilegal di Desa Sojomerto, Batang

Khoiril Huda

khoirilhudaws@students.unnes.ac.id

Abstrak

Sungai Petung di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang tidak memiliki izin galian c, namun daerah ini seakan kebal terhadap hukum dan belum pernah di tinjau langsung oleh pihak yang bersangkutan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tambang yang sudah beroperasi selama puluhan tahun ini tergolong ilegal, tapi tidak pernah kena penertiban. Hingga akhirnya Gubernur Jateng melakukan sidak (inspeksi mendadak) pada Selasa (22/3) bersama pihak kepolisian setelah mendapat keluhan dari warga. Warga sering mendengar akan diadakannya razia terhadap daerah tambang ini, tapi ada kabar yang berhembus bahwa daerah galian ini dibekeingi oleh salah seorang petinggi di DPRD Jateng. “Inisialnya adalah RS” berdasarkan pertanyaan kepada beberapa warga pada saat dilakukannya sidak oleh Gubernur Jateng itu. Lingkungan masyarakat terpengaruh dengan adanya pertambangan ilegal ini. Akibat adanya galian ini, air warga tercemar dan mengganggu Sumber air masyarakat Desa Polodro dan sekitarnya. Hal yang mencengangkan adalah ungkapan dari sopir truk yang mengangkut material itu menyebutkan bahwa pasir dibawa ke Semarang, dan dikirim ke salah satu BUMN(Badan Usaha Miliki Negara). Untuk membantu masyarakat menghadapi bekingan pertambangan itu, Ganjar menghubungi Kapolres Batang AKBP Juli Agung Nugroho. Warga juga diminta untuk kompak membuat portal, sehingga truk itu tidak bisa masuk ke wilayah mereka lagi. Kepada BUMN terkait, Ganjar mengimbau agar dicari tahu terlebih dahulu pasokan maerial yang mereka pakai. Lingkungan masyarakat terganggu dengan adanya galian ilegal in dan menyebabkan debit air di Desa sekitar pertambangan berkurangi.

Kata kunci: Galian C Ilegal, Desa Sojomeroto, Lingkungan, Beking.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kasus

(2)

Pada kenyataannya masih banyak usaha pertambangan yang tidak memiliki izin usaha pertambangan.1

Ilmu lingkungan dan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan, tetapi dapat dibedakan. Berbicara mengenai ilmu lingkungan tidak dapat lepas dari konsep ekologi dan dan ekosistem.2 Sedangkan hukum

lingkungan memiliki pengertian keseluruhan peraturan yang mengatur entang tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lignkungan, yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak berwenang.3 Banyak sekali masalah lingkungan yang

muncul, seperti pecemaran, kerusakan dan bencana dari masa ke masaterus berlangsung dan semakin luas. Selain menyebabkan kualitas lingkungan menurun, dampak yang muncul juga menyebabkan kondisi kesehatan masyarakat semakin parah. Kualitas lingkungan yang buruk bisa disebabkan karena pertambahan penduduk yang semakin banyak dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya.

Setiap tahun, banyak pihak ang berlomba-lomba membangun gedung mewah, kawasan perkantoran dan perumahan yang terkadang lupa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan alami yang bisa saja memberi bencana kepada manusia jika tidak bisa mengendalikan lingkungannya. Eksploitasi sumberdaya alam semakin tinggi dan cenderung melupakan aspek lingkungan hidup. Kerusakan fisik mulai terlihat akibat dari eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan.kawasan hutan lindung semakin berkurang, munculnya pertambangan ilegal, pembakaran hutan dan banyak sekali masalah terkait lingkungan alamiah di Indonesia.

Kronologi Kasus

Pencemaran sumber mata air di Desa Polodoro dan sekitarnya disebabkan karena pertambangan galian c ilegal yang belum pernah ditertibkan oleh pihak berwenang. Masayarakat sudah sering mengadukan kepada pemerintah Kabupaten Batang, akan tetapi tak kunjung ditindaklanjuti. Salah satu penyebab daerah ini tidak pernah terkena penertiban karena ada salah seorang petinggi DPRD Jateng yang mejadi beking pertambangan ilegal di Desa Sojomerto. Adapun dugaan hasil dari sidak(inspeksi mendadak) yang dilakukan oleh Gubernur Jateng dan perangkat kepolisian mengetahui bahwa petinggi DPRD itu berinisial RS. Daerah tambang di desa ini seakan-akan ada pihak yang menghalang-halangi ketika muncul kabar penertiban.

Debit air yang bersumber dari mata air di dekat sungai mulai berkurang dengan adanya pertambangan ilegal. Masyarakat mulai mengeluhkan hal ini dan berharap kedepannya pihak pemerintah bisa membantu mereka. Oleh sebab itu, Ganjar selaku Gubernur Jateng langsung menelpon Kapolres Batang agar kasus ini segera diusut dan diselesaikan agar masyarakat memiliki kekuatan untuk mengusut beking yang ada dibalik pencemaran lingkungan ini. Disisi lain, Ganjar juga meminta waarga untuk kompak membuat portal agar truk ilegal tidak berani masuk ke Desa mereka, dan apabila ada yang memaksa masuk dimintai surat ijin. Jika tdak memiliki surat ijin, masyarakat berhak mengusir truk yang ingin mengambil material dari Desa mereka.

1 Alnoventio Bahtiar, “PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN SLEMAN”, Jurnal Hukum UAJY, Vol.-, Januari, 2016. Hlm.1.

2 Mohammad Erwin, 2011, HUKUM LINGKUNGAN Dalam Sitem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup,PT. Refika Aditama, Bandung, hlm.6.

(3)

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng menyebutkan bahwa wilayah tambang galian c di Desa Polodoro, Kecataman Reban, Batang dipastikan ilegal. Loksi tambang sesuai dengan tata ruang kabupaten hanya ada di tiga kecamatan, yakni: Kecamatan Bawang, Bandar, dan Gringsing. Selain tiga kecamatan itu dipastikan ilegal. Pemkab Batang saat ini sedang mengajukan revisi tata ruang. Rencana kedepannya setiap kecamatan meiliki area tambang yang diizinkan. Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi bertujuan: a.mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah secara keseluruhan; dan

b. meningkatkan pendapatan asli daerah dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah demi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.4

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Berkurangnya ketersediaan air yang disebabkan adanya lokasi penambangan pasir yang tidak mengindahkan konservasi lahan dan tanah. Keluhan masyarakat sudah munculakibat air yang ada di beberapa sumber yang dibuat secara swadaya kini kian menyusut, padahal air sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Semenjak Indonesia menerapkan sistem perekonomian yang terintegrasi dan berorientasi pada modal atau kapiatl, pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber penggerak kegiatan ekonomi menjadi hal yang tak terelakkan. Muncul berbagai dinamika dalam lingkungan Indonesia yang mengarah kepada berkurangnya nilai kelestarian alam.5

Rumusan Masalah

Untuk memperoleh analisa kasus bullying ini akan dimunculkan beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimana pencemaran dan perusakan lingkungan yang terjadi akibat pertambangan ilegal?

2. Bagaimana pertanggungjawaban korporasi/perusahaan dalam tindak pidana lingkungan?

3. Bagaimana langkah kedepan untuk menghadapi masalah lingkungan di Indonesia?

PEMBAHASAN

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan yang Terjadi Akibat Pertambangan Ilegal

Dari wakut ke waktu, bahaya senantiasa mengancam kelestarian lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan. Terganggunya kelestarian ekosistem dari suatu lingkungan seringkali disebabkan oleh pencemaran dan perusakan lingkungan. Pencemaran dan perusakan lingkungan memiliki makna yang berbeda, yaitu: 6 1.Pencemaran lingkungan

berarti masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

4 Ps 3 Perda Prov. Jateng Nomor 8 Tahun 2010.

5Eko Handoyo, “Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta, Vol.3, No.2, Juli-Desember,2009,hlm.21.

(4)

hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat (12) UU No.23 Tahun 1997. 2.Perusakan lingkungan adalah tindakan yang enimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan (pasal 1 ayat (14) UU No.23 Tahun 1997).

Jika ada seseorang yang melakukan perusakan lingkungan, otomatis dia melakukan pencemaran dan begitupun sebaliknya. Perbedaannya terletak pada intensitas perbuatan yang dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh lingkungan akibat perbuatan tersebut. Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk:7

a.Kerugian ekonomi dan sosial b.Gangguan sanitary

Menurut golongannya, pencemaran itu dibagi atas:8

a.Kronis; dimana kerusakan terjadi seara progresif tetapi lambat.

b.Kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul dari kecelakaan.

c.Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.

d.Katastrofis; di sni kematian oranisme hidup banyak dan mungkin organisme hidup itu menjadi punah.

Akibat adanya galian c ilegal di desa Sojomerto, Kab.Batang itu terjadilah pencemaran air. Air yang merupakan sumber daya alam yang memiliki peran fungsi sangat vital bagi kelaangsungan umat manusia. Tiada kehidupan tanpa air. Jumlah air di bumi hanya ±1.360 .600 .000 Km3 yang terdiri dari air asin

±97,25 , air permukaan 1 , air tanah 23,965%, dan air salju (es) 75%.9 Air

dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya. Apabila jaring atau siklus hidrologi rusak dan terganggu, sistemnya tidak akan berjalan sebagaimana mestinya akibat limbah industri, peruskan hutan, penambangan ilegal dan lain sebagainya. Dapat dibayangkan, jumlah air yang sangat minim di permukaan bumi ini menjadi berkurang apabila banyak pertambangan ilegal yang tidak memperhatikan dampak lingkungannya.

Bentuk Pertanggungjawaban Korporasi/Perusahaan dalam Tindak Pidana Lingkungan.

UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah mengadopsi pertanggunjawaban korporasi yang terdapat dalam pasal 45-47. Apabila perbuatan pidana atau tindak pidana pencemaran dan/atau perusakan lingkungan dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan, atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga.10 Perbuatan pidana atau tindak pidana yang dilakukan oleh

badan hukum atau korporasi serta oleh pengurusnya sebagaimana diatur dalam pasal 46, akan diberikan sanksi sebagaimana diatur dalam KUHP(Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dan Undang-undang ini, terhadap pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakan tata tertib, sebagai berikut:11

7 Ibid.,hlm.36.

8 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.99.

9 Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1987, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pengembangan, UI Press, Jakarta, hlm.60.

10 Ps 45 UU No.23 Tahun 1997.

(5)

a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, dan/atau b. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan, dan /atau

c. Perbaikan akibat tindak pidana, dan/atau

d. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau e. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau

f. Menempatkan perusahaan dibawah pengampuan paling lama 3 tahun.

Namun sayangnya, dalam ketentuan pidana tentang korporasi dalam UU ini tidak mengatur cara pelaksanaan putusan apabila korporasi tidak mau melaksanakan putusan tersebut. Menurut Muladi, bentuk pertanggungjawaban koperasi ini hendaknya memperhatikan kecenderungan internasional yang harus memperhatikan hal-hal berikut:12

a. Korporasi mencakup baik badan hukum maupun non badan hukum seperti organisasi dan sebagainya.

b. Korporasi dapa bersifat privat dan dapat pula bersifat publik.

c. Apabila diidentifikasikan bahwa tindak pidana ligkungan dilakukan dalam bentuk organisasional, maka orang alamiah (managers, agents, employess)

dan korporasi dapat dipidana baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. d. Terdapat kesalahan manajemen dalam korporasi dan terjadi apa yang dinamakan breach of a statutory or regulatory provision.

e. Pertanggungjawaban badan hukum dilakukan terlepas dari apakah orang-orang yang bertanggungjawab di dalam badan hukum tersebut berhasil diidentifikasi, dituntut dan dipidana.

f. Segala sanksi pidana dan tindakan pada dasarnya dapat dikenakan pada korporasi, kecuali pidana mati dan pidana penjara.

g. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi tidak menghapuskan kesalahan perorangan.

h. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya memperhatikan kedudukan korporasi untuk mengendalikan perusahaan melalui kebijakan pengurus atau para pengurus yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan dan keputusan tersebut telah diterima oleh korporasi tersebut.

Langkah Kedepan untuk Menghadapi Masalah Lingkungan di Indonesia.

Upaya mengatasi permasalahan/kendala-kendala sepertiyang terjadi dalam kasus diatas kiranya perlu dimiliki 3 kata kunci, yakni: persepsi, kesadaran dan penataan. Persepsi disini memiliki arti cara pandang kita terhadap penegakan hukum lingkungan yang merupakan tanggung jawab bersama dan demi kelangsungan hidup bersama juga. Setelah persamaan persepsi, maka muncullah kesadaran untuk sungguh-sungguh menegakkan hukum lingkungan.

Ada beberapa solusi yang ditawarkan, diantaranya:

a. Langkah yang bersifat struktural. Masyarakat sangat penting dalaman menciptakan pengawasan dan tekanan terhadap penegakan hukum yang berkaitan dengan lingkungan.

b. Langkah yang bersifat teknis. Yakni langkah berupa kekuatan informasi di masyarakat terkait hukum dan penegakannya.

Kewajiban Rehabilitasi Lahan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatan lahan pasca penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang lahan yang telah dirusak.13

12 Muhammad Erwin.,op.cit, hlm.33.

(6)

Upaya rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan secara ekologis atau difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata ruang dan kewilayahan secara ekologis.

Berikut ini Tata Cara Izin Usaha Pertambangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah(Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral).

A. Dasar

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di Provinsi Jawa Tengah; 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Izin Khusus di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara;

6. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah;

 Copy Nomor pokok wajib pajak UNTUK BADAN USAHA DITAMBAHKAN

 Peta Situasi (Memuat topografi dan situasi wilayah)

 Titik Koordinat (sejajar dengan garis lintang dan garis bujur menggunakan Datum GeodesiNasional)

(7)

b. Syarat Teknis

 Daftar riwayat hidup dan Surat pernyataan tenaga ahli pertambangan/ geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun

 Copy Peta dan SK WIUP

 Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya Eksplorasi c. Syarat Finansial

 Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan eksplorasi

 Bukti pembayaran pencadangan wilayah dan cetak peta Syarat Lingkungan

d. Syarat Lingkungan

 Pernyataan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup (Surat pernyataan yang ditandatangani dan mencantumkan materai 6.000)

3. Permohonan IUP Operasi Produksi a. Syarat Administrasi :

UNTUK PERORANGAN  Surat permohonan  copy KTP

 Copy Nomor pokok wajib pajak UNTUK BADAN USAHA DITAMBAHKAN  Surat Keterangan Domisili

 Profil Perusahaan yang memuat susunan pengurus perusahaan badan usaha

 Akte pendirian badan usaha dan perubahan terakhir yang disahkan pejabat

b. Syarat Teknis

 Daftar riwayat hidup dan Surat pernyataan tenaga ahli pertambangan/ geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun

 Copy IUP Eksplorasi yang telah dilegalisir  Laporan lengkap eksplorasi

 Laporan studi kelayakan

 Rencana reklamasi dan pasca tambang  Rencana Kerja dan Anggaran Biaya

 Rencana pembangunan sarana prasarana tambang dan penunjang kegiatan OP

c. Syarat Finansial

 Laporan keuangan tahun terakhir yang diaudit oleh akuntan publik d. Syarat Lingkungan

 Pernyataan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup (Surat pernyataan yang ditandatangani dan mencantumkan materai 6.000)

 Persetujuan dokumen lingkungan hidup dan izin lingkungan.

KESIMPULAN

(8)

menerapkan langkah yang struktural dan bersifat teknis. Di sisi lain kewajiban reklamasi lahan bisa dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi lahan atau memberikan sejumlah uang sebagai jaminan akan melakukan reklamasi.

Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik pada masyarakat dengan pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh karena itu pengelolaan pasca tambang bukan merupakan masalah fisik, tetapi merupakan political will pemerintah untuk meregulasi secara benar dengan memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya dengan mengedepankan kepentingan masyarakat lokal dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial serta akuntabilitas yang dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bahtiar,Alnoventio., “PELAKSANAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DI KABUPATEN SLEMAN”, Jurnal Hukum UAJY, Vol.-, Januari, 2016.

Erwin, Mohammad., 2011, HUKUM LINGKUNGAN Dalam Sitem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup,PT. Refika Aditama, Bandung.

Handoyo,Eko., “Aspek Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta, Vol.3, No.2, Juli-Desember,2009.

Ps 3 Perda Prov. Jateng Nomor 8 Tahun 2010. Ps 45 UU No.23 Tahun 1997.

Ps 47 UU No.23 Tahun 1997.

Soemartono, R.M. Gatot P., 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.45.

Soerjani, Moh., Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, 1987, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pengembangan, UI Press, Jakarta. Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto., “KAJIAN DAMPAK

(9)

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukan bahwa jenis dan komposisi nutrisi media tanam jamur tiram putih memberikan pengaruh yang nyata pada persentase

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel

Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan Marjin Laba Bersih, Pertumbuhan Penjualan, Set Kesempatan Investasi, dan Kebijakan Dividen

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh positif yang signifikan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelas XI

Semua personel pentadbiran dan pentaksiran yang menguruskan pengendalian instrumen pentaksiran, panduan penskoran, skrip jawapan calon dan perekodan skor calon

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan diperluas konsep ukuran entropi IFS pada IVIFS dengan mendefinisikan sebuah fungsi bernilai rill pada koleksi dari semua him- punan

Kajian tentang makna kata berarti memahami analisis hubungan makna yang membedakannya dengan kata lain, (Lyon, 1979:204). Dengan kata lain, analisis makna kata