• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU DENGAN MASALAH UNMET NEED DI DESA SUMBER TEBU KEC. BANGSAL-MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU DENGAN MASALAH UNMET NEED DI DESA SUMBER TEBU KEC. BANGSAL-MOJOKERTO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU DENGAN MASALAH UNMET NEED DI DESA SUMBER TEBU

KEC. BANGSAL-MOJOKERTO

ROLAN NATCIKIT 1514401015

Subject : Asuhan, Keperawatan, Keluarga, Unmet Need

DESCRIPTION

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia belum sepenuhnya berhasil. Hal ini bisa diketahui dari angka unmet need mencapai 11% menjadi masalah yang harus segera diatasi. Konseling yang baik meningkatkan keberhasilan KB dan membuat klien menggunakan kontrasepsi lebih lama serta mencerminkan baiknya kualitas pelayanan yang di berikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada ibu dengan Masalah unmet need di Desa Sumber Tebu Kecamatan Banggsal Kabupaten Mojokerto.

Desain penelitian Menggunakan studi kasus. Sampel penelitian adalah Ny. M umur 32 tahun. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 18 Juli sampai tanggal 2 Agustus 2018.

Asuhan keperawatan keluarga pada ibu dengan masalah unmet need meliputi pengkajian sampai evaluasi di dapatkan data subyektif dan oyektif sehinga muncul diagnosa keperawatan ketidak mampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat pada pasien berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang fungsi masalah efek samping alat kontrasepsi. Intervensi serta implementasi pada keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah unmet need berfokus pada pengertian, tujuan unmet need dan jenis-jenis alat kontrasepsi sehinga dapat memberi pemehaman pada keluarga agar dapat memberi motivasi pada klien untuk menggunakan KB. Hasil evaluasi keluarga klien sudah mengerti tentang kontrasepsi dan akan mengunakan kontrasepsi pil secara teratur.

Bagi keluarga diharapkan keluarga mampu mempertahankan dan tetap menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga dengan masalah unmet need.

ABSTRACT

The Family Planning Program (KB) in Indonesia has not been fully successful. This can be seen from thenumber of unmet need reaching 11% to be a problem that must be addressed immediately. Good counseling increases the success of family planning and makes clients use contraception for longer and reflects the good quality of services provided. The purpose of this study was to carry out family nursing care for mothers with unmet need problems in Sumber Tebu Village, Banggsal District, Mojokerto Regency.

(2)

2

Family nursing care in mothers with unmet need problems includes assessment until evaluation in obtaining subjective and objective data so that a nursing diagnosis emerges the inability of the family to decide the right action in the patient is related to lack of family knowledge about the function of the problem of contraceptive side effects. Interventions and implementation in families with family members with problems with unmet need focus on. Understanding, the purpose of unmet need and types of contraception so that it can give understanding to the family so that it can motivate the client to use family planning. The evaluation results of the client's family already understood contraception and will use contraception pills regularly.

For families, families are expected to be able to maintain and continue to apply family nursing care to family members with unmet need problems.

Keywords : Care, Nursing, Family, Unmet Need. contributor : 1. Eka Diah Kartiningrum, M. Kes : 2. Siti Rachmah,SKM. M. Kes Date ` : 18 juli 2018

Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : -

Right : Open Document Summary :

A. LATAR BELAKANG

Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tinggi. Lanjut pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta jiwa (BPS, 2014).

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita dalam mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara meningkatkan dan perluasan pelayanan keluarga berencana berupa kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lainnya, dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian yang demikian tinggi akibat kehamilan yang di alami oleh wanita (Maryani, 2014.)

Berdasarkan data badan kependudukan dan keluarga berencana Nasional (BKKBN) (2015), cakupan peserta KB aktif Indonesa pada Tahun 2014 sebesar sebesar 35,790.o96 orang. presentasi tertinggi MKJP adalah IUD sebayak 3.896.081 aseptor (43,02%), implant sebanyak 3.680.816 akseptor (40,46%), MOW sebanyak 1.238.749 akseptor (13,68%), dan MOP sebanyak 241.642 akseptor (2,76%), untuk presentasi pengunaan kontrasepsi non MKJP tertinggi adalah pengunaan suntik sebanyak 16.743.97 akseptor (49,44%), PIL sebanyak 8.300.362 akseptor (24,52%), kondom sebanyak 1.110.341 (3,13%).

(3)

3

sesuai dengan program Keluarga Berencana (KB) (Ross, 2009). Dalam Adeyemiet al.(2005) melaporkan sebesar 59,4% kejadian unmet need dikalangan perempuan terjadi pada tahun pertama postnatal. Walaupun data tidak tersedia pada semua negara, tetapi selama tahun 2000-2007, unmet need untuk kontrasepsi berkisar 13% untuk region Asia Tenggara dan 24% untuk Afrika(Muthal-Rathore, 2010).

Sedangkan hasil proyeksi yang di dapatkan di Dusun Glongongan Desa Sumbertebu-Bangsal pada tanggal 19 April – 20 april 2018, yaitu jumlah pus/wus yang memakai KB sebanyak 70% (43 orang) dan yang tidak memakai KB sebanyak 30% (18 orang). Meskipun presentase yang menjadi akseptor lebih tinggi di bandingkan yang belum menjadi aseptor,tetapi hal ini penting di teliti mengingat wus/pus masih ada yang belum menjadi akseptor.

di Indonesia, berdasarkan hasil SDKI dari tahun 2003-2012 menunjukan sebesar 8,6% dari perempuan status kawin adalah unmet need, sedangkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 9,1% danj pada tahun 2012 menunjukan angka kejadian unmet need sebesar8,5%, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil pembangunan yang telah dicapai masih relatif jauh dari target yang ditetapkan, baik target RPJMN tahun 2010-2014, sedangkan target yang diharapkan pada akhir tahun 2015, pencapaian angka kejadian unmet need akan menurun menjadi 5%. Jika unmet need terpenuhi maka fertilitas akan menurun, ini merupakan indikator-indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Program Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana.

B. METODE PENELITIAN.

Desain penelitian pada keluarga klien dengan masalah unmet need adalah Studi kasus dengan rancangan yang mencakup pengkajian suatu unit penelitian secara intensif, misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah dari subjek cenderung sedikit, jumlah variabel yang diteliti sangat luas. dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan dengan menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengkajian

Pada tanggal 18 juli 2018, dilakukan pengkajian pada Ny.M usia 32 tahun dengan masalah unmet need, Ny.M sudah memiliki satu anak usia dua tahun dan Ny.M mengatakan ingin menjarangkan kehamilan yang berikutnya namun Ny.m tidak menggunkan alat kontrasepsi, Ny.M juga masih percaya mitos yang beredar di masyarakat bahwa menggunakan alat kontrasepsi dapat menyebabkan timbulnya efeksamping. keluarga Ny.M menggatakan belum tahu tentang jenis-jenis dan penggunaan alat kontrasepsi.

(4)

4

untuk mencegah kehamlannya. Menurut Julian (2009) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak menggunakan alat kontrasepsi(Unmet need) yaitu:

a. Akses ke layanan yang di penengaruhi oleh pengatahuan dan transportasi. Sebagian masyarakat masih kurang memiliki pengatahuan tentang berbagai metode KB yang telah di sosialisasikan, senhinga muncul keenggaan untuk mengikuti program KB. Selain itu akses transportasi yang kurang memadai juga menjadi faktor penghambat bagi masyarakat untuk mengikuti program KB. Dari hasil penkajian keluarga Tn.A. Keluraga Tn.A memiliki sepeda motor

seringdigunalkan untuk pelayanan kesehatan. keluarga Tn.A mengatakan masih kurang pengatahuan tentang berbagai metode KB.

b. Kualitas layanan terhadap pemelihan alat kontrasepsi, pemahaman efek samping yang di timbulkan oleh masing-masing metode kontrasepsi dan hubungan antara wanita dan provider. Enam komponen dalam kualitas pelayanan kontrasepsi yang dapat meningkatkan cakupan pengunaan keluarga berencana yaitu:

1) Pilihan metode

2) Informasi yang di berikan kepada klien 3) Kompetensi provider

4) Tempat konseling

5) Tindak lanjut dan keberlangsungan pelayanan

6) Pelayanan yang tepat. Bentuk layanan keluaraga berencana yang di berikan oleh provider bukan sekedar menyediakan alat kontrasepsi, tetapi memperhatikan kebutuhan sosial dan kesehatan calon akseptor. Keberhasilan klien dalam mengambil keputusan pemelihan kontraseosi adalah mengerti tentang keefektifan metode, mengetahui kelebihan dan kelemahan metode, cara pencegahan terhadap penyakit menular leksual, mengerti pemakian metode dan kapan untuk kembali, serta tanda dan cara mengatasi efek samping.saat pengkajian di dapatkan klien masih belum mengerti dengan pemelihan metode kontrasepsi, klien juga mengatakan jika mengunakan alat kontrasepi dapat menimbulkan efek samping (Demam).

7) Yang disebabkan oleh adanya anggapan bahwa KB sebagai suatu hal yang tabu bagi sebagian masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang metode dan fungsi program KB.

Berdasarkan penelitian Handrian (2011), diketahui bahwa terdapat dua alasan penyebab unmet need yaitu:

1) Kesalahan dalam pemakain alat kontrasepsi berakibat terjadinya ganguan kesehatan. Sehinga istri atau perempuan mengambil kesimpulan tidak akan memakai alat konrasepsi dengan jenis apapun, karena mereka berpendapat pemakaina alat kontarasepsi akan mengangu kesehatan mereka dan jika pemakain alat kontrasepsi di hentikan maka kesehatan mereka tidak akan terganggu. Faktor tersebut sangant terkait dengan budaya atau kebiasan dalam keluarga mereka.

keluarga Tn.A klien mengatakan sering mendengar dari masyarakat yang beredar bahwa mengunakan alat kontrasepsi efeksampingnya dapat mengangu kesehatan sehingga klien masih menolak untuk mengunakan KB.

(5)

5

kontrasepsi karena melihat efek samping tergangunya kesehatan istri setelah memakai alat kontrasepsi, suami menginginkan anak dengan jenis kelamin yang berbeda dari yang telah mereka punyai dan suami menentang istrinya memakai alat kontrasepsi karena suami menginginkan anak degan jumlah tertentu sebagai pewaris keturunan dan membantu mencari nafka dalam keluarga.

Dari hasil pengkajian pada keluarga Ny.M didapatkan Ny.M ingin menjarangkan kehamilannya namun tidak menggunakan alat kontrasepsi, keluarganya juga mengatakan masi belum mengerti tentang metode dan jenis-jenis alat kontrasepsi dan Ny.M masih percaya mitos yang beredar di masyarakat tentang efek samping alat kontrasepsi.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.M adalah Ketidak mampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat pada pasien berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang fingsi dan kegunaan masalah/efek samping alat kontrasepsi.

Menurut teori, masaalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang di alami keluarga atau anggota keluarga. Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas ga yaitu, mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memodifikadi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan. Tanda dan gejala adalah sekumpulan data obyektif dan subyektif yang di peroleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab (Ekasari,dkk,2007).

Dari hasil pengkajian keluarga Ny.M mengatakan dirinya belum mengerti tentang fungsi dan macam-macam alat kontrasepsi Ny.M juga mengatakan mengunakan KB dapat menimbulkan efeksamping.

3. Intervesi keperawatan

Intervensi yang di lakukan yaitu menjelaskan tentang pengertian KB, pengertian alat kontrasepsi, cara pengunaan, kelebihan, efek samping dari macam-macam alat kontrasepsi dan kontraindikasi dari macam-macam alat kontrasepsi.

Menurut teori, tujuan keperawatan keluarga adalah mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Tujuan keperawtan keluarga dapat di bagi menjadi dua yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Jangka waktu ini intuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah di tentukan sebelumnya. Tujuan jangka pendek di tekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan (Setiadi, 2008).

Semua rencana yang di buat sesuai dengan teori dan keadaan klien, rencana keperawatan ini terlebih dahulu adalah menetapkan prioritas masalah yaitu ketidak mampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat pada pasien.

4. Implementasi

(6)

6

Menurut teori pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesai masalah keperawatan keluraga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur

spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan kesehatan, konseling, kontak, manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi (Eksari,dkk,2007).

Pelaksanaan yang dilakukan pada klien dengan masalah unmet need tidak jauh berbeda dengan teori yang telah ada yaitu dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan, mengenali faktor pencetus, penyuluhan kesehatan dan konsultasi dan juga memberikan motifasi pada keluarga dan klien tentang masalah yang di alami agar klien semakin mengerti dan dapat mengunakan KB tersebut.

5. Evaluasi

Dilakukan evaliasi pada klien Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penatalaksanan alat kontrasespsi atau cara mengunakan KB. keluarga mengatakan klien akan mengunakan kontrasepsi pil.

Menurut teori, Evaluasi adalah tindakan menilai keevektivan intervensi yang telah di lakukan. Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat dengan melihat responden keluarga dan hasil yang di capai yang di bandingkan dengan standar yang telah di tetapkan. Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP secara operasional. Subyektif (S) adalah hal-hal yang di temukan oleh keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Obyektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara obyektif setalah di lakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah di capai dengan menngacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. Perencanan (P) adalah perencanaan yang akandatang seteleh melihat respon keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, dkk, 2017).

Hasil hasil evaluasi Keluraga klien sudah mengerti dengan apa yang di sampaikan. Kilen juga mengatakan akan menggunakan kontrasepsi pil.dengan cara konsumsi secara rutin dan petunjuk.

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Asuhan keperawatan keluarga pada ibu dengan masalah unmet need meliputi pengkajian sampai evaluasi di dapatkan data subyektif dan oyektif sehinga muncul diagnosa keperawatan ketidak mampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat pada pasien berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang fungsi masalah efek samping alat kontrasepsi. intervensi serta implementasi pada keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah unmet need berfokus pada. Pengertian, tujuan unmet need dan jenis-jenis alat kontrasepsi sehinga dapat memberi pemehaman pada keluarga agar dapat memberi motifasi pada klien untuk menggunakan KB. Hasil evaluasi keluarga klien sudah mengerti tentang kontrasepsi dan akan mengunakan kontrasepsi pil secara teratur.

(7)

7

Diharapkan kepada keluarga mampu mempertahankan dan tetap menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga dengan masalah unmet need.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya lebih berperan serta memberikan pemahaman tentang pendidikan perawatan keluarga dirumah khususnya berkaitan dengan masalah unmet need.

3. Bagi tenaga kesehatan

perawat sebagai tenaga kesehatan di tuntut untuk terus mengurus memberikan edukasi yang sesuai dan di butuhkan oleh klien

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Program: Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Timur Bulan Januari–Mei 2013. Surabaya; BKKBN Provinsi Jawa Timur

Ekasari, dkk. 2007. ”Informed Choice “Membantu Masyarakat Membuat Keputusan dalam Ber-KB”. http://prov.php?artid=48. Diakses pada 26 Februari 200.

Juliaan, F. 2009. Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB di Indonesia (Analisa Lanjut

SDKI 2007). Jakarta: Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi: 1–2. Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Alamat Correspondensi

Email : olannaciqt321@gmail.com

Alamat : Desa Lamahang Kecamatan Waplau Kabupaten Buru Provinsi Maluku

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari 2014 ini adalah debit air, dengan judul Pendugaan Debit Andalan Menggunakan Model SWAT di Sungai

(2) Pemenuhan kesejahteraan pegawai lembaga-lembaga pendidikan Katolik melalui Yadapen secara langsung belum memenuhi kesejahteraan, namun secara tidak

(3) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat melaksanakan atau menugaskan pihak ketiga

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,

Hasil dari audit IS adalah tersusunnya dokumen laporan audit yang terkait pada keamanan teknologi informasi yang digunakan di ling- kungan organisasi tersebut.. 1.2

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT maha pengasih bagi penyayang, yang telah memberikan nikmat tidak terhingga, kemudahan dan kelancaran

Sesi Nomor Absen 1077 SANTHANA MOH.. AGIE

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W5, 2015 Underwater 3D Recording and Modeling, 16–17 April 2015, Piano