Gaung reformasi rupanya sudah mulai diimplementasikan dalam lingkungan
instansi pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), salah satu
instansi yang terkait dengan laju perekonomian dan perdagangan internasional utamanya
dalam bidang tugas Kepabeanan dan Cukai.
Seiring dengan upaya reformasi fisik maupun mental organisasi pemerintahan,
DJBC telah mencetuskan Visi, Misi, dan Strategi Organisasinya, sebagaimana banyak
terpampang pada dinding-dinding di lingkungan kantor, dalam buku-buku Kepabeanan
dan Cukai, stiker-stiker khusus, ataupun atribut-atribut lain sebagai pengingat bagi
aparatur DJBC.
Dengan Visi-nya untuk sejajar dengan aparat kepabeanan dan cukai internasional
di bidang kinerja dan citra serta dengan misinya untuk memberikan pelayanan yang
terbaik kepada industri, perdagangan dan masyarakat, maka DJBC mulai beritikat untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih memberikan kepastian keadilan kepada
pengguna jasa kepabeanan dan cukai.
Salah satu upaya menuju kondisi tersebut di atas, DJBC telah memberikan
kesempatan bagi para pengguna jasa kepabeanan dan cukai untuk mengajukan keberatan
atas segala penetapan yang bersifat fiskal yang menyangkut penyelesaian kewajiban
pabean (pembayaran Bea Masuk, Cukai, Pajak dalam Rangka Impor, serta denda
administrasi kepabeanan dan cukai).
Diharapkan dari pengeluaran kebijakan tersebut, ada kesejajaran dan perlakuan
yang adil dalam sistem dan prosedur kepabeanan dan cukai baik kepada pengguna jasa
maupun kepada aparatur DJBC.
FILOSOFI HAK PENGAJUAN KEBERATAN KEPABEANAN DAN CUKAI
Sejalan dengan aspek-aspek penting yang menjiwai Undang-undang No. 10/1995
tentang Kepabeanan yang telah dituliskan dalam Penjelasan Umum-nya, yang di
masyarakat sehingga tidak terjadi duplikasi, oleh karena itu biaya administrasi dapat
ditekan serendah mungkin. Aspek yang lain yakni Keadilan dimana kewajiban pabean
hanya dibebankan kepada anggota masyarakat yang melakukan kegiatan kepabeanan dan
terhadap mereka diperlakukan sama dalam hal dan kondisi yang sama.
Selama ini kebijakan yang diterapkan dalam kaitan dengan permasalahan
penyelesaian kewajiban pabean (utamanya yang bersifat fiskal) hanya memihak pada
aparat pemerintah sebagai regulator, namun kurang memberikan kesejajaran hak dan
kewajiban kepada pengguna jasa kepabeanan atau masyarakat, sebagai contoh, kebijakan
tentang penetapan tarif dan nilai pabean untuk dasar perhitungan BM dan pungutan impor
lainnya, penagihan piutang BM dan pungutan impor lainnya, penagihan pajak dengan
surat paksa, merupakan kebijakan yang hanya mengutamakan penerimaan negara, namun
belum secara mendalam memperhatikan hak masyarakat untuk mengajukan keberatan.
Bertolak pada pemikiran di atas maka perlu kiranya DJBC memperhatikan hak
pengguna jasa untuk mengajukan keberatan atas penetapan-penetapan nilai pabean dan
pembayaran BM atau pungutan lain yang harus dilakukan. Hal ini perlu untuk menjamin
kepastian hukum dan keadilan dalam pelaksanaan kebijakan kepabeanan dan cukai ini.
LANDASAN HUKUM
Undang-undang No.10/1995 tentang Kepabeanan dalam Bab XIII (pasal 93 –
101), telah mengatur upaya keberatan, banding maupun lembaga banding, secara cukup
rinci, yang kemudian dijabarkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor-380/KMK.03/1999 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Kepabeanan dan Cukai dan
diatur pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
Kep-64/Bc/1999 tentang Juklak Pengajuan, Penerusan, dan Penyelesaian Keberatan
PIHAK-PIHAK YANG BISA MENGAJUKAN KEBERATAN DAN BANDING,
ANTARA LAIN :
1. Importir
2. Pengangkut
3. Pengusaha TPS
4. Pengusaha TPB
5. Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan
6. Pengusaha Pabrik Barang Kena Cukai
7. Pengusaha Tempat Penyimpanan Barang Kena Cukai
8. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Barang Kena Cukai Tertentu
9. Importir Barang Kena Cukai Yang Pelunasan Cukainya Dengan Pelekatan Pita Cukai
TATACARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING
Keberatan di bidang Kepabeanan dan Cukai adalah keberatan yang diajukan
terhadap penetapan yang dilakukan Pejabat Bea dan Cukai, tentang:
1. Penetapan tarif yang mengakibatkan pungutan Bea Masuk, Cukai, dan atau pajak
dalam rangka impor kurang dibayar, berupa SPKPBM dari Nota Pembetulan, Hasil
Temuan Verifikasi dan Hasil Temuan Audit
2. Penetapan nilai pabean untuk perhitungan Bea Masuk yang mengakibatkan
pungutan Bea Masuk, Cukai, dan atau pajak dalam rangka impor kurang dibayar,
berupa SPKPBM dari Nota Pembetulan, Hasil Temuan Verifikasi dan Hasil Temuan
Audit
3. Penetapan atas pungutan Buku Rekening BKC yang mengakibatkan Cukai, dan
atau pajak dalam rangka impor kurang dibayar, berupa PBCK-6
4. Penetapan atas pengenaan sanksi administrasi di bidang kepabeanan dan
Keberatan tersebut diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan tempat dipenuhinya kewajiban pabean dan
cukai, dengan menggunakan formulir yang ditentukan. Pengajuan keberatan harus
diterima Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh
hari sejak tanggal penetapan, dengan disertai penyerahan jaminan sebesar bea masuk,
cukai, pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi yang harus dibayar.
Keberatan tersebut harus juga memuat alasan dan bukti yang jelas, yaitu jenis
keberatannya (tarif, nilai pabean, cukai, sanksi administrasi, atau gabungannya) dengan
melampirkan dokumen pabean/cukai bersangkutan, argumentasi pengajuan keberatan
serta data/bukti yang mendukung.
Pengajuan dilampiri dengan:
- Bukti penyerahan jaminan
- Copy SPKPBM
- Data pendukung lainnya.
Bukti-bukti yang dapat digunakan dalam mendukung pengajuan keberatan, antara lain :
1. Untuk keberatan yang menyangkut tarif :
- Certificate of Analysis,
- Material Safety Data Sheet,
- Product Information/Brosur atau katalog, dsb.
2. Untuk keberatan yang menyangkut penetapan nilai pabean:
- Polis asuransi dalam negeri,
- Freight Manifest,
- Letter of Credit,
- Purchase Order,
3. Keberatan yang menyangkut penutupan Buku Rekening Barang Kena Cukai atau
pengenaan sanksi administrasi, maka data pendukung yang diajukan adalah yang
dapat digunakan untuk memutuskan keberatan.
Pihak yang akan mengajukan keberatan dapat mengajukan permintaan penjelasan
mengenai penetapan yang akan diajukan keberatannya paling lambat 14 hari sejak
tanggal penetapan kepada Kepala Kantor Pelayanan dan akan diberikan dalam waktu
paling lambat 21 hari sejak tanggal penetapan. Penjelasan tersebut berisikan :
– Tatacara pengajuan keberatan.
– Tatacara pengajuan banding.
– Tindak lanjut dalam hal keputusan keberatan belum diterima sampai dengan jangka
waktu tujuh puluh hari sejak berkas keberatan diterima secara lengkap dan benar.
KEPUTUSAN KEBERATAN
Kepala KPBC meneruskan berkas keberatan dalam waktu selambat-lambatnya 3
(tiga) hari kerja, kecuali untuk KPBC Tanjung Priok dan Soekarno-Hatta ditetapkan yaitu
5 (lima) hari kerja sejak diterima berkas itu dengan lengkap dan benar kepada :
a. Dirjen Bea dan Cukai u.p. Direktur Teknis Kepabeanan, untuk keberatan mengenai
tarif dan/atau nilai pabean dan/atau sanksi administrasi yang berkaitan dengan nilai
pabean.
b. Dirjen Bea dan Cukai u.p. Direktur Cukai, untuk keberatan mengenai penutupan
buku rekening Barang Kena Cukai dan/atau sanksi administrasi yang berkaitan
c. Dirjen Bea dan Cukai u.p. Direktur Perencanaan Penerimaan, untuk keberatan
mengenai pengenaan sanksi administrasi di bidang kepabeanan dan cukai selain
sanksi administrasi yang berkaitan dengan nilai pabean dan pungutan cukai.
Penerusan berkas keberatan tersebut disertai dengan tembusan tanpa lampiran
kepada Direktur Perencanaan Penerimaan, Kepala Kanwil DJBC setempat, dan pihak
yang mengajukan keberatan. Keberatan diputuskan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal berkas keberatan diterima secara lengkap dan benar oleh Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai sampai dengan tanggal keputusan Direktur Jenderal
Bila diperlukan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat meminta bukti dan/atau
data lain yang diperlukan untuk memutuskan keberatan. Jika dalam waktu tiga puluh hari
sejak tanggal berkas keberatan diterima secara lengkap dan benar oleh Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai, bukti dan/atau data tersebut belum dipenuhi, maka Dirjen BC
memutuskan keberatan berdasarkan data yang ada. Keputusan atas keberatan dapat
berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, menambah, atau mengurangi
besarnya jumlah bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, dan/atau sanksi
administrasi yang harus dibayar. Jika sampai batas waktu 60 (enam puluh) hari,
keputusan keberatan belum juga diterbitkan, maka keberatan dianggap diterima dan
jaminan dikembalikan.
Untuk menjamin hak-haknya, pihak yang mengajukan keberatan wajib
menanyakan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai jika sampai dengan
70 (tujuh puluh) hari sejak berkas keberatan diterima secara lengkap dan benar oleh
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai keputusan atas keberatan belum diterima.
PELAKSANAAN PUTUSAN KEBERATAN
Dalam hal keberatan diputuskan :
1. Diterima seluruhnya, maka Kepala KPBC memberikan penegasan kepada pihak yang
2. Diterima dan terjadi kelebihan pembayaran Bea Masuk, Cukai, pajak dalam impor,
dan atau sanksi administrasi, maka penetapan dibatalkan dan yang bersangkutan
dapat mengambil kembali kembali jaminan, dan mengambil kelebihan pembeyaran
melalui prosedur restitusi atau pengembalian.
3. Ditolak seluruhnya, maka jaminan dicairkan dan/atau didefinitifkan menjadi
penerimaan negara, selanjutnya mengirimkan foto copy bukti pencairan atau
pendefinitifan jaminan terhadap kekurangan pembayaran sesuai keputusan keberatan
kepada Dirjen u.p. Direktur yang menangani keberatan.
4. Ditolak sebagian, maka jaminan dicairkan dan/atau didefinitifkan sebagian menjadi
penerimaan negara, mengembalian kelebihan pembayaran, dan selanjutnya
mengirimkan foto copy bukti pencairan/pendefinitifan jaminan terhadap kekurangan
pembayaran sesuai keputusan keberatan kepada Dirjen u.p. Direktur yang menangani
keberatan.
5. Ditolak dan mengakibatkan bertambah besarnya bea masuk, cukai, pajak dalam
rangka impor dan/atau sanksi administrasi yang harus dibayar, maka jaminan
dicairkan dan/atau didefinitifkan menjadi penerimaan negara, menagih kekurangan
pembayaran dengan menerbitkan SPKPBM baru tanpa memberikan hak mengajukan
keberatan, dan selanjutnya mengirimkan foto copy bukti pencairan/pendefinitifan
jaminan dan kekurangan pembayaran sesuai keputusan keberatan kepada Dirjen u.p.
Direktur yang menangani keberatan.
Penegasan atas putusan keberatan dikirimkan kepada pihak yang mengajukan
keberatan dengan tembusan Dirjen Bea dan Cukai u.p. Direktur yang menangani
keberatan, Direktur Perencanaan Penerimaan, dan Kepala Kanwil DJBC bersangkutan,
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah menerima tembusan