• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTI PENTING PERADABAN MESIR KUNO SEBAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARTI PENTING PERADABAN MESIR KUNO SEBAGA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

James Denbow dalam (Sherrow, 2007:8) Afrika adalah salah satu benua terbesar dan paling beragam di dunia, sehingga tidak heran jika beragam bangsa berasal dari Afrika. Kisah masa lampau mengenai Afrika dimulai ketika Mesir Kuno dan Nubia, merupakan peradaban tertua di dunia, hampir 2.000 tahun sebelum Yunani dan Romawi Kuno.

Afrika sering dikenal sebagai “The Dark Continent”. Istilah yang disebut oleh zaman Kolonial. Akan tetapi, pada zaman kuno, nama “Afrika” sudah dikenal dan kemungkinan orang Roma yang pertama kali menggunakannya, walaupun awalnya hanya untuk menunjukkan suatu wilayah tertentu di Pantai Afrika Utara yang jadi daerah kekuasaanya (bekas Carthago dan sekitarnya). Mereka menyebutnya Afri atau A Fricani, yang berasal dari nama salah satu suku mayoritas penduduk setempat Aouriqha atau Afarica (Riyadi, 2016:1).

Afrika pada masa kuno atau biasa disebut Afrika kuno tidak lepas dari peradaban yang mulai berkembang pada masa itu. Salah satunya adalah peradaban Mesir kuno. Peninggalannya banyak terdapat di sepanjang Sungai Nil. Hal ini menarik untuk dikaji secara mendalam terutama mengenai suatu peradaban yang mengalami perkembangan dan melahirkan karya-karya besar seperti Mesir kuno.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi geografis Mesir terkait Karunia Limpahan Sungai Nil? 2. Bagaimana kemajuan peradaban Mesir kuno terkait arsitektur piramida? 3. Bagaimana arti penting peradaban Mesir kuno sebagai warisan sejarah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kondisi geografis Mesir terkait Karunia Limpahan Sungai Nil.

2. Untuk menjelaskan kemajuan peradaban Mesir kuno terkait arsitektur piramida.

4. Untuk menjelaskan arti penting peradaban Mesir kuno sebagai warisan sejarah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Geografis Mesir terkait Karunia Limpahan Sungai Nil

Mesir Kuno memiliki karunia limpahan sungai, salah satunya yakni Sungai Nil. Bagi Mesir Kuno, Sungai Niil memiliki peranan penting, yakni bagaikan laut dan membentuk perekonomian bangsa Mesir. Secara keseluruhan, Sungai Niil mengalir sepanjang 6400 km lebih dan terbentuk oleh dua sungai besar yang menyatu, yaitu Niil Biru yang mata airnya di Eithopia dan Niil putih yang bersumber di Uganda. Kedua sungai ini bersatu di Khartoum, kemudian mengalir melalui lembah yang merupakan celah pada gurun dan menjadi Niil yang sesungguhnya. Dari sini mengalirlah sungai yang terpadu sejauh 3040 km ke utara menuju laut tengah. Sungai Niil memberikan kemakmuran kepada mereka yang tinggal di sepanjang Sungai Nill. Selain itu, terdapat gurun di sekeliling Sungai Niil yang mendatangkan keamanan bagi pemukiman warga (Casson, 1983: 29).

(3)

sungai” menurut Herodotus. Tanpa adanya Sungai Nil ini maka, Mesir merupakan negeri yang tandus. Orang-orang Mesir tidak perlu cemas akan kekurangan air dikarenakan ketika musim hujan maka, sungai tersebut melimpah dan menyegarkan kembali (Casson, 1983:30).

Peradaban Mesir Kuno berkembang selama kurang lebih tiga setengah abad. Dimulai dengan univikasi awal kelompok yang ada di lembah Nil sekitar 3150 SM, peradaban ini secara tradisional dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, sewaktu kekairan Romawi awal menakhlukakan dan menyerap wilayah mesir Ptolemi sebagai bagian provinsi Romawi. Walaupun hal ini bukanlah pendudukan asli terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah nil yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban independen mesir (Ashadi, 2016:49).

Mesir merupakan salah satu negeri tertua di kalangan negeri kuno yang telah memiliki peradaban hingga menjadi suatu kebudayaan yang mengesankan. Alam merupakan hal yang menguntungkan Mesir, seperti halnya peradaban kuno orang Mesopotamia yang terdapat di dataran terbuka dalam usaha mempertahankan diri satu sama lain. Akan tetapi, keadaan Mesir berbeda dengan yang lainnya dikarenakan terdapat penghalang berupa gurun yang membatasi lembah Nil dan mematahkan semangat para penyerbu. Pada masa Mesir Kuno rakyat hidup dalam keadaan yang relatif tentram. (Casson, 1983: 11).

Suku-suku tersebar dan menggunakan sungai itu untuk menyatu menjadi desa dan tidak saling berperang. Namun ada satu bencana tahunan yang harus dihadapi suku-suku tersebut, yakni banjir tahunan akibat meluapnya sungai Nil. Jika luapan tahunannya terlalu tinggi, maka aliran sungai yang meluas dapat menimbulkan bencana, akan tetapi jika luapannya terlalu rendah, maka air pemberi kehidupan tidak mencapai daerah pinggiran sehingga sedikitnya tanah yang ditanami dan makanan tidak melimpah lagi yang akan menyebabkan kelaparan. Desa-desa tersebut mulai bergotong royong untuk mengendalikan banjir tahunan tersebut. Dari hal diatas, dapat kita ketahui bahwa gejala alam Sungai Nil dapat menjadi bencana maupun berkah (Casson, 1983: 21).

(4)

penentuan pembagian kerja. Pada musim kering, orang-orang Mesir memungut panen dan mengambil hasilnya. Jika musim penggenangan maka, ladang-ladang tergenang banjir sehingga orang-orang Mesir mengangkut batu untuk proyek bangunan Firaun. Tidak hanya itu, kondisi tersebut kemudian membuat orang-orang Mesir berpikir dengan mendirikan tanggul agar sungai tidak menggenangi desa dan untuk keperluan irigasi. Waduk ini kemudian dimanfaatkan sebagai saluran irigasi dan pembuatan sumur-sumur (Casson, 1983:31).

Sungai Nil merupakan penopang perekonomian Mesir. Sungai ini member makan rakyat melalui negeri pertanian selain emas di tambang gurun sebelah timur dan di Nubia. Segala kekayaan Mesir hampir didapatkan dari sungai. Hasil dari keberlimpahan Mesir adalah gandum. Gandum adalah hasil panen yang melimpah akibat pengaturan tanah yang baik. Di sisi lain, di delta daratan luas juga dimanfaatkan untuk berternak. Peranan Sungai Nil sangat berpengaruh dan penting terlihat juga dari jalur distribusi apapun yang mengandalkan angin untuk melakukan akses transportasi (Casson, 1983:32-33).

Laporan paling tua mengenai layar adalah gambar pada pasu Mesir dari zaman sekitar 3.200 tahun sebelum Masehi. Tukang perahu di Nil mepolopori perkembangan perahu sungai. Orang-orang tersebut memiliki rakit gelagah untuk memasuki saluran-saluran kecil serta kapal bargas besar sepanjang 60 meter untuk mengangkut obelisk, selain itu mereka juga memiliki perahu pontoon untuk tugas penyeberangan sehari-hari dan kapal pesiar megah untuk para pembesar. Hal ini tidak lepas pula terkait peranan juru mudi awak perahu penyebrang di Sungai Nil pada zaman Mesir kuno. Lalu lintas penyeberangan sungai ini sangatlah ramai dan terdapat terusan dimana-mana sehingga diperlukan jasa tukang perahu (Casson, 1983:33).

(5)

Kuno bisa mengolah tanah dengan persediaan air yang telah diberikan oleh sungai yang tidak tergantung kepada musim hujan.

Ahli sejarah Ernest H Gombrich mengatakan dalam tulisannya bahwa Afrika sangatlah panas dan terkadang tidak pernah sama sekali turun hujan selama berbulan-bulan. Inilah sebabnya mengapa banyak daerah di benua yang besar ini sangat luar biasa keringnya. Bagian-bagian dari benua ini tertutup oleh lautan pasir yang sangat luas. Di kedua sisi Sungai Nil juga tertutup oleh pasir dan di Mesir sendiripun jarang terjadi hujan. Namun di negeri ini hujan tidaklah terlalu dibutuhkan karena Sungai Nil yang mengalir melintas ditengah-tengah seluruh negara (Syamsudin, 1986:2-3).

Perekonomian juga menjadi titik utama dalam perkembangan peradaban Mesir kuno. Tidak hanya itu, kepandaian orang-orang Mesir dalam menyesuaikan kondisi geografis membuat perubahan yang besar pada masa itu. Segala kondisi geografis dan tantangan alam menjadi kekuatan orang-orang Mesir kuno untuk bangkit dan memulai segala hal baik dalam pertanian, dan sebagainya. Berbagai keterampilan dalam mengelola alam telah di terapkan di Mesir kuno.

2.2 Kemajuan Peradaban Mesir Kuno terkait Arsitektur Piramida

Mesir kuno dapat dikatakan telah memiliki peradaban yang telah berkemajuan. Hal ini terbukti atas seni yang dimiliki oleh Mesir kuno. Seni suatu bangsa adalah pernyataan tentang apa yang mereka yakini dan mereka junjung tinggi. Akan tetapi melalui sebuah seni seakan menunjukkan bahwa perjalanan sejarah nasib sebuah bangsa. Orang-orang Mesir membangun karya besar dengan peralatan yang sederhana. Catatan yang luar biasa terungkap seperti kuil-kuil megah maupun karya-karya halus seperti gesper permata yang rumit (Casson, 1983:117).

(6)

cita-cita, serta kesenian. Contohnya adalah tempat penguburan Fir’aun yang menjadi tantangan bagi para arsitek Mesir (Casson, 1983:117).

Kuburan prasejarah ditutup dengan gundukan pasir atau tumpukan batu agar jenazah tidak tampak dan sebagai petunjuk letak kuburan. Akan tetapi, angin gurun yang kuat meniup pasir dan terdapat ancaman serigala. Hal ini kemudian, pada zaman wangsa-wangsa orang Mesir belajar membuat mastaba, yaitu makam yang bagian atasnya datar namun, sisinya miring, dan terbuat dari bata. Kata “mastaba” dalam Bahasa Arab modern adalah bangku. Makam tersebut disebut mastaba yang bentuknya menyerupai bangku di luar rumah orang-orang Mesir (Casson, 1983:117).

Pada perkembangannya mastaba (lihat foto 2.1) menjadi menjadi sedikit kompleks mulai dari menghias mastaba dengan pola geometrik dan juga di dalamnya (di bawah tanah) terdapat kamar yang satu untuk jenazah dan yang satu lagi untuk menyimpan barang-barang yang ditinggalkan orang yang meninggal tersebut. Akan tetapi, lama kelamaan mustaba ini semakin besar ada beberapa yang tingginya lima meter dan penataannya lebih berbeli-belit hingga ada mastaba yang memiliki kamar sebanyak 30 buah. Pada wangsa ketiga, mulailah pembangunan apapun dengan menggunakan batu secara keseluruhan. Piramida tangga adalah sebutan dari piramida yang dibuat oleh Imhotep. Piramida tangga (lihat foto 2.2) ini merupakan tumpukan enam mastaba dan batu yang digunakannya berupa balok-balok kecil yang diletakkan menjadi satu seperti bata.

Foto 2.1 Mastaba

(7)

Foto 2.2 Piramida Tangga ciptaan Imhotep (sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-

wW6lBMJn1V8/VTiDJJeLXYI/AAAAAAAAAB8/I_v-twkoKrQ/s1600/Saqqara_pyramid%2Bof%2BDjoser.jpg) diakses pada tanggal 6 Februari 2018.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Piramida didefinisikan sebagai bangunan dari batu yang berbentuk limas (Poerwadarminta, 2006). Piramid tangga ciptaan Imhotep ini merupakan monumen raksasa yang membuat semua mastaba menjadi kecil. Ukuran kakinya adalah 124 kali 103 meter dan tingginya 60 meter. Piramid ini memiliki kamar bawah tanah, pekarangan, dan kuil kecil di luarnya. Semua hal dihias secara cermat, tiang batu gampingnya diukir dengan pola tumbuh-tumbuhan, langit-langitnya diukir hingga menyerupai atap dari balok kayu, dan dindingnya diukir hingga menyerupai tikar gelagah yang biasanya digunakan menutupi dinding rumah orang Mesir (Casson, 1983:117-118).

(8)

Foto 2.3 Piramida di Gizeh (Khufu, Khafre, dan Menkaure)

(sumber: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGrbTkmZVwvF-P8j5fwDFurmbS_mH_7BDNiJ8TO6WHo3fnCmiV6g diakses pada tanggal 9 Februari

2018)

Merancang bangunan piramid bagi orang Mesir merupakan suatu prestasi daya imajinasi tinggi dan melaksanakannya merupakan suatu tindakan kepahlawanan karena harus memotong batu karang dengan alat-alat sederhana yang terbuat dari tembaga dan batu. Usaha orang-orang Mesir ini harus memindahkan batu-batu yang kasar ke tempat tujuan dengan kekuatan otot karena tidak memiliki alat (katrol). Keterampilan untuk membuat piramid adalah hal yang luar biasa. Bangunan pertama di Gizeh yaitu piramid yang didirikan bagi Khufu dan yang terbesar diantara ketiga piramid lainnya. Piramida ini menjulang tinggi sekitar 135 meter, akan tetapi, puncak atau penutup luarnya masih ada. Puncak dan penutupnya kemudian dikelupas oleh orang Mesir untuk dipasang pada bangunan lain (Casson, 1983:118).

Perancangan atau pembangunan piramid pada zaman kerajaan lama, piramid adalah rancangan makam seorang Firaun (penguasa). Hal ini menjadi menarik ketika, para pembangun (arsitek) dikerahkan dengan cara setiap desa mengirimkan sejumla pekerja ke penggalian, ke tempat pembangunan, dan gudang kerajaan untuk mengeluarkan peralatan dan pakaian. Hal ini menjadi tugas besar dan piramid besar ini dibangun untuk Khufu di Gizeh. Pembangunan ini menggunakan lebih dari dua juta balok batu dengan berat sekitar 2,5 ton. Piramida Khufu diselesaikan selama berlangsung 23 tahun sekitar tahun 2.600 sebelum Masehi, padahal peralatan yang digunakan sangat sederhana, tanpa binatang penghela, dan roda (Casson, 1983:129).

(9)

berlaku. Piramida lain selain Khufu dan Khafre adalah Menkaure. Piramida Menkaure merupakan piramida dengan ukuran terkecil yang merupakan makam putra dari Pharaoh Khafre (Wijaya, 2011:758).

Piramid besar di Gizeh ini dibangun dengan menggunakan batu kapur. Akan tetapi, beberapa balok batunya adalah Granit, dan hal ini tidak sembarang untuk dipahat dan digergaji. Balok-balok tersebut juga diberi tanda atau semacam dilukis. Kelompok pekerja dalam pembangunan piramid dibagi atas beberapa, yaitu kelompok penggali (bawah) yang tugasnya mengukur dan merimbas bagian yang kasar serta mengeraskan alat-alat tembagannya. Sekelompok pekerja galian di atas berusaha memiringkan batu dan menurunkannya perlahan pada alat bantu gelindingan kayu, sedangkan di ujung jalur landai, para pekerja menaikkan balok batu ke eretan kayu kemudian kelompok pekerja menarik balok granit yang beratnya 15 ton dari tempat penggalian ke perahu yang menunggu di Sungai Nil ratusan meter jauhnya (Casson, 1983:131).

Membangun piramida pasti harus mempertimbangkan pijakan untuk bangunan dasar makam. Kelompok pekerja kemudian memilih bukit karang kecil yang menonjol di gurun sekelilingnya. Setelah itu, arsitek kemudian mengatur kelompok pekerja untuk membuat jenjang-jenjang mirip tangga pada sisi bukit yang tidak teratur. Teras berfungsi sebagai pondamen tempat semua balok batu akan diletakkan sehingga permukaannya harus benar-benar datar agar seluruh bangunan tidak ikut miring. Hal ini untuk menjamin pondasi datar maka, pedoman yang digunakan adalah sistem parit yang berisi air untuk melihat sifat datar (Casson, 1983:132).

Ahli sejarah Yunani, Herodotus tertipu dengan cerita yang dilebih-lebihkan bahwa terdapat 10.000 orang untuk membangun piramid besar. Akan tetapi, sebenarnya setiap saat hanya terdiri dari 4.000 pekerja. Pekerja ini memang melakukan tugas yang sangat berat. Akan tetapi, beberapa kelompok merasa senang memeras keringat bagi Raja, sehingga seperti apa yang dikatakan mandor, mereka membanting tulang tanpa seorangpun keletihan dan kehausan. Pada akhirnya mereka pulang dengan semangat, membawa roti, mabuk karena bir, seolah-olah hari tersebut adalah perayaan indah bagi seorang dewa.

(10)

(lihat gambar 2.1), meliputi dua kamar makam (1 dan 2), kamar terakhir (3) yang dicapai lewat gang besar (4), dan diberi dua saluran angin (5 dan 6), setelah lorong menanjak (7) disegel dengan sumbat batu, maka para pekerja di gang luar turun lewat terowongan (8), lalu naik lewat lorong menurun (9).

Gambar 2.1 Rancangan Bagian Dalam Piramid

(sumber: buku Abad Besar Manusia Mesir Kuno (Casson, 1983:136)

Pada bagian dalam makam menunjukkan hal yang rumit dari segi arsitekturnya. Orang Mesir telah menunjukkan arsitektur dan rancangan struktur yang luar biasa. Contohnya pada gang besar, dibangun dengan langit-langit berlapis yang diberi penguat, ruang raja dibangun dengan enam atap. Semula Khufu merencanakan piramid yang agak kecil dengan kamar makam terletak jauh dalam karang di dasar piramid. Akan tetapi, setelah pandangannya berkembang, Khufu memperbesar dua kali dari rancangan pembangunannya dan tiap kali meminta agar kamar makam diletakkan lebih tinggi di dalam piramid.

2.3 Arti Penting Peradaban Mesir Kuno sebagai Warisan Sejarah

Peradaban Afrika kuno tepatnya Mesir kuno memiliki arti yang sangat penting. Arti penting tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Bangsa Mesir memanfaatkan kesuburan Sungai Nil atau melimpahnya air sungai Nil dengan baik, selain itu mampu mengelola gurun dengan baik. Tantangan alam membuat orang-orang Mesir terus bertahan. 2. Masyarakat Mesir kuno bisa mengolah tanah dengan persediaan air

(11)

3. Sungai Nil sebagai penopang perekonomian di Mesir, dikarenakan lahan pertanian (Gandum), kemungkinan ekspor Gandum telah ada. Tidak hanya dalam segi pertanian namun juga peternakan.

4. Orang-orang Mesir telah mengenal angkutan perairan dengan perahu layar sehingga lalu lintas penyebrangan sungai sangat ramai.

5. Orang-orang Mesir kuno telah mengenal jala dengan alat yang sederhana dan untuk memenuhi kebutuhan dengan mencari ikan (profesi sebagai nelayan).

6. Peradaban Mesir kuno semakin berkembang pesat dengan adannya teknik seni yang agung yaitu pembangunan piramida. Rancangan membuat piramid tidak mudah dan tenaga rakyat untuk membangun sebuah piramida besar sangat berat. Akan tetapi, seni yang agung tersebut seakan membuktikan bahwa bangsa Mesir adalah bangsa yang telah memiliki peradaban yang tinggi. Bahan pembuatan piramid yaitu dengan memanfaatkan balok batu dan memanfaatkan berbagai endapan dari Sungai Nil sehingga, rakyat semakin dipermudah dalam pembangunan piramid untuk Raja.

Jika dilihat dan dikritisi secara mendalam, membangun piramid dengan ketinggian yang luar biasa dapat dikatakan hebat. Orang-orang Mesir telah memiliki teknik yang cerdik, sebagai salah satu contoh yaitu membuat pondasi dasar makam dengan mengenal teknik sifat datar, kemiringan piramid yang sesuai dan simetris, serta bagian dalam yang menunjukkan seni yang tinggi. Hal yang menarik adalah rakyat pembangun piramid tidak pernah lelah dan kehausan dikarenakan sikap senang dalam membangun piramid untuk raja serta sebagai hari perayaan indah bagi seorang dewa.

(12)

generasi kedua dari kalangan arkeolog yang sudah terlatih dengan baik” (Sherrow, 2007:58).

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan

Peradaban Mesir kuno berlangsung berawal dari karunia Sungai Nil. Orang-orang Mesir mampu bertahan dan mengelola sungai dan gurun dengan baik. Teknik mengelola sungai membuat orang-orang Mesir mampu mengelola pertanian dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tidak hanya hal itu, Sungai Nil juga dimanfaatkan sebagai lalu lintas pelayaran sungai untuk distribusi hasil panen.

Kemajuan Mesir kuno juga terlihat dari seni yang agung. Salah satunya adalah perancangan pembuatan piramid sebagai makam untuk raja (penguasa). Piramida yang paling besar diantara lainnya yaitu Khufu. Seni yang dimiliki oleh bangsa Mesir ini memang unik dikarenakan teknik yang digunakan untuk membangun masih menggunakan alat yang sederhana. Tenaga rakyat juga dikerahkan untuk membangun proyek seni yang besar ini. Hal ini menunjukkan bahwa Mesir kuno telah memiliki peradaban yang tinggi.

Peradaban Mesir kuno pasti memiliki arti penting sebagai warisan sejarah. Arti penting dari peradaban Mesir kuno ini sangat kompleks mulai dari kekuatan orang-orang Mesir yang mampu bertahan dalam kondisi geografis yang sulit sampai dengan kemampuan memanfaatkan alam yaitu Sungai Nil. Berdasarkan kondisi alam sungai lahir peradaban dan seni yang agung sehingga karya besar Mesir kuno patut untuk diapresiasi tinggi.

3.2 Saran

(13)

DAFTAR RUJUKAN

Ashadi. 2016. Peradaban dan Arsitektur Dunia Kuno: Sumeria-Mesir-India. Jakarta: Arsitektur UMJ Press.

Casson, Lionel. 1983. Abad Besar Manusia Mesir Kuno. Jakarta: PT Tira Pustaka. Helius, Syamsudin. 1986. Buku Materi Pokok Sejarah Dunia. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Riyadi. 2016. Sejarah Afrika Dari Masa Kuno sampai Modern. Surabaya: UNESA PRESS.

Sherrow, Victoria. 2007. Arkeologi Menguak Rahasia Masa Lampau Afrika Kuno. Washington D.C: National Geographic.

Gambar

Gambar 2.1 Rancangan Bagian Dalam Piramid

Referensi

Dokumen terkait

Stres kehamilan adalah salah satu fenomena yang dialami oleh setiap ibu khususnya ibu yang pertama kali mengalami kehamilan (primigravida) yang dipicu oleh

godine osnivanje AFRA udruge (prema engl. Aircraft Fleer Recycling Association ) čija je misija razvijanje i pronalaženje eko- loški i ekonomski prihvatljivih mo- dela

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Setelah dilakukan analisis jalur dengan program AMOS versi 21, koefisien determinasi (R 2 ) menunjukan sumbangan pengaruh X1 dan X2 secara serentak terhadap Y1 sebesar 0,388,

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Berdasarkan paparan di atas, masalah yang diajukan penelitian ini adalah tentang perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara pembelajaran yang mempergunakan media kartu

Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif. berhubungan dengan

G. Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Nanga Embaloh Kapuas Hulu, siklus