• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradaban pada Masa Ali bin Abi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Peradaban pada Masa Ali bin Abi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA ALI BIN ABI THALIB MAKALAH

Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Bapak M. Solikhin Noor

Di susun Oleh : Anis Silvia Masithoh (1503096050) Indah Khoirum Mu’filah (1503096051) Rian Linda Astuti (1503096052)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

BAB I PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG

Segala sesuatu tentang penulisan ulang mengenai dunia islam, baik sejarah-sejarah dunia islam maupun pada masa ali bin abi thalib pastinya bersifat terbuka dan milik hak semua orang. Hanya bagaimana cara kita mengaplikasikannya secara baik dan benar. Makalah ini lebih banyak menulusuri apa saja yang terjadi pada dunia islam pada masa ali bin abi thalib. Karna banyak nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari masa ali bin thalib dan para khalifah yang lainnya.

Kejadian miris yang sering terjadi saat ini adalah banyak orang-orang islam yang tidak mengetahui sejarah-sejarah islam, bahkan lebih banyak mengadopsi budaya-budaya dari non muslim. Ini adalah gambaran bagaimana dinamika dunia islam yang terjadi terus menerus.

B. RUMUSAN MASALAH

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kehidupan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Ali adalah putera Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, hari Jum’at pada tanggal 13 Rajab tahun 602 M atau 10 tahun sebelum kelahiran Islam. Usianya 32 tahun lebih muda dari Rasulullah SAW.

Ali merupakan sepupu dan juga menantu dari Rasulullah SAW yaitu suami dari puteri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra. Ali masuk Islam tatkala usianya belum mencapai 10 tahun. Dengan demikian, Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak.

Nabi Muhammad SAW semenjak kecil diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian setelah kakeknya meninggal beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka beliau mengasuh dan mendidik Ali. Pengetahuan agamanya amat luas. Karena kedekatannya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Beliau juga terkenal dengan keberaniannya dan hampir diseluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada dibarisan depan. Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau selalu mengajak Ali untuk memusyawarahkan masalah-masalah penting. Begitu pula Umar bin Khathab tidak mengambil kebijaksanaan atau melakukan tindakan tanpa musyawarah dengan Ali. Utsman pun pada masa permulaan jabatannya dalam banyak perkara selalu mengajak Ali dalam permusyawaratan. Demikian pula, Ali juga tampil membela Utsman ketika berhadapan dengan pemberontak.

B. Proses Pengangkatan Khalifah Ali Bin Abi Thalib

(4)

pemberontak mendatangi para sahabat senior satu per satu yang ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ali didatangi beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar bersedia dibai’ad menjadi khalifah. Namun, Ali menolak. Sebab, Ali menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Akan tetapi, setelah massa mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia dibai’at menjadi khalifah.

Ali dibai’at oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh sahabat, seperti Thalhah dan Zubair. Ada beberapa orang sahabat senior, seperti Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqash, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau ikut membai’at Ali. Abdullah dan Saad misalnya bersedia membai’at kalau seluruh rakyat sudah membai’at. Mengenai Thalhah dan Zubair, mereka membai’at secara terpaksa. Mereka bersedia membai’at jika nanti mereka diangkat menjadi gubernur di Kufah dan Bashrah.

Dengan demikian, Ali tidak dibai’at oleh kaum muslimin secara aklamasi karena banyak sahabat senior ketika itu tidak berada di kota Madinah, mereka tersebar di wilayah-wilayah taklukan baru, dan wilayah Islam sudah meluas ke luar kota Madinah sehingga umat Islam tidak hanya berada di tanah Hijaz (Mekkah, Madinah, dan Thaif), tetapi sudah tersebar Jazirah Arab dan di luarnya. Salah seorang tokoh yang menolak untuk membai’at Ali dan menunjukkan sikap konfrontatif adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasan yang dikemukakan karena menurutnya Ali tidak bertanggung jawab dan tidak menindaklanjuti pencarian pelaku atas pembunuhan Utsman tetapi malah mengutamakan pemerintahannya.

(5)

yang baik dan tinggalkan yang buruk. Allah telah menetapkan segala kewajiban, kerjakanlah! Maka

Allah menuntunmu ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal-hal yang haram dengan

jelas, memuliakan kehormatan orang muslim dari pada yang lainnya, menekankan keikhlasan dan

tauhid sebagai hak muslim. Seorang muslim adalah yang dapat menjaga keselamatan muslim

lainnya dari ucapan dan tangannya. Tidak halal darah seorang muslim kecuali dengan alasan yang

dibenarkan. Bersegeralah membenahi kepentingan umum, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya

kamu dimintai pertanggungjawaban tentang apa saja, dari sejengkal tanah hingga binatang ternak.

Taatlah kepada Allah jangan mendurhakai-Nya. Bila melihat kebaikan ambillah, dan bila melihat

keburukan tinggalkanlah.”

“Wahai manusia, kamu telah membai’at saya sebagaimana yang kamu telah lakukan terhadap

khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan. Akan

tetapi, jika pilihan telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi. Imam harus kuat, teguh, dan rakyat harus

tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya ini adalah bai’at yang merata dan umum. Barang siapa

yang mungkir darinya, terpisahlah dia dari agama Islam.”

C. Peperangan Pada Masa Ali Bin Abi Thalib

Ada banyak peperangan yang terjadi di masa Ali, di antaranya: 1. Perang Jamal / Perang Unta

(6)

pemberontakan yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang merupakan keluarga Utsman sendiri dengan alasan:

a. Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Khalifah Ustman

b. Wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-daerah baru.

(7)

Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Ali mendirikan perkemahan khusus untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkan pulang kembali ke Madinah yang dikawal oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar. Demikianlah sejarah terjadinya perang jamal yang merupakan perang pertama antara sesama umat Islam dalam sejarah Islam.

2. Perang Shiffin

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan Ali mengakibatkan perlawanan dari Gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggiyang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Selain itu, Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan keluarga dekat Utsman, seperti halnya Aisyah, mereka menuntut agar Ali mengadili pembunuh Utsman. Bahkan mereka menuduh Ali turut campur dalam pembunuhan Utsman. Selain itu mereka tidak mengakui kekhalifahan Ali. Hal ini bisa dilihat dari situasi kota Damaskus pada saat itu. Mereka menggantung jubah Utsman yang berlumuran darah bersama potongan jari tanda almarhum di mimbar masjid. Sehingga hal itu menjadi tontonan bagi rombongan yang berkunjung. Dengan adanya peristiwa tersebut, pihak umum berpendapat bahwa Ali yang bertanggungjawab atas pembunuhan Utsman.Pada akhir Dzulhijjah 36 H/657 M, khalifah Ali dengan pasukan gabungan menuju ke Syiria utara. Dalam perjalanannya mereka menyusuri arus sungai Euprate, namun arus sungai tersebut telah dikuasai oleh pihak Mu’awiyah dan pihak Mu’awiyah tidak mengijinkan pihak Ali memakai air sungai tersebut. Awalnya Ali mengirim utusan pada Mu’awiyah agar arus sungai bisa digunakan oleh kedua pihak, namun Mu’awiyah menolak. Akhirnya Ali mengirim tentaranya dibawah pimpinan panglima Asytar al-Nahki dan dia berhasil merebut arus sungai tersebut. Meskipun sungai tersebut dikuasai pihak Ali, mereka ini tetap mengijinkan tentara Mu’awiyah memenuhi kebutuhan airnya.

(8)

tentaranya dan pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagaikhalifah, Ali terikat oleh ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat an-nisa’ ayat59. Dengan mengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat dipahami mengapakhalifah Ali menempuh jalan damai dahulu.Jawaban terakhir dari pihak Mu’awiyah menolak untuk mengangkat bai’at Ali dansebaliknya menuntut Ali mengangkat bai’at terhadap dirinya. Maka bulan Saffar 37H/685M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari pihak Ali dan 85.000 orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir (orang pertama yang masuk Islamdi kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat dikultuskan ini membangkitkan semangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan Ali, sehingga banyak korbanpada pihak Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki berhasil menebas pemegang panji-panjiperang pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila panji perang jatuh pada pihak lawanmaka akan melumpuhkan semangat tempur. Pada saat terdesak itulah pihak Mu’awiyah,Amru bin Ash memerintahkan mengangkat al-mushaf pada ujung tombak dan berserumarilah kita bertahkim kepada kitabullah. Namun pada saat itu Alimemerintahkan untuk tetap berperang karena beliau tahu itu hanya tipu muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan berkata jikalau mereka telahmeminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak menerimanya, bahkandiantara panglima pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi mengancam: “Hai Ali, mariberserah kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami akan berbuat terhadap andaseperti

apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali terpaksa tunduk karena beliau menghadapi

orang-orang sendiri.Sejarah mencatat korban yang tewas dalam perang ini 35.000 orang-orang dari pihak Ali dan45.000 orang dari pihak Mu’awiyah.Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal itu tidak dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi tigagolongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikutMu’awiyah dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali). Akibatnya, diujungmasa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik.

(9)

Setelah terjadi tahkim sebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Ali yang menerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya dikenal dengan nama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:

a. Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur karenatelah mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang Shiffin, maka mereka wajib dibasmi. b. Ali dan pihak-pihak yang mendukung terbentuknya majlis tahkim adalah ragu terhadap kebenaran

yang telah diperjuangkan , padahal banyak korban yang jatuh untuk membelanya. Untuk itu Ali telah melakukan dosa besar.

c. Dan yang membenarkan pembentukan majlis tahkim adalah mengembangkan bid’ah dan membasmi kaum bid’ah adalah kewajiban setiap Muslim.

d. Pemuka kelompok ini adalah Abdullah bin Wahhab al Rasibi. SebenarnyaAli tidak ingin memerangi kelompok Khawarij tapi karena kelompok ini keterlaluan dalam bersikap diantaranya membunuh keluarga shahabat Abdullah bin Wahhab dengan sadis sekali hanya karena menolak untuk menyatakan keempat khalifah sepeningggal Nabi adalah kufur, selain itu mereka juga membunuh utusan yang diutus oleh Ali.

e. Ali menggerakkan pasukannya dan kedua pasukan bertemu pada suatu tempat bernama Nahrawan, terletak dipinggir sungai tigris (al dajlah).

Sebelum perang diumumkan, Ali masih punya harapan untuk menyadarkankaum Khawarij. Dan Ali memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: “Barang siapa pulang kembali ke Kufah, akan memperoleh jaminan keamanan.”Sejarah mencatat setelah itu 500 orang diantara mereka sebagian

(10)

fatal pada pihak Ali. Tentara Ali semakin lemah,sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, keberhasilan Mu’awiyah mengambilposisi Mesir berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.

D. Sistem Ekonomi Pada Masa Ali

Masa pemerintahan Kholifah Ali bin Abi Thalib yang hanya berlangsung selama enam tahun selalu diwarnai dengan ketidak stabilan kehidupan politik. Ali harus menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah yang menuntut kematian Utsman bin Affan. Sekalipun demikian, Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat Islam. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru.

Cara ini mungkin solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara yang sedang berada dalam masa-masa transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan bagi para pengikutnya di Irak. Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.

BAB III PENUTUP

(11)

Ali adalah putera Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah. Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutthalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, hari Jum’at pada tanggal 13 Rajab tahun 602 M.

Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah sebelumnya. Ali dibai’ad di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya Utsman bin Affan, pertentangan dan kekacauan , serta kebingungan umat Islam Madinah. Ada banyak peperangan yang terjadi di masa Ali, di antaranya Perang Jamal / Perang Unta, perang siffin dan perang nahrawah.

Khalifah Ali bin Abi Thalib tetap berusaha untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat Islam dalam kebijakan politiknya di tengah campur marut kehidupan masa pemerintahannya.

B. KRITIK DAN SARAN

Demikian makalah yang kami buat. Kami menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyajian makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.

DAFTAR PUSTAKA :

1. http://nanamulyadimdf.blogspot.co.id/2012/05/makalah-sejarah-peradaban-islam.html

2. Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

3. Ath-Thabari, op. cit., hlm. 448-457 dan Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 153.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan faktor- faktor penyebab utama perkawinan usia muda di Desa Lebakwangi Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara yaitu faktor Adat atau

Ukuran kalus yang terbesar dihasilkan dari eksplan pucuk dengan perlakuan 1,5 ppm BAP, sedangkan pada perlakuan kinetin, diperoleh dari eksplan daun dengan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah dan kinerja guru memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar

Pada penelitian “Keragaman Makna Politik dan Kekuasaan Cerpen „Sepotong Bibir paling Indah di Dunia‟ Karya Agus Noor: Kajian Semiotik Roland Barthes”, penelitian

Inflasi di Dumai terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 0,49 persen;

Berdasarkan catatan sejarah pakaian adat yang dikenakan oleh masyarakat Sumatera Selatan yang dipanggil dengan istilah “Wong Kito Galo” berasal dari jaman

• Diprediksi bahwa karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama BUMDes adalah: (a) masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan,

Chapter 5 , Apache Spark GraphX , and Chapter 6 , Graph-based Storage , will show how the Spark GraphX module can be used to process big data scale graphs, and how they can