• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI DAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTEGRAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI DAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTEGRAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI DAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTEGRASI EROPA PERIODE 1947-1957

Disusun sebagai Tugas Makalah Mata Kuliah Hubungan Internasional di Eropa

WESLEY JEFFREY2010230055

NUR FARIDHA 2012230106

INAS HURRIYAH L. D. 2012230117

ACHMAD ROBBI F. 2013230010

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berakhirnya Perang Dunia II memberikan nafas segar bagi Eropa yang telah mengalami proses panjang dalam peperangan. Perang Salib, Perang Dunia I dan Perang Dunia II merupakan puncak peperangan yang meninggalkan sejarah kelam di kawasan Eropa. Setelah Perang Dunia II, bangsa Eropa mengalami instabilitas ekonomi dan politik, serta kekalahan fasisme pada masa itu telah meruntuhkan ekonomi Jerman1. Dan bukan hanya itu saja, peperangan tidak lagi dilakukan dengan kontak fisik atau dengan kekuatan militer, namun beralih pada persaingan ideologi.

Masa kelam peperangan membuat Eropa Barat berupaya dalam segala kemungkinan untuk melakukan kerja sama yang bertujuan menghindari konflik di kawasan ini. Jerman yang menjadi sumber konflik pada masa Perang Dunia II, membuat negara-negara di Eropa Barat lebih mengawasi dan menjaga tindakan Jerman dalam mengambil langkah politiknya. Selain itu, keinginan dalam membebaskan diri dari rivalitas Jerman dan Perancis telah mendorong terbentuknya integrasi regional di kawasan Eropa.

Oleh karena itu, dalam menciptakan perdamaian bangsa Eropa, beberapa organisasi regional yang didasarkan atas kerja sama ekonomi dibentuk sebagai upaya mencapai tujuan mereka. Ide kerja sama di kawasan Eropa ini berawal dari Belgia dan Luxemburg dan kemudian mengarah pada kerja sama yang lebih luas, yakni Custom Union Benelux. Custom Union Benelux yang terdiri dari Belgia, Netherlands, dan Luxemburg, merupakan langkah awal pencapaian integrasi Eropa yang lebih intens. Proses pencapaian integrasi Eropa melalui beberapa tahapan, antara lain European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic Community (EEC), dan berlanjut menjadi European Union (EU).

Dalam proses tahapan integrasi Eropa, dibuat beberapa treaty untuk mempermudah kerja sama di kawasan Eropa Barat, pada khususnya. Beberapa treaty tersebutberisi aturan-aturan yang mengatur tindakan dan kebijakan negara-negara anggota di kawasan Eropa Barat. Aturan-aturan ini akan merangsang dan mengikat komitmen antara negara-negara anggota untuk melakukan tindakan yang sama dalam pencapaian integrasi yang optimal. Berbagai

(3)

hasil dari treaty tersebut telah memperluas kerja sama Eropa Barat dalam bidang ekonomi. Dalam memperluas kerja sama ekonomi yang lebih luas dan intens, pada tahun 1957 ditandatanganinya perjanjian Roma oleh The Inner Six (Perancis, Jerman Barat, Italia, Belgia, dan Belanda, dan Luxemburg) dan mengesahkan terbentuknya EEC dan European Atomic Energy Community (EURATOM)2.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, muncul pertanyaan, sebagai berikut: “Bagaimana teori dan pendekatan konseptual integrasi Eropa periode 1947-1957?

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Integrasi Regional

Sebuah integrasi sering dikaitkan dengan regionalisme atau kawasan, dan bahkan dikaitkan dengan Uni Eropa. Hal ini dikarenakan, keberhasilan Uni Eropa dalam

2 S., Nuraeni, Deasy Silvya dan Arfin Sudirman. Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional

(4)

membentuk integrasi dalam segala sektor yang menjadi sebuah tujuan baru bagi negara-negara lainnya yang ingin membentuk integrasi regional.

Konsep integrasi yang berkembang dari masa ke masa. Tujuan pembentukan integrasi juga berbeda dari masa ke masa. Setelah Perang Dunia II, tujuan integrasi adalah untuk mencapai perdamaian di kawasan Eropa. Dalam bukunya Mas’oed, Karl Deutsch berpendapat bahwa:

“suatu komunitas politik memang tidak mesti mampu mencegah terjadinya perang di wilayahnya . . . Tetapi, beberapa komunitas politik betul-betul mampu menghapuskan perang dan harapan akan terjadinya perang di dalam wilayah itu . . . Karena itu, komunitas-komunitas “security-community” adalah suatu komunitas politik yang di dalamnya terdapat jaminan nyata bahwa anggota-anggota tidak akan saling berperang, tetapi akan menyelesaikan pertikaian dengan cara-cara lain”3

Keinginan dalam melakukan integrasi di kawasan Eropa di dasari juga atas dua faktor utama, antara lain: (a) lingkup geografi yang sama, yakni kawasan atau regional Eropa; (b) Sejarah yang sama, yaitu sejarah kelam Perang Salib, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sebelumnya dijelaskan bahwa dalam integrasi dapat mencegah terjadinya peperangan dan dapat dikatakan dapat perdamaian. Dalam konteks regional, negara-negara berada dalam geografi yang sama dan berdekatan, seperti Eropa Barat (Perancis, Jerman Barat, Italia, Belgia, Belanda, dan Luxemburg). Menurut Mansbaach dalam buku Nuraeni et al. bahwa region atau kawasan diidentifikasikan lingkup kedekatan geografis, budaya, perdagangan dan interdependensi ekonomi yang saling menguntungkan, dan komunikasi serta keikutsertaan dalam organisasi internasional.

2.1. Integrasi Eropa periode 1947-1957

The Treaty of Paris yang ditandatangani oleh pemerintah-pemerintah The Inner Six, antara lain Perancis, Jerman Barat, Italia, Belgia, Belanda, dan Luxemburg, pada tahun 1951 di Paris yang telah menghasilkan European Coal and Steel Community atau ECSC dan dilaksanakan pada Agustus 19524. Treaty of Paris bertujuan dalam menghilangkan hambatan perdagangan dan mencapai pergerakan bebas produk, barang, dan modal

3 Mohtar Masoed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Yogyakarta: LP3ES, 1990)

(5)

dalam lingkup sektor batu bara dan baja di pasar negara-negara anggota. Hasil utama dari Treaty of Paris5, antara lain (a) Pembentukan European Coal and Steel Community

(ECSC); dan (b) Penghapusan rivalitas lama antara Jerman dan Perancis, dan memberi dasar bagi pembentukan Federasi Eropa. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tujuan politik dari Treaty of Paris adalah untuk menggantikan rivalitas turun temurun dengan penggabungan kepentingan-kepentingan essensial (ekonomi) antara Jerman dan Perancis6.

Pada tahun 1955 Perdana Menteri dari ECSC melakukan pertemuan di Messina-Italia dalam mencapai integrasi Eropa ke segala sektor ekonomi. Selanjutnya, penandatanganan Treaty of Roma menghasilkan European Economic Community (EEC) dan European Atomic Energy Community (EAEC/EURATOM). Menurut McCormick:

The EEC Treaty commited the Six to the creation of a common market within 12 years by gradually removing all retrictions on internal trade, setting a common external tarrif for all goods coming in to the EEC, reducing barrier to the free movement of people, sevices, capital among the member states, developing common agricultural and transport policies, and creating a European Social Fund and a European Investment Bank”7

Sedangkan tujuan dari Euratom treaty adalah menciptakan pasar bersama dalam lingkup energi atom.

2.2. Teori Neofungsionalisme

Neofungsionalisme berkembang sekitar tahun 1950-an. Neofungsionalisme yang dipelopori oleh Ernst B. Haas merupakan Grand Theory yang menjelaskan fenomena integrasi di kawasan Eropa. Pemikir Kaum neofungsionalis memfokuskan perhatian mereka pada peran institusi-institusi supranasional dan aktor-aktor non-negara lainnya sebagai kekuatan riil yang mendorong proses integrasi regional8. Neofungsionalisme menekankan integrasi sebagai proses yang berjalan secara gradual dan bersifat self-sustaining9. Integrasi Eropa secara teknis berjalan secara bertahap dan berlangsung

terus-menerus. Berawal dari pembentukan ECSC kemudian berlanjut membentuk EEC dan

5 Sejarah Pembentukan Uni Eropa diakses dari http://indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp#1 pada 3 Oktober 2015

6 Robert Gilpin dan Jeans Millis Gilpin. Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Dunia Abad Ke-21. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)

7 McCormick, Op. Cit., hal. 63

8 Permatasari, Putri P. Tinjauan Kritis terhadap Artikel Neofungsionalisme Karangan Carsten Stoby Jensen. 2010

(6)

EURATOM. Dalam proses pengintegrasian Eropa, akan terbentuk satu-kesatuan yang bukan lagi sebatas tingkatan antara pemerintah (negara), namun juga mengintegrasikan setiap individu yang termasuk dalam anggota negara-negara yang terikat dalam integrasi Eropa. Integrasi yang terbentuk juga tidak menguntungkan salah satu pihak atau bersifat zero sum game, namun lebih bersifat positive sum game.

Dalam teori neofungsionalisme, terdapat key points untuk menganalisa proses integrasi Eropa periode 1947-195710, antara lain:

1. Spillover, yaitu sebuah sebuah situasi di mana kktor mensyaratkan kerja sama di sektor-sektor yang lain. McCormick menjelaskan Spillover dengan membaginya menjadi tiga bagian11, yaitu:

" ...with functional spillover, if states integrate one sector of their economies, the difficulty of isolating it from other sector would lead to the integration of all sectors. With technical spillover, differences in standards would lead different states to rise (or sink) to the level of the state with the strictest (or most lax) regulations. Finally, political spillover implies that once different functional sectors become integrated, interest groups such as corporate lobbies and trade unions will increasingly switch their attention from trying to influence the new regional executive, which will be encourage their attention in order to win new power for itself.”

2. Sosialisasi Elit, yang menyatakan bahwa seiring dalam proses integrasi, pihak-pihak yang terlibat dalam proses kebijakan akan cenderung berusaha untuk loyal dan preferensi terhadap institusi supranasional yang pada gilirannya akan mendorong integrasi lebih jauh. Hal ini juga terlihat dalam pengintegrasian Eropa, dimana beberapa pihak (negara) bahkan masyarakat (individu-individu) berusaha untuk masuk dalam proses integrasi yang lebih intens dalam sektor ekonomi dan sektor lainnya.

3. Asumsi ketiga neofungsionalisme adalah pembentukan berbagai kelompok kepentingan supranasional yang cenderung mendorong integrasi karena mereka memandang integrasi regional sebagai jawaban dari permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Walaupun dalam sebuah kelompok kepentingan tersebut akan selalu memiliki perbedaan dan permasalahan, namun kelompok kepentingan ini akan melihat integrasi Eropa sebagai solusi dalam penyelesaian masalah mereka. Integrasi politik antara negara (pemerintah) dengan kelompok 10European Union Politics, Michael Cini, Oxford: Oxford University Press, 2003

(7)

kepentingan akan mendorong terciptanya institusi supranasional yang menyatukan kedaulatan setiap negara anggota untuk mencapai kepentingan bersama

BAB III KESIMPULAN

Dalam menciptakan perdamaian bangsa Eropa, beberapa organisasi regional yang didasarkan atas kerja sama ekonomi dibentuk sebagai upaya mencapai tujuan mereka. Ide kerja sama di kawasan Eropa ini berawal dari Belgia dan Luxemburg dan kemudian mengarah pada kerja sama yang lebih luas, yakni Custom Union Benelux. Custom Union Benelux yang terdiri dari Belgia, Netherlands, dan Luxemburg, merupakan langkah awal pencapaian integrasi Eropa yang lebih intens. Proses pencapaian integrasi Eropa melalui beberapa tahapan, antara lain European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic Community (EEC), dan berlanjut menjadi European Union (EU).

(8)

Dalam teori neofungsionalisme, terdapat key points untuk menganalisa proses integrasi Eropa periode 1947-1957, yaitu spillover, sosialisasi elit, dan pembentukan kelompok kepentingan supranasional. Spillover merupakan sebuah situasi di mana kerja sama di satu sektor mensyaratkan kerja sama di sektor-sektor yang lain, hal ini bisa di lihat pada proses pengintegrasian eropa yang berawal dari kejasama ekonomi (ECSC) menjadi kerjasama yang lebih kompleks lagi hingga menjadi Uni Eropa.

Sosialisasi Elit, yang menyatakan bahwa seiring dalam proses integrasi, pihak-pihak yang terlibat dalam proses kebijakan akan cenderung berusaha untuk loyal dan preferensi terhadap institusi supranasional yang pada gilirannya akan mendorong integrasi lebih jauh. Hal ini juga terlihat dalam pengintegrasian Eropa, dimana beberapa pihak (negara) bahkan masyarakat (individu-individu) berusaha untuk masuk dalam proses integrasi yang lebih intens dalam sektor ekonomi dan sektor lainnya.

Kelompok kepentingan supranasional, kelompok kepentingan ini akan melihat integrasi Eropa sebagai solusi dalam penyelesaian masalah mereka. Integrasi politik antara negara (pemerintah) dengan kelompok kepentingan akan mendorong terciptanya institusi supranasional yang menyatukan kedaulatan setiap negara anggota untuk mencapai kepentingan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cini, Michelle. 2003. Intergovernmentalism dalam Cini, Michelle (Ed.), European Union Politics. Oxford: Oxford University Press.

Gilpin, Robert dan Jeans Millis Gilpin. 2002. Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Dunia Abad Ke-21. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

McCormick, John. 2002. Understanding The European Union: a concise Introduction/John McCormick (2nd ed.). New York: Palgrave

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Yogyakarta: LP3ES

S., Nuraeni, Deasy Silvya dan Arfin Sudirman. 2010. Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(9)

Permatasari, Putri P. 2010. Tinjauan Kritis terhadap Artikel Neofungsionalisme Karangan Carsten Stoby Jensen.

Pollack, Mark. 2001. “International Relations Theory and European Integration” Journal of Common Market Studies Vol. 39 No. 2

Yuniarti. 2013. Pendekatan Ekonomi dalam Politik Internasional. Jurnal Hubungan Internasional Vol.1 No.1 Januari-April 2013 ISSN:2337-859X

Website:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ketatanegaraan Islam, sistem khilafah dengan sistem pemerintahan Islam merupakan suatu epistemologi (pemahaman) yang berbeda, namun memiliki ontologi (substansi)

Gerhana Matahari total atau sempurna atau kulliy terjadi manakala posisi Bulan dengan Bumi pada jarak yang dekat, sehingga bayangan kerucut (umbra) bulan menjadi panjang

Kitab Allah pada muhkam Al-Qur'an yang agung, bahawa sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada para alim-ulama kaum muslimin dan penguasa kerajaan yang memerintah mereka serta

Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan pada keduanya.. tegangan dan arus

Ibrahim berkata: Sesungguhnya Allah telah memilih Islam sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam (QS..

EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.

Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.. Pembangunan

Masih rendahnya Pengetahuan Ibu Hamil maupun keluarganya mangenai pentingnya memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan, bahayanya ibu hamil yang